Vous êtes sur la page 1sur 15

Identifikasi Pengaruh Variabel Proses Dan Penentuan Kondisi

Optimum Pada Depolimerisasi Kappa Karagenan Dengan


Proses Ozonasi

Aji Prasetyaningrum, ST, M.Si1* , Irma Sari2), dan Zulfajri3)


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang
Telp./Fax. (024)7460058 / (024)76480675
*) Email korespondensi : aji.prasetyaningrum@undip.che.id

Abstract
The purpose of this research are to identifie the influence of ozone treatment of
kappa carrageenan molecular weight and to define the optimum condition of
ozonation process by using
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh ozonasi terhadap
berat molekul kappa karagenan dan menentukan kondisi optimum proses ozonasi.
Penelitian ini menggunakan model statistika Box-Bhenken Design (BBD) dengan
variabel yang digunakan yaitu waktu ozonasi (5-15 menit), pH (3-11), dan suhue
(20-40oC) dengan respon yang diamati yaitu % depolimerisasi molekul kappa
karagenan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
Kata kunci : depolimerisasi; kappa karagenan; pH; suhu; waktu ozonasi

1. Pendahuluan
Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput laut
atau alga merah (Rhodophyceae). Karagenan adalah galaktan tersulfatasi linear hidrofilik.
Polimer ini merupakan pengulangan unit disakarida galaktan sulfat. Galaktan tersulfatasi
ini diklasifikasi menurut adanya unit 3,6-anhydro galactose (DA) dan posisi gugus sulfat
(Campo, 2009).
Tiga jenis karagenan komersial yang paling penting adalah karagenan iota (i),
kappa () dan lambda () (Glickman, 1983). Jenis karagenan yang berbeda ini diperoleh
dari karagenan komersial yang memiliki berat molekul massa rata-rata antara berkisar
400.000 sampai 600.000 Da (Van de Velde, 2002).
Sejauh ini, metode ozonasi yang telah digunakan untuk mengkaji depolimerisasi
sumber polisakarida jenis lain seperti kitosan, tepung singkong, dan guar gum. Beberapa
variabel yang mempengaruhi terhadap proses ozonasi kappa karagenan adalah waktu
ozonasi, pH, suhu, laju alir, konsentrasi, dan tegangan ozon. Variabel-variabel tersebut
digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap perubahan berat molekul kappa
karagenan.
Menurut Seo (2008) menjelaskan bahwa kitosan memiliki manfaat sebagai
antimikroba dengan berat molekul 104.000 sampai 201.000 Da. Oleh karena itu, penelitian
ini akan mengkaji pengaruh penggunaan ozonasi larutan -karagenan terhadap perubahan
berat molekul pada berbagai variasi waktu ozonasi, pH, dan suhu, serta memperoleh nilai
optimum masing-masing variabel proses ozonasi dengan pencapain berat molekul kappa
karagenan yang bermanfaat sebagai antimikroba.

2. Metode Penelitian
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kappa karegenan refined
karagenan (Kappaphicus alverezii) yang diperoleh dari CV. Karagen Indonesia, Semarang.
Pelarut kappa karagenan yaitu aquadest yang diperoleh dari Laboratorium MER-C. Untuk
proses pengaturan asam dan basa digunakan Asam Sulfat (H2SO4) dengan No Katalog 231-
639-5 dan Natrium Hidroksida (NaOH) dengan No Katalog 215-185-5 dari PT. Merck.
Tbk.

2.2 Proses Ozonasi


Kappa karagenan terpurifikasi dilarutkan kedalam air suling dengan konsentrasi 1%
(w/v). Ozonasi dilakukan dengan menggunakan ozonator buatan Dipo Teknologi
Indonesia. Uji coba ozonasi dilakukan dalam sebuah reactor gelas yang dilengkapi dengan
diffuser ozon. Ozon dibangkitkan dengan tegangan 40 kV dengan laju alir 3 l/menit.
Larutan diozonasi berdasarkan desain eksperiment yang dibuat dengan menggunakan Box
Bhenken Design (BBD) dengan variabel yang digunakan yaitu waktu ozonasi (5, 10, dan
15 menit), pH (3,7, dan 11), dan suhu (20, 30, dan 40 oC). Larutan yang telah diozonasi di
saring dengan menggunakan kertas saring waltman. Filtrat yang diperoleh dianalisis untuk
mengetahui berat molekul kappa karagenan.

2.3 Penentuan Berat Molekul Kappa Karagenan


Masing-masing larutan kappa karagenan setelah ozonasi dilakukan pengukuran
berat molekulnya dengan menggunakan viskosimeter ubbelohde type capillary. Larutan
kappa karagenan dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu 0.015625%w/w, 0.03125%w/w,
0.0625%w/w, 0.0125%w/w dan 0.25%w/w. Masing-masing larutan kappa karagenan yang
telah diencerkan dimasukkan kedalam viscometer dan mencatat waktu larutan melewati
pipa kapiler viscometer dari batas atas hingga batas bawah. Melakukan perlakuan yang
sama untuk variabel yang lain. Menghitung waktu yang dibutuhkan aquades sebagai
pelarut melewati pipa kapiler. Waktu tersebut digunakan sebagai waktu referensi dan
pengukuran ini dilakukan sekali di awal.
Berat molekul kappa karagenan dihitung dengan menggunakan viskositas intrinsik
yang dijelaskan sesuai persamaan Mark-Houwink (1)
[ ] =k MH M (1)

Dimana k MH dan merupakan konstanta Mark Houwink. Untuk kappa karagenan,

nilai k MH adalah 0.00598 sedangkan bernilai 0.90. Berat molekul (M) dan viskositas

intrinsic [ ] berturut-turut dinyatakan dalam g/mol dan ml/g.

Viskositas intrinsic dihitung dari viskositas spesifik yang diukur dengan


menggunakan Ubbelohde Viscometer Type Capillary (type 531 030c Schott-Gerate,
Germany). Viskositas intrinsik dapat diketahui dari intercept dari persamaan linear
Huggins dan Kreamer (2)
sp 2
=[ ] + k H [ ] C (2)
c

Dimana sp, [], kH, dan C berturut-turut merupakan viskositas spesifik, viskositas intrinsic,
konstanta huggins, dan C konsentrasi larutan. Konstanta huggins dan viskositas spesifik
dianyatakn dalam bilangan tak berdimensi. Nilai kH untuk kappa karagenan yaitu 0,35.
Persentasi penurunan berat molekul kappa karagenan dinyatakan dalam
%depolimerisasi yang dihitung berdasarkan persamaan dibawah ini
Depolymerization ( %) = (Mi - Mt) / Mi * 100 (3)
Dimana Mi adalah berat molekul awal dan Mt adalah berat molekul setelah ozonasi pada
waktu t menit.
2.4 Analisis Data
2.4.1 Metode Respon Permukaan
Desain eksperimen menggunakan Box Bhenken Design (BBD) yang terdiri dari 3
faktor, 1 blok, dan 15 run. Tabel 1 menunjukkan variabel proses dan dan rangenya yang
digunakan pada penelitian

Table 1. Variabel Proses dan Range Yang Digunakan

Range
Variabel Symbol
-1 0 +1
Waktu (Menit) X1 2 3 4
pH X2 5 10 15
Suhu (oC) X3 3 7 11

Hubungan antara variabel-variabel independent terhadap respon dapat dinyatakan


dalam persamaan polynomial orde 2 (Vuong et al., 2011)

k k1 k k
Y = 0 + i X i + ij X i X j+ ii X 2i
i=1 i=1 j=2 i=1 (5)
i< j

Dimana Xi dan Xj adalah variabel-variabel independen sedangkan Y adalah respon, o, i,


ii, ij, adalah koefisien regresi dan k adalah nomor variabel. Pada penelitian ini variabel
independen yang digunakan adalah waktu ozonasi (X 1), pH (X2), Suhu (X3) dan Y adalah
% depolimerisasi atau %DP. Oleh karena itu, persamaan 5 dapat dinyatakan ke bentuk
yang sesuai dengan parameteryang digunakan pada penelitian ini yaitu :
Y i= 0 + 1 X 1+ 2 X 2 + 3 X 3+ 12 X 1 X 2+ 13 X 1 X 3 + 23 X 2 X 3 + 11 X 21 + 22 X 22 + 33 X 23

(6)

2.4.2 Analisis Statistik


Desain eksperimen menggunakan komputasi dengan memanfaatkan perangkat
lunak statistika 6. Desain eksperimen yang didapatkan kemudian di uji dan data respon
yang didapatkan dicatat. Data-data yang diperoleh kemudian diolah kembali menggunakan
perangkat lunak statistika 6 untuk mendapatkan hasil analysis variannya (ANOVA) dan
untuk mendapatkan parameter-parameter statistika lainnya yang dibutuhkan.

3. Pembahasan
3.1 Model dan Analisis ANOVA
Parameter-parameter yang terdapat pada persamaan 5 dicari dengan pendekatan
statistika menggunakan metode respon permukaan berdasarkan data eksperimen yang
diperoleh sesuai table 2.
Tabel 2. Experimental Design dan Respon
Kode Faktor Depolimerisasi (%)
Run Waktu
X1 X2 X3 pH Suhu (oC) Eksperimen Prediksi
(Menit)
1 -1 -1 0 5.00 3.00 30.00 63.47 62.36
2 1 -1 0 15.00 3.00 30.00 91.51 86.44
3 -1 1 0 5.00 11.00 30.00 14.02 19.10
4 1 1 0 15.00 11.00 30.00 59.04 60.15
5 -1 0 -1 5.00 7.00 20.00 52.03 50.05
6 1 0 -1 15.00 7.00 20.00 79.70 81.69
7 -1 0 1 5.00 7.00 40.00 33.58 31.60
8 1 0 1 15.00 7.00 40.00 63.10 65.08
9 0 -1 -1 10.00 3.00 20.00 77.86 80.95
10 0 1 -1 10.00 11.00 20.00 48.34 45.25
11 0 -1 1 10.00 3.00 40.00 59.41 62.50
12 0 1 1 10.00 11.00 40.00 31.73 28.64
13 0 0 0 10.00 7.00 30.00 67.53 67.53
14 0 0 0 10.00 7.00 30.00 67.53 67.53
15 0 0 0 10.00 7.00 30.00 67.53 67.53

Koefisien determinasi (R2) merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
menilai sejauh mana keakuratan model untuk menjelaskan data-data eksperimen. Nilai R 2
menunjukkan kesesuaian antara data eksperimen dan yang diprediksi melalui model. Data-
data eksperimen yang diperoleh di susun kedalam bentuk persamaan polynomial untuk
mengukur sejauh mana pengaruh kurvatur terhadap model matematis. Persamaan
polynomial dibatasi pada orde 2, dengan kata lain, pengaruh kubik dihilangkan dalam
model. Dengan menggunakan model statistika, model dapat dinyatakan sangat signifikan
apabila mempunyai nilai probabilitas (<0.05). Keakuratan model juga dapat diukur dengan
menggunakan lack of fit F-Tests. Lack of fit F-test secara statistic tidak signifikan apabila
P-values lebih besar dari 0.05
Persamaan polynomial orde 2 untuk menjelaskan hubungan antara data-data
eksperimen antara variabel independen dan respon disusun menggunakan persamaan 5 dan
menggunakan data statistik yang disajikan pada table 3. Persamaan model yang disusun
dapat dilihat pada persamaan 6. Model matematis yang disusun dari koefisien regresi pada
tabel 3 menunjukkan nilai prediksi yang hampir sesuai dengan data eksperimen yang
diperoleh.
YBM = 16.94 + 4.59X1 - 1.00X2 + 2.88X3 + 0.21X1X2 + 0.01X1X3 + 0.01X2X3 - 0.15X12 -
0.42X22 -.0.07X32 (6)
Koefisien SS dF MS F p
X0 16.94
X1 4.59 2120.90 1 2120.90 98.30 0.00018
X12 -0.15 55.43 1 55.43 2.57 0.16987
X2 -1.00 2419.10 1 2419.10 112.12 0.00013
X22 -0.42 162.89 1 162.89 7.55 0.04042
X3 2.88 614.44 1 614.44 28.48 0.00310
X32 -0.07 158.40 1 158.40 7.34 0.04230
X1X2 0.21 72.03 1 72.03 3.34 0.12723
X1X3 0.01 0.85 1 0.85 0.04 0.85039
X2X3 0.01 0.85 1 0.85 0.04 0.85039
Error 107.88
Total SS 5666.50 R2 0.98
MS Residual 21.55 Adj R2 0.95
Tabel 3. Analysis Of Variance dan Koefisien
Berdasarkan analisis varian data eksperimen, menunjukkan bahwa nilai R2 yaitu
0.98. Hal ini menunjukkan bahwa 98% kesesuaian antara data eksperimen dan prediksi
melalui model matematis yang dikembangkan. MS Residual menyatakan selisih antara
nilai eksperimen dan nilai prediksi yang diperoloeh dari model. Pada penelitian ini, nilai
MS residual ang diperoleh adalah 21.55, dengan demikian, model yang disusun cukup
akurat untuk menjelaskan kedekatan antara hasil eksperimen dan model.

3.2 Pengaruh Variabel Proses Pada Ozonasi Kappa Karagenan


Pengaruh dari ketiga variabel proses pada ozonasi kappa karagenan akan meningkat
depolimerisasi -karaginan. Hal ini terjadi karena penurunan berat molekul dengan adanya
pemotongan pada ikatan glikosidik -karagenan (1-3 -D-glikosidik) dari -karagenan
yang akan menghasilkan pembentukan gugus karbonil di C (3) H dan gugus karbonil pada
C (1)H.
Dari gambar (1) menunjukkan bahwa pH dalam proses ozonisasi adalah parameter
yang signifikan, dengan penurunan pH awal yang sesuai dengan depolimerisasi yang lebih
tinggi dan lebih rendah dari nilai-nilai RSC. Depolimerisasi dengan cara oksidasi langsung
lebih cepat dan lebih efektif, dengan lebih dari 90% dari depolimerisasi -karagenan
setelah menerima konsentrasi ozon sekitar 80 2 ppm pada pH 3, sesuai dengan waktu
reaksi 15 menit. Sebagai perbandingan, hanya 59% dari -karagenan terdegradasi setelah
menerima konsentrasi ozon yang sama pada pH 11.
Pada kondisi asam, depolimerisasi lebih cepat daripada kondisi dasar. Meskipun
potensi penurunan tinggi radikal hidroksil (E0 = 2,8 V) (Loures et al, 2013;.. Beltran et al,
2005), oksidasi langsung oleh ozon lebih efektif untuk depolimerisasi -karagenan. Salah
satu hipotesis untuk penelitian ini menyangkut selektivitas yang relatif lebih besar molekul
ozon, daripada radikal hidroksil. Ada kemungkinan bahwa ketika reaksi pada pH 3,
molekul ozon mulai bereaksi dengan molekul -karagenan, sedangkan pada pH 11 radikal
hidroksil bisa menyerang kedua -karagenan dan produk depolimerisasi. Dengan dilakukan
konsentrasi ozon yang sama, depolimerisasi -karagenan menurun sedangkan nilai pH
meningkat. Pengaruh pentingnya pH terhadap degradasi senyawa bioaktif juga telah
ditunjukkan dalam proses ozonisasi menggunakan Sulfaquinoxaline (Urbano et al., 2016).
Studi-studi ini melaporkan bahwa penggunaan pH rendah mengakibatkan degradasi yang
lebih tinggi dengan menggunakan Sulfaquinoxaline. Proses ozonisasi dengan efektif dapat
merendahkan Sulfaquinoxaline, diperoleh efisiensi melebihi 99% dengan menerap laju alir
ozon 2,8 mg L-1 pada pH 3.
Pada penelitian terdahulu menggunakan metode RSM seperti Hadiyanto et al. (2016)
untuk mengoptimalkan kondisi proses dengan metode RSM menggunakan ekstraksi USG
(UEA) senyawa phycocyanin dari mikroalga Spirulina platensis. Aksoy et al., 2016
penerapan metode RSM untuk mengoptimalkan proses flotasi batubara. Regti et al., 2017
dioptimalkan adsorpsi zat warna dasar ke karbon aktif yang berasal dari spesies Persea
menggunakan metode RSM. Penurunan berat molekul -karagenan menunjukkan
menghilangkan konten sulfat pada gambar (1). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
beberapa aktivitas biologis penting dari -karagenan tergantung pada keberadaan konten
sulfat. Dalam penelitian ini, depolimerisasi -karagenan dan sisanya secara bersamaan
(A)
dioptimalkan konten sulfat dan hilangnya
sulfat yang dapat diminimalkan.

Gambar 1. Efek Variabel Operasi Tampak 3


Dimensi (A) Pengaruh Waktu dan pH
Terhadap Ozonasi Pada Temperatur Tetap, (B)
Pengaruh Waktu dan Temperatur Terhadap
Ozonasi Pada pH Tetap, (C) Pengaruh pH dan
Temperatur Terhadap Ozonasi Pada Waktu
Tetap
(B)
3. 3 Pengaruh Waktu Ozonasi Terhadap
Berat Molekul Kappa Karagenan
Hubungan antara waktu ozonasi terhadap
berat molekul karagenan diidentifikasi
dengan memvariasikan waktu ozonasi dari 0
menit (karagenan tanpa perlakuan ozon)
hingga 20 menit, sedangkan pH dan suhu
dibuat tetap pada pH 10 dan suhu 30oC.

Gambar 1. Hubungan Waktu Ozonasi


(C) Terhadap Depolimerisasi Kappa Karagenan
Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan
waktu ozonasi menyebabkan peningkatan
depolimerisasi kappa karagenan. Penurunan
berat molekul kappa karagenan terjadi secara
signifikan pada rentang 0 hingga 10 menit,
kemudian 10 menit berikutnya penurunan
tidak terlihat penurunan yang signifikan.
Penurunan berat molekul selama ozonasi
menunjukkan bahwa terjadi proses
depolimerisasi molekul kappa karagenan oleh molekul ozon. Penurunan berat molekul
yang tinggi selama waktu ozonasi yang lama terjadi karena adanya peningkatan jumlah
molekul terdepolimerisasi.
Reaksi depolimerisasi pada kappa karagenan terjadi karena adanya pemutusan
ikatan glikosidik pada kappa karagenan. Hal ini sesuai pada penelitian Seung-Wook (2008)
dan Kabalnova (2000) bahwa depolimerisasi chitosan oleh ozon terjadi akibat adanya
pemutusan pada ikatan glikosidik.
Menurut Seung-Wook (2008) menjelaskan bahwa selama proses ozonasi, pemutusan ikatan
glikosidik akan memicu pembentukan gugus karbonil dan karboksil. Kabalnova, et.al
(2000) dan Chan, et.al (2009) menjelaskan bahwa pembentukan gugus karbonil akan
terjadi pada unit C(1), sedangkan gugus karboksil diduga akan terbentuk pada C(4) 3,6-
anhidro-D-galaktosa.

3.4 Pengaruh pH Terhadap Berat Molekul Kappa Karagenan


Hubungan antara pH terhadap berat molekul kappa karagenan diidentifikasi dengan
memvariasikan nilai pH dari 3 hingga 11 sedangkan waktu ozonasi dan suhu dibuat tetap
pada waktu ozonasi 10 menit dan suhu 30oC.
Gambar 2 menunjukkan bahwa ozonasi yang dilakukan pada pH yang rendah
menghasilkan berat molekul kappa karagenan yang rendah. Penurunan berat molekul
kappa karagenan signifikan terjadi pada rentang pH 3 hingga pH 7, kemudian pH diatas 7,
penurunan berat molekul tidak terlihat signifikan.
Pada penelitian ini, penurunan berat molekul kappa karagenan yang signifikan pada
pH yang lebih rendah diduga akibat adanya reaksi pemutusan yang melibatkan hidrolisis
asam (Wu, 2012).
Menurut Wang, et.al (1999), depolimerisasi pada polisakarida dapat berlangsung
melalui 3 mekanisme yaitu : depolimerisasi polisakarida melalui pemutusan pada ikatan -
D-glikosida, depolimerisasi yang melibatkan radikal hidroksil yang terbentuk didalam
larutan selama proses ozonasi, dan depolimerisasi melalui hidrolisis asam. Depolimerisasi
polisakarida yang melibatkan ozon lebih selektif dibanding depolimerisasi akibat radikal
hidroksil dan hidrolisis asam.
Gambar 2. Hubungan pH Terhadap Berat Molekul Kappa Karagenan
Akibatnya, depolimerisasi polisakarida yang melibatkan ozon lebih teratur,
sedangkan depolimerisasi yang melibatkan radikal hidroksil maupun hidrolisis asam tidak
teratur. Depolimerisasi polisakarida secara teratur berlangsung pada ujung-ujung
molekulnya, sedangkan depolimerisasi yang tidak teratur menyebabkan pemutusan terjadi
secara acak. Hal ini menyebabkan depolimerisasi berlangsung lebih lama apabila terjadi
pada ujung-ujung molekul, sedangkan depolimerisasi yang berlangsung secara acak akan
berlangsung lebih cepat.
Hal ini menunjukkan bahwa, depolimerisasi pada kappa karagenan melibatkan
proses ozonasi sekaligus hidrolisis asam pada pH yang rendah. Penurunan berat molekul
kappa karagenan yang signifikan pada pH asam menunjukkan bahwa pemutusan
berlangsung secara acak. Hal ini berarti pemutusan lebih didominasi oleh hidrolisis asam
dibanding oleh proses ozonasi itu sendiri.
Pada pH yang tinggi, penurunan berat molekul kappa karagenan tidak terlihat
signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa peran radikal hidroksil pada depolimerisasi
kappa karagenan tidak dominan. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa keberadaan
gugus hidroksil dalam larutan pada pH tinggi mengakibatkan dekomposisi molekul ozon.
Hal ini mengakibatkan waktu tinggal molekul ozon lebih singkat. Menurut Simoes, et.al.,
(2001), penambahan asam pada larutan dapat mencegah dekomposisi molekul ozon. Hal
yang sama juga disampaikan oleh Susmita, et.al., (2011) dimana molekul ozon dapat
terdekomposisi pada pH yang tinggi. Menurut Susmita, et.al., (2011), meningkatnya pH
larutan akan mengakibatkan peningkatan kinetika dekomposisi ozon. Penurunan berat
molekul kappa karagenan yang tidak signifikan pada pH tinggi diduga akibat
terdekomposisinya sejumlah ozon selama proses ozonasi. Pada penelitian ini, radikal
hidroksil yang harusnya ikut berperan dalam depolimerisasi molekul kappa karagenan
menurut Wang, et.al., (1999), diperkirakan justru mendekomposisi molekul ozon sehingga
mengakibatkan aktifitas depolimerisasi oleh ozon lebih rendah.
Rendahnya depolimerisasi molekul kappa karagenan pada pH tinggi juga dapat
didekati oleh pernyataan Klein, et.al., (2014). Menurut Klein, et.al (2014), depolimerisasi
yang rendah pada pH yang tinggi mengakibatkan monomer-monomer hasil depolimerisasi
molekul pati singkong mengalami penyatuan kembali sehingga viskositasnya meningkat.
Monomer-monomer yang telah terdepolimerisasi oleh ozon menyatu dengan membentuk
ikatan secara cross-linking. Alasan Klein, et.al., (2014) dapat didekati untuk kasus pada
penelitian ini. Monomer-monomer kappa karagenan yang terbentuk setelah proses ozonasi
diduga kembali menyatu apabila larutan berada pada pH yang tinggi. Namun, penurunan
berat molekul yang tetap terjadi diduga akibat kecepatan depolimerisasi lebih tinggi
dibanding kecepatan penyatuan kembali monomer-monomer kappa karagenan
terdepolimerisasi.

3.5 Pengaruh Suhu Terhadap Berat Molekul Kappa Karagenan


Hubungan antara suhu terhadap berat molekul kappa karagenan diidentifikasi
dengan memvariasikan suhu dari 20oC hingga 40oC sedangkan waktu ozonasi dan pH
dibuat tetap pada waktu ozonasi 10 menit dan pH 7.
Gambar 3. Hubungan Suhu Terhadap Berat Molekul Kappa Karagenan
Gambar 3 menunjukkan bahwa suhu larutan kappa karagenan yang tinggi
menyebabkan depolimerisasi kappa karagenan lebih rendah. Seperti yang terlihat pada
gambar 3, Penurunan yang paling signifikan terjadi pada suhu 20oC. Kenaikan suhu diatas
20oC menyebabkan depolimerisasi lebih rendah, sedangkan pada suhu 30 oC, terjadi
kenaikan kembali berat molekul kappa karagenan. Terjadinya penurunan berat molekul
kappa karagenan pada suhu yang tinggi akan menyebabkan viskositas larutan lebih rendah.
Penurunan viskositas menyebabkan konsentrasi ozon dalam larutan lebih rendah sebab laju
perpindahan ozon meningkat. Peningkatan laju perpindahan ozon akan menyebabkan ozon
lebih mudah meninggalkan larutan sehingga menyebabkan aktifitas depolimerisasi
menurun. Menurut Quero-Pastor, et.al (2013) peningkatan suhu akan menyebabkan
kelarutan ozon dalam air menurun, penurunan kelarutan ozon dalam sistem disebabkan
oleh peningkatan laju perpindahan ozon dari sistem ke lingkungan.
Pada suhu yang lebih rendah (<20oC), penurunan berat molekul kappa karagenan
tidak terlihat signifikan. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan viskositas pada suhu yang
lebih rendah dan lama kelamaan akan membentuk agar. Peningkatan viskositas larutan
kappa karagenan akan menyebabkan ozon sulit menembus larutan sehingga depolimerisasi
kappa karagenan akan sulit terjadi.
3.6 Optimasi Proses Ozonasi
Depolimerisasi paling baik ketika berat molekul berada pada posisi paling rendah,
berat molekul kappa karagenan ditargetkan seminimal mungkin. Menurut Seo (2008)
mengidentifikasi bahwa kitosan dengan berat molekul 104.000 sampai 201.000 Da
dengan metode ozonasi memiliki manfaat sebagai antimikroba. Oleh karena itu,
optimasi ditargetkan hingga mencapai berat molekul 104.000-201.000 Da. Untuk
mencapai berat molekul minimal, waktu ozonasi dapat dilakukan selama 30 menit
sedangkan pH dan suhu harus diatur pada nilai paling kecil. Oleh karena itu, variabel-
variabel proses perlu dibatasi.
Menurut Omar and Amin (2016), optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan
response desirability profiling yang ada pada statistica. Untuk memperkirakan nilai
optimasi, waktu ozonasi dibatasi pada range 5 sampai 30 menit, pH pada range 3
sampai 7, dan suhu 20oC hingga 40oC. Profil optimasi dapat dilihat pada gambar 6.
Berdasarkan gambar 6, nilai-nilai optimum masing-masing variabel-variabel yaitu
30 menit untuk waktu ozonasi, untuk pH 3, dan suhu 20oC.

Gambar 6. Optimasi Menggunakan Response Desirability Profiling Pada Statistica 6.0


4. Kesimpulan
Penurunan berat molekul kappa karagenan terjadi secara signifikan pada rentang
waktu 0 hingga 30 menit, kemudian 10 menit berikutnya penurunan tidak terlihat
signifikan. Penurunan berat molekul kappa karagenan signifikan terjadi pada rentang
pH 3 hingga pH 7, kemudian pH diatas 7, penurunan berat molekul tidak terlihat
signifikan. Penurunan yang paling signifikan terjadi pada suhu 20 oC. sedangkan pada
suhu 30oC, terjadi kenaikan kembali berat molekul kappa karagenan. Diperoleh kondisi
optimum kappa karagenan refined karagenan yang memiliki manfaat untuk antimikroba
pada waktu ozonasi 30 menit, pH 3 dan suhu 20 oC. Pada kondisi optimum tersebut,
respon % depolimerisasi diperoleh sebesar 80,86% atau 110.000 g/mol.

Ucapan Terima Kasih: Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada bu Aji
Prasetyaningrum, ST,M.Si selaku dosen pembimbing penelitian ini dan kepada pihak-pihak
yang membantu pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Campo, V. K. S. J. D. I. C. I., 2009. Carrageenans: Biological Properties, Chemical
Modifications and Structural Analysis. In: Carbohydrate Polymers. s.l.:s.n., pp. 167-
180.
Chan, H. T., Bhat, R. & Karim, A. A., 2009. Physicochemical and Functional Properties.
Agriculture and Food Chemistry, pp. 5965-5970.
Glickman, 1983. Food Hydrocolloid, Florida: CRC Press Inc Boca Ration.
Kaba'nova, N. N., Murinov, K. Y. & I.R, M., 2000. Oxidative Destruction of Chitosan
Under the Effect of.
Klein, B., Vanier, N. L., Khalid, M. & Pinto, V. Z., 2014. Ozone oxidation of cassava
starch in aqueous solution at different pH. Food Chemistry, pp. 167-173.
Omar, W. N. N. W. & Amin, N. A. S., 2016. Multi response optimization of oil palm frond
pretreatment by. Industrial Crops and Product, pp. 389-402.
Quero-Pastor, M., Garido-Perez, M. & Quiroga, J., 2013. Ozonation of Ibuprofen :
Degradation and Toxicity Study. Science of The Total Environment, pp. 967-964.
Salimy, Nuryanti & H, D., 2008. Metode Pemukaan Respon dan Aplikasinya Pada
Optimasi Eksperimen Kimia. pp. 373-391.
Seung-Wook, Seo., 2008. Depolymerization and Decolorization of Chitosan By Ozonation
Treatment. Seoul: Chung-Ang University.
Susmita, Mandavgane & M.KN. Yenkie. 2011. Effect of pH of The Medium On
Degredation of Aqueous Ozone. Journal RJC Report.
Van de Velde, .. S. U. A. R. H. a. C. =. A., 2002. 1H and 13 C High Resolution NMR
Spectoscopy of Carrageenans:Aplication in Research and Industry. In: Trend in Food
Science and Technology. s.l.:s.n., pp. 73-92.
Wang, Y., Hollingsworth, R. I. & Kasper, D. L., 1999. Ozonolytic depolymerization of
polysaccharides in. Carbohydrate Research, pp. 141-147.
Wu, S. J., 2012. Degradation of Kappa Karagenan by Hydrolisis With Commercial Alpha
Amylase. Carbohydrate Polymer, pp. 394-396.
Yue, W., He, R., Jia, P. & Wei, Y., 2009. Ultraviolet radiation-induced accelerated
degradation of chitosan by ozonation. Carbohydrate Polymer, pp. 639-642.

Vous aimerez peut-être aussi