Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Rahel Tjandrawan
112015159
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Koresponden: raheltjandrawan@gmail.com
Abstrak
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang
sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Borderline
Personality Disorder adalah gangguan kepribadian ambang (Borederline) dikarenakan berada
di antara perbatasan antara gangguan neourotik dan schizofrenia. Biasa terjadi pada masa
dewasa awal atau remaja dan kebanyakan terjadi pada wanita (wanita mempunyai
kecenderungan 3 kali lebih rentan dibandingkan pria). Merupakan gangguan psikologis yang
terjadi diakibatkan ketidakstabilan suasana hati si penderita diikuti dengan serangan depresi,
kecemasan, atau kemarahan yang sangat sering dan kadang-kadang tidak masuk akal. Adanya
gangguan kepribadian dalam menjalin hubungan dengan orang lain, mengenal perasaan-
perasaan sendiri, dan kegagalan dalam mengontrol emosi dan prilaku. Penyebabnya yaitu
kekerasan pada masa kanak-kanak, penolakan dan terpisah dengan orang tua kandung, faktor
kegagalan tugas dalam perkembangan, faktor genetik, ketidakseimbangan neurotransmitter.
Kata kunci: Borderline Personality Disorder, ketidakstabilan mood, neourotik, schizofrenia
Abstract
People who suffering from personality disorders have personality traits that are very stiff
and difficult to adjust to its surroundings. Borderline Personality Disorder is a personality
disorder threshold (Borderline) due to be among the border between neourotic disorder and
schizophrenia. Usually occurs in early adulthood or adolescence and occurs mostly in
women (women have a tendency to 3 times more susceptible than men). A psychological
disorder that occurs due to the instability of the mood of the patient followed by depression,
anxiety, or anger very often and sometimes unreasonable. The presence of personality
disorder in relationships with others, recognize their own feelings, and failure to control
emotions and behavior. The causes are the violence in childhood, rejection and separation
with the biological parent, a factor in the development of task failure, genetic factors, and
imbalance of neurotransmitters.
Keywords: Borderline Personality Disorder, instability mood, neourotic, schizophrenia.
1
Pendahuluan
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III
(Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional
tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen,
khas lainnya yang tidak tergolongkan.1
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian
dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan
fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas
gangguan kepribadian.2
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang
sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya ia akan
mengalami kerusakan berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannya
atau dirinya terasa sangat menderita. Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian
biasanya alloplastik. Artinya orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah
lingkungannya untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya juga
egosintonik, artinya orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-
gejalanya. Umumnya orang dengan gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.
2
BAB I. GANGGUAN KEPRIBADIAN
3
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada
bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial
dan merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label
atau pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan
untuk berobat dan melakukan isolasi diri.4
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan pada
penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami
distres pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir,
menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.4
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara
umum individu yang mengalami gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau
menlanjuti hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal
yang kronis, atau kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul
dalam dirinya.4
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit
menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak
permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem
ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan
hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering
menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.4
B. Epidemiologi
Prevelansi dari gangguan kepribadian paranoid telah dilaporkan 0.5% - 2.5% pada
populasi umum, 10% - 30% pada mereka yang rawat inap pada bagian kejiwaan, dan 2% -
10% pada mereka yang rawat jalan pada bagian kejiwaan.5
C. Etiologi
a. Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian
untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar
4
dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperament, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik
yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.4
b. Faktor Temperamental
c. Faktor Biologis
d. Faktor Psikoanalitik
Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella Chess dan
Alexander Thomas mengemukakan teori Goodness of fit yaitu beberapa jenis gangguan
5
kepribadian adalah hasil interaksi dari ketidakcocokan antara temperamen seorang anak
dengan cara mendidik anak.4
Lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran dan agresif sering
menanamkan dasar-dasar paranoid dan antisosial.4
D.
Pedoman Diagnostik Gangguan Kepribadian4,6
a. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi, misalnya afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan
berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan orang lain.
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas
pada episode penyakit jiwa.
c. Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan jelas maladaptif terhadap
berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa.
e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) cukup berarti,
tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut.
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan
masalah-masalah dalm pekerjaan dan kinerja sosial.
Untuk mendiagnosis berbagai subtipe, bukti nyata dibutuhkan paling sedikit tiga dari
ciri perilaku diatas.5
6
Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap
dirinya, orang lain dan waktu.
Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan
cakupan).
Fungsi-fungsi interpersonal.
Kontrol terhadap impuls.
b. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan
berpengaruh pada situasi sosial.
c. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress
atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial
penting lainnya.
d. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul
dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit
jiwa.
e. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul
yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Ganguan kepribadian khas adalah suatu gangguan dalam konstitusi karakteriologis dan
kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi bebarapa bidang dari kepribadian
dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian
tidak didiagnosa pada pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan
bahwa pada usia dibawah 18 tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada
remaja awal, bila pun adanya gejala-gejala tertentu yang tampak, maka gejala tersebut
menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua gejala yang ada dapat didiagnosa
sebagai bentuk gangguan kepribadian.5
F. Faktor Resiko
Meskipun penyebab gangguan kepribadian umumnya tidak diketahui secara jelas,
faktor-faktor tertentu tanpaknya meningkatkan resiko berkembang atau memicu terjadinya
gangguan kepribadian, diantaranya :4
a. Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya.
b. Status sosial ekonomi rendah
c. Pelecehan verbal, fisik dan seksual selama masa kanak-kanak
d. Diabaikan selama masa kanak-kanak
e. Kehidupan keluarga yang tidak stabil dan kacau selama masa kanak-kanak.
f. Kehilangan orang tua karena proses kematian atau perceraian yang traumatik selam
masa kanak-kanak.
Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat
berdampak pada :4
7
a. Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidak mampuan
untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan
dengan masyarakat.
b. Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami
gangguan kepribadian ambang dan cluster.
c. Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
d. Depresi, kecemasan dan gangguan makan.
e. Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian
ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat
pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian
dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik
karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata
(bergantung pada orang tersebut).
f. Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian
paranoid dan antisosial.
g. Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar
melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan
dipenjara.
h. Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak
mendapatkan perawatan secara baik. 3
8
Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan kepercayaan dari
teman atau rekan-rekan seasosiasi
Individu enggan bercerita kepada orang lain karena takut dan beralasan
bahwa informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan
terhadap dirinya
Individu sering mencurigai maksud tersembunyi yang dianggap
merendahkan atau mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
Individu terus-menerus menanggung dendam dan penghinaan dalam dirinya
Individu sering membayangkan melihat serangan terhadap karakter dirinya
yang tidak jelas dari orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau
melakukan serangan balik pada orang tersebut
Individu memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang
kesetiaan pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Etiologi
Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid
personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang
yang mengalami skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-
orang yang sehat. Paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan
orang-oran yang menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan
perasaan tersebut kedalam diri orang lain.9
9
bagian dari gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh
kondisi medis umum:
Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat
Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
Kurangnya minat untuk berhubungan seks
Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan
Kurang memiliki teman
Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
Afek datar, ketidaklekatan emosional
Etologi
Schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu dan anak yang
terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau menerima
kasih sayang9. Anak yang menunjukkan hubungan dan emosi sebagai hal yang
berbahaya, selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari oaring lain dan juga
perasaan mereka sendiri.
10
Sejarah keluarga, adopsi (pengangkatan anak) dan penelitian mengenai
anak kembar, seluruhnya memberikan pendapat bahwa Schizotypal
Personality Disorder merupakan gangguan yang ditularkan atau disebarkan
secara genetis.8 Orang-orang dengan schizotipal personality disorder
menunjukkan abnormalitasnya dalam struktur otak mereka yang mirip dengan
apa yang tampak pada orang-orang schizophrenia.7
Gejala Schizotypal Personality Disorder
Criteria gangguang kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR11
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara
ekspklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau
sebagai bagian dari gangguang perkembangan pervasive:
Ideas of preference
Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap
persepsi ekstra indrawi
Persepsi yang tidak biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang
tubuhnya
Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstrem, paranoia
Afek yang tidak sesuai
Perilaku atau penampilan yang aneh
Kurang memiliki teman akrab
Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem
bila berada di antara orang lain.
11
Berdasarkan suatu kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan
penolakan berat oleh orang tua merupakan penyebab utama perilaku
psikopatik.10 Perilaku psikopatik berkaitan dengan tidak konsistennya orang
tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan dalam mengajarkan
tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan kehilangan orang
tua.8
12
B. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Definisi:
Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Dissorder)
adalah gangguan kepribadian yang mempunyai ciri-ciri utama berupa
impulsivitas dan ketidakstabilan hubungannya dengan orang lain dan mood. 10
Gangguan ambang ini pada umumnya bermula pada masa remaja atau dewasa
awal dan lebih sering terjadi kepada wanita daripada kepada pria dengan
prevalensi 1 persen.7
Gejala:
Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM IV-TR11
Terdapat lima atau lebih kriteria dibawah ini:
Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-
benar diabaikan atau hanya dalam bayangannya.
Ketidakstabilan atau intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal,
ditandai dengan perpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu
waktu dan beberapa waktu kemudian menistakannya.
Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil.
Perilaku impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang
sangat tidak pantas.
Perilaku bunuh diri (baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh
mencoba) dan mutilasi diri yang berulang.
Kelabilan emosional yang ekstrem.
Perasaan kosong yang kronis
Sangat sulit mengendalikan kemarahan
Pikiran paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.
Etiologi:10
Secara biologis
Para pasien ambang memiliki neurotisisme tinggi, suatu trait yang diturunkan
secara genetik
Teori objek-hubungan
Otto Kernberg mengemukakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan, menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang
tidak merasa aman.
Teori diathesis-stres dari Linehan
Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian ambang terjadi bila orang
yang memiliki kemungkinan genetik (diathesis biologis) berupa kesulitan
13
mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak
mempertimbangkan dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta
upaya untuk mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.
Ledakan emosional anak yang diperhatikan orangtua Besarnya tuntutan dalam keluarga
14
Etiologi:
Teori psikoanalisa berpendapat bahwa emosionalitas dan
ketidaksenonohan perilaku secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan
orangtua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi
emosi yang berlebihan dipandang sebagai simtom-simtom konflik
tersembunyi tersebut dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang
sebagai cara untuk mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu
harga diri yang rendah.10
16
Gangguan kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan
kurangnya perasaan otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang
lemah dan orang lain sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam
DSM secara umum menggambarkan orang yang mengalami gangguan
kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif.10
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah sebagai
berikut:11
Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari
orang lain.
Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian
besar aspek kehidupannya yang utama.
Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan
mereka.
Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya
terhadap kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi
orang lain.
Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan
yang dimilikinya saat ini berakhir.
Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Etiologi10
Psikoanalitis
Melihat gangguan kepribadian dependent ini adalah hasil dari fiksasi
fase oral perkembangan psikoseksual. Para pengasuhnya sangat mengikuti apa
yang dibutuhkan penderita di masa kecil atau menuntut perilaku dependent
dari penderita sebagai imbalan dari pengasuhnya. Akibatnya mereka tidak
dapat mengembangkan perilaku sehat yang tidak tergantung pada
pengasuhnya itu.
17
dan bukan pada kesenangan. Maka dari itu mereka sering mengalokasikan
waktu karena takut terfokus pada hal yang salah.10
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada DSM-IV-TR adalah
sebagai berikut:11
Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas
terabaikan.
Perfeksionis ekstrim, hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang
terselesaikan.
Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan
persahabatan.
Tidak fleksibel tentang moral.
Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti.
Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya.
Kikir.
Rigid dan keras kepala.
Etiologi
Dalam hal biologis
Banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf
pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang
mengkaji metabolism glukosa pada nucleus kaudatus dan girus orbital pada
ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami
OCD dan yang tidak.9
Kelompok A
A. Paranoid
B. Skizoid
18
Psikoterapi Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan
kepribadiaan schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu
waktu, mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif
anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan.
Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien
schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial. Farmakoterapi Dengan
antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan dapat digunakan dan
efektif pada beberapa pasien.
C. Skizotipal
Psikoterapi Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam
pemujaan, praktek religius yang aneh. Farmakoterapi Medikasi antipsikotik
mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, waham dan
gejala lain dari gangguan dan dapaat digunakan bersama-sama psikoterapi.
Kelompok B
A. Antisosial
B. Ambang/ Borderline
19
Psikoterapi Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena
pasien harus meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.
Farmakoterapi Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki
pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap
depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan
Kelompok C
A. Menghindar/ Avoid
B. Dependen
C. Obsesif Kompulsif
20
Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorders), menunjukan
adanya ketidakstabilan dalam suatu hubungan, mood, dan citra diri (self-image).
Borderline yaitu ambang. Dikatakan ambang karena memang diketahui para
penderitanya berada pada ambang psikosis, para penderita gangguan ini mengalami
kesulitan dalam mengendalikan emosi yang mereka miliki. Borderline ini juga
merupakan ambang antara schizophrenia dengan neurosis. Gangguan kepribadian
borderline adalah digambarkan sebagai gangguan berkepanjangan fungsi kepribadian
dalam diri seseorang (biasanya di atas usia delapan belas tahun, meskipun juga
ditemukan pada remaja), ditandai dengan kedalaman dan variabilitas suasana hati.
Gangguan ini biasanya melibatkan tingkat yang tidak biasa dari ketidakstabilan. Sikap
dan perasaan terhadap orang lain berubah-ubah dengan cepat dalam periode yang
singkat. Emosinya juga tidak teratur dan perubahannya tidak luwes. Subjek sangat
memperhatikan argument, cepat marah dan sarkastik dalam memandang orang lain.
Subjek tidak mampu mengembangkan pemikiran yang jernih dari diri dan mungkin tidak
menyetujui nilai-nilai, kesetiaan, dan karir. Mereka tidak mampu bertahan sendiri tanpa
orang lain, jadi mereka cenderung memiliki hubungan personal yang selalu ribut, tidak
bertahan lama dan sangat singkat, serta kurangnya penerimaan saling mengevaluasi diri.3
Bentuk seperti ketidakstabilan mood, cara berpikir yang kurang jelas,
ketidakstabilan dalam mempertahankan hubungan interpersonal, gambaran diri, emosi
dan prilaku merupakan gangguan nyata pada gangguan keperibadian ini. Akibat yang
paling besar dari bentuk prilaku ini adalah dampaknya pada lingkungan sosial si
penderita.3
Gangguan kepribadian ini disebut sebagai gangguan kepribadian ambang
(Borederline) dikarenakan berada di antara perbatasan antara gangguan neourotik dan
schizofrenia. Gangguan ini biasa terjadi pada masa dewasa awal atau remaja dan
kebanyakan terjadi pada wanita (wanita mempunyai kecenderungan 3 kali lebih rentan
dibandingkan pria).2
1. Teori Psikoanalisa
Pada beberapa kasus, ditemukan pula cara berpikir orang paranoid, yaitu
penuh kecurigaan terhadap orang lain.
4. Humanistic
22
Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian ambang di dalam klinis sehari-hari
maka kita memerlukan suatu pedoman diagnositik yang terdapat baik dalam DSM IV-TR
atau di dalam PPDGJ III/ICD 10. Berdasarkan Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorder IV- Text Revised (DSM IV-TR), gangguan kepribadian ambang adalah
suatu pola yang menetap dari ketidakstabilan hubungan interpersonal, gambaran diri dan
afek dan impulsivitas yang nyata dimulai pada masa dewasa awal dan bermanifestasi
dalam berbagai konteks, seperti diindikasikan oleh 5 atau lebih dari hal-hal yang
tercantum di bawah ini :3
1. Usaha yang tidak beraturan untuk menghindari penolakan yang nyata atau imajiner.
Catatan: tidak termasuk bunuh diri dan prilaku menyakiti diri seperti yang tertuang
pada butir ke-5
2. Sebuah pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan terus menerus yang
ditandai dengan pertukaran antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem
3. Gangguan identitas: ketidakstabilan gambaran diri atau perasaan diri yang nyata dan
terus menerus
4. Impulsivitas pada setidaknya dua area yang mempunyai efek potensial dalam
perusakan diri (contoh: belanja, seks, penyalahgunaan zat, berkendaraan ceroboh,
makan, dan minum berlebihan). Catatan: tidak termasuk prilaku bunuh diri atau
melukai diri yang terdapat pada kriteria ke-5
5. Prilaku, isyarat atau ancaman bunuh diri yang sering atau prilaku melukai diri
6. Afek yang tidak stabil yang ditandai mood yang reaktif (contoh: episode disforia
yang sering, iritabel atau kecemasan yang berlangsung beberapa jam dan jarang
lebih dari 2 hari)
8. Marah yang tidak sesuai, sering atau kesulitan dalam mengendalikan amarah
(contoh: sering menunjukkan perangai, marah yang konstan, sering berkelahi)
9. Ide paranoid yang berhubungan dengan stress yang berlangsung sementara atau
gejala disosiatif yang parah
23
B. Faktor Penyebab Borderline Personality Disorder
Sampai saat ini penyebab pasti dari terjadinya gangguan kepribadian ambang ini
masih belum diketahui, namun faktor lingkungan dan genetik memiliki peran dalam
membentuk seseorang untuk menunjukkan gejala dan bentuk dari gangguan ini.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa teori psikoanalisa dalam menjelaskan
terjadinya gangguan kepribadian Borderline ini, sebagai akibat dari yang di alami si
penderita dalam kehidupannya di masa lalu. Untuk lebih jelas sebagai berikut :16,17
1) Kekerasan pada Masa Kanak-kanak, Penolakan dan Terpisah dengan Orang Tua
Kandung
24
kepribadian anak, akan tetapi faktor genetik ini masih diteliti lebih lanjut. Pengaruh
serotonin berhubungan dengan genetik diduga juga ikut berpengaruh.
4) Ketidakseimbangan Neurotransmitter
Belum ada cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya gangguan kepribadian
ambang (borderline). Namun, berdasarkan uraian di atas, yaitu munculnya berbagai
masalah yang berakar dari kehadiran anak borderline, maka perlu segera mendapatkan
solusi yang tepat, agar anak tersebut tetap sekolah, agar potensinya dapat dikembangkan
seoptimal mungkin, agar keluarga tersebut selamat dari berbagai dampak negatif yang
lebih berat yang mungkin muncul. Begitu juga pihak sekolah agar dapat melayani anak
borderline secara proporsional. Berikut ini merupakan rekomendasi dan saran yang
dapat dilakukan agar gangguan kepribadian ambang ini tidak berkelanjutan:16
1. Pencegahan untuk si Penderita Borderline Personality Disorder
e. Mendapatkan bimbingan dan konseling agar tumbuh rasa percara diri dan
percaya kepada orang tuanya.
25
a. Sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan wali kelas hendaknya memahami
secara utuh tentang anak borderline.
e. Berbicara kepada pihak sekolah, agar anak borderline mendapatkan layanan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Perlu penyesuaian kurikulum
26
dan program yang diindividualisasikan. Penataan sistem penilaian dan kenaikan
kelas yang dapat mengakomodasi semua anak, termasuk anak borderline.
f. Berdiskusi dengan keluarga yang memiliki anak borderline yang sudah berhasil.
Pertama sekali diperkenalkan oleh Marsha Linehan pada tahun 1990an untuk
intervensi pada pasien yang berkeinginan untuk bunuh diri, dialectical behavioral
therapy (DBT) pada perawatan BPD merupakan terapi yang berlandaskan pada teori
biososial yakni menekankan fungsi-fungsi pribadi dalam mengatur emosi yang
sesuai dengan pengalaman lingkungan. DBT berasal dari pelbagai bentuk terapi dari
congnitive-behavioral akan tetapi pada DBT menekankan pada saling memberi dan
negosiasi antara terapis dan pasien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan
berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan
yang sedang dihadapi pasien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal
lain yang didapatkan pasien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi,
hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial),
27
menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi
secara tepat.
2) Schema Therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah jenis terapi yang sangat luas
penggunaannya untuk treatment gangguan mental, namun dalam penyembuhan
gangguan BPD terapi ini dianggap kurang efektif. Kesulitan ditemui ketika
pengembangan hubungan interpersonal bersamaan dengan treatment yang diberikan,
oleh karenanya CBT juga mengadopsi schema therapy.
4) Family Therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang
dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga melatih
anggota keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan komunikasi dan
penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling mendukung antar
pasangannya.
5) Transference-Focused Psychotherapy
28
diri pasien secara mandiri untuk mengatur cara berpikir berdasarkan teori-teori
psikodinamika. Dalam terapi ini diusahakan pasien tidak menghabiskan waktunya
begitu lama di rumah sakit, pengurangan pemakaian obat medis, dan menghilangkan
hasrat-hasrat negatif seperti keinginan untuk bunuh diri.
E. Kesimpulan
3. Faktor Genetik
4. Ketidakseimbangan Neurotransmitter
Daftar Pustaka
29
1. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atmajaya;
2013.
2. Saddock BJ. Saddock VA. Buku ajar psikiatri klinis. Ed ke-2. Jakarta:
EGC;2010.
3. Saddock BJ. Saddock VA, Alcott V. Kaplan & sadocks synopsis of
psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. Ed 10th. Philadelphia
USA: Lippincott Wiliams&Wilkins; 2007.h587-97.
4. Elvira SD. Buku ajar psikiatri fakultas kedokteran universitas Indonesia:
psikoterapi. Edisi Kedua. Badan Penerbit FK UI. Jakarta: 2013. Hal 351
5. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Ed 5th. Washington,
DC London, England: American Psychiatric Publishing.
6. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik;1993.
7. Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2010). Psikologi Abnormal, Edisi
ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
8. Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
9. Wiramihardja, Prof. Dr. Sutardjo A., psi. (2007). Pengantar Psikologi
Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama
10. McLean PD, Woody SR. Panic disorder and agoraphobia. in: anxiety
disorders inadults. Oxford University Press;2001. Cp.5.
11. Diagnostic and statistical manual of mental disorder: DSM-IV-TR. 4 th Ed.
Washington, DC: American Psychiatric Association. 2000
12. Millon, Theodore, Seth G., Carrie M., Sarah M., & Rowena R.
2004. Personality Disorder In Modern Life. US: john wiley &
sons, inc.
13. Manjula M, Kumariah, V et al. Cognitive behavior therapy in the treatment of
panic disorder. Indian Journal of Psychiatry. 2009 Apr-Jun; 51(2): 108-110.
14. Maramis, Willy . Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya. Airlangga
University Press. 2009
30
17. Detecting Individuals with Borderline Personality Disorder in the Community:
An Ascertainment Strategy and Comparison with a Hospital Sample dari
https://dash.harvard.edu/bitstream/handle/1/3197518/Hooley_DetectingIndivid
uals.pdf?sequence=1 diunduh pada 19 Mei 2016
31