Vous êtes sur la page 1sur 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahma-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca dalam mengetahui informasi Bayi Tabung.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang saya miliki sangat kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2. Tujuan .............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................2


2.1. Pengertian .......................................................................................................................2

2.2. Prosedur dalam Bayi Tabung............................................................................................2

BAB III PERMASALAHAN ......................................................................................................9


3.1. Problematika terhadap bayi tabung..................................................................................9
3.2. Kelemahan dan keuntungan Inseminasi buatan.............................................................11

BAB IV KEBIJAKAN ................................................................................................................12


4.1. Bayi tabung dalam sudut pandang agama islam,hukum perdata,hukum medis,
dan sudut pandang etika.................................................................................................13

BAB V PENUTUP.......................................................................................................................20
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................................20
5.2. Saran ..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan
untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan.Salah satunya adalah kesulitan
mempunyai anak dengan berbagai faktor. Secara umum, makin muda usia makin
baik hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah
embrio yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang
dipindahkan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi
kemungkinan terjadinya kehamilan multipel dengan masalah yang berhubungan
dengan kelahiran prematur juga lebih besar. Pengertian mandul bagi wanita ialah
tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu
menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel
spermatozoa sama sekali.

Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual yang
normal. Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian
mengalami gangguan fungsi seksual sebagai akibat hambatan psikis karena
menyadari kekurangan yang dialaminya.
Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk menyebut pasangan suami istri
yang belum mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan
suami istri yang belum mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu
mengalami kemandulan. Yang lebih banyak terjadi adalah pasangan yang infertil
atau pasangan yang tidak subur.

1.2. Tujuan

A. Untuk menambah wawasan tentang inseminasi buatan.


B. Untuk mengetahui kebijakan serta permasalahan dalam Bayi Tabung.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization
(IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel
sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan
ini berlangsung di dalam saluran tuba. Dalam proses bayi tabung proses ini
berlangsung di laboratorium dan dilaksanakan oleh tenaga medis sampai
menghasilkan suatu embrio dan di iplementasikkan ke dalam rahim wanita yang
mengikuti program bayi tabung tersebut. Embrio ini juga dapat disimpan dalam
bentuk beku (cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi
tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-ibu yang memiliki
gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang
akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi)
untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi sel telur tersebut
tersebut. Dalam bayi tabung proses ini terjadi dalam tabung dan setelah terjadi
pembuahan (embrio) maka segera di iplementasikan ke rahim wanita tersebut dan
akan terjadi kehamilan seperti kehamilan normal.
Dari segi tehnik, karena prosedur konsepsi buatan ini sangat menegangkan,
tingkat keberhasilannya belum begitu tinggi, dan biayanya sangat mahal, maka
pasangan suami istri (pasutri) yang diterima untuk program ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas selengkapnya.
2. Terdapat indikasi yang sangat jelas.
3. Memahami seluk beluk prosedur konsepsi buatan secara umum
4. Mampu membiayai prosedur bayi tabung ini

2.2 Prosedur dalam bayi tabung


2.2.1 Prosedur FIV ( fertilisasi in vitro )
Ada beberapa tahaptahap pelaksanaan prosedur FIV (in vitro fertilasasi)
adalah sebagai berikut ;
1. Pemeriksaan penyaring pasutri dimana disini akan dilakukan melalui peninjauan
kembali catatan medis pengelolaan infertilitas, untuk meyakinkan bahwa
pengelolaan infertilitas telah dilakukan selengkapnya.
2. Pemilihan protocol stimulasi :
a) Tanpa stimulasi : siklus haid normal + hCG ( human chorionic gonadotropin )
b) Clomiphene Citrat ( CC ) + hCG
c) hMG ( human Menopausal Gonadotropin ) + hCG

4
d) CC + hMG + hCG
e) FSH ( follicle stimulating hormone ) Murni
f) + hCG
g) + hMG + hCG
h) + CC + hCG
i) + hMG + CC + hCG
j) GnRHa ( Gonadotropin releasing hormone analogue ) + hMG + hCG
3. GnRH ( Gonadotropin releasing hormone ) + hCG
4. Stimulasi indung telur yang dijadwalkan
Tujuan stimulasi indung telur adalah untuk menstimulasi perkembangan
folikel yang mengandung oosit matang sebanyak mungkin agar mudah diaspirasi
pada saat sebelum terjadi ovulasi.
5. Pemantauan perkembangan folikel
Walaupun sebagian besar tim konsepsi buatan memakai kombinasi
pemeriksaan USG, kadar E2 dan LH untuk memantau perkembangan folikel, bahkan
dengan pemeriksaan mucus serviks, tetapi belum ada consensus tentang apa yang
dianggap stimulasi dan pemantauan folikel yang baik. Kalau tentang stimulasi yang
kurang baik terdapat lebih banyak kesepakatan, seperti kadar E 2 yang rendah atau
yang kadarnya meningkat lambat, terlampau sedikit folikel yang terbentuk atau
hanya terdapat satu folikel yang dominan, turunnya kadar E 2 sebelum atau sesudah
suntikan hCG, puncak LH yang premature, dan kalau timbul keluhan akibat
pengobatan, seperti demam atau gatal-gatal, merupakan indikasi untuk
menghentikan stimulasi.
6. Pengambilan Ovum ( PO )
Pada pertama kalinya dilakukan melalui laparoskopi dengan 2 atau 3
tusukan. Jarum aspirasi dimasukan melalui alat laparoskop atau melalui tusukan
khusus. Berbagai alat pengisap oosit telah dipakai, sempritan 50 Dan alat pengisap
dengan tekanan 150 mmHg. Kini PO dapat dilakukan lebih mudah secara
transvaginal dengan bimbingan USG.
7. Persiapan dan prosedur laboratorium
Seluruh prosedur laboratorium konsepsi buatan perlu dipersiapkan seoptimal
mungkin. laboratorium yang letaknya bersebelahan dengan kamar PO akan
memudahkan transportasi embrio. Beberapa hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah air radiator yang digunakan, incubator CO 2, laminar air flow,
mikroskop, alat habis pakai, system fertilisasi, dan aliran listrik haruslah dalam
keadaan prima.
Cairan pungsi harus segera dibawa ke laboratorium dan pencairan oosit di
bawah mikroskop segera dilakukan. Kalau cairan folikel itu jernih, dengan mata
telanjang akan tampak mucul sebagai gumpalan putih yang mungkin berisikan
oosit. Oosit dibersihkan dari gumpalan darah lalu dimasukkan ke dalam medium
biakan dalam cawan petri. Semua oosit yang diperoleh segera dimasukkan kedalam
incubator CO2 , setelah terlebih dahulu dinilai tingkat kematangannya. Penilaian
tingkat kematangan ini perlu untuk menentukan saat inseminasi yang tepat. Oosit
yang matang, antara lain ditandai dengan cumulus yang menyebar dan koronanya
padat. Berbagai jenis medium yang akan dipakai, harus terlebih dahulu diuji, Baik
parameter fisiknya, (pH, Osmolaritas, Suhu), maupun efek biologiknya
(perkembangan embrio tikus percobaan, uji ketahanan sperma).

5
Saat inseminasi ditentukan menurut tingkat kematangan oosit. Untuk oosit
yang matang , inseminasi dilakukan 5-6 jam setelah oosit di inkubasikan, yang
terlalu matang setelah 3 jam, dan yang belum matang setelah 24-36 jam. Teknik
pengolahan sperma dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang paling
sederhana seperti swim-up, sampai yang paling canggih seperti pemisahan sperma
dengan berbagai konsentrasi larutan percoll, yang semuanya bertujuan untuk
memperoleh sperma motil yang terbaik. Umumnya inseminasi dilakukan dengan
sperma yang telah diolah dengan konsentrasi 50.000 100.000/ml.
8. Perkembangan dalam media biakan
Terjadinya fertilisasi dimulai 18-20 jam setelah inseminasi. Fertilisasi yang
normal ditandai dengan adanya 2 inti (pronukleus), yang harus dibedakan secara
cermat dari fertilisasi yang abnormal (polispermia) yang ditanda idengan adanya
lebih dari 2 pronukleus.
Oosit yang sudah dibuahi ( zigot ) dipindahkan kedalam medium segar,
kemudian segera di inkubasikan dalam inkubasi CO 2, terjadinya fertilisasi
tergantung dari banyaknya hal, yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas oosit
serta sperma. Tingkat fertilisasi 60% dapat dikatakan cukup baik. Kira-kira sekitar
24 jam sekitar inseminasi, oosit yang sudah dibuahi itu dikeluarkan dari incubator
yang biasanya sudah mencapai stadium embrio dengan tingkat pembuahan 2-6 sel.
dari semua embrio itu dipilih 4 embrio yang terbaik yang ditentukan berdasarkan
morfologinya. Embrio yang terpilih kemudian dimasukkan kedalam medium biakan
segar dengan suplemen protein
9. Pemindahan Embrio
Dilakukan 42-44 jam setelah inseminasi, pada waktu embrio telah mencapai
stadium 2-6 sel. Pada umumnya PE dilakukan dengan isteri dalam sikap litotomi,
didampingi oleh suaminya. Tim yang lain melakukan dalam sikap litotomi kalau
seterusnya intervensi dan dalam sikap dengkul-dada kalau uterusnya retroverni PE
dilakukan dengan memakai kateter Teflon halus. Kadang-kadang diperlukan bantuan
kanula logam untuk membimbing kateter masuk kedalam rongga uterus.
10. Pemantauan fase luteal
Kebanyakan tim konsepsi buatan memberikan suntikan atau progesterone
dalam fase luteal. Tidak cukup bukti untuk mendukung pengobatan ini, karena
beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengeluaran progesterone akan
berlangsung normal setelah dilakukan aspirasi ovum. Namun ada juga yang
melaporkan terjadinya fase luteal pendek setelah dilakukan protocol superovulasi.
11. Diagnosis kehamilan
Kalau terjadi kehamilan, uji Beta-hCG akan memberikan hasil yang positif
.tingkat keberhasilan kehamilan berbeda-beda diantara berbagai tim konsepsi
buatan. Pada umumnya sekitar 20% pasutri akan mengalami kehamilan setelah
dilakukan PE. Walaupun demikian, keberhasilan lebih tergantung dari banyaknya
oosit yang berhasil diaspirasi, dan banyaknya embrio yang dipindahkan.
12. Analisa sebab kegagalan
a. Ovulasi premature atau ova gagal untuk dibuahi.
b. Oosit belum matang atau tidak normal. Inseminasi dilakukan pada saat yang
kurang tepat.

6
c. Keadaan hormonal/kesehatan isteri kurang menguntungkan oosit.
d. Parameter stimulasi mungkin tidak sebaik yang diharapkan.
e. Embrio yang dipindahkan gagal untuk berimplantasi. Hal ini merupakan satu-
satunya masalah terbesar yang dialami oleh semua program konsepsi buatan pada
masa kini.
f. Spermatozoa kurang baik kualitasnya.
g. Perkembangan endometrium kurang baik atau tidak sinkron untuk terjadinya
implantasi yang baik.
13. Perawatan
Kalau konsepsi buatan berhasil, pelayanan obstetriknya tidak jauh berbeda
dengan konsepsi alamiah. Konsepsi buatan bukan merupakan indikasi untuk
dilakukan amniosintesis atau tindakan-tindakan obstetric lainnya.
14. Pertimbangan Psikologik
Bagian terpenting dari program konsepsi buatan adalah konseling pasca
konsepsi buatan yang gagal, karena kira-kira 80% pasutri akan mengalaminya.
Konseling ini bertujuan untuk meringankan pasutri dari segala kekecewaan dan
kesedihan karena kegagalan yang baru saja dialaminya .Reaksi kesedihan pasutri
dapat disamakan dengan kesedihan setelah mengalami keguguran atau kematian
anak yang sangat diinginkannya.

2.2.3 Prosedur ZIFT


ZIFT adalah singkatan dari Zygote Intra Fallopian Transfer, yaitu
memindahkan atau menempatkan hasil fertilisasi tingkat zigot kedalam tuba yang
terbuka melalui laparoskopi. Dengan demikian, prosedur ZIFT hanya dapat
dilakukan pada isteri dengan salah satu atau kedua tubanya terbuka dan berfungsi
normal.
Penatalaksanaan prosedur ZIFT
Jika oosit istri berhasil dibuahi oleh sperma suami, maka hasil fertilisasi dalam
tingkat zigot (tingkat hasil fertilisasi yang lebih awal dari pada embrio) dipindahkan
atau ditempatkan kedalam tuba istri melalui laparoskopi. Pada perut istri dibuat 3
sayatan kecil satu dibawah pusat dan dua lainnya dikiri dan kanan atas tulang
kemaluan. Laparoskopi untuk mengamati proses pemindahan zigot kedalam tuba
dimasukkan melalui sayatan dibawah pusat. Kateter halus untuk menempatkan
zigot kedalam tuba dan alat pemegang tuba masing-masing dimasukkan melalui
salah satu sayatan yang terletak di kiri dan kanan atas tulang kemaluan. Tiga atau
empat zigot yang terbaik dipindahkan kedalam tuba.
Peluang keberhasilan prosedur ZIFT
Karena prosedur ZIFT itu berlangsung lebih alamiah dari pada FIV-PE maka
kemungkinan keberhasilannya diharapkan lebih besar dibandingkan dengan FIV-PE.
Kemungkinan kehamilan dapat mencapai 25-30%.

2.2.4 Prosedur GIFT


GIFT atau gamete intrafallopian tube transfer telah dikembangkan oleh Ricardo
Asch di San Antonio,Texas, sebagai suatu alternative terhadap FIV, khusus untuk

7
isteri dengan salah satu atau kedua tubanya terbuka. Dalam teknik ini, simulasi
ovulasi, laporoskopi, dan PO dilakukan sama seperti prosedur FIV.
Resiko
a) Hal-hal yang tidak diinginkan dapat saja terjadi selama mengikuti program
konsepsi buatan antara lain sebagai brikut :
b) Folikel history tidak berkembang atau kadar hormone estrogen isteri tidak
meningkat pada siklus pengobatan sehingga oosit isteri tidak dapat diambil
(siklus pengobatan gagal).
c) Kadang-kadang terjadi stimulasi berlebihan berlebihan dari obat-obat
stimulasi indung telur yang dapat menimbulkan gerakan tidak enak bagi
isteri.
d) Oosit isteri tidak berhasil dibuahi oleh sperma suami sehingga dengan
sendirinya tidak akan terjadi fertilisasi (zigot) yang akan dipindahkan
kedalam istri.
e) Penyulit-penyulit pada saat pengambilan oosit istri.
f) Penyulit-penyulit pada saat laparoskopi.
Secara Umum Prosedur dalam megikuti program bayi tabug adalah sebagai
berikut :
1. Penjelasan dari dokter (Konseling), Pada tahap ini pasangan suami istri diberi
penjelasan tentang apa, bagaimana, biaya dan sebagainya pada pasien.
2. Screening test, Pada tahapan ini pasutri akan ditest untuk menentukan
kendalanya infertil, baik pria maupun wanitanya karena infertilitas
disebabkan oleh 40 % pria, 40 % wanita, dan 20 % tidak diketahui.
Pria.
Untuk pria akan ditest spermanya (Analisa Sperma) Kemungkinan yang ada
pada hasil test ini adalah :
1. Azoospermia : Tidak ada sperma sama sekali.
2. Normozoospermia : Jumlah sperma normal.
3. Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang.
4. Asthenozoospermia : Gerakan sperma kurang
5. Teratozoospermia : Bentuk sperma kurang.
6. Oligoasthenoteratozoospermia : Jumlah, gerak dan bentuk kurang.
Bila ditemukan pada pria azoospermia. ada beberapa teknik yang bisa dipakai:
1. Operasi MESA (Microsurgical Sperm Aspiration), Tindakan ini dilakukan hanya
bila diketahui adanya sumbatan pada saluran sperma.
2. Operasi TESE ( Testical Sperm Extraction ). Tindakan ini dilakukan bila operasi
MESA tidak berhasil, dengan TESE diharapkan bisa diperoleh sel sperma, atau
paling tidak spermatid (sel sperma muda yang sudah dapat membuahi). Setelah
sperma bisa diambil maka dilakukan Sperm Recovery Test, untuk mengetahui
kualitas dari sperma itu. Lalu sperma dengan kualitas terbaik yang akan dipakai.
Bila jumlahnya > 500 ribu dapat menggunakan teknik konvensional, yaitu dengan
cara menyebarkan begitu saja pada sel telur. Bila jumlahnya dibawah 500 ribu
maka digunakan ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection ) yaitu
menyuntikkan 1 sperma terbaik untuk di injeksikan ke sel telur. Satu sperma
untuk Satu Ovum. Untuk Wanita, Dengan bantuan USG(Ultrasonografi) dan
laparoskopi memeriksa indung telur, lalu test darah untuk memriksa kadar
hormon reproduksi. Lalu pemeriksaan rongga rahim dan saluran telur biasanya
yang paling sering dijumpai adalah adanya kista dan endometriosis. Ibu harus
bebas dari infeksi toksoplasma, rubella, hepatitis dan HIV.

8
3. Ovarium Hyperstimulation. Terhitung hari ke 21 setelah haid sang ibu diberi
suntikan GnRH analog (GnRHa) selama 14 hari (tergantung dari kondisi si wanita)
untuk menstimulasi sel telur. Proses ini dinamakan ovarium hyperstimulation
yang fungsinya untuk mengembangkan sejumlah sel telur dalam tubuh wanita.
Setelah kira-kira 4 minggu sel telur sudah bisa diambil, penentuan tingkat
kematangan sel telur sangat penting untuk menentukan waktu yang tepat untuk
melakukan pembuahan oleh sel sperma di laboratorium. Untuk itu dilakukan final
maturation, kira-kira 4 5 jam, lalu dipertemukan dengan sel sperma. Rata-rata
sel telur yang dihasilkan 8 10 sel telur, tergantung dari respons si pasien.
Bahkan bisa 20 sampai 30 sel telur. Padahal, secara alami cuma ditumbuhkan 1
sel telur. Prosedur bayi tabung dimulai dengan perangsangan indung telur istri
dengan hormon. Ini untuk memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah
gelembung yang berisi sel telur. Perkembangan folikel dipantau secara teratur
dengan alat ultrasonografi dan pengukuran kadar hormon estradional dalam
darah. Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan
cairan folikel dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel
tersebut kemudian segera dibawa ke laboratorium. Seluruh sel telur yang
diperoleh selanjutnya dieramkan dalam inkuba.

Peleburan menjadi zigot. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing


sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma yang sebelumnya telah diolah dan
dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20 jam, akan terlihat apakah
proses pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi
sperma atau disebut zigot akan dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk
melihat perkembangannya menjadi embrio. Bila sperma kurang maka digunakan
ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection ) yaitu menyuntikkan 1 sperma terbaik
untuk di injeksikan ke sel telur. Satu sperma untuk Satu Ovum. Bila embrio yang
ada cukup jumlahnya (6 atau lebih), di anjurkan menggunakan Blastosis (Embrio
yang lebih tua 4 5 hari). Pada tahap ini, embrio telah mempunyai dua tipe sel
dengan sebuah rongga di tengahnya. Sel terluar disebut trophectoderm yang
nantinya berkembang menjadi plasenta. Sedangkan sel bagian dalam disebut
inner cell mass, nantinya menjadi janin.

Bila memungkinkan untuk Blastosis, maka keuntungannya adalah sebagai berikut :


1. Maksimum hanya 2 yang bisa ditanamkan ke rahim ibu. Sehingga kemungkinan
bayi lahir lebih dari 2 adalah kecil sekali.
2. Berat bayi yang dilahirkan nantinya tidak berbeda dengan bayi yang lahir secara
alami.
3. Bila anda menginginkan bayi laki2, maka kemungkinannya menurut Nukman
Moeloek (Majalah Kedokteran Indonesia, Agustus 2000) 58,3% adalah bayi laki2.
Sekarang mungkin sudah lebih tinggi lagi.

Sedikit catatan, sel telur yang sudah matang akan dibuahi sel sperma yang
mampu bertahan menempuh perjalanan dari vagina, rahim, hingga tuba Fallopii.
Saat bertemu keduanya menyatu jadilah zigot (hari 0). Pada hari pertama zigot
membelah menjadi embrio dua sel. Hari berikutnya, jadi embrio empat sel. Begitu

9
seterusnya hingga menjadi embrio delapan, 16, dan 32 sel, yang disebut morula.
Selama pembelahan itu, ia masih berada di tuba Fallopii. Setelah itu ia menjadi
blastosis pada hari kelima. Blastosis selanjutnya akan keluar dari lapisan pelindung
terluarnya yang disebut zona pelusida di akhir hari keenam. Bila Jumlah embrio
tidak mencukupi untuk menggunakan Blastosis, maka menurut Dr. Sudraji, Dokter
akan memilih empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan kembali ke dalam
rahim. Empat embrio merupakan jumlah yang maksimal karena apabila lebih dari
empat, risiko yang ditanggung ibu dan janin akan sangat besar. Bahkan kehamilan
tiga saja sudah bisa disebut sebagai kehamilan berisiko. Embrio-embrio yang
terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke
dalam rahim. Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14
hari setelah pemindahan embrio.

Efektifitas Tingkat keberhasilan Program bayi tabung di Indonesia:


a. Embrio yang berhasil terjadi 90 %
b. Kehamilan yang berhasil 30-40 %
c. Peluang keguguran 20-25 %
Tingkat peluang keberhasilan sangat ditentukan oleh usia wanitanya:
a. Diatas 42 tahun 0%.
b. 38 tahun s/d 42 tahun 10-11%
c. 30 tahun s/d 38 tahun 25-35%
d. Dibawah 30 tahun 35-40%

Adapun Persyaratan Pasangan suami istri yang berminat mengikuti program


bayi tabung ini harus memenuhi persyaratan sbb:
1. Mereka adalah pasangan suami istri sah, sudah menikah 12 bulan atau lebih,
usia istri harus di bawah 42 tahun, dan mengikuti pemeriksaan fertilitas.
2. Sudah mendapatkan konseling khusus mengenai program fertilisasi in vitro,
prosedur, biaya, kemungkinan keberhasilan atau kegagalan serta komplikasinya,
siap biaya serta siap hamil, melahirkan, dan memelihara bayinya.
3. Jika melihat faktor kesuburan, untuk wanita idealnya berumur antara 30-35
tahun. Artinya, pada umur-umur tersebut persentase keberhasilan program bayi
tabung lebih tinggi jika dibandingkan usia wanita yang lebih tua (36-40 tahun)

10
BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Problematika terhadap Bayi Tabung


Setelah mengalami keberhasilan bayi tabung teryata mempuyai efek ganda
(ripple effect) yag meluas. Seolah-olah sebuah batu yang dilontarkan di telaga yang
akan membuat lingkaran yang makin lama makin besar. Adalah suatu kenyataan
bahwa apabila suatu masalah sudah bisa di atasi, maka ia sekaligus juga akan
menimbulkan masalah lain yang harus di atasi pula da demikian seterusnya.
Hidup manusia di dunia pada hakekatnya berdasarkan agama-agama yang dianuti
masing-masing dan di pakai sebagai pedoman hidup. Pelaksanaanya lebih lanjut
dalam cara hidup, sikap tindakan dan prilaku manusia memakai landasan Etika da
Moral. Faktor faktor ini penting sebagai penentu dan kepastian dalam pergaula
hidup sehari-hari dan dalam hubungan antar sesama manusia.
Seiring perkembangan globalisasi mengikuti manusia untuk mengikuti arus zaman.
Banyak tuntutan yang menjadi persoalan terutama tuntutan hidup yang mengarah
kepada perkawinan yang kemudian memperoleh keturunan. Hal yang biasa terjadi
pada pasangan suami istri yang ingin memperoleh keturunan baik alamiah maupun
ilmiah.

11
Namun yang menjadi permasalahan dalam pelaksanan inseminasi buatan dalam hal
ini adalah bayi tabung adalah sebagai berikut :
1. Pasangan homo seks dan/lesbian yang berharap ingin memiliki keturunan
namun dengan perkembangan bioteknologi mereka bisa mempunyai
keturunan dengan mengikuti program bayi tabung (fertilisasi in vitro)!
2. Masalah lain juga timbul bagi wanita yang ingin mempunyai keturunan tanpa
perkawinan (tanpa hubungan seks) atau transfer sel sperma dari pria lain!
3. Pasangan suami istri yang langsung menentukan jenis kelamin anaknya atau
memilih bibit unggul dari bayi tabung atau fertilisasi in vitro!
4. Masalah lain juga timbul bagi para wanita karir yang menunda kehamilannya
dengan alasan pekerjaannya!

1. pasangan lesbian dan gay yang berharap mempunyai keturunan


dalam mengikuti program bayi tabung
Sebelum masuk apakah bayi tabung bisa di lakukan oleh pasangan gay dan
lebian, kita harus melihat apakah pasangan ini sah dalam status perkawinannya di
Indonesia. memang di Negara-negara lain seperti Belanda, Belgia, Afrika selatan,
Norwegia dan Negara negara lainnya sudah melegalisir UU Pernikahan Homo dan
mengizinkan pasangan ini melakukan perkawinan. Berdasarkan dokumen hak azasi
manusia The Universal Declaration of Human Rights yang menjunjug tinggi hak
asasi setiap orang. Tapi di Indonesia perkawinan lesbian dan gay sangat di tentang
oleh Indonesia yang mayoritas umat beragama. Dalam konteks kehidupan,
Pasangan Lesbian dan Gay dalam kehidupan tidak disahkan oleh agama manapun
didunia ini. Sebab keberadaannya sangat mengganggu etika dan moral. Dalam al
Qura memang tidak ada ayat yang melarang cinta kasih sesama jenis, tapi
Ketabuan homo hanyalah bersifat budaya, bukan agamis, karenanya tidak bersifat
dogmatis dan atau bisa diubah. Jika bicara tentang hak asasi manusia, seharusnya
pasangan lesbian dan/gay juga melihat bagaimana tatanan etika dan moral yang
berlaku. Sehigga Kalau dilihat dari perspektif agama, manusia diciptakan
berpasang-pasangan dengan lawan jenis dan sangat menghormati pernikahan.
"Pernikahan itu tujuannya untuk mendapatkan keturunan. Oleh karena itu,
pasangan homo seks tersebut tidak bisa mengikuti program bayi tabung. Intinya
kami tidak setuju dengan pasangan homo/lesbian ini.
2. wanita yang ingin memiliki keturunan tanpa melakukan hubungan seks
(kawin) / melakukan transfer embrio.
Permasalah ini agaknya sangat bertentangan dengan undang-undang
perkawinan, di mana tujuan dari perkawinan adalah untuk mendapatkan
keturunan. Memang setiap manusia mempunyai hak-hak yang harus dihormati oleh
setiap lain. Tapi kita yang tinggal dalam tatanan Negara yang menjunjung tinggi
hukum haruslah memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Lagi pula Hukum di indonesia hanya memperbolehkan pasangan suami istri
(pasutri) yang sah untuk mengikuti program bayi tabung. Dengan kata lain apabila
ada wanita yang ingin memiliki keturunan tapi belum menikah tidak diperbolehkan
mengikuti program bayi tabung ini (ivf). Lain halnya bila wanita tersebut melakukan
program bayi tabung di luar negeri.

12
3. Pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung dan
menentukan sendiri jenis kelamin dan / memilih bibit unggul.
Perkembagan ilmu teknologi dan kedokteran membuat segalannya yang
tidak mungkin menjadi mungkin, seperti memilih jenis kelamin bayi ketika sedang
memprogram hamil dalam megikuti program bayi tabung. Dalam hal memilih jenis
kelamin bagi pasangan suami istri (pasutri) mugki sangan bertetangan dengan
Pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung dan memilih bibit
unggul dan atau menentukan sendiri jenis kelamin anaknya
Menurut Dewan Hukum Islam yang berbasis di Arab Saudi membolehkan memilih
jenis kelamin bayi dengan alasan kesehatan. Menurut Dewan tersebut, memilih
jenis kelamin sebelum dilahirkan dibolehkan, jika ada penyakit tertentu yang
berpotensi mempengaruhi kesehatan anak jika anaknya laki-laki dan bukan
perempuan, atau sebaliknya. Dengan demikian, memilih jenis kelamin dan atau
memilih bibit unggul dari program bayi tabung di perbolehkan jika tujuannya untuk
menghindari adanya penyakit yang di timbulkan jika tidak dilakukan hal tersebut.
Kita sebagai manusia wajib berusahan dan yang menentukan segalanya adalah
sang Ilahi.

4. Mau di kemanakan sisa embrio dari hasil program bayi tabung


Setelah mengalami keberhasilan dalam mengikuti bayi tabung, timbul
masalah baru yakni mau di kemanakan sisa embrio dari hasil bayi tabung tersebut.
Sebagaimana diketahui, jumlah sel telur yang diambil untuk pembuahan in vitro
tidak hanya satu, untuk mengantisipasi jika ada kegagalan. Bisa lebih dari dua atau
tiga atau bahkan tujuh sel telur. Semua dipertemukan dengan sperma suami di
cawan petri. Namun, jika sudah terjadi pembuahan, maksimal hanya dua yang
boleh dikembalikan ke rahim ibunya. Sisanya ke mana? Jika kita meyakini kehidupan
dimulai sejak pembuahan, maka embrio sisa tidak boleh dimusnahkan karena
pemusnahan berarti pembunuhan atau aborsi in vitro.

3.2 KELEMAHAN DAN KEUNTUNGAN INSEMINASI BUATAN


Adapun kelemahan dari inseminasi buatan ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam pembuahan normal, antara 50.000-100.000 sel sperma, berlomba
membuahi 1 sel telur. Dalam pembuahan normal, berlaku teori seleksi alamiah
dari Charles Darwin, dimana sel yang paling kuat dan sehat adalah yang
menang. Sementara dalam inseminasi buatan, sel sperma pemenang dipilih oleh
dokter atau petugas labolatorium. Jadi bukan dengan sistem seleksi alamiah. Di
bawah mikroskop, para petugas labolatorium dapat memisahkan mana sel
sperma yang kelihatannya sehat dan tidak sehat. Akan tetapi, kerusakan

13
genetika umumnya tidak kelihatan dari luar. Dengan cara itu, resiko kerusakan
sel sperma yang secara genetik tidak sehat, menjadi cukup besar.
2. Belakangan ini, selain faktor sel sperma yang secara genetik tidak sehat, para
ahli juga menduga prosedur inseminasi memainkan peranan yang menentukan.
Kesalahan pada saat injeksi sperma, merupakan salah satu faktor kerusakan
genetika. Secara alamiah, sperma yang sudah dilengkapi enzim bernama
akrosom berfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung sel telur. Dalam proses
pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma yang masuk ke
dalam inti sel telur. Sementara dalam proses inseminasi buatan, dengan injeksi
sperma, enzim akrosom yang ada di bagian kepala sperma juga ikut masuk ke
dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai, maka pembuahan akan
terhambat. Selain itu prosedur injeksi sperma memiliko resiko melukai bagian
dalam sel telur, yang berfungsi pada pembelahan sel dan pembagian kromosom.
3. Keberhasilan masih belum mencapai 100 %, Di Rumah Sakit Harapan Kita,
tingkat keberhasilannya 50 %, sedangkan di RSCM sebesar 30-40 %
4. Memerlukan waktu yang cukup lama
5. Biaya mahal, berkisar antara 34-60 juta
6. Tidak bisa sekali melakukan proses langsung jadi, tetapi besar kemungkinan
untuk di lakukan pengulangan.

Adapun keuntungan dan kerugiannya adalah Memberikan peluang kehamilan


kepada pasangan suami istri yang sebelumnya mengalami infertilitas.
Ada beberapa Faktor- faktor yang sering menyebabkan kegagalan Bayi
Tabung yaitu:
1. Sel Telur yang tumbuh tidak ada / tidak mencukupi.
2. Tidak terjadi pembuahan
3. Embrio tidak menempel dinding rahim
4. Keguguran.

BAB IV
KEBIJAKAN

4.1 BAYI TABUNG DALAM SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM,HUKUM


PERDATA,HUKUM MEDIS,DAN SUDUT PANDANG ETIKA
4.1.1 Pandangan hukum islam

14
Persoalan bayi tabung pada manusia merupakan persoalan baru muncul
dizaman modern, sehingga terjadi masalah fiqh kontemporer yang pembahasannya
tidak dijumpai dalam buku-buku fiqh klasik. Karena itu pembahasan bayi tabung
pada manusia dikalangan para ahli fiqh kontemporer lebih banyak mengacu kepada
pertimbangan kemaslahatan umat manusia, khususnya kemaslahatan suami istri.
Disamping harus dikaji secara multidisipliner karena persoalan ini hanya
bisa dipahami secara komprehensif jika dikaji berdasarkan ilmu kedokteran, biologi-
khususnya genetika dan embriologi serta sosiologi.
Aspek hukum penggunaan bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma
dan ovum, serta rahim. Dalam hal ini hukum bayi tabung ada tiga macam, yaitu:
a. Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri serta
tidak ditransfer kedalam rahim wanita lain walau istrinnya sendiri selain pemilik
ovum (bagi suami istri yang berpoligami) baik dengan tehnik FIV maupun GIFT,
hukumnya adalah mubah, asalkan kondisi suami istri itu benar-benar
membutuhkan bayi tabung (inseminasi buatan) untuk memperoleh anak, lantaran
dengan cara pembuahan alami, suami istri itu sulit memperoleh anak. Padahal
anak merupakan suatu kebutuhan dan dambaan setiap keluarga. Disamping itu,
salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh anak dan keturunan
yang sah serta bersih nasabnya. Jadi, bayi tabung merupakan suatu hajat
(kebutuhan yang sangat penting) bagi suami istri yang gagal memperoleh anak
secara alami. Dalam hal ini kaidah fiqih menentukan bahwa Hajat (kebutuhan
yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency) padahal keadaan darurat/terpaksa membolehkan melakukan hal-hal
yang terlarang.
b. Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari
donor, haram hukumnya karena hukumnya sama dengan zina, sehingga anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya dihubungkan dengan ibu (yang melahirkan)-Nya. Termasuk juga haram
system bayi tabung yang menggunakan sperma mantan suami yang telah
meninggal dunia, sebab antara keduanya tidak terikat perkawinan lagi sejak
suami meninggal dunia.
c. Haram hukumnya bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari suami
istri yang terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam proses
bayi tabung ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu genetic (bukan
istri atau istri lain bagi suami yang berpoligami), haram hukumnya. Jelasnya,
bahwa bayi tabung yang menggunakan rahim rental, adalah haram hukumnya.
Ini berarti bahwa kondisi darurat tidak mentolerir perbuatan zina atau bernuansa
zina. Zina tetap haram walaupun darurat sekalipun.
b) Dalam kaitan ini yusuf qardawi mengemukakan bahwa keharaman bayi tabung
dengan menggunakan sperma yang berasal dari laki-laki lain, baik diketahui
maupun tidak, atau sel telur yang berasal dari wanita lain. Karena akan
menimbulkan problem tentang siapa sebenarnya ibu dari bayi tersebut, apakah si
pemilik sel telur itu yang membawa karakteristik keturunan, apakah wanita yang
menderita dan menanggung rasa sakit karena hamil dan melahirkannya? Begitu
pula jika wanita yang mengandungnya adalah istri lain dari suaminya sendiri,
haram karena dengan cara ini tidak diketahui siapa sebenarnya dari kedua istri

15
itu yang menjadi ibu dari bayi yang akan dilahirkan nanti. Juga kepada siapa
nasab (keturunan) sang bayi disandarkan, apakah kepada pemilik sel telur atau
sipemilk rahim?
c) Dalam kasus ini para ahli fiqih mempunyai pendapat yang berbeda-beda.
Pendapat pertama (yang dipilih Yusuf Qardawi), bahwa ibu bayi itu adalah
sipemilik sel telur. Sedangkan pendapat kedua, bahwa ibunya adalah wanita
yang mengandung dan melahirkannya. Pendapat ini sejalan dengan zahir QS.al-
mujadilah:2 yang artinya ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka..
d) Sedangkan pedapat pertama diatas selaras dengan genetika, bahwa anak akan
mewarisi karakter (sifat-sifat) dari wanita pemilik sel telur dan laki-laki pemilik sel
sperma. Karena dalam sel telur dan sperma itu terdapat kromosom dan didalam
kromosom itulah terdapat gen. Gen inilah yang memberikan sifat menurun
(hereditas) kepada anak.
e) Menurut Muhammad Syuhudi Ismail, sewa rahim sebagai salah satu bentuk
rekayasa genetika adalah haram hukumnya. Alasannya, pada zaman jahiliah
telah dikenal 4 jenis perkawinan dan hanya satu yang sesuai dengan perkawinan
menurut islam. Jenis perkawinan lain adalah bibit unggul, poliandri sampai 9
orang suami, dan perkawinan massal (sejumlah laki-laki mengawini sejumlah
wanita). Perkawinan bibit unggul memiliki persamaan dengan perkawinan unggul
yang terjadi pada zaman modern ini melalui jasa bank sperma. Perbedaannya
perkawinan bibit unggul pada zaman jahiliah berjalan secara alamiah sedangkan
sekarang ini berjalan secara ilmiah.
f) Disamping itu, praktek sewa rahim bertentangan dengan tujuan perkawinan.
Karena salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan
dengan jalan halal dan terhindar dari perbuatan yang dilarang agama, sedangkan
dalam sewa rahim akan melahirkan banyak masalah bagi anak yang lahir, pemilik
bibit, pemilik rahim dan sebagainya.
g) Menurut Umar Shihab, keharaman sewa rahim disebabkan oleh (1) akan
menambah masalah lain yang akan muncul, seperti defenisi anak berbeda
dengan anak yang lahir dari bibit dan rahim yang sama; dan siapakah ibu yang
sebenarnya, apakah ibu genetiknya atau ibu yang mengandungnya; (2) dapat
diqiaskan dengan jual beli yang diharamkan, jual beli yang mengandung najis
(darah).
h) Sewa rahim dapat disamakan dengan jual beli dari segi syarat dan rukunnya.
Salah satu syaratnya barangnya harus halal. Barang najis dilarang diperjual
belikan dan salah satu barang najis yang diperjual belikan adalah darah.
Memang sperma dan ovum tidak termasuk najis, namun antara keduanya kelak
berubah menjadi segumpal darah yang melekat pada dinding rahim yang kelak
menjadi najis. Dalam hal ini juga terdapat hubungan timbal balik sebab pemilik
rahim (ibu penghamil) dibayar sesuai dengan perjanjian dengan pemilik ovum
(ibu genetik), yang berarti hukum keduanya adalah sama. Selain itu, praktek
sewa menyewa rahim tidak dapat digolongkan dalam keadaan darurat,
melainkan termasuk kebutuhan (hajat). Maksudnya, sewa rahim tidak dapat
dibenarkan. Jika seorang ingin punya anak maka harus berusaha sedemikian
rupa dengan cara yang dibenarkan agama.

16
i) Tidak punya anak memang identik dengan terputusnya nasab, namun
jika nasab tersambung dengan cara yang mengarah kepada zina justru
mengancam eksistensi nasab itu sendiri.
Alasan-alasan haramnya bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau
ovum dari donor atau ditransfer kedalam rahim wanita lain, adalah:
1. Firman Allah dalam QS.Al-Isra:70 mengatakan bahwa; yang artinya
sesungguhnya kami telah memuliakan manusia
Dalam hal ini bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau
ovum dari donor itu pada hakekatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan
hewan yang diinseminasi, padahal tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia.
2. Hadits nabi Muhammad SAW :
Hadist ini tidak saja mengandung arti penyiraman sperma kedalam
vagina seorang wanita melalui hubungan seksual, melainkan juga mengandung
pengertian memasukkan sperma donor melalui proses bayi tabung, yaitu
percampuran sperma dan ovum diluar rahim, yang tidak diikat perkawinan yang
sah. Padahal hubungan biologis antara suami istri, disamping untuk menikmati
karunia Allah dalam menyalurkan nafsu seksual, terutama dimaksudkan untuk
mendapatkan keturunan yang halal dan diridhoi Allah. Karena itu sperma seorang
suami hanya boleh ditumpahkan pada tempat yang dihalalkan oleh Allah, yaitu istri
sendiri. Dengan demikian bayi tabung dengan cara mencampurkan sperma dan
ovum donor dari orang lain identik dengan prositusi terselubung yang dilarang oleh
syariat islam. yang berbunyi ;
tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan air (sperma)-Nya kedalam tanaman (vagina istri) orang lain.(HR Abu
Daud dari Ruwaifa bin Sabit).
3. Kaidah Fiqih
Dalam hal ini masalah bayi tabung dengan menggunakan donor
adalah membantu pasangan suami istri dalam mendapatkan anak, yang yang
secara alamiah kesulitan memperoleh anak karena adanya hambatan alami
menghalangi bertemunya sel sperma dengan sel telur (misalnya saluran telurnya
terlalu sempit atau ejakulasi (pancaran sperma)-Nya terlalu lemah.
Namun demikian, mafsadsah (bahaya) bayi tabung dengan donor jauh lebih
besar dari manfaatnya antara lain:
a) Percampuran nasab, padahal islam sangat memelihara kesucian, kehormatan
dan kemurnian nasab, karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang
halal dan siapa yang haram dikawini) serta kewarisan ;
b) Bertentangan dengan sunatullah atau hokum alam;
c) Statusnya sama dengan zina, karena percampuran sperma dan ovum tanpa
perkawinan yang sah;
d) Anak yang dilahirkan bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga,
terutama bayi tabung dengan bantuan donor akan berbeda sifat-sifat fisik, dan
karakter/mental dengan ibu/ bapaknya;
e) Anak yang dilahirkan melalui bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan dirahasiakan donornya, lebih jelek daripada anak adopsi yang
umumnya diketahui asal atau nasabnya;

17
f) Bayi tabung dengan menggunakan rahim rental (sewaan) akan lahir tanpa
proses kasih sayang yang alami (tidak terjalin hubungan keibuan antara anak dan
ibunya secara alami). Sehingga akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Ini
berdasarkan kaidah fiqih yang artinya menolak kerusakan harus didahulukan dari
pada menarik kemaslahatan
4.1.2 PANDANGAN HUKUM PERDATA DI INDONESIA
Jika benihnya berasal dari Suami Istri
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik
secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan
genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya.
Jika ketika embrio diimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan
setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan
tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar
hukum ps. 255 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
(Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian
semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338
KUHPer.)
Jika salah satu benihnya berasal dari donor
1. Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan
dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi
pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki
status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes
golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
2. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Jika semua benihnya dari donor
1. Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang
terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari
pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang
terikat dalam perkawinan yang sah.
2. Jika diimplantasikan kedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki
status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan
secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara

18
biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak
tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap


kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi in vitro transfer embrio
ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat
meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan
pemusnahan kelebihan embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya.
Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan
inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum
ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi in vitro
transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan
dan hal-hal apakah yang dilarang

4.1.3 PANDANGAN HUKUM MEDIS


Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan
diatur dalam:
1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya
kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri
yang sah dengan ketentuan:
a) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu;
c) pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
d) Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang
Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan
umum, perizinan, pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan
Ketentuan Penutup.
Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :

BAB I
KETENTUAN UMUM
1. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
a) Teknologi reproduksi buatan adalah upaya pembuahan sel telur dengan
sperma di luar cara alami, tidak termasuk kloning;
b) Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien;
c) Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
d) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan.

19
BAB II
PERIZINAN
2. Pasal 2
Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan teknologi reproduksi buatan setelah
mendapat izin dari Direktur Jenderal.

3. Pasal 3
a) Pelenggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini dapat dikenakan tindakan administratif.
b) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
peringatan samapai dengan pencabutan izin penyelenggaraan pelayanan
teknologi reproduksi buatan.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN

4. Pasal 11
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Harapan Kita dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo yang telah
memberikan pelayanan teknologi reproduksi buatan, berdasarkan peraturan ini
dinyatakan diberi izin penyelenggaraan pelayanan, penelitian dan
pengembangan dengan ketentuan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak
ditetapkan peraturan ini harus menyesuaikan diri dengan ketentuan peraturan
ini.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

5. Pasal 12
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Instruksi Kesehatan Nomor
3794/Menkes/VII/1990 tentang Program Pelayanan Bayi Tabung dinyatakan tidak
berlaku lagi.
6. Pasal 13

a) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

b) Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung


di Rumah
Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang
menyatakan bahwa:
1. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma
dan sel telur pasangan suami-istri yang bersangkutan.

20
2. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas,
sehingga sehinggan kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan
pelayanan infertilitas secara keseluruhan.
3. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3,
boleh dipindahkan 4 embrio dalam keadaan:
a) Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.
b) Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya dua
kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal.
c) Istri berumur lebih dari 35 tahun.
4. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun.
5. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ovum atau embrio.
6. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian.
Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan
apabila tujuannya telah dirumuskan dengan sangat jelas
7. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan usia
lebih dari 14 hari setelah fertilisasi.
8. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh dibiakkan in
vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk waktu impan beku).
9. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel
ovum, spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel ovum atau
spermatozoa itu berasal.
10. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies
tersebut diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas
pada manusia. Setiap hybrid yang terjadi akibat fretilisasi trans-spesies harus
diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara eksplisit dalam Buku
Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku tersebut di
atas terdapat penjelasan khusus dari beberapa pasal revisi Kodeki Hasil Mukernas
Etik Kedokteran III, April 2002. Pada Kloning dijelaskan bahwa pada hakekatnya
menolak kloning pada manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan serta
martabat manusia sampai setingkat bakteri, menghimbau ilmuwan khususnya
kedokteran, untuk tidak mempromosikan kloning pada manusia, dan mendorong
agar ilmuwan tetap menggunakan teknologi kloning pada :
a. sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk
pembuatan zat antigen monoklonal.
b. sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat
kemungkinan klonasi organ pada diri sendiri.

4.1.4 BAYI TABUNG DARI SUDUT PANDANG ETIKA


Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi
ketimuran kita. Sebagian agamawan menolak adanya fertilisasi in vitro pada
manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi
terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal tersebut
berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prioregatif
Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui
proses alamiah yaitu melalui hubungan seksual antara suami-istri yang sah
menurut agama.

21
Aspek Human Rigths:
Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat
yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah
satunya tentang hak reproduksi.
Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor
sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan
suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan secara hukum, baik hukum
perdata, hukum pidana, hukum agama, hukum kesehatan serta etika (moral)
ketimuran yang berlaku di Indonesia .
Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung tidak
melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah.
Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum dari pendonor.
Sementara untuk kasus, sperma dan ovum berasal dari suami-istri tapi ditanamkan
dalam rahim wanita lain alias pinjam rahim, masih banyak yang
mempertentangkan. Bagi yang setuju mengatakan bahwa si wanita itu bisa
dianalogikan sebagai ibu susu karena si bayi di beri makan oleh pemilik rahim. Tapi
sebagian yang menentang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk zina karena
telah menanamkan gamet dalam rahim yang bukan muhrimnya. Tetapi sebenarnya
UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 ditegaskan bahwa Kehamilan diluar
cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri
mendapat keturunan, tetapi upaya kehamilan tersebut hanya dapat dilakukan oleh
pasangan suami istri yang sah yaitu: hasil pembuahan sperma dan ovum harus
berasal dari pasangan suami istri tersebut, untuk kemudian ditanamkan dalam
rahim si istri. Jadi untuk saat ini wacana Surrogates Mother di Indonesia tidak begitu
saja dapat dibenarkan.
Untuk pemilihan jenis kelaminpun sebenarnya secara teknis dapat dilakukan pada
inseminasi buatan ini. Dengan melakukan pemisahan kromosom X dan Y, baru
kemudian dilakukan pembuahan in-vitro sesuai dengan jenis kelamin yang
diinginkan.
Banyak masalah norma dan etik dalam teknologi ini yang jadi perdebatan
banyak pihak, tetapi untuk pandangan profesi kedokteran mungkin dapat mengarah
kesimpulan dari Perspektif Etika dalam Perkembangan Teknologi Kedokteran yang
disampaikan oleh dr. Mochamad Anwar, SpOG dalam Seminar Nasional Continuing
Medical Education yang diselenggarakan di Auditorium FK UGM tanggal 10 Januari
2009, dimana aspek etika haruslah menjadi pegangan bagi setiap dokter, ahli
biologi kedokteran serta para peneliti di bidang rekayasa genetika, yang didasarkan
pada Deklarasi Helsinki antara lain:
a. Riset biomedik pada manusia harus memenuhi prinsip-prinsip ilmiah dan
didasarkan pada pengetahuan yang adekuat dari literatur ilmiah.
b. Desain dan pelaksanaan experimen pada manusia harus dituangkan dalam
suatu protokol untuk kemudian diajukan pada komisi independen yang
ditugaskan untuk mempertimbangkan, memberi komentar dan kalau perlu
bimbingan.
c. Penelitian biomedik pada manusia hanya boleh dikerjakan oleh orang-orang
dengan kualifikasi keilmuan yang cukup dan diawasi oleh tenaga medis
yang kompeten.

22
d. Dalam protokol riset selalu harus dicantumkan pernyataan tentang norma
etika yang dilaksanakan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip deklarasi
Helsinki.
Walaupun demikian penyusun merasa selain etika penelitian yang ada dalam
Deklarasi Helsinki ini, masih diperlukan campur tangan pemerintah untuk
membuat suatu aturan resmi mengenai pelaksanaan dan penerapan bioteknologi,
sehingga ada pengawasan yang lebih intensif terhadap bahaya potensial yang
mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi ini.

BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan :
1. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung memiliki dampak positif dan negatif
bagi manusia.
2. Perkembangan Bayi Tabung dapat memberikan solusi dalam membantu
pasangan pasangan yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan.

5.2 Saran:
Perlu memperhatikan masalah pandangan hukum dan agama dalam proses bayi
tabung atau Inseminasi Buatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC


http://bayi tabung.com

2. bayitabung.com/.../bayi-tabung-dari-sudut-pandang-hukum
3. www.bayitabung.net/73/mengurai-hukum-bayi-tabung/
4.

24

Vous aimerez peut-être aussi