Vous êtes sur la page 1sur 26

TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN IV

KELAINAN LETAK SUNGSANG

MELA KATRIN

12211231

PEMBIMBING :

DEVI SYARIEF,S.Si.T M.Keb

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya serta kemudahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PADA KELAINAN LETAK SUNGSANG ini tanpa
rintangan yang berarti.
Serta tidak lupa sholawat serta salam kita junjungkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad
SAW,keluarganya beserta sahabatnya.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas perkuliahaan Semester IV untuk
mata kuliah ASKEB IV di Akademi Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG. Tujuan
lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Akademis
serta meningkatkan rasa tanggung jawab seorang mahasiswa.

Tidak lupa penulis mengucapka terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan moral ataupun dukungan baik moral ataupun material demi terselesainnya
makalah ini khususnya kepada:

1. Akademi Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2. Dosen Mata Kuliah ASKEB IV,serta

3. Rekan-rekan Mahasiswa

Penulis menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa
yang akan datang.

Semoga dengan segala keterbatasan yang ada pada penulis, makalah ini dapat memberi manfaat
kepada semua pihak. Khususnya bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca pada
umumnya.Aammiiin..

Padang, 15 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
i

DAFTAR
ISI
ii

BAB I
PENDAHULUAN
. 1
1.1 Latar
Belakang
1

1.2
Tujuan
.. 1

1.3
Manfaat
2

BAB II TINJUAN
TEORITIS.. 3

2.1
Pengertian
.. 3

2.2
Klasifikasi
3

2.3
Etiologi
.. 3

2.4
Diagnosis
.. 5

2.5 Prinsip Dasar Persalinan


Sungsang 5

2.6 Persalinan Letak


Sungsang. 10

2.7 Prognosis Persalinan Letak


Sungsang.. 13

2.8 Penanganan /
Terapi 13

2.9 Sikap Bidan Dalam Menghadapi Kelainan Letak Sungsang.


14
BAB III MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN 15

3.1
Pengkajian
.. 15

3.2 Interpretasi Data


Dasar. 18

3.3 Mengidentifuikasi Diagnosa Atau Masalah


Potensial. 19

3.4 Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera 19

3.5 Mencanakan Asuhan Yang


Menyeluruh 21

3.6 Melaksanakan
Perencanaan 21

3.7
Evaluasi
22

BAB
IVPENUTUP
.. 23

4.1
Kesimpulan
23

4.2
Saran
.. 24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka kematian ibu dapat
diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar 5.600.000 jiwa pertahun.

Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi diantara 130-780 dalam 100.000 persalinan hidup.
Walaupun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka
kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 390 per
100.000 persalinan hidup (Manuaba, 1998 : 8)

Kejadian letak sungsang berkisar antara 2 %-3 % bervariasi diberbagai tempat. Sekalipun
kejadiannya kecil tetapi mempunyai peyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20 %-30
%.

Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan
persalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui gambaran secara umummengenai kelainan letak
sungsang.

Tujuan Khusus

Dengan pembuatan studi kasus ini diharapkan Mahasiswa mampu:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan letak sungang

2. Mengetahui apa-apa saja klasifilasi dari kelainan letak sungsang

3. Mengetahui etiologi dari kelainan letak sungsang

4. Mengetahui bagaimana cara penegakan diagnosis pada kelainan letak sungsang

5. Mengetaui bagaimana prinsip dasar kelaianan letaak sungsang

6. Mengetahui cara persalinan letak sungsang

7. Menegetahui prognosis kelainan letak sungsang

8. Mengetahui bagaimana penanganan /terapi pada kelainan letak sungsang

9. Mengetahui bagaimana sikap bidan pada kelainan letak lintang.


1.3 Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan terutama dalam bidang metodologi penelitian dan
pelayanan kesehatan khususnya pada penanganan kasus kelainan letak lintang.

2 Bagi Institusi Kesehatan

Dapat memberikan gambaran tentang kejadian kelainan letak lintang dan dapat digunakan
sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka memberikan
penanganan pada ibu bersalin dengan kelainan letak lintang guna mencegah kematian ibu dan
bayi.

3 Bagi Pendidikan

Sebagai referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan proses
pembelajaran dikampus dengan hasil yang memuaskan dan berguna di masa yang akan datang
sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR KELAINAN LETAK SUNGSANG

2.1 Pengertian

Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan
atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri).

2.2 Klasifikasi

Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:

1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).

Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam
hanya dapat diraba bokong

2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).


Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki

1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
( 10-30%).

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki.

Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan
multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.

2.3 Etiologi

1) Terdapat plasenta previa

Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi
luas ruangan dalam rahim. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul.

2) Keadaan janin yang menyebabkan letak sungsang

1. Makrosemia

2. Hidrosefalus

3. Anensefalus

Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin
mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim. Kelainan bentuk kepala:
hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

3) Keadaan air ketuban

1. Hidramnion

2. Oligohidramnion

Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.

4) Keadaan Kehamilan

1. Kehamilan ganda

2. Kehamilan lebih dari dua


Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya, adanya lebih dari satu janin
dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat
yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong
janin) berada di bagian bawah rahim.

5) Keadaan Uterus

1. Uterus arkuatus

2. Plasenta dengan implantasi pada kornua

6) Keadaan dinding abdomen

1. Rileks akibat grandemultipara

2. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga
rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke 37 dan seterusnya.

7) Keadaan tali pusat

1. Pendek

2. Terdapat lilitan tali pusat pada leher

8) Penyebab lain

Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, Janin sudah lama mati,dan sebab yang
tidak diketahui.

2.4 Diagnosis

Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah teraba
bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba bagian yang keras,
bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas pusat. Pemeriksaan dengan USG
atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba
bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.

2.5 Prinsip Dasar Persalinan Sungsang

1. Persalinan pervaginam

a. Persalinan spontan

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.
Prosedur persalinan :
Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.

Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.

Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dariruangan
yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga
kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial
(adanya tentorium cerebellum).

Teknik persalinan

1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.

3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.

5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasianterior,


yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresikriste
ller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan.
Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara
fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak teradi lengan menjungkit.

6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut
dan akhirnya seluruh kepala.

7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

Keuntungan:

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi

Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian:

Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki,
misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk
b. Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
Prosedur manual aid (partial breech extraction)

Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat
melahirkan bahu atau kepala

Tahapan :

1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.

2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer),
Mueller, Louvset, Bickenbach.

3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel,
Prague Terbalik, Cunan Piper.

Cara klasik:

1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang berada
di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah
simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian
lengan belakang dilahirkan.

2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dandengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.

5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan

6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang
bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di punggung dan sejajar dengan
sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut
dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan
dengan cara yang sama.
Cara Mueller

1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.

2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolongdiletakkan
sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain
mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan di bawahnya.

3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang
tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan
bawah dengan kedua jari penolong.

Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi
minimal.

Cara Louvset :

1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan
traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir
dibawah simpisis.

2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang
tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :

Mauriceau

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa
kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan
bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3
penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.

2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten
melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong
yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah
simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir
seluruh kepala janin.

Cara Cunam Piper :

Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan lengan pada
letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu
sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah,
yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simpisis, maka
cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

c. Ektraksi sungsang (total breech extraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

Syarat partus pervaginam pada letak sungsang:

Janin tidak terlalu besar

Tidak ada suspek CPD

Tidak ada kelainan jalan lahir

Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan
riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria)


Prosedur persalinan sunggang perabdominan:
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus perabdominam adalah :

Primigravida tua

Nilai sosial tinggi

Riwayat persalinan yang buruk

Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg

Dicurigai kesempitan panggul

Prematurita
2.6 Persalinan Letak Sungsang

Persalinan pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak dapat diduga
sebelumnya, terutama persalinan kepala bayi.Dengan demikian, pertolongan persalinan
mempunyai dua pendapat yang sangat kontras, yaitu:

1. Pengnut absolut

Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.

Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well
health mother

1. Penganut faham relatif

Memberikan kesempatan persalinan pervaginam

Bentuk Persa
Teknik Persalinan Keterangan
Linan

Hiperlordose janin

Tekanan fundus uteri


Bracth teknik
Persalinan sungsang normal

Tanpa komplikasi

Sampai umbilikus kekuatan


Partiil ekstraksi
sendiri

Memutar badan bolak balik


sampai bahu lahir
Manuil aids lovesets
Trauma alat vital abdomen

Fraktur ekstremitas atas

Total ekstraksi
Ekstraksi kaki

Ekstraksi bokong

Seluruh kekuatan
asal dari luar

Trauma alat vital


abdomen

Fraktur atau
dislokasi sendi
bokong

Fraktur atau
dislokasi
ekstremitas
bawah

Menurunkan kaki depan

Memudahkan ekstraksi kaki


depan
Profilaksis Pinard
Fraktur atau dislokasi sendi
femur

Fraktur kaki belakang

Viet Smellic Mauriceau


Jari masuk mulut leher
dicekam

Tarik kebawah untuk


melahirkan suboksiput

Tarik keatas untuk melahirkan


sisa kepala

Robekan mulut
Dislokasi sendi leher

Gangguan pusat vital

Asfiksia ssampai meninggal

Teknik pemasangan sulit

Kompresi daun forsep


Forceps Piper dan
kepala Trauma langsung terhadap
organ vital pada muka dan
kepala

Truma mata dan telinga

Hanya jika dijumpai kelainan akan dilakukan secsio sesarea segera atau primer. Trauma yang
paling berat dan harus difikirkan adalah trauma kepala yang menimbulkan asfiksia hingga
kematian janin. Oleh karena itu, lebih aman jika persalinan dilakukan dengan secsio sesarea.
Bentuk pertolongan seperti yang dikemukakan diatas belum memperhitungkan beberapa
kelainan yang menyertai letak sungsang sebagai berikut,

1. Terdapat tangan atau lengan berada di belakang kepala janin

2. Terdapat lilitan tali pusat pada leher

3. Terdapat kedudukan dagu depan

4. Bayi ternyata maksrosemia

Oleh karena itu, dalam menghadapi letak sungsang perlu diperhitungkan kriteria yang dijabarkan
oleh Zatuchni-Andres, yang menyatakan bahwa:

1. Jumlah empat atau kurang mutlak dilakukan transabdominal, seksio sesarea.

2. Penentuan berat bayi sangat penting. Kesalahan perkiraan berat akan menimbulkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.

3. Berat bayi sekitar 3500 gram atau lebih langsung dilakukan secsio sesarea.

Kemungkinan komlikasi, morbiditas, dan mortalitas pada pertolongan letak sungsang merupakan
masalah kontroversi antara langsung secsio sesarea atau pertolongan pervaginam.
1. Pendapat absolut dan keingingan mencapai lebih pasti well born baby dan well health
mother mengemukakan bahwa sudah tidak ada lagi tempat bagi pertolongan letak
sungsang trensvaginal.

2. Pendapat konservatif masih memberikan kesempatan persalinan per vaginam, dan jika
terdapat kesulitan akan langsung dilakukan scsio sesarea.

2.7 Prognosis Persalinan Letas Sungsang

Morbiditas dan mortalitaspersalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan letak kepala. Ini
disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.

2. Terdapat tiga komponenpersalinan letak sungsang dan masing-masing dapat


menimbulkan komplikasi:

1. Persalinan bokong

2. Persalinan bahu dengan lengan

3. Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali


pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi terangkap

4. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.

5. Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat


menimbulkan komplikasi:

Persendian leher

Trauma langsung pada kepala

Edema serebri

Robekan tentorium serebri

Kerusakan pusat vital pada medula oblongata

Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan gangguan
mental dan intelegensi

2.8 Penanganan / Terapi


Sikap sewaktu hamil

Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak
janin dengan versi luar.

Tujuannya :

Untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengankehamilan 34
minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau
plasenta previa.

Teknik :

1. Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg

2. Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong

3. Putar ke arah muka atau perut janin

4. Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala

5. Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan

2.9 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang

Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :

1. Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir

2. Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
persalinan yang optimal

3. Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama


dokter

4. Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk
Informed consent. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA KELAINAN LETAK SUNGSANG

Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang merupakan bentuk
catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu hamil dengan kelainan letak
sungsang. Manajemen asuhan kebidanan disusun dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat oleh bidan dalam langkah sebelumnya.

Langkah-langkah Manajemen varney:

3.1 Pengkajian

Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien .

Data subjektif

Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien
melalui anamnesa.yang termasuk data subjektif untuk ibu hamil dengan kelainan letak sungsang
antara lain :

1. Biodata dan Identitas

Yang perlu dikaji : nama, umur, bangsa, agama, dan alamat.Tujuan dilakukan anamnesa ini
adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat .

1. Keluhan Utama

Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah

1. Riwayat Penyakit Kehamilan

Untuk Mengetahui apakah selama kehamilan ibu dari bayi perna mengalami masalah seperti
pendarahan, preeklamsia, eklamsi, hipertensi, diabetes, penyakit kelamin, anemia dan deteksi
dini kelainan pada bayinya. Dari kasus ibu hamil dengan kelainan letak sungsang, maka perlu
penanganan kusus.

1. Riwayat Kehamilan ini

Yang dikaji adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan, TP dan kemungkinan komplikasi
yang terjadi.

1. Pola Kebiasaan

Gunanya untuk mengetahui apakah nutrisi, pola aktifitas ibu, pola hygine, pola istirahat ibu
sudah benar dan cukup atau tidak.
Data objektif

Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus. Data
objektif mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium
dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus.

1. Pemeriksaan umum

Untuk menemukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup:

Kesadaran

Tekanan Darah,

Nadi

Pernafasan

Suhu

1. Pemeriksaan Khusus

1) Inspeksi

Yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan tanda yang
dilakukan secara head to toe yaitu:

Kebersihan kulit

Rambut

Muka

Mata : konjungtiva, sklera

Mulut : caries gigi, karang gigi

Leher : pembesaran kelenjer tiroid, pembengkakan kelenjer limfe

Payudara : keadaan puting susu menonjol atau tidak, kolostruum ada atau tidak
Perut : apakah membesar sesuai dengan tua kehamilan,apakah ada bekas
luka operasi

Ekstremitas atas dan bawah : apakah ada kelainan seperti varises, udem dan sianosis.

Vulva : apakah bersih, ada varises atau tidak, pengeluaran dari vagina.

2) Palpasi

Dengan menggunakan secara leopold, kemungkinan yang ditemukan adalah:

Leopold I : Tinggi fundus uteri dalam sentimeter, pada fundus teraba (keras,

melenting) kemungkinan bagian kepala janin.

Leopold II : Pada dinding perut ibu sebelah kiri terba (panjang memapan)
kemungkinan punggung janin, pada dinding perut ibu sebelah kanan
teraba ( tonjolan-tonjolan kecil) kemungkinan ekstremitas janin.

Leopold III :Pada bagian terbawah perut ibu teraba (lunak, tidak melenting)
kemungkinan bokong janin.

Leopold IV :Untuk mengetahui seberapa masuknya bagian terbawah janin ke PAP.

3) Auskultasi

Periksa dengar dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung janin, frekuensi, teratur atau tidaknya
dan mengetahui posisi punktum maksimum. DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar
pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.

4) Perkusi

Melakukan pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif

Pemeriksaan Penunjang.

USG

Mengetahui kemungkinan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan hidramnion dan derajat
kematangan plasenta.
Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus.

Pemeriksaan Dalam

Setelah ketuban pecah,dapat di raba lebih jelas adanya bokong yang di tandai dengan adanya
sakrum,kedua tuber ossis iskii dan anus.Bila dapat di raba kaki ,maka harus di bedakan dengan
tangan.Pda kaki terdapat tumit,sedangkan pada tangan di temukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.

Pemeriksaan Luar

Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus
uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus

3.2 Interprestasi Data Dasar

Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh profesi(bidan) dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama),yaitu :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi bidan

2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

3) Didukung oleh klinikal judgement dalam lingkup lingkup kebidanan

Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah :

a) Diagnosa Kebidanan

Ibu hamil : G,P, A,H, usia kehamilanmgg, janin hidup, tunggal, intra uterin, let-Su,
persentasi bokong, jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik.

Dasar : HPHT, TP, jumlah air ketuban lebih dari 2 liter dapat diketahui dari USG, hasil
pemeriksaan sitology vaginal ,hasil test tanpa tekanan dengan CTG.

b) Masalah

Kemungkinan masalah yang timbul adalah kecemasan.

Dasar: ibu cemas dan takut menghadapi persalinan.

Gangguan eleminasi miksi (retensi urine )

Dasar: trauma mekanik karena kehamilan letak sungsang.


c) Kebutuhan

Dukungan Psikologi

Dasar : karena ibu cemas menghadapi persalinannya.

Anjurkan keluarga untuk memotivasi ibu

Dasar: karena ibu takut anaknya cacat.

3.3 Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan letak sungsang adalah

1) Sindrom gawat nafas.

2) Perdarahan intrakranial

3) Fraktur.

3.4 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

a) Sindrom gawat janin

Tindakan yang dilakukan jika terjadi gawat janin:

Atur posisi ibu miring ke kiri

Berikan oksigen 6 liter/menit

Lakukan episiotomi

Injeksikan dexamethason

Pemberian cairan oral atau parenteral(infus dextrose 10% tetesan cepat)

Pengontrolan BJJ diwaktu his dan diluar his

Lakukan resusitasi setelah jalan lahir.


b) Perdarahan intrakranial

Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah .
Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu
diobservasi secara cermat:

1. suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi
pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis.

2. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih
dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik

3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02.

4. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh
lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.

5. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.

6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5
10%) dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 510%dan Nabik 1,5% 4:1.

7. Pemberian obat-obatan :

1) valium/luminal bila ada kejang-kejang.Dosis valium 0,30,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit,


kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10 mg/kgBB
(neonatus 30 mg), 4 jam kemudianluminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari,
selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.

2) kortikosteroid berupa deksametason 0,51 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik
terhadap hipoksia dan edema otak.

3) antibiotika dapat diberikanuntuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi
yang berlebihan.

4) Tindakan bedah darurat :

Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan


explorative Burrholedan bilapositif dilanjutkan dengan kraniotomi,
evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat .

Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole


dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi
hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik. Pada
perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor,
dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
c) Fraktur

Tindakan yang dilakukan :Pergerakan lengan di kurangi agar fraktur tidak terjadi.

Pengobatannya adalah Reposisi abduksi 60 derajat, fleksi 90 derajat, dan imobilisasi.Patah tulang
pada bayi akan cepat sembuh dalam 7-10 hari.

3.5 Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Perencanaan tindakan yang mungkin dilakukan pada ibu hamil dengan kelainan letak sungsang
antara lain :

1) Observasi TTV

2) Memberi tahu hasil pemeriksaan

3) Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan cara persalinan.

4) Konsul/kolaborasi dengan Dr.Obgyn.

5) Melakukan inform consent.

6) Lakukan rujukan.

3.6 Melaksanakan Perencanaan

Rencana asuhan yang telah disusun dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa
dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien atau Tim Kesehatan yang lain.

3.7 Evaluasi

Rangkaian tindakan yang saling berhubungan bertujuan untuk mengukur kemampuan dan
efektivitas pelaksanaan asuhan kebidan berdasan tujuan dan kriteria evaluasi menggunakan
format SOAP.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan
atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri).

Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:

1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).

Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam
hanya dapat diraba bokong

2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).

Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki

1. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling )
( 10-30%).

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki.

Prinsip dasar persalinan sungsang,yaitu:

1. Persalinan pervaginam

1) Persalinan spontan

2) Manual aid (partial breech extraction)

3) Ektraksi sungsang (total breech extraction)

1. Persalinan perabdominan (sectio caesarea)

Persalinan letak sungsang memiliki 2 penganut,yaitu:

1. Penganut absolut

Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.

Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born baby dan well
health mother
2. Penganut faham relatif

Memberikan kesempatan persalinan pervaginam

4.2 Saran

Di sarankan kepada pembaca terutama petugas kesehatan agar dapat lebih memahami apa yang
di maksud dengan kelainan letak sungsang serta dapat menanggulangi kejadian letak sungsang
yang dapat berakibat kematian pada ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba IBG. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG

Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku Kedokteran.Jakarta: EGC

Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4, Vol 1. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi