Vous êtes sur la page 1sur 40

ANTIDIABETES 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam tubuh manusia terdapat pengaturan tersendiri yang dapat

digunakan untuk mencegah terbentuknya suatu penyakit. Dan hormon-

hormon yang dihasilkan oleh tubuhlah yang memiliki kerja seperti yang

disebutkan sebelumnya. Salah satu hormone yang memilki fungsi dalam

pengaturan metabolism dan peredaran glukosa dalam tubuh adalah

hormone insulin.

Hormon ini terbentuk pada kelenjar pankreas oleh sel-sel yang

mensekresikan insulin tersebut. Hormone insulin digunakan untuk

mengikat glukosa dalam darah sehingga tidak terjadi penumpukkan

glukosa dalam darah dan menyebabkan glukosa tersebut diekskresikan

lewat urine tanpa digunakan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menjadi

letih, cepat haus, lapar dan sering berkemih. Ini merupakan gejala

penyakit diabetes mellitus.

Dalam pengobatan diabetes mellitus, disesuaikan pada tipe

penyakit yang diderita. Oleh karena itu, pada percobaan kali ini digunakan

pengobatan dengan obat antidiabetik oral dari beberapa golongan yaitu

sulfonylurea dan biguanida dan membandingkan tingkat kemampuan

kedua golongan obat ini dalam kerjanya masing-masing untuk mengobati

diabetes mellitus.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 2

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami efek antidiabetik dari beberapa obat antidiabetik pada hewan

coba mencit (Mus musculus)

Tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengamati efek

antidiabetik dari obat Glibenklmaid dan Metformin pada hewan coba

mencit (Mus musculus) secara oral.

C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu memberikan informasi tentang

golongan obat-obat antidiabetik yang mempunyai efek yang paling kuat

D. Prinsip Kerja

Penentuan efek obat-obat antidiabetes (oral) glibenklamid

(golongan sulfonilurea) dan metformin (golongan biguanid), serta Na-

CMC 1% sebagai kontrol. Dimana dilakukan praperlakuan dengan cara

hewan coba mencit (Mus musculus) dipuasakan selama semalam dan

diamati kadar glukosa puasanya dengan cara ujung ekor mencit

digunting dan darahnya diletakkan diatas alat glukometer. Kemudian

hewan coba mencit (Mus musculus) diinduksi dengan glukosa 1%

secara oral untuk melihat kadar gula normalnya dan setelah itu hewan

coba mencit (Mus musculus) diberikan perlakuan obat untuk melihat

penurunan kadar gula dalam darah mencit pada menit ke-30, 60 dan

menit ke-90.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Insulin ialah polipeptida denganBM kira-kira 6000. Polipeptida ini

terdiri dari 51 asam amino terususun dalam 2 rantai; rantai A yang terdiri

dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amin. Antara rantai A

dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20

dengan B-19. Selain itu masih terdapat jembatan disuloda antara asam

amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A. (Handoko T. dan Suharto, B., 1995).

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan

hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar

eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptide

diskeresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau Langerhans (A

atau sel-B yang menghasilkan insulin , atau sel-A yang menghasilkan

glukogen, dan , atau sel-D yang menghasilkan somatostatin). Hormon-

hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas

metabolic tubuh, dan dengan demikian, membantu memelihara

homestosis glukosa darah. Hiperinsulinemia (misalnya, disebabkan oleh

suatu insulinoma) dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Umumnya,

kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes mellitus)

dapat menyebabkan hiperglikemia berat. Pemberian preparat insulin atau

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 4

obat-obat hipoglikemia dapat mencegah morbiditas dan mengurangi

mentalitas yang berhubungan dengan diabetes. (Mycek, M.J., dkk., 2002)

Ada 4 jenis sel endokrin, yakni : (Tjay,2002 hal 693).

1. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon.

2. Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran

selnya, yang berisi insulin. Setiap hari disekresikan CA 2 mg (=50

UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkat kehati. Kira-kira 50%

hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan di ginjal.

3. Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin)

4. Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang

mungkin berperan pada empedu.

Setelah disintesis insulin akan disekresi ke dalam sirkulasi darah

dalam bentuk bebas, kemudian menuju ke sel target, di mana ia akan

mulai bekerja setelah terikat pada reseptor spesifik (Mutchler, E., 1991)

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang

(glukosa) di dalam tubuh. Tetapi, metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu. (Tan, H.T.

dkk, 2002)

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.

Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya diekspresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 5

itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing,

merasa amat haus, berat badan menurun dan berasal lelah. (Tan, H.T.

dkk, 2002)

Reseptor insulin mempunyai dua fungsi utama (Mutchler, E., 1991)

1. Membedakan bahan-bahan lain dengan insulin kemudian mengikatnya

dengan cepat secara reversible

2. Pembentukan kompleks reseptor-insulin akan merangsang rangkaian

kejadian intra selular yang kemudian mengarah terjadinya efek selular

insulin yang karakteristik.

Insulin yang diekstraksi dari pankreas babi atau sapi berupa kristal

putih tidak berbau. Kristalisasi terjadi di bawah pengaruh Zn. Kristal ini

tidak larut dalam pH netral tetapi larut dalam asam mineral encer atau

alkali. Berbagai proses yang disebut (1) esterifikasi gugus karboksil; (2)

oksidasi atau reduksi gugus disulfide; (3) Pengrusakan oleh enzim

proteolitik misalnya kimotripsin, pepsin dan papain; dan (4) modifikasi

pada gugus amin bebas atau gugus hidroksil alifatik. Umumnya modifikasi

struktur sekunder atau tersier menyebabkan hilangnya aktivitas biologik.

Pemasukan satu atom yodium tidak mengubah aktivitas tetapi bertambah

banyak atom yodium dimasukkan semakin kurang aktivitas biologinya.

(Handoko T. dan Suharto, B., 1995)

Secara tertulis, pengobatan diabetes melitus adalah dengan

memberikan insulin secukupnya sehingga metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein pada penderita mendekati metabolisme normal.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 6

Pemberian pengobatan yang optimal dapat mencegah sebagian besar

efek akut dari diabetes dan sangat memperlambat timbulnya efek kronis

(Guyton, A.C., 1994).

Diabetes melitus disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin oleh

pankreas yang akan mencegah pemakaian secara normal glukosa untuk

metabolisme. Malahan, lemak akan dipecah menjadi aseto Asetat, dan

sebaliknya asam ini akan dimetabolisme oleh jaringan untuk mendapatkan

energi guna menggantikan glukosa. Seringkali secara bersamaan,

konsentrasi asam asetoasetat dalam cairan ekstraselular akan naik tinggi

sekali, dan akibatnya banyak sekali asam asetoasetat yang akan

diekspresikan melalui urine, kadangkala jumlahnya banyak yakni antara

500 sampai 1000 miliosinol per harinya (Guyton, A.C, 1993).

Diketahui sejak dulu bahwa diabetes paling sedikit merupakan

bagian dari kelainan genetik famial. Tetapi bentuk yang tepat warisan gen

atau gen-gen yang rentan tetap tidak jelas. Sebagian problem yang

berdasarkan fakta yang diperoleh sampai sekarang, dianggap bahwa

diabetes idiopatik adalah suatu keadaan yang homogen, oleh karena itu

dilakukan penelitian untuk menemukan pola warisan tunggal yang cocok

untuk semau kasus. Sekarang disetujui bahwa IDOM dan NIDOM

menunjukkan perbedaan besar dalam genetika (Robbins, S.L., dan

Kumar, V., 1995).

Kelainan metabolic membakat untuk terjadi ateroskelerosis pad

kehidupan dini dan mempercepat progresinya pula. Dampaknya lebih

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 7

nyata pada wanita dibandingkan dengan pria dan risiko penderitaan

koroner akut bahkan meningkat tiga kali lipat pada wanita, sedangkan

pada pria hanya sekitar 50% saja. Setidaknya dalam berbagai hal,

dampak diabetes ini melalui peningkatan kadar lemak darah yang

merupakan ciri khas penyakit ini (Buja, L.M., 1995)

Dengan adanya gejala klinis atau komplikasi diabetes yang khas

(misalnya retinopati) diagnosa dapat dipastikan dengan penentuan kadar

glukosa darah. Nilai diatas 7,8 mmol/l (pada lambung kosong) pada dua

hari berlainan dianggap positif (WHO). Begitu pula postload diatas 11,1

mmol/l yaitu 2 jam setelah pembebanan glukosa 75 gram. Kriterium baru

(1997) dari ADA (American Diabetes Association) menurunkan nilai batas

(lambung kosong) sampai 7,0 mmol/l. Kriterium post-load ditiadakan

karena tes toleransi glukosa dalam praktek adakalanya tidak dapat

dilakukan. Nilai antara 6,1-7,0 mmol/l menunjukkan toleransi glukosa yang

terganggu (Tan, H. T., 2002).

Pada orang dewasa yang tidak hamil, diagnosis diabetes mellitus

ditegakkan berdasarkan penentuan (Schteingart, D.E., 1995) :

1. Gejala-gejala klasik diabetes dan hiperglikemia yang jelas,

2. Glukosa plasma puasa sama dengan atau lebih dari 140 mg/100 ml

pada lebih dari satu kesempatan.

3. Jika kadar glukosa plasma puasa lebih rendah dari 140 mg/100 ml,

kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral sama dengan atau lebih

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 8

besar dari 200 mg/100 ml pada jam 2, dan paling sedikit satu kali

antara jam 0 sampai jam 2 sesudah pasien makan glukosa.

Tugas utama insulin adalah mengatur utilisasi glukosa oleh sel

sebagai sumber energi, antara lain dengan melancarkan pelintasannya

melalui membran sel dan resorbsinya ke dalam sel. Efek-efek fisiologi

lainnya sebagai berikut : (Mycek, 2001)

1. Efek hipoglikemik ; gula darah diturunkan dengan jalan menstimulir

perubahan kelebihan glukosa menjadi glikogen dalam hati dan otot.

Dengan demikian insulin menjaga jangan sampai gula darah terlampau

tinggi.

2. Efek anabolik ; menstimulir pembentukan protein dari glukosa.

Insulin Dependent Melitus (IDDM) atau Diabetes Melitus

Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh dekstruksi sel beta pulau

langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent

Melitus (NDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin(DMTTI)

disebabkan kegagalan realtif sel beta atau resistensi insulin . Resistensi

alamiah adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan prifer dan untuk menghambat produksi

glukosa hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya ,artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan

terlihat dari berkurangnya sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas

mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer,2001 hal 580).

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 9

Jenis-jenis Diabetes: (Baughman,2000 hal 109)

Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM)

1. 5 % sampai 10 % penderita diabetik adalah Tipe I. Sel sel beta dari

pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh

proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar

gula darah.

2. Para penderita biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun

Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

1. 90 % sampai 95 % penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi

ini diakibatkan oleh penurunan jumlah pembentukan insulin.

2. Pengobatan pertama adalah dengan diet dan olahraga , jika

kenaikan kadar glukosa darah menetap ,suplemen dengan preparat

hiperglikemia ( suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat

mengontrol ( Hiperglikemik).

3. Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30

tahun dan pada mereka yang obesitas.

Sindrom atau kondisi lain

1. Diabetes melitus gestasional ( Selama kehamilan )

2. Kerusakan toleransi glukosa ( kadar gula darah antara normal dan

yang mengalami diabetes ,25 dari mereka akhirnya mengalami

diabetes

3. Abnormalitas toleransi terhadap glukosa sebelumnya metabolisme

glukosa terakhir normal, riwayat hiperglikemia

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 10

4. Potensial abnormalitas toleransi terhadap glukosa, tidak terdapat

riwayat toleransi glukosa, berikan dorongan untuk mencapai berat

badan ideal ,resiko diabetes meningkat jika terdapat riwayat hidup

keluarga diabetes, obesitas, ibu bayi dengan berat badan melebihi

4,5 kg

5. Penyakit pankreatis

6. Abnormalitas hormonal

7. Obat-obatan ( glukokortikoid dan preparat yang mengandung

estrogen ).

Obat-obat hiperglikemik oral (OHO) ( Mansjoer ,2001 hal 585):

1. Sulfonilurea

Obat ini bekerja dengan cara :

- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

- Menurunkan ambang sekresi insulin

- Meningkatkan sekresi insulin

- Meningkatkan insulin pada jaringan target dan reseptor

Obat ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal

dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya lebih sedikit.

2. Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai

dibawah normal . Preparat yang ada dan aman adalah metformin.

Obat ini dianjurkan pada pasien gemuk ,sebagai obat tunggal dan

dapat dikombinasikan dengan sulfonilurea

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 11

3. Inhibitor alfa glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim @

glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial

4. Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai

efek farmakologi meningkatkan sensivitas insulin, sehingga bisa

mengatasi masalah retensi insulin tanpa menyebabkan

hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala

khas berupa polifagia,poliuria,dan polidipsia,lemas dan berat badan turun .

Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pada pasien adalah kesemutan,

gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada

wanita (Mansjoer, 2001 hal 580).

Kadar glukosa Darah sewaktu puasa dengan metode

enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

(Mansjoer, 2001 hal 581).

Kadar glukosa
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Darah
Kadar glukosa sehari2

Plasma vena < 110 110-199 > 200


Darah kapiler < 90 90-199 >200
Kadar gukosa puasa
Plasma Vena < 110 110-125 >126
Darah kapiler < 90 90-109 >110

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 12

Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika

Serikat : Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide,

thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan

biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan

pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin

sekretagog dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan

alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa kerja

pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal

tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan

resistensi insulin (Katzung, 2002 hal 305).

B. Uraian Bahan

a. Uraian bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aquadestillata

Nama lain : air suling

RM / BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Na-CMC (Dirjen POM, 1979 : 401)

Nama Resmi : Natrii Carboxymethylcellulosum

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 13

Nama Lain : Natrium karboksimetil selulosa

RM/BM :
CH2OCH2COONa2
O
O O OH
OH
C
CH2OCH2COONa2

Pemerian : Serbuk atau granul, putih, sampai krem,

higroskpik

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

klorida, tidak larut dalam etanol, eter (95%) P,

dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup cepat

Kegunaan : Sebagai pelarut sampel

3. Glukosa (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Dextrosum/Glukosa

Nama Lain : Glukosa

RM/BM : C6H12O6. H2 / 198,17

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

butiran putih, tidak berbau; rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, agak sukar larut dalam

etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai penginduksi

b. Uraian zat aktif

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 14

1. Metformin (Ditjen POM, 1995)

Nama resmi : Metformin Hiydrochloride

Nama lain : Metformin

Rumus bangun :
NH NH

Me2NCNH CNH2

Pemerian : Kristal putih dengan suhu lebur 230oC

Kelarutan : Larut dalam air atau alkohol, praktis tidak larut

dalam eter dan kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai anti diabetes

2. Glibenklamid (Ditjen POM, 1995)

Nama resmi : Glibenklamidum

Nama lain : Glibenklamid

RM / BM : C23H28Cl3O2S / 494,0

Rumus Bangun :

Cl

CO.NH.CH2.CH2 SO2.NH.CO.NH

OCH3

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 15

Pemerian : Serbuk, hablur putih atau hampir putih, tidak

berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar

larut dalam etanol dan dalam methanol. Larut

sebagian dalam kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

c. Uraian Obat

1. Glibenclamid
Nama paten : Daonil, Englucon

Komposisi : Glibenclamid 10 mg dan 5 mg

Farmadinamik : Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi

setelah pemberian sulfonilurea disebabkan

oleh perangsangan sejresi insulin di pankreas.

Sifat perangsangan ini berbeda dengan

perangsangan oleh glukosa, karena ternyata

pada saat hipeglikemia gagal merangsang

sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi,

obat-obat tersebut masih mampu merangsang

sekresi insulin. Itulah sebabnya mengapa

obat-obat ini sangat bermanfaat pada

penderita diabetes dewasa yang pankreasnya

masih mampu memproduksi insulin. Pada

penderita dengan kerusakan sel pulau

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 16

Langrhans pemberian obat derivat sulfonilurea

tidak bermanfaat (Suharto, 1995).

Farmakokinetik : Absorbsi derivat sulfilurea malalui usus baik,

sehigga dapat diberikan per oral. Setelah

absorbsi, obat ini tersebar keseluruh cairan

eksternal. Dalam plasma sebagian terikat

protein plasma terutama albumin (Suharto,

1995).

Indikasi : memilih sulfonilurea yang tepat untuk penderita

tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi.

Yang menentukan bukanlah umur penderita

waktu terapi dimulai, tetapi umur penderita

waktu penyakit diabetes melitus mulai timbul.

Pada umumnya hasil yang baik diperoleh

pada penderita yang diabetesnya mulai timbul

pada umur diatas 40 tahun (Suharto, 1995).

Kontraindikasi : Sulfonilurea tidak boleh diberikan sebagai obat

tunggal pada penderita diabetes yuvenil,

penderita yang kebutuhan insulin nya tidak

stabil, diabetes melitus berat, kehamilan dan

keadaan gawat (Suharto, 1995).

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 17

Dosis : Permulaan 1 dd 2,5-5 mg, bila perlu dinaikkan

setiap minggu sampai maksimum 2 dd 10 mg

Efek samping : Efek samping yang dapat terjadi ialah gatal dan

kemerahan pada kulit. apabila voltadex gel

digunakan pada permukaan kulit yang cukup

luas dan dalam jangka panjang kemungkinan

terjadinya efek samping sistemik tidak dapat

dihindarkan sepenuhnya.

2. Glukosa 10%

Farmakologi :

Efek utama dari glukosa berdaya

meningkatkan gula darah bila kadar

glukosa dalam tubuh rendah, sehingga

kadar gula dinormalkan kembali.

Selain itu efek lainnya lipolysis

diperkuat yang menimbulkan ketosis,

serta juga glukagon berdaya inotrop

positif yakni memperkuat kontraksi otot

jantung dan menstimulasi penerusan

impulsnya.

Mekanisme yakni sel-sel alfa

melepaskan glukagon dan

menstimulasi pengubahan glikogen

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 18

dalam tubuh menjadi glukosa,

sehingga kadar gula dinormalkan

kembali. (OOP; 697)

Distribusi,sekresi

dan eliminasi : Tubuh dapat mengolah Ca 800 mg/kg

glukosa per jam.Setelah diabsorpsi

usus, glukosa dialirkan kehati melalui

vena porta. Sebagian dari glukosa

tersebut disimpan sebagai glikogen.

Pada saat itu kadar glukosa dalam

vena porta lebih tinggi dari pada

kadarnya dalam vena hepatik. Setelah

absorpsi selesai, glikogen dalam hati

dipecah lagi menjadi glukosa. Pada

saat ini kadar glukosa dalam vena

hepatik lebih tinggi dari pada kadarnya

dalam vena porta. Jadi jelas bahwa

hati dalam hal ini berperan sebagai

glukosa. Dalam keadaan biasa,

persediaan glikogen dalam hepar

cukup untuk mempertahankan kadar

glukosa darah selama beberapa jam.

(Farmakologi dan Terapi; 469)

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 19

Indikasi. :

Glukosa glukagon terutama digunakan

pada pengobatan hipoglikemia yang

ditimbulkan oleh insulin. (Farmakologi

dan Terapi; 481)

Pemberian dosis khusus :

Glukosa terutama digunakan

parenteral untuk pemberian energi / air

(larutan 50%) dan pada hipoglikemia.

Dosis pada hipoglikemia, oral 10-20 gr

bila perlu diulang setelah 10 - 20

menit. (OOP; 711)

Efek samping :

Akan menyebabkan hiperglikemia jika

diberikan dosis yang berlebih (over),

dosis tinggi akan menyebabkan mual

dan muntah juga. (OOP; 697)

Farmakodinamik :

Sel-alfa melepaskan glukagon dan

mestimulasi pengubahan glikogen

dalam tubuh menjadi glukosa,

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 20

sehingga kadar gula dalam tubuh

dinormalkan kembali. (OOP;697)

Farmakokinetik :

Glukosa adalah sumber energi utama

dari tubuh yang dibakar oleh tubuh

untuk memperoleh kalori bagi proses

tubuh, antara lain kerja jantung dan

otot. (OOP; 711)

Efek obat secara klinik :

Glukagon / glukosa berefek dalam

tubuh dengan jangka pendek karena

penderita akan pulih kesadarannya

sesudah 10-15 menit. (OOP;701)

3. Metformin

Komposisi : 500 mg

Nama paten : Glukophage , Diabex

Farmakodinamik : Mekanisme kerjanya tidak diketahui ,

pelepasan insulin dari pankreas tidak

distimulasi. Metformin menghambat

gluconeogenesis dan pelepasan glukosa

oleh hati dan menurunkan kolesterol/LDL

dan trigliserida. (Tan Jan Hoan, 2002).

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 21

Farmakokinetik : Resorbsinya dari usus tidak lengkap, BA-

nya 50-60%, PP-nya rendah. Praktis tidak

dimetabolisasikan dan diekskresikan utuh

lewat kemih. Plasma t1/2-nya 3-6 jam

(Tan Jan Hoan, 2002).

Indikasi : sedian biguanid tidak dapat menggantikan

fungsi insulin endogen, dan digunakan

pada terapi diabetes dewasa (Suharto,

1995).

Kontarindikasi : Sediaan biguanid tidak boleh diberikan

pada penderita dengan penyakit hati

berat, penyakit ginjal dengan uremia dan

penyakit jantung kongestif. Pada keadaan

gawat sebaiknya juga tidak diberikan

biguanid. Sedangkan pada kehamilan,

seperti juga dengan sediaan ADO lainnya,

sebaiknya tidak diberikan biguanid,

sampai terbukti bahwa obat ini tidak

menumbulkan bahaya yang berarti

(Suharto, 1995).

Dosis : dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c.

bila perlu berangsur-angsur dinaikan

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 22

dalam waktu 2 minggu sampai maksimal

3 dd 1g (Tan Jan Hoan, 2002). .

Efek samping : Efek sampingnya agak sering terjadi dan

berupa gangguan lambung-usus, antara

lain anorexia, terutama pada dosis di atas

1,5 g/hari. Jarang sekali terjadi acidosis

asam laktat yang mengancam jiwa,

terutama pada manula. Maka pasien di

atas 60 tahun hendaknya jangan

diberikan metformin sebagai terapi

permulaan. Rasa-logam di mulut

adakalanya dialami, risiko hipeglikemia

sangat kecil (Tan Jan Hoan, 2002).

C. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi (Moeskoeri, J. 1987)

Mencit (Mus muscullus)

Kingdom : Animalia

Phlyum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus muscullus

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 23

2. Karakteristik hewan coba

Mencit (Mus muscullus) (Malolle, 1989 : 94-97) :

Berat badan dewasa : jantan : 20 40 g

: betina : 25 40g

Mulai dikawinkan : jantan : 50 hari

: betina : 50 60 hari

Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm2

Temperatur tubuh : 36,5 38,0oC

Jumlah diploid : 40

Jumlah pernapasan : 94-163/menit

Penggunaan oksigen : 1,63-2,17 ml/g/jam

Detak jantung : 325-780 / menit

Volume darah : 76-80 mg/kg

Tekanan darah : 113-147 / 81-106 mmHg

Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL

Cholesterol : 26-82 mg/dL

Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL

Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL

Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 24

D. Prosedur Kerja (Anonim, 2014)

Mencit-mencit diabetes dikelompokkan secara acak, dipuasakan 16 jam.

Sebelum pemberian obat, dari masing-masing mencit diambil cuplikan

darah dari vena orbitan mata dengan menggunakan pipa kapiler. Volume

darah yang diambil sebanyak 0,5 mL dan dihitung sebagai darah awal

(t=0). Setelah itu semua kelompok diberi larutan sediaan obat atau

pembanding, kecuali kelompok kontrol hanya diberi vekulum sediaan obat.

2 jam setelah pemberian obat, pengambilan cuplikan darah mata diulangi

untuk semua kelompok. Selesai perlakuan, semua mencit diistirahatkan

ke dalam kandangnya masing-masing dan diberi makan dan minum ada

libitum. Pada hari ke 7, dilakukan pengambilan cuplikan darah mata

terhadap semua mencit, kemudian tentukan kadar glukosa darah menurut

prosedur yang sama untuk kelinci. Setiap kali pengambilan darah mencit

harus dipuasakan sebelumnya maksimal 16 jam. Selanjutnya pada hari ke

14 dan ke 21, diulangi pengambilan cuplikan darah mata mencit menurut

prosedur yang sama.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 25

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

1. Waktu praktikum : Sabtu, 12 April 2014

2. Tempat praktikum : Laboratorium Biofarmasi

B. Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk,

erlenmeyer, gelas kimia, glukometer, gunting, kanula, labu takar, pipet

tetes, sendok tanduk, spoit 1 cc dan timbangan

b. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest,

aluminium foil, glibenklamid, glukosa 10%, metformin tablet, Na.CMC

1% dan tissue

C. Hewan Coba

Mencit (Mus musculus)

D. Cara Kerja

a. Penyiapan hewan uji

1. Ditimbang mencit

2. Diberi tanda pada ekornya dengan spidol untuk memudahkan

menentukan berat badan mencit.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 26

3. Dipuasakan selama 6-8 jam

4. Mencit siap untuk digunakan.

b. Penyiapan sampel

Pembuatan Na. CMC 1%

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Na.CMC ditimbang sebanyak 1 mg dan masukkan ke dalam

lumpang

3. Aquades sebanyak 10 ml dipanaskan diatas penangas air,

4. Setelah air panas, dimasukkan air panas tersebut ke dalam

lumpang yang sebelumnya telah dibersihkan.

5. Serbuk Na.CMC digerus dengan air hangat kemudian setelah

tercampur tambahkan air dingin 100 ml dan homogenkan.

c. Penyiapan obat

1. Glibenklamid

a) Ditimbang glibenklamid sebanyak 24,08 mg

b) Dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC

c) Dikocok hingga homogen

2. Metformin

a) Ditimbang metformin sebanyak 20,7 mg

b) Dilarutkan metformin dalam 10 mL Na-CMC

c) Dikocok hingga homogen

3. Glukosa 10%

a) Ditimbang glukosa sebanyak 1 gr

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 27

b) Dilarutkan glukosa dalam 10 mL aquadest

c) Dikocok hingga homogen

d. Perlakuan hewan coba

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Disiapkan enam ekor mencit yang telah ditimbang berat badannya

sebelumnya, kemudian diukur kadar gula darah normalnya.

3. Diinduksi kedua mencit tersebut untuk meningkatkan kadar gula

darahnya menggunakan glukosa 1% secara oral, sesuai volume

pemberian yaitu 1 ml untuk semua mencit dengan menggunakan

glibenklamid dan metformin

4. Setelah 30 menit, diukur kadar gula darahnya setelah diinduksi,

sebagai kadar gula darah awal.

5. Disuntikkan obat antidiabetes, :

a. Glibenklamid sebanyak 1 ml pada semua mencit

b. Metformin sebanyak 1 ml pada semua mencit

6. Diukur kadar gula darah, mencit setelah menit ke 30 dengan cara

memotong sedikit ujung ekor mencit dan diteteskan darah mencit

pada glucometer.

7. Dilakukan hal yang sama pada menit ke-60 dan 90

8. Dimasukkan hasil pengamatan dalam data pengamatan.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel pengukuran kadar glukosa mencit (Mus musculus)

Kadar Glukosa (mg/dL)


Awal
Mencit BB VP
setelah
Puasa 30 60 90
(gr) (mL) diinduksi
I 30 1 192 194 143 149 124
II 30 1 165 208 113 170 139
III 30 1 183 170 117 73 103
IV 30 1 192 159 136 140 141
V 30 1 180 165 147 134 164
VI 30 1 205 139 131 186 201

Catatan: Pada menit ke 30, 60 dan 90, pada mencit 1 dan 2 digunakan

kontrol Na-CMC, mencit 3 dan 4 digunakan glibenklamid dan

mencit 5 dan 6 digunakan metformin

B. Pembahasan

Diabetes mellitus ialah suatu keadaan dimana terjadi defisiensi

insulin baik secara relative maupun absolute. Defisiensi insulin relative

yaitu apabila insulin yang disekresikan tidak mencukupi kebutuhan untuk

mengikat glukosa dalam darah, sedangkan defisiensi absolute terjadi

apabila insulin tidak dapat disekresikan lagi oleh sel pankreas.

Mekanisme diabetes mellitus, yaitu kekurangan hormon insulin, yang

berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa

lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia)


INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID
15020120237
ANTIDIABETES 29

dan akhirnya diekspresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).

Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering

kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasal lelah.

Sel-sel yang ada di pankreas yaitu :

a. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukogen.

b. Sel beta, dengan banyak granula berdekatan membrane selnya, yang

berisi insuin (Lat. Insula = pulau). Setiap hari disekresikan ca 2 mg (=

50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkat ke hati. Kira-kira

50% hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam ginjal.

c. Sel D, memproduksi somatostatin (antagonis somatropin)

d. Sel PP memproduksi PP (pancreatik polypeptida) yang mungkin

berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu.

Tipe-tipe diabetes, yaitu :

a. Diabetes Tipe I (diabetes melitus tergantung insulin, IDDM)

Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak,

tetapi IDDM dapat juga terjadi di antara orang dewasa. Penyakit ini

ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi

atau nekrosis sel , pankreas gagal menunjukkan gejala klasik

difisiensi insulin (polidipsia, polifagia, dan poliuria). Diabetes tipe I

memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan

katoasidosis yang mengancam kehidupan.

1. Penyebab diabetes Tipe I : Ledakan sekresi insulin ada keadaan

normal terjadi setelah menelan makanan sebagai respons terhadap

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 30

peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam amino yang

bersirkulasi.

2. Pengobatan diabetes Tipe I ; Diabetes Tipe I harus tergantung pada

insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia,

memelihara kadar hemoglobin glikosilat yang dapat diterima dan

mencegah ketoasidosis.

b. Diabetes Tipe II (diabetes tergantung tak tergantung insulin, NDDM)

Sebagian besar diabetes termasuk dalam kategori ini.

Tampaknya faktor genetik merupakan penyebab yang lebih besar

daripada virus atau antibody autoimun. Perubahan metabolic yang

diobservasi lebih ringan daripada yang dijelaskan untuk IDDM

(misalnya, penderita NIDDM bukan tipe ketitik)

1. Penyebab diabetes Tipe II : Pada NDDM, pankreas masih

mempunyai beberapa fungsi sel-, yang menyebabkan kadar

insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara hemostasis

glukosa.

2. Pengobatan diabetes tipe II : Tujuan pada pengobatan diabetes

Tipe II adalah untuk memelihara konsentrasi glukosa darah dalam

batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi

penyakit jangka lama. Pengurangan berat badan, latihan dan

modifikasi diet menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki

hiperglikemia diabetes.

Terapi pengobatan diabetes antara lain :

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 31

- Tindakan umum :

a. Diet. Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan dengan

bijaksana. Semua pasien selalu harus memulai diet dengan

pembatasan koloni, terlebih-lebih pada pasien dengan overweight

(Tipe-2)

b. Gerak Badan. Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara

teratur (jalan kaki atau bersepeda, olahraga) dapat menguranginya.

Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel

tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.

c. Berhenti merokok karena nikotin dapat mempengaruhi secara

buruk penyerapan glukosa oleh sel. Pasien NIDDM (tipe 2) Bila

tindakan umum (diet, gerak badan dan penurunan berat badan)

tidak atau kurang efektif untuk menormalkan glukosa darah, perlu

digunakan antidiabetika oral. Pasien kurus diberikan suatu

sulfomilurea, pasien gemuk umumnya suatu biguanida dengan efek

anoreksans. Insulin baru disuntikkan bila obat-obat oral tersebut

tidak memberikan lagi efek yang diinginkan atau menunjukkan

resistensi. Pasien IDDM tipe 1 di bawah usia 40 tahun lazimnya

memerlukan insulin (0,6-0,9 UI/ kg/hari) dan tidak dianjurkan minum

antidiabetika oral.

Penggolongan obat diabetes mellitus yaitu :

1. Insulin, terbagi :

A. Preparat insulin kerja cepat

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 32

Insulin regular adalah larutan insulin seng kristalin kerja singkat.

B. Preparat insulin kerja sedang

a. Suspensi insulin isofan

b. Suspensi Insulin semilente

c. Insulin lente

d. Kombinasi Insulin

C. Preparat insulin kerja lama

Insulin ultralente merupakan suspensi Kristal insulin seng (babi

atau manusia) dalam buffer asetat dengan komposisi partikel yang

besar yang lambat dipisahkan, menghasilkan awitan lambat dan

efek hipoglikemik jangka lama.

D. Pengobatan standar versus pengobatan intensif

2. Obat-obat hipoglikemik oral, terbagi :

a. Sulfonilurea, contohnya yaitu tolbunamid, asetoheksamid,

tolazamid, klorpropamid. Mekanisme kerja sulfonylurea termasuk :

1. Merangsang pelepasan insulin dari sel pankreas,

2. Mengurangi kadar glukagon dalam serum,

3. Meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan

reseptor.

b. Biguanida, contohnya, yaitu metformin, yang bekerja terutama

dengan mengikat dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa

hati, sebagian besar dengan menghambat glukogenesis.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 33

c. Penghambat -glukosidase, contohnya, yaitu akarbose yang

menghambat -glukosidase pada vili-vili usus (intestinal bush

border) sehingga menurunkan absorbs starch dan disakarida.

Akibatnya gula darah sesudah makan meningkat tumpul.

d. Meglitinida, contohnya yaitu nateglinida dan repaglinida yang

mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea, yang membedakan

bahwa golongan ini menutup kanal kalium, agar kanal kalsium

terbuka, sehingga dapat terjadi sekresi insulin

e. Thiazolidinedion, contohnya pioglitazon dan rosiglitazon yang

bekerja meransang PPAR untuk membentuk GLUT baru, sehingga

dapat membawa glukosa ke dalam sel

f. Penghambat DPP-4, contohnya saxoglipton yaitu menghambat

enzim inkretin, sehingga tidak dapat merespon glukosa darah

dalam tubuh

Untuk menginduksi terjadinya peningkatan gula dalam darah

maka digunakan glukosa 10% yang diberikan secara oral pada hewan

coba mencit.

Dalam percobaan ini, dilakukan pengerjaan dengan cara ;

disiapkan dua ekor mencit yang telah ditimbang berat badannya

sebelumnya, kemudian diukur kadar gula darah normalnya. Diinduksi

kedua mencit tersebut untuk meningkatkan kadar gula darahnya

menggunakan glukosa 10% secara oral, sesuai volume pemberian

yaitu 1 ml untuk mencit pertama dan 1 ml untuk mencit kedua. Setelah

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 34

30 menit, diukur kadar gula darahnya setelah diinduksi, sebagai kadar

gula darah awal. Disuntikkan obat antidiabetes,: glibenklamid

metformin dan glukosa 10% sebanyak 1 ml pada keenam mencit yang

telah dipuasakan selama 6-8 jam. Diukur kadar gula darah mencit

setelah diinduksi, menit ke 30, 60 dan 90 dengan cara memotong

sedikit ujung ekor mencit dan diteteskan darah mencit pada

glucometer.

Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini yaitu glibenklamid

memiliki efek antidiabetik yang lebih besar dibandingkan dengan

metformin. Untuk kadar glukosa puasa pada mencit 1 adalah 165

mg/dL, mencit 2 yaitu 165 mg/dl, mencit 3 yaitu 183 mg/dL, mencit 4

yaitu 192 mg/dL, mencit 5 yaitu 180 mg/dL dan mencit 6 yaitu 205

mg/dL. Setelah diinduksi dengan glukosa yaitu pada mencit 1 adalah

194 mg/dL, mencit 2 yaitu 208 mg/dL, mencit 3 yaitu 170 mg/dL,

mencit 4 yaitu 159 mg/dL, mencit 5 yaitu 165 mg/dL dan mencit 6 yaitu

139 mg/dL. Setelah disuntikkan glibenklamid, glukosa 1% dan

metformin diperiksa keadaan glukosanya pada menit ke-30 untuk

mencit 1 yaitu 143 mg/dI, mencit 2 yaitu 113 mg/dL, mencit 3 yaitu 117

mg/dL, mencit 4 yaitu 136 mg/dL, mencit 5 yaitu 147 mg/dL, mencit 6

yaitu 131 mg/dL. Sedangkan pada menit ke-60, pada mencit 1 yaitu

149 mg/dL, mencit 2 yaitu 170 mg/dL, mencit 3 yaitu 79 mg/dL, mencit

4 yaitu 140 mg/dL, mencit 5 yaitu 134 mg/dL dan mencit 6 yaitu 186

mg/dL, dan pada menit ke-90, untuk mencit 1 yaitu 124 mg/dI, mencit 2

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 35

yaitu 139 mg/dL, mencit 3 yaitu 103 mg/dL, mencit 4 yaitu 141 mg/dL,

mencit 5 yaitu 64 mg/dL, mencit 6 yaitu 201 mg/dL.

Hasil ini dapat tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya

dicapai, hal ini dapat disebabkan adanya kesalahan pada saat

pengukuran kadar glukosa dalam darah hewan coba, pada saat

pemberian oral, baik penginduksi maupun bahan obat kurang hati-hati

sehingga menyebabkan sebagian bahan tumpah dan mengurangi

takaran bahan atau dosis obat yang telah dihitung.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 36

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa, glibenklamid

memiliki efek antidiabetik yang lebih kuat dibandingkan dengan metformin,

B. Saran

Diharapkan kepada asisten agar tepat waktu dan tetap

mendampingi praktikan selama praktikum

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi III,


Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Hal : 3

Baughman, C,Diane,2001 Keperawatan Medikal Bedah PT Buku


Kedokteran.EGC.Jakarta.

Buja, L.M., 1995, Sistem Vaskula, dalam Buku Patologi II, EGC, Jakarta,
Hal : 5.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta,
Hal : 96, 401, 105.

Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta,
Hal : 410 dan 536

Guyton, A.C., 1993, Fisiologi Kedokteran Bagian II, EGC, Jakarta, Hal :
127

Guyton, A.C., 1994, Fisiologi Kedokteran Bagian III, EGC, Jakarta, Hal :
285

Handoko, T. dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagen dan Antidiabetik


oral, Dalam buku Farmakologi dan Terapi, FK-UI, Jakarta, Hal : 467

Katzung,g,Betram.2002. Farmakologi Dasar dan Klinik .Salemba


Medika. Jakarta.

Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U., 1989, Penggunaan Hewan-Hewan


Percobaan di Laboratorium. Institut Pertanian Bogor, Bogor, Hal : 94-
97.

Mansjoer, Arief ,2001,Kapita Selekta Kedokteran PT Media Auscapilius.


Fakultas Kedokteran UI. Jakarta

Mycek, M.J., Harrey, R.A., Champe, P.C., 2002, Farmakologi Ulasan


Bergambar, Widya Media, Jakarta, Hal. 259

Robbins, S.L. dan Kumar, V., 1995, Patologi I, EGC, Jakarta, Hal. 93.

Schteingart, D.E., 1995. Pankreas, dalam Buku Patofisiologi, EGC,


Jakarta, Hal : 1112-1113.

Tan, H.T. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, PT. Alex Media
Computindo, Gramedia, Jakarta, Hal. 693, 707.

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 38

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Mencit

Ukur glukosa darah puasa (glukosameter)

Induksi mencit glukosa 10%

Na-CMC 1% Glibenclamid Metformin

Suntik secara peroral

Ukur penurunan glukosa darah mencit

pada menit ke 30, 60, 90

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 39

PERHITUNGAN DOSIS

a. Metformin

Dosis : 500 mg

Berat etiket : 500 mg

Untuk mencit 20 g = 0,0026 x 500 mg

= 1,3 mg

30
Untuk mencit 30 g = x 1,3 mg = 1,95 mg
20
30
Volume pemberian = 30 x1

= 1 mL

10
Larutan stok = x 1,95
1

= 19,5 mg/10 mL

19,5
Berat yang ditimbang = x 531,5 mg
500

= 20,7 mg = 0,0207 gr

b. Glibenklamid

Dosis : 5 mg

Berat etiket : 5 mg

Untuk mencit 20 g = 0,0026 x 5 mg

= 0,013 mg

30 g
Untuk mencit 30 g = x 0,013 mg = 0,0195 mg
20 g
30
Voulme pemberian = x 1 mL
30

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237
ANTIDIABETES 40

= 1 mL

10
Berat Larutan stok = x 0,0195
1

= 0,195 mg/10 mL

mg
0,195 mL
Berat yang ditimbang = 10 x 617,1
5

= 24,08 mg/1 mL

INDAH MUTMAINAHH FADHILAH AMALIA SAID


15020120237

Vous aimerez peut-être aussi