Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sebenarnya bukan hanya itu saja yang menjadikan saya tertarik untuk
menerima tawaran akh khorta namun, ada alasan lain yakni, saya
penasaran untuk menonton film di bioskop, he, mungkin terlihat udik ya,
tapi memang begitulah adanya, saya belum pernah nonton film di bioskop
karena memang di daerah asal saya tinggal tidak ada bioskop. Entah apa
yang menyebabkan di daerahku tidak adanya bioskop mungkin, karena
gaya hidup masyarakat di daerahku belum menjadi pasar yang baik
untuk mendirikan sebuah bioskop.
Menurut penuturan cerita dari ibuku, dulu memang di muara enim ada
bioskop, jauh sebelum saya lahir, Ayahku cukup sering menonton film di
bioskop pada malam hari. namun, semenjak televisi mulai ramai di rumah
rumah warga, bioskop pun ditutup dan kini telah berubah menjadi
tempat rental play station.
Kembali lagi ke cerita tadi, Setelah sholat Dzhuhur, kami langsung menuju
ke tempat bioskopnya sebelum makan siang. Sesampainya di sana, kami
pun melihat jadwal film setelah berkompromi akhirnya kami memutuskan
untuk menonton Assalamualaikum Beijing pada pukul 13.00 sehingga
kami menunda makan siang dan langsung masuk ruang teater. Dan
ternyata film baru saja di mulai. Karena lampu studio sudah dimatikan
kami kebingungan mencari tempat duduk. Akhirnya kami memilih tempat
duduk paling belakang dengan perasaan cemas, kalau kalau saja nanti
ada orang lain yang akan menempati tempat duduk itu.
Akh Khorta meyakinkan kami, ah sudahlah kalau nanti ada yang mau
duduk, kita pindah ke samping sembari menunjukan tangannya ke
beberapa bangku kosong di sebelah kiri kami. Kami pun akhirnya
menonton film Assalamualaikum Beijing, sebuah film karya Guntur
Soeharjanto yang diadaptasi dari film Asma Nadia.
Sebuah drama penutup akhir tahun, yang mengajarkan kepada kita: Jika
tak kau temukan cinta, biarkan cinta menemukanmu.