Vous êtes sur la page 1sur 3

Kualitas hidup perempuan dan bayi tampaknya masih kurang menggembirakan.

Data terbaru menunjukkan, di seluruh dunia lebih dari dua juta bayi dan ibunya
meninggal akibat komplikasi persalinan. Penyebab utama kematian bayi adalah
malaria dan HIV/AIDS.

Ironisnya, sebenarnya penyebab kematian ibu dan bayi tersebut dapat dengan
mudah dicegah. Data tersebut dilaporkan dalam kongres dunia the International
Federation of Gynecology and Obstetrics yang diadakan di Cape Town, Afrika
Selatan.

"Dunia masih akan menghadapi 230 bayi yang tak sempat menangis karena
meninggal akibat komplikasi saat dilahirkan, kecuali bila segera dibuat perencanaan
dan implementasi kebijakan yang lebih baik," demikian menurut laporan tersebut.

Sebanyak 1,02 juta bayi dilahirkan dalam kondisi sudah meninggal dan 904.000
bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan. Sebagai perbandingan, 820.000 anak
meninggal karena malaria dan 208.000 meninggal karena HIV/AIDS di seluruh
dunia.

Sekitar 42 persen dari 536.000 jumlah kematian akibat kehamilan juga terjadi
selama proses persalinan. Angka kematian di Afrika dan Asia Selatan tiga
perempatnya disebabkan karena komplikasi kehamilan dan kematian anak.

Data tersebut dipublikasikan oleh Save the Children, the Gates Foundation serta
John Hopkins University yang melibatkan para peneliti dari berbagai negara.

"Di balik angka yang sangat besar itu tersembunyi cerita kehilangan. Setiap
kematian adalah tragedi bagi keluarga, terlebih sebenarnya tragedi ganda ini bisa
dicegah," kata Joy Lawn, yang mengampanyekan Save the Children's Saving
Newborn Lives.

Dalam laporannya, para peneliti menyebutkan, penyebab kematian tersebut bisa


dicegah lewat peningkatan sistem kesehatan dasar dan melatih para petugas
kesehatan lokal untuk melakukan tindakan darurat, semisal operasi caesar dan
teknik penyelamatan hidup lainnya.

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN, yakni
248/100.000 kelahiran menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2006. Angka ini masih jauh dari
target tujuan pembangunan millenium (millenium development goals/ MDGs), yakni hanya
125/100.000 kelahiran tahun 2015. Tidak hanya itu, angka kematian bayi di Indonesia, juga
masih tinggi sekitar 24 balita meninggal setiap jam yang faktor penyebabnya antara lain,
karena kekurangan gizi yang mendera negeri ini. Masalah ini disorot wartawan SP, Eko B
Harsono dalam tulisan berikut.
Kemiskinan masih menjadi penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Di negara maju dan kaya, mayoritas perempuan melahirkan dengan ditemani
tenaga ahli kesehatan. Kematian ibu dan bayi juga umumnya terjadi di daerah
terpencil yang minim tenaga dokter dan perawat.

Setiap tahunnya, 60 juta dari 136 juta kelahiran di seluruh dunia terjadi di tempat
yang minim fasilitas kesehatan. Di Afrika, hanya satu dari lima kelahiran yang
terjadi di rumah sakit dan ditangani oleh dokter.

(kompas)

Tertinggi ASEAN

Sedangkan Ketua APPI, Sri Hartati P Pandi mengungkapkan, angka kematian ibu hamil,
melahirkan dan menyusui 30 tahun lalu, masih di atas 600 per 100.000 kelahiran. Saat ini, angka
kematian ibu, sudah bisa diturunkan menjadi sekitar 300-an per 100.000 kelahiran.

Meski demikian, kalau dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, angka kematian ibu di
Indonesia masih berada pada ranking tertinggi di ASEAN, bahkan mungkin saja di dunia.
Karenanya, terasa sekali bahwa nasib para ibu belum mendapat perhatian yang wajar.

Dengan angka kematian ibu sekitar 300 - 350 per 100.000 kelahiran itu, jumlah ibu Indonesia
yang meninggal dunia, karena peristiwa mengandung, melahirkan dan menyusui setiap tahunnya
masih bisa mencapai 16.000 sampai 18.000 jiwa setahunnya. Ini berarti setiap bulan masih ada
sekitar 1.300-an sampai 1.500-an ibu di seluruh Indonesia meninggal dunia atau dua orang ibu
meninggal setiap satu jam.

"Padahal, kematian ibu itu bisa dicegah apabila kita semua memberikan perhatian yang wajar
kepada para ibu yang sedang mengandung dan melahirkan," ujarnya. Di negara-negara tetangga,
seperti Malaysia dan Singa-pura, bahkan Vietnam yang baru saja terlepas dari belenggu perang
yang panjang, dalam hal kematian ibu hamil dan melahirkan keadaannya jauh lebih baik.

Sudah lama negara-negara seperti Malaysia dan Singapura mempunyai tingkat kematian ibu
mengandung dan melahirkan di bawah angka 10 per 100.000 kelahiran, hampir sama dengan
keadaan di negara-negara maju lainnya.

Dikatakan, program keluarga berencana (KB) yang telah berhasil mengajak pasangan usia subur
untuk mengatur kehamilan dan kelahiran anak-anaknya harus makin dikembangkan, dan
pasangan muda yang rawan untuk mengatur kelahiran anaknya dengan ikut KB dengan baik.
"Para petugas kesehatan dan bidan di desa harus makin rajin dan mampu "menjemput bola",
mendatangi mereka yang sedang mengandung dan meminta mereka agar rajin memeriksakan
dirinya ke klinik dan memberikan mereka cara-cara merawat kehamilannya agar bisa melahirkan
dengan selamat," tukasnya.

Perhatikan Rakyat Banyak


Sedangkan, Parni Hadi menilai para suami dengan keluarga dan warga sekitarnya harus
memberikan perhatian yang lebih besar kepada istri-istri yang sedang mengandung dan siap
siaga untuk memberikan bantuan apabila diperlukan. "Mereka harus bisa segera membawa ibu
yang akan melahirkan ke klinik yang terdekat demi keselamatan ibu yang bersangkutan,"
tukasnya

Kelanjutan program-program itu harus bisa memanfaatkan arus reformasi yang marak dan sistem
komunikasi terbuka yang luar biasa. Para pemimpin daerah seperti bupati dan wali kota
diharapkan bisa mengisi reformasi dengan program-program yang menguntungkan rakyat
banyak.

Program-program itu harus bisa merangsang masyarakat luas untuk mengembangkan secara
mandiri kelanjutan program-program yang lebih berhasil, tetapi dengan arahan yang lebih efisien
dan mandiri. Dikatakan, program-program masyarakat itu harus diarahkan pada daerah-daerah
yang justru belum banyak berhasil, misalnya tingkat fertilitasnya masih tinggi, pasangan usia
suburnya yang masih belum banyak ber-KB atau daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya
masih sangat minimal. *

Sumber : http://www.suarapembaruan.com

Vous aimerez peut-être aussi