Vous êtes sur la page 1sur 2

Kemarin (17/1) ane dan ketiga teman ku, Donal, Khorta, dan Gio

menghabiskan waktu bersama menikmati nikmat sehat yang diberikan


oleh Allah Subhanahu wa taala di Ibukota Provinsiku, Sumatera Selatan.
Ya kemarin kami bersama sama ke Palembang. Sore hari sebelum kami
ke palembang, Akh Khorta mengajak saya untuk nonton film
Assalamualaikum Beijing atau Dibalik 98 di bioskop, memang kedua
film ini cukup hangat dibicarakan di media sosial, baik di facebook, twitter,
bbm, instagram, dan media yang saya aktif mengikutinya. Ada yang
mengupload tiket bioskopnya, ada yang memberikan tanggapan, dan
kebanyakan tanggapan yang saya baca adalah positif. Sehingga saya pun
tertarik untuk menerima tawaran dari akh Khorta untuk menonton satu
dari kedua film tersebut.

Sebenarnya bukan hanya itu saja yang menjadikan saya tertarik untuk
menerima tawaran akh khorta namun, ada alasan lain yakni, saya
penasaran untuk menonton film di bioskop, he, mungkin terlihat udik ya,
tapi memang begitulah adanya, saya belum pernah nonton film di bioskop
karena memang di daerah asal saya tinggal tidak ada bioskop. Entah apa
yang menyebabkan di daerahku tidak adanya bioskop mungkin, karena
gaya hidup masyarakat di daerahku belum menjadi pasar yang baik
untuk mendirikan sebuah bioskop.

Menurut penuturan cerita dari ibuku, dulu memang di muara enim ada
bioskop, jauh sebelum saya lahir, Ayahku cukup sering menonton film di
bioskop pada malam hari. namun, semenjak televisi mulai ramai di rumah
rumah warga, bioskop pun ditutup dan kini telah berubah menjadi
tempat rental play station.

Kembali lagi ke cerita tadi, Setelah sholat Dzhuhur, kami langsung menuju
ke tempat bioskopnya sebelum makan siang. Sesampainya di sana, kami
pun melihat jadwal film setelah berkompromi akhirnya kami memutuskan
untuk menonton Assalamualaikum Beijing pada pukul 13.00 sehingga
kami menunda makan siang dan langsung masuk ruang teater. Dan
ternyata film baru saja di mulai. Karena lampu studio sudah dimatikan
kami kebingungan mencari tempat duduk. Akhirnya kami memilih tempat
duduk paling belakang dengan perasaan cemas, kalau kalau saja nanti
ada orang lain yang akan menempati tempat duduk itu.

Akh Khorta meyakinkan kami, ah sudahlah kalau nanti ada yang mau
duduk, kita pindah ke samping sembari menunjukan tangannya ke
beberapa bangku kosong di sebelah kiri kami. Kami pun akhirnya
menonton film Assalamualaikum Beijing, sebuah film karya Guntur
Soeharjanto yang diadaptasi dari film Asma Nadia.

Berikut saya kutipkan sinopsys filmya


Sehari sebelum pernikahan dilangsungkan, Asmara (Revalina S. Temat)
mendapatkan kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu Jamil)
ternyata sempat berselingkuh dengan teman sekantornya Anita (Cynthia
Ramlan).

Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan, Asma terlanjur


patah hati. Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan ternyata
membuahkan janin, Anita hamil.

Dengan membawa kesedihan, Asma pun menerima tawaran pekerjaan di


Beijing, peluang yang didapatkan lewat bantuan Sekar (Laudya Cynthia
Bella) dan Ridwan (Deddy Mahendra Desta), suaminya.

Di Beijing dalam salah satu perjalanan, Asma bertemu Zhongwen (Morgan


Oey), lelaki tampan yang memperkenalkannya akan legenda cinta
Ashima, putri cantik dari Yunan.

Kebaikan dan perhatian Zhongwen, membuat Asma perlahan membuka


hati. Walaupun sempat gamang ketika Dewa menyusulnya ke Beijing.
Sayang, sebelum hubungan berlanjut, Asma terkena APS, sebuah sindrom
yang membuat nyawanya terancam dan bisa menemui kematian setiap
waktu.

Sebuah drama penutup akhir tahun, yang mengajarkan kepada kita: Jika
tak kau temukan cinta, biarkan cinta menemukanmu.

Pada umumnya, saya sangat mengapresiasi dan mendukung setiap film


yang mengangkat tema religi, karena memang itu adalah salah satu
bentuk dakwah yang mungkin lebih mudah menyentuh banyak orang
ketimbang agenda dakwah yang bersifat tabligh.

Film Assalamualaikum Beijing cukup bagus dan sarat makna, dalam


setiap adegan perfilmannya terselip banyak nasihat dan hikmah. Salah
satunya, ada adegan dimana Asma diajak berkenalan oleh Zhongwen dan
Asma menyebutkan nama tanpa bersalaman/bersentuhan dan ketika
keesokkan harinya Zhongwen menannyakan akan hal itu kepada Asma.
Asma pun menyampaikan tentang pergaulan antara lelaki dan perempuan
yang tak boleh bersentuhan jika bukan mahram.

Walau belum begitu sempurna namun, film ini baik untuk


dipertimbangkan menjadi salahsatu film untuk ditonton.

Vous aimerez peut-être aussi