Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pasolang
NIM :A31114329
LO 1. Penetapan Aset
Walaupun asset adalah subjek dari beberapa standar akuntansi dan banyak referensi dibuat untuk
mereka dalam perusahaan hokum, pada saat pengembangan rerangka konseptual pada 1980 an
barulah muncul sebuah definisi yang authoritative dari istilah asset.The IASB (AASB)
Framework for the Preparation and Prensentation of Financial Statements (para 49)
mendefinisikan asset sebagai berikut:
An asset is a resources controlled by the entity as a result of past events and from which future
economic benefits are expected to flow to the entity
Chapter ini menilai definisi dari asset asset dalam relasinya dengan kejadian yang lalu pada 3
karakteristik yang essential yaitu:
Hal tersebut juga memberikan perdebatan tentang penyertaan dari kamampuan tukar sebagai
komponen ke empat dan akhirnya, menduskusikan kebutuhan untuk penambahan recognition
rules ketika mengidentifikasi asset.
LO 2. PENGAKUAN ASET
Sangat jelas bahwa hal yang lebih dari mendokumentasikan asset daripda sekedar hanya
menjelaskannya saja.Recognizing assets pada neraca juga memasukkan kondisi yang bias
dikatakan reconition rules. Peraturan ini telah diformulasikan karena para akuntan
membutuhakan bukti untuk membantu dokumentasi mereka ketika menghadapi ketidakpastian.
Para akuntan menginginkan kepastian bahwa asset tertentetu ada dan pernyataan mereka dalam
neraca saldo menyediakan informasi yang berguna yang berhubungan serta dapat diandalkan.
Beberapa aturan pengakuan informal dinyatakan sebagai konvensi, dan lain-lain secara
resmi ditunjuk dalam pernyataan otoritatif. Dua contoh dari aturan pengakuan konvensional
adalah:
LO 3. ASSET MEASUREMENT
Salah satu criteria yang harus terpenuhi oleh akuntan yaitu mengetahui bagaimana cara
mengukur suatu asset.
Seperti dibahas dalam Bab 5 dan 6,beberapa pendekatan pengukuran ada yang di adopsi.Apakah
secara teoritis pendekatan ini merupakan suatu pengukuran terbaik?
Pengukuran biaya perolehan diharapkan untuk bersikap objektif dan memberikan
informasi yang dapat dipercaya dan dapat diverifikasi. Di sisi lain, pengukuran nilai wajar
menyediakan informasi yang relevan. Kerangka IASB menguraikan karakteristik kualitatif
informasi keuangan dan dengan demikian memberikan bimbingan tentang atribut isi dari
informasi keuangan. Namun, apa yang belum diselesaikan adalah pendekatan pengukuran mana
yang harus digunakan untuk mencapai karakteristik kualitatif yang diinginkan.