Vous êtes sur la page 1sur 59

Keperawatan Modern

Kamis, 06 November 2014


Asuhan Sumbatan Serumen

MAKALAH

ASKEP SUMBATAN SERUMEN


OLEH :

Nama : Moetia Rahayu A. Manto

NIRM : 1201024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2013/204
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, saya selaku penulis makalah yang berjudul Askep Sumbatan
Serumen yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas yang diberikan,
Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Manado, 02 Maret 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..2

DAFTAR ISI....3

BAB I PENDAHULUAN....4
A. Latar
Belakang.4

B. Tujuan..5

BAB II PEMBAHASAN..6

A. Pengertian6

B. Etiologi /
Penyebab..6

C. Patofisiologi.6

D. Manifestasi Klinis
7

E. Penatalaksanaan
Therapi.....7

F. Komplikasi..8

G. Pathway / Penyimpangan
KDM..8

H. Auhan Keperawatan teori8


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (Contoh Kasus)
...............16

BAB IV PEMBAHASAN KASUS SESUAI TEORI


23

BAB V PENUTUP.24

A. Kesimpulan....
24

B. Saran..24

DAFTAR PUSTAKA25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Serumen obsturan merupakan salah satu kelainan telinga, dimana pada liang telinga
terdapat sumbatan oleh serumen. Sumbatan yang disebabkan oleh serumen
obsturan dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini akan dilihat pengaruh serumen obsturan pada

anak terhadap gangguan pendengaran. Sekitar 9,6 juta orang Indonesia tercatat
mengalami gangguan atau cacat pendengaran. Kasus itu banyak terjadi pada orang
tua. Namun masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah gangguan
pendengaran akibat paparan bising, infeksi dan sumbatan kotoran telinga yang
banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan pendengaran pada anak dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Data yang didapat dari Balai Kesehatan
Indera Manusia (BKIM) kota Semarang pada November 2007 yang diperoleh pada
anak-anak usia Sekolah Dasar, dari 467 siswa kelas 1 yang diperiksa telinganya
ditemukan persentase kejadian serumen obsturan sebesar 29,55%. Angka temuan ini
merupakan jumlah yang besar dibandingkan penyebab gangguan pendengaran lain
seperti otitis media kronik supuratif (OMKS) 1,28% dan sensory neural hearing loss
(SNHL) unilateral 0,21 %1. Penelitian mengenai insidensi serumen obsturan di
Indonesia belum begitu banyak, mungkin hal ini disebabkan karena serumen
obsturan ini dianggap bukan suatu permasalahan yang terlalu serius. Data dari WHO
pada akhir tahun 2007 didapatkan gambaran umum insidensi serumen obsturan di
Indonesia sebesar 18,7%. Di Kota Semarang sendiri penelitian yang dilakukan oleh
BKIM kota Semarang, pada tahun 2007 menunjukkan angka yang cukup besar pada
penderita serumen obsturan pada anak usia sekolah dasar. Sekitar 29,55 % anak SD
kelas 1di kota Semarang ditemukan adanya serumen obsturan, jadi dari total 25.471
anak SD kelas 1 di kota semarang, 7.526 anak mengalami serumen obsturan 1. Angka
tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan insidensi serumen obsturan sebesar 21,4%. Angka insidensi serumen
obsturan ini dipengaruhi oleh faktor resiko pembentukan serumen obsturan.
Penelitian yang dilakukan oleh Guest JF dkk. Menyebutkan bahwa berbagai faktor
berkaitan dalam pembentukan serumen obsturan, factor internal seperti kelainan
bentuk anatomis liang telinga, sekret serumen berlebihan, kelainan sistemik,
aktifitas bakteri dan jamur dalam liang telinga berperan dalam pembentukan
serumen obsturan. Faktor eksternal seperti car membersihkan liang telinga,
kelembaban udara yang tinggi, serta lingkungan yang berdebu juga

berperan dalam pembentukan serumen obsturan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien


dengan penyakit sumbatan serumen (gangguan telinga)

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit sumbatan serumen

2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit sumbatan serumen

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit sumbatan serumen


4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit sumbatan serumen

5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada penyakit sumbatan


serumen

6. Untuk mengetahui penatalaksanan medis penyakit sumbatan serumen

7. Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien penyakit


sumbatan serumen
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan


serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.

Sumbatan Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa
yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan
pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah
masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Dalam keadaan normal serumen
terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan
didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang telinga akibat migrasi epitel
kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh
gerakan rahang sewaktu mengunyah.

B. Etiologi

Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga
(serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen untuk
melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang dapat
menyebabkan kerusakan pada telinga. Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan
keluar dari telinga atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga. Jumlah
serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang memiliki
produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada beberapa kasus,
serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan.
Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat
membersihkan telinga.

Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-anak bisa
memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya manik-manik,
anting, penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-kacangan. Serangga juga
kadang bisa ditemukan di dalam liang telinga. Biasanya benda-benda tersebut bisa
tersangkut dan tidak dapat keluar.

C. Patofisiologi
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang
menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah
berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang,serumen dapat mengeras
dan membentuk sumbatan yang padat ;pada yang lain , mungkin merasakan
telinganya tersumbat atau tertekan.Bila suatu sumbatan serumen yang padat
menjadi lembab,misalnya setelah mandi ,maka sumbatan tersebut dapat
mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.(Adams boies
higler)

Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu
banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan
terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi,
yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan
pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik
sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius
dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma
terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.

D. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat,
sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras
membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus) dan
pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan membran timpani, terkadang
dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
E. Penatalaksanaan Terapi

a. Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh
aplikator (pelilit).

b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat pengait.

c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati mebran
timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).

d. Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbol gliserin 10 %,

3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu dibersihkan
dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).

v Teknik Irigasi Liang Telinga


Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa hal yang harus
diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum melakukan tindakan
tersebut, antara lain :

Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture gendang
telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat trauma gendang telinga.

Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).

F. Komplikasi

a. Penyumbatan

b. Otitis eksterna

c. Perikondritis (inf tl.rawan : kartilago)

d. Trauma gendang telinga

G. Pathway

Produksi serumen
Cara membersihkan serumen (kotoran) yg salah

Penumpukkan serumen

Serumen mengeras/membatu dan menekan dinding liang telinga

Nyeri perubahan persepsi sensoris laserasi kulit dan


trauma membrane timpani

Gangguan pendengaran

Resiko infeksi
H. Asuhan Keperawatan pada Sumbatan Serumen

1. PENGKAJIAN

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
alamat dan rencana terapi.

1.1 RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan
degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,biasanya kebiasaan dan
kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar atau klien suka berenang
dapat mempengaruhi penyakit ini
2. Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita biasanya mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan


pendengarannya mulai menurun, rasa tidak enak ditelinga. .

3. Riwayat Penyakit Keluarga.

Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit sumbatan serumen dalam
telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran atau riwayat
keluarga.

1.2 PEMERIKSAAN FISIK

Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien. Dan
kaji tanda-tanda

vital klien.
KEPALA

Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)

Rambut

Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.

Wajah

Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri

Mata

Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
Telinga

Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk
kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia

Hidung

Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.

Bibir

Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.

Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya kebersihan
gigi kurang.

Lidah

Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik

LEHER

Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal saja

DADA

Inspeksi

Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak
susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X
permeni,tidak dyspnea.
Palpasi

Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus

Perkusi

Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor

Auskultasi

Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan
ekspirasi.

4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5

2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm

3. perkusi : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal

4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal

5. ABDOMEN

1.Inspeksi : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen

2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna
klien mengalami penurunan nafsu makan

3.Palpasi : biasanya teraba normal saja

4. Perkusi : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal


6. GENITOURINARIA

Biasanya klien tidak ada terpasang kateter

EKSTREMITAS

Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan
biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh
klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini
menurun.

SISTEM INTEGUMEN

Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat

SISTEM NEUROLOGI
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja

9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Nutrisi

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.Selera makan

2.Frekuensi makan

3.Makanan pantangan
4.Pembatasan pola makan

Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.

Biasanya klien makan 3x sehari.

sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.

Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.

Biasanya nafsu makan klien menurun.

Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.

Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan.

Saat sakit pola makan klien di atur

Eliminasi (BAB & BAK)

kondisi Sebelum sakit Saat sakit


- BAB

1. frekuensi (waktu)

2.Kesulitan

3.Obat pencahar

- BAK

Frekuensi

Warna dan bau

Biasanya pagi dan sore.

Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan.

Biasanya tidak menggunakan obat pencahar


Biasanya 5x sehari

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis

Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.

Biasanya terjadi defekasi.

Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar

Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.

Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg


mengonsumsi

obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.

Istirahat dan tidur

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jam tidur
- Siang

- Malam

Kesulitan tidur

Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah.

Biasanya tidur malam klien teratur.

Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur

Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.

Biasnya klien susah tidur malam.

Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.


Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Kegiatan sehari-hari

Perawatan diri

Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan.

Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih.

Klien hanya istirahat di tempat tidur.

Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.

10.DATA SOSIAL EKONOMI

Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang
menbiayai
pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya
penginapan RS

dan pengobatan klien selama di RS.

11.DATA PSIKOSOSIAL

Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya
dan

ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang


dan adanya

kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.

12.DATA SPIRITUAL

Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih
sehat,klien
sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat
berdiri, dan

biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d serumen yg mengeras

b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa
nyeri pasien dapat berkurang, KH:

- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10 )

2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi

1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.

2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian


klien dari nyeri.

2 . Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi Setelah


diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat, KH:

- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu
menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam
dengan gesekan tangan

- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat

2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik
lembut

3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan

Rasional :

1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan


intervensi selanjutnya.

2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan


dengan mengutamakan kualitas tenang

3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan


3 Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
.Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, KH:

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)

- Tanda- tanda vital dalam batas normal 1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan

4. Kolaborasi:

Berikan antibiotika sesuai indikasi.

Rasional :

1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan


intervensi selanjutnya

2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari


penyimpangan nilai tanda vital.
3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan
terjadi infeksi.

4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi

Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit,


pengobatan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN (contoh kasus)


1. Nama : Sdr. A

2. Usia : 12 Tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Status marital :

6. Pendidikan/ pekerjaan: Siswa

7. Alamat : kel. Islam kec. Tuminting

Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada daerah telinga dan sering merasakan
pusing sejak seminggu ini.

1.1 RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan
degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai


menurun, rasa tidak enak ditelinga. .

3. Riwayat Penyakit Keluarga.

Keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota keluarganya pernah mengalami
penyakit seperti yang dirasakan sekarang.

1.2 PEMERIKSAAN FISIK

keadaaan umum:

tingkat kesadaran : GCS

kesadaran : compos mentis


tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 68x/mnt, suhu : 37,7 C, TB : 145 cm,
BB : 38kg

KEPALA

Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)

Rambut

Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.

Wajah

Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri

Mata

Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor

Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang
masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia

Hidung

Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.

Bibir

Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.

Gigi

Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya
kebersihan gigi kurang.

Lidah

Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik

LEHER

Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal
saja
DADA

Inspeksi

Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien
tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai
20 X permeni,tidak dyspnea

Palpasi

Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus

Perkusi

Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor

Auskultasi

Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi
dan ekspirasi.

4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5

2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm

3. perkusi : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal

4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal

5. ABDOMEN

1.Inspeksi : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen

2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna
klien mengalami penurunan nafsu makan

3.Palpasi : biasanya teraba normal saja

4. Perkusi : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal

6. GENITOURINARIA

Biasanya klien tidak ada terpasang kateter


EKSTREMITAS

Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri
dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh
klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini
menurun.

7. SISTEM INTEGUMEN

Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat

8. SISTEM NEUROLOGI

Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja

9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


Nutrisi

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.Selera makan

2.Frekuensi makan

3.Makanan pantangan

4.Pembatasan pola makan

Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.

Biasanya klien makan 3x sehari.

sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-
pedas.Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.Biasanya nafsu makan klien
menurun.Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.Saat sakit
klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan. Saat sakit pola makan klien di atur

Eliminasi (BAB & BAK)

kondisi Sebelum sakit Saat sakit


- BAB

1. frekuensi (waktu)

2.Kesulitan

3.Obat pencahar

- BAK

Frekuensi

Warna dan bau

Biasanya pagi dan sore. Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan. Biasanya tidak
menggunakan obat pencahar Biasanya 5x sehari Biasanya warnanya kuning
kejernihan dan berbau amis Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk
ada.Biasanya terjadi defekasi. Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar
Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus. Biasanya
warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg
mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.
Istirahat dan tidur

kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jam tidur

- Siang

- Malam

Kesulitan tidur

Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah. Biasanya tidur malam
klien teratur. Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur Biasnya sering tidur
siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur. Biasnya klien susah tidur malam.
Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.

Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri

kondisi Sebelum sakit Saat sakit, Kegiatan sehari-hari, Perawatan diri.

Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan. Perawatn dri
klien biasanya teratur dan bersih. Klien hanya istirahat di tempat tidur. Perawtan
diri klien berkurang, hygine klien berkurang.
10.DATA SOSIAL EKONOMI

Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang
menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan
karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.

11.DATA PSIKOSOSIAL

Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di


deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh
dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.

12.DATA SPIRITUAL

Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien
masih sehat,klien

sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk
shnolat berdiri, dan

biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d.serumen yang mengeras

b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani

3.INTERVENSI

NO.

DIAGNOSA

KRITERIA HASIL
INTERVENSI

RASIONAL

1.

Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras.Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien
dapat berkurang,

- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.

1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )

2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi

1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.

2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari
nyeri.
2.

Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi Setelah diberikan
tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran

- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak
suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan

- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat

2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut

3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan

1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi


selanjutnya.

2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan


mengutamakan kualitas tenang

3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan

3.
Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani .Setelah diberikan asuhan
keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)

- Tanda- tanda vital dalam batas normal

1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan

4. Kolaborasi:

Berikan antibiotika sesuai indikasi.

1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi


selanjutnya

2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai
tanda vital.

3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi

Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan


4.IMPLEMENTASI

Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan


intervensi untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.

5.EVALUASI

Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali
untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk
mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras

serumen (kotoran telinga) diproduksi oleh kelenjar yang ada di telinga ketika liang
telinga jarang dibersihkan serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan
menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen)
terdorong masuk saat membersihkan telinga. Rasa nyeri dapat timbul apabila
serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga.
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

Sama halnya dengan diagnose yang pertama Kebiasaan membersihkan telinga yang
salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis
dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga
dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada
populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran .

3. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani

Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani
menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. Ketika
produksi serumen meningkat dan terjadi sumbatan maka serumen sulit untuk
dikeluarkan sehingga akan melewati membrane timpani dan akan menyebabkan
trauma atau cedera pd daerah tsb.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan


serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.

Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga
(serumen). Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga
dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga
(serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.

Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat,
sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri , terkadang dapat disertai batuk,
Telinga berdengung (tinitus) dan pusing.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:

Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan
lebih faham tentang proses keperawatan tentang sumbatan serumen di telinga.
Dan yang paling penting kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan
pekerjaan kelak.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.riversideonline.com

http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html

http://obatsumbatanserumen.wordpress.com/

http://artikelkeperawatan.com/askepsumbatanserumen/od33

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Mutia Ayu., Sp THT-KL., M.Kes. UNPAD
Bandung.

Diposkan oleh Muthiea Indra di 00.43


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Muthiea Indra
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2014 (2)

o November (2)

Asuhan Sumbatan Serumen

keperawatan modern

Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Vous aimerez peut-être aussi