Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
NIRM : 1201024
T.A 2013/204
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, saya selaku penulis makalah yang berjudul Askep Sumbatan
Serumen yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas yang diberikan,
Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..2
DAFTAR ISI....3
BAB I PENDAHULUAN....4
A. Latar
Belakang.4
B. Tujuan..5
BAB II PEMBAHASAN..6
A. Pengertian6
B. Etiologi /
Penyebab..6
C. Patofisiologi.6
D. Manifestasi Klinis
7
E. Penatalaksanaan
Therapi.....7
F. Komplikasi..8
G. Pathway / Penyimpangan
KDM..8
BAB V PENUTUP.24
A. Kesimpulan....
24
B. Saran..24
DAFTAR PUSTAKA25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serumen obsturan merupakan salah satu kelainan telinga, dimana pada liang telinga
terdapat sumbatan oleh serumen. Sumbatan yang disebabkan oleh serumen
obsturan dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini akan dilihat pengaruh serumen obsturan pada
anak terhadap gangguan pendengaran. Sekitar 9,6 juta orang Indonesia tercatat
mengalami gangguan atau cacat pendengaran. Kasus itu banyak terjadi pada orang
tua. Namun masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah gangguan
pendengaran akibat paparan bising, infeksi dan sumbatan kotoran telinga yang
banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan pendengaran pada anak dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Data yang didapat dari Balai Kesehatan
Indera Manusia (BKIM) kota Semarang pada November 2007 yang diperoleh pada
anak-anak usia Sekolah Dasar, dari 467 siswa kelas 1 yang diperiksa telinganya
ditemukan persentase kejadian serumen obsturan sebesar 29,55%. Angka temuan ini
merupakan jumlah yang besar dibandingkan penyebab gangguan pendengaran lain
seperti otitis media kronik supuratif (OMKS) 1,28% dan sensory neural hearing loss
(SNHL) unilateral 0,21 %1. Penelitian mengenai insidensi serumen obsturan di
Indonesia belum begitu banyak, mungkin hal ini disebabkan karena serumen
obsturan ini dianggap bukan suatu permasalahan yang terlalu serius. Data dari WHO
pada akhir tahun 2007 didapatkan gambaran umum insidensi serumen obsturan di
Indonesia sebesar 18,7%. Di Kota Semarang sendiri penelitian yang dilakukan oleh
BKIM kota Semarang, pada tahun 2007 menunjukkan angka yang cukup besar pada
penderita serumen obsturan pada anak usia sekolah dasar. Sekitar 29,55 % anak SD
kelas 1di kota Semarang ditemukan adanya serumen obsturan, jadi dari total 25.471
anak SD kelas 1 di kota semarang, 7.526 anak mengalami serumen obsturan 1. Angka
tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan insidensi serumen obsturan sebesar 21,4%. Angka insidensi serumen
obsturan ini dipengaruhi oleh faktor resiko pembentukan serumen obsturan.
Penelitian yang dilakukan oleh Guest JF dkk. Menyebutkan bahwa berbagai faktor
berkaitan dalam pembentukan serumen obsturan, factor internal seperti kelainan
bentuk anatomis liang telinga, sekret serumen berlebihan, kelainan sistemik,
aktifitas bakteri dan jamur dalam liang telinga berperan dalam pembentukan
serumen obsturan. Faktor eksternal seperti car membersihkan liang telinga,
kelembaban udara yang tinggi, serta lingkungan yang berdebu juga
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sumbatan Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa
yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan
pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah
masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Dalam keadaan normal serumen
terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan
didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang telinga akibat migrasi epitel
kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh
gerakan rahang sewaktu mengunyah.
B. Etiologi
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga
(serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen untuk
melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang dapat
menyebabkan kerusakan pada telinga. Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan
keluar dari telinga atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga. Jumlah
serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang memiliki
produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada beberapa kasus,
serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan.
Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat
membersihkan telinga.
Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-anak bisa
memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya manik-manik,
anting, penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-kacangan. Serangga juga
kadang bisa ditemukan di dalam liang telinga. Biasanya benda-benda tersebut bisa
tersangkut dan tidak dapat keluar.
C. Patofisiologi
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang
menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah
berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang,serumen dapat mengeras
dan membentuk sumbatan yang padat ;pada yang lain , mungkin merasakan
telinganya tersumbat atau tertekan.Bila suatu sumbatan serumen yang padat
menjadi lembab,misalnya setelah mandi ,maka sumbatan tersebut dapat
mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.(Adams boies
higler)
Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu
banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan
terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi,
yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan
pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik
sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius
dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma
terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat,
sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras
membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus) dan
pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan membran timpani, terkadang
dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
E. Penatalaksanaan Terapi
a. Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh
aplikator (pelilit).
b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat pengait.
c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati mebran
timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).
d. Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbol gliserin 10 %,
3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu dibersihkan
dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).
Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture gendang
telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat trauma gendang telinga.
F. Komplikasi
a. Penyumbatan
b. Otitis eksterna
G. Pathway
Produksi serumen
Cara membersihkan serumen (kotoran) yg salah
Penumpukkan serumen
Gangguan pendengaran
Resiko infeksi
H. Asuhan Keperawatan pada Sumbatan Serumen
1. PENGKAJIAN
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
alamat dan rencana terapi.
Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan
degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,biasanya kebiasaan dan
kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar atau klien suka berenang
dapat mempengaruhi penyakit ini
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit sumbatan serumen dalam
telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran atau riwayat
keluarga.
Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien. Dan
kaji tanda-tanda
vital klien.
KEPALA
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)
Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.
Wajah
Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk
kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia
Hidung
Bibir
Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya kebersihan
gigi kurang.
Lidah
LEHER
Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal saja
DADA
Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak
susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X
permeni,tidak dyspnea.
Palpasi
Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor
Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan
ekspirasi.
4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5
2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm
5. ABDOMEN
2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna
klien mengalami penurunan nafsu makan
EKSTREMITAS
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan
biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh
klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini
menurun.
SISTEM INTEGUMEN
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat
SISTEM NEUROLOGI
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit ini normal saja
Nutrisi
1.Selera makan
2.Frekuensi makan
3.Makanan pantangan
4.Pembatasan pola makan
sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.
1. frekuensi (waktu)
2.Kesulitan
3.Obat pencahar
- BAK
Frekuensi
Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.
Jam tidur
- Siang
- Malam
Kesulitan tidur
Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.
Kegiatan sehari-hari
Perawatan diri
Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang
menbiayai
pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya
penginapan RS
11.DATA PSIKOSOSIAL
Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya
dan
12.DATA SPIRITUAL
Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih
sehat,klien
sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat
berdiri, dan
biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa
nyeri pasien dapat berkurang, KH:
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10 )
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu
menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam
dengan gesekan tangan
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik
lembut
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Rasional :
- Tanda- tanda vital dalam batas normal 1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
4. Kolaborasi:
Rasional :
BAB III
2. Usia : 12 Tahun
4. Agama : Islam
5. Status marital :
Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada daerah telinga dan sering merasakan
pusing sejak seminggu ini.
Pasien belum pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan
degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,
Keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota keluarganya pernah mengalami
penyakit seperti yang dirasakan sekarang.
keadaaan umum:
KEPALA
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)
Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.
Wajah
Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor
Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang
masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia
Hidung
Bibir
Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya
kebersihan gigi kurang.
Lidah
LEHER
Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga ini tampak normal
saja
DADA
Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien
tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai
20 X permeni,tidak dyspnea
Palpasi
Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor
Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi
dan ekspirasi.
4. JANTUNG
1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5
2. palpasi : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm
5. ABDOMEN
2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna
klien mengalami penurunan nafsu makan
6. GENITOURINARIA
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri
dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh
klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini
menurun.
7. SISTEM INTEGUMEN
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat
8. SISTEM NEUROLOGI
1.Selera makan
2.Frekuensi makan
3.Makanan pantangan
sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-
pedas.Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.Biasanya nafsu makan klien
menurun.Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.Saat sakit
klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan. Saat sakit pola makan klien di atur
1. frekuensi (waktu)
2.Kesulitan
3.Obat pencahar
- BAK
Frekuensi
Biasanya pagi dan sore. Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan. Biasanya tidak
menggunakan obat pencahar Biasanya 5x sehari Biasanya warnanya kuning
kejernihan dan berbau amis Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk
ada.Biasanya terjadi defekasi. Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar
Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus. Biasanya
warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg
mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.
Istirahat dan tidur
Jam tidur
- Siang
- Malam
Kesulitan tidur
Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah. Biasanya tidur malam
klien teratur. Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur Biasnya sering tidur
siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur. Biasnya klien susah tidur malam.
Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.
Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan. Perawatn dri
klien biasanya teratur dan bersih. Klien hanya istirahat di tempat tidur. Perawtan
diri klien berkurang, hygine klien berkurang.
10.DATA SOSIAL EKONOMI
Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang
menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan
karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.
11.DATA PSIKOSOSIAL
12.DATA SPIRITUAL
Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien
masih sehat,klien
sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk
shnolat berdiri, dan
biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas kondisinya saat ini.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.INTERVENSI
NO.
DIAGNOSA
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras.Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien
dapat berkurang,
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari
nyeri.
2.
Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi Setelah diberikan
tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak
suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
3.
Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani .Setelah diberikan asuhan
keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi
1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
4. Kolaborasi:
2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai
tanda vital.
3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
5.EVALUASI
Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali
untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk
mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
DIAGNOSA
serumen (kotoran telinga) diproduksi oleh kelenjar yang ada di telinga ketika liang
telinga jarang dibersihkan serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan
menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen)
terdorong masuk saat membersihkan telinga. Rasa nyeri dapat timbul apabila
serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga.
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Sama halnya dengan diagnose yang pertama Kebiasaan membersihkan telinga yang
salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis
dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga
dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada
populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran .
Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani
menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. Ketika
produksi serumen meningkat dan terjadi sumbatan maka serumen sulit untuk
dikeluarkan sehingga akan melewati membrane timpani dan akan menyebabkan
trauma atau cedera pd daerah tsb.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga
(serumen). Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga
dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga
(serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat,
sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri , terkadang dapat disertai batuk,
Telinga berdengung (tinitus) dan pusing.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:
Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan
lebih faham tentang proses keperawatan tentang sumbatan serumen di telinga.
Dan yang paling penting kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan
pekerjaan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.riversideonline.com
http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html
http://obatsumbatanserumen.wordpress.com/
http://artikelkeperawatan.com/askepsumbatanserumen/od33
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Mutia Ayu., Sp THT-KL., M.Kes. UNPAD
Bandung.
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Muthiea Indra
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (2)
o November (2)
keperawatan modern