Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASUHAN KEBIDANAN IV
MELA KATRIN
12211231
PEMBIMBING :
TA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya serta kemudahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PADA KELAINAN LETAK SUNGSANG ini tanpa
rintangan yang berarti.
Serta tidak lupa sholawat serta salam kita junjungkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad
SAW,keluarganya beserta sahabatnya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas perkuliahaan Semester IV untuk
mata kuliah ASKEB IV di Akademi Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG. Tujuan
lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Akademis
serta meningkatkan rasa tanggung jawab seorang mahasiswa.
Tidak lupa penulis mengucapka terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan moral ataupun dukungan baik moral ataupun material demi terselesainnya
makalah ini khususnya kepada:
3. Rekan-rekan Mahasiswa
Penulis menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa
yang akan datang.
Semoga dengan segala keterbatasan yang ada pada penulis, makalah ini dapat memberi manfaat
kepada semua pihak. Khususnya bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca pada
umumnya.Aammiiin..
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
. 1
1.1 Latar
Belakang
1
1.2
Tujuan
.. 1
1.3
Manfaat
2
BAB II TINJUAN
TEORITIS.. 3
2.1
Pengertian
.. 3
2.2
Klasifikasi
3
2.3
Etiologi
.. 3
2.4
Diagnosis
.. 5
2.8 Penanganan /
Terapi 13
3.1
Pengkajian
.. 15
3.6 Melaksanakan
Perencanaan 21
3.7
Evaluasi
22
BAB
IVPENUTUP
.. 23
4.1
Kesimpulan
23
4.2
Saran
.. 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi diantara 130-780 dalam 100.000 persalinan hidup.
Walaupun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka
kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 390 per
100.000 persalinan hidup (Manuaba, 1998 : 8)
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2 %-3 % bervariasi diberbagai tempat. Sekalipun
kejadiannya kecil tetapi mempunyai peyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20 %-30
%.
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan
persalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui gambaran secara umummengenai kelainan letak
sungsang.
Tujuan Khusus
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan terutama dalam bidang metodologi penelitian dan
pelayanan kesehatan khususnya pada penanganan kasus kelainan letak lintang.
Dapat memberikan gambaran tentang kejadian kelainan letak lintang dan dapat digunakan
sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka memberikan
penanganan pada ibu bersalin dengan kelainan letak lintang guna mencegah kematian ibu dan
bayi.
3 Bagi Pendidikan
Sebagai referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan proses
pembelajaran dikampus dengan hasil yang memuaskan dan berguna di masa yang akan datang
sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan
atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
2.2 Klasifikasi
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam
hanya dapat diraba bokong
1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan
multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
2.3 Etiologi
Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi
luas ruangan dalam rahim. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul.
1. Makrosemia
2. Hidrosefalus
3. Anensefalus
Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin
mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim. Kelainan bentuk kepala:
hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
1. Hidramnion
2. Oligohidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
4) Keadaan Kehamilan
1. Kehamilan ganda
5) Keadaan Uterus
1. Uterus arkuatus
2. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga
rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke 37 dan seterusnya.
1. Pendek
8) Penyebab lain
Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, Janin sudah lama mati,dan sebab yang
tidak diketahui.
2.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah teraba
bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba bagian yang keras,
bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas pusat. Pemeriksaan dengan USG
atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba
bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.
1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.
Prosedur persalinan :
Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dariruangan
yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga
kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial
(adanya tentorium cerebellum).
Teknik persalinan
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut
dan akhirnya seluruh kepala.
Keuntungan:
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi
Kerugian:
Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki,
misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk
b. Manual aid (partial breech extraction)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
Prosedur manual aid (partial breech extraction)
Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat
melahirkan bahu atau kepala
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer),
Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel,
Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik:
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang berada
di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah
simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian
lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dandengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang
bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di punggung dan sejajar dengan
sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut
dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan
dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolongdiletakkan
sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain
mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan di bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang
tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan
bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi
minimal.
Cara Louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan
traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir
dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang
tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Mauriceau
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa
kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan
bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3
penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten
melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong
yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah
simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir
seluruh kepala janin.
Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan lengan pada
letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu
sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah,
yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simpisis, maka
cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan
riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.
Primigravida tua
Prematurita
2.6 Persalinan Letak Sungsang
Persalinan pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak dapat diduga
sebelumnya, terutama persalinan kepala bayi.Dengan demikian, pertolongan persalinan
mempunyai dua pendapat yang sangat kontras, yaitu:
1. Pengnut absolut
Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well
health mother
Bentuk Persa
Teknik Persalinan Keterangan
Linan
Hiperlordose janin
Tanpa komplikasi
Total ekstraksi
Ekstraksi kaki
Ekstraksi bokong
Seluruh kekuatan
asal dari luar
Fraktur atau
dislokasi sendi
bokong
Fraktur atau
dislokasi
ekstremitas
bawah
Robekan mulut
Dislokasi sendi leher
Hanya jika dijumpai kelainan akan dilakukan secsio sesarea segera atau primer. Trauma yang
paling berat dan harus difikirkan adalah trauma kepala yang menimbulkan asfiksia hingga
kematian janin. Oleh karena itu, lebih aman jika persalinan dilakukan dengan secsio sesarea.
Bentuk pertolongan seperti yang dikemukakan diatas belum memperhitungkan beberapa
kelainan yang menyertai letak sungsang sebagai berikut,
Oleh karena itu, dalam menghadapi letak sungsang perlu diperhitungkan kriteria yang dijabarkan
oleh Zatuchni-Andres, yang menyatakan bahwa:
2. Penentuan berat bayi sangat penting. Kesalahan perkiraan berat akan menimbulkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
3. Berat bayi sekitar 3500 gram atau lebih langsung dilakukan secsio sesarea.
Kemungkinan komlikasi, morbiditas, dan mortalitas pada pertolongan letak sungsang merupakan
masalah kontroversi antara langsung secsio sesarea atau pertolongan pervaginam.
1. Pendapat absolut dan keingingan mencapai lebih pasti well born baby dan well health
mother mengemukakan bahwa sudah tidak ada lagi tempat bagi pertolongan letak
sungsang trensvaginal.
2. Pendapat konservatif masih memberikan kesempatan persalinan per vaginam, dan jika
terdapat kesulitan akan langsung dilakukan scsio sesarea.
Morbiditas dan mortalitaspersalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan letak kepala. Ini
disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
1. Persalinan bokong
4. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
Persendian leher
Edema serebri
Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan gangguan
mental dan intelegensi
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak
janin dengan versi luar.
Tujuannya :
Untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengankehamilan 34
minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau
plasenta previa.
Teknik :
1. Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
4. Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
1. Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir
2. Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
persalinan yang optimal
4. Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk
Informed consent. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang merupakan bentuk
catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu hamil dengan kelainan letak
sungsang. Manajemen asuhan kebidanan disusun dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat oleh bidan dalam langkah sebelumnya.
3.1 Pengkajian
Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien .
Data subjektif
Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien
melalui anamnesa.yang termasuk data subjektif untuk ibu hamil dengan kelainan letak sungsang
antara lain :
Yang perlu dikaji : nama, umur, bangsa, agama, dan alamat.Tujuan dilakukan anamnesa ini
adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat .
1. Keluhan Utama
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah
Untuk Mengetahui apakah selama kehamilan ibu dari bayi perna mengalami masalah seperti
pendarahan, preeklamsia, eklamsi, hipertensi, diabetes, penyakit kelamin, anemia dan deteksi
dini kelainan pada bayinya. Dari kasus ibu hamil dengan kelainan letak sungsang, maka perlu
penanganan kusus.
Yang dikaji adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan, TP dan kemungkinan komplikasi
yang terjadi.
1. Pola Kebiasaan
Gunanya untuk mengetahui apakah nutrisi, pola aktifitas ibu, pola hygine, pola istirahat ibu
sudah benar dan cukup atau tidak.
Data objektif
Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus. Data
objektif mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium
dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus.
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah,
Nadi
Pernafasan
Suhu
1. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
Yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan tanda yang
dilakukan secara head to toe yaitu:
Kebersihan kulit
Rambut
Muka
Payudara : keadaan puting susu menonjol atau tidak, kolostruum ada atau tidak
Perut : apakah membesar sesuai dengan tua kehamilan,apakah ada bekas
luka operasi
Ekstremitas atas dan bawah : apakah ada kelainan seperti varises, udem dan sianosis.
Vulva : apakah bersih, ada varises atau tidak, pengeluaran dari vagina.
2) Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri dalam sentimeter, pada fundus teraba (keras,
Leopold II : Pada dinding perut ibu sebelah kiri terba (panjang memapan)
kemungkinan punggung janin, pada dinding perut ibu sebelah kanan
teraba ( tonjolan-tonjolan kecil) kemungkinan ekstremitas janin.
Leopold III :Pada bagian terbawah perut ibu teraba (lunak, tidak melenting)
kemungkinan bokong janin.
3) Auskultasi
Periksa dengar dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung janin, frekuensi, teratur atau tidaknya
dan mengetahui posisi punktum maksimum. DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar
pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
4) Perkusi
Melakukan pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif
Pemeriksaan Penunjang.
USG
Mengetahui kemungkinan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan hidramnion dan derajat
kematangan plasenta.
Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus.
Pemeriksaan Dalam
Setelah ketuban pecah,dapat di raba lebih jelas adanya bokong yang di tandai dengan adanya
sakrum,kedua tuber ossis iskii dan anus.Bila dapat di raba kaki ,maka harus di bedakan dengan
tangan.Pda kaki terdapat tumit,sedangkan pada tangan di temukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pemeriksaan Luar
Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus
uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh profesi(bidan) dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama),yaitu :
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :
a) Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil : G,P, A,H, usia kehamilanmgg, janin hidup, tunggal, intra uterin, let-Su,
persentasi bokong, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.
Dasar : HPHT, TP, jumlah air ketuban lebih dari 2 liter dapat diketahui dari USG, hasil
pemeriksaan sitology vaginal ,hasil test tanpa tekanan dengan CTG.
b) Masalah
Dukungan Psikologi
Masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan letak sungsang adalah
2) Perdarahan intrakranial
3) Fraktur.
Lakukan episiotomi
Injeksikan dexamethason
Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah .
Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu
diobservasi secara cermat:
1. suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi
pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis.
2. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih
dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik
3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02.
4. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh
lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.
6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5
10%) dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 510%dan Nabik 1,5% 4:1.
7. Pemberian obat-obatan :
2) kortikosteroid berupa deksametason 0,51 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik
terhadap hipoksia dan edema otak.
3) antibiotika dapat diberikanuntuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi
yang berlebihan.
Tindakan yang dilakukan :Pergerakan lengan di kurangi agar fraktur tidak terjadi.
Pengobatannya adalah Reposisi abduksi 60 derajat, fleksi 90 derajat, dan imobilisasi.Patah tulang
pada bayi akan cepat sembuh dalam 7-10 hari.
Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang
antara lain :
1) Observasi TTV
6) Lakukan rujukan.
Rencana asuhan yang telah disusun dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa
dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien atau Tim Kesehatan yang lain.
3.7 Evaluasi
Rangkaian tindakan yang saling berhubungan bertujuan untuk mengukur kemampuan dan
efektivitas pelaksanaan asuhan kebidan berdasan tujuan dan kriteria evaluasi menggunakan
format SOAP.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan
atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam
hanya dapat diraba bokong
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki.
1. Persalinan pervaginam
1) Persalinan spontan
1. Penganut absolut
Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well
health mother
2. Penganut faham relatif
4.2 Saran
Di sarankan kepada pembaca terutama petugas kesehatan agar dapat lebih memahami apa yang
di maksud dengan kelainan letak sungsang serta dapat menanggulangi kejadian letak sungsang
yang dapat berakibat kematian pada ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku Kedokteran.Jakarta: EGC
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. Jakarta : EGC