Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Apotek Online dapat memberikan ancaman sekaligus peluang baru dalam dunia
kefarmasian. Fakta yang terjadi saat ini Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan atau
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) belum mempunyai regulasi tentang
pelayanan kefarmasian secara online. Pelayanan online dilakukan oleh apotek tanpa
petunjuk dan bahkan tanpa regulasi. Pemerintah belum meredakan kekhawatiran akan
dampak apotek online terhadap tercapainya pelayanan kefarmasian yang bermutu dan
efisien.
Resiko yang mungkin timbul karena pelayanan farmasi secara online misalnya pada
saat pengiriman obat kepada pasien baik kemasan obat maupun keadaan lingkungan
selama pengiriman, belum tentu dapat menjamin keamanan dan stabilitas obatnya. Hal
lain yang perlu perhatian adalah, bahwa pasien kemungkinan dapat melakukan pembelian
obat dengan resep yang sama, dalam waktu yang bersamaan di apotek lain, sehingga
kemungkinan terjadi duplikasi penggunaan dan ini beresiko over dose.Belum lagi bila
terjadi seperti apa yang dikhawatirkan FDA(food and drug administration), misalnya
terjadi penggunaan bahan pendukung yang berbahaya, produk obatnya belum
teregisterasi di Badan POM, bahkan kemungkinan terjadi obat sub-standar atau bahkan
asli tetapi palsu. Hal yang menjadi titik tekan dari apotek online adalah tidak adanya
esensi pharmaceutical care. Adanya pharmaceutical care menunjukan fungsi dan
tanggungjawab apoteker terhadap terapi obat yang optimal untuk mendapatkan outcome
yang pasti yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.
Pola pikir masyarakat yang terbangun mengenai obat adalah suatu produk yang dapat
menyembuhkan apabila digunakan sesuai aturan pakai. Informasi obat yang dapat
menunjang kesembuhan tidak hanya berbatas pada aturan pakai,melainkan perlunya
informasi mengenai kontra indikasi,interaksi obat,khasiat,efek samping obat,
penyimpanan, penggunaan,dll. Apotek online tentu memberikan dampak penguatan
otonomi konsumen dalam pilihan pengobatannya. Hal ini bisa berakibat pada penggunaan
obat yang tidak rasional jika aktivitas kefarmasian dilakukan melalui pihak ketiga untuk
menyerahkan komoditi apoteker. Mengingat bahwa obat adalah produk untuk masyarakat
namun bukan komoditas biasa dikarenakan obat memiliki nilai sosial yang tinggi dan
baik konsumen maupun penulis resep tidak bisa menilai mutu, keamanan dan khasiatnya.