Vous êtes sur la page 1sur 45

Aspek Lokasi/spasial

Perkembangan Teori lokasi

Model Von Thunen

Aplikasi aplikasi model


Von Thunen
Hukum Geografi Tobler
Aspek lokasi/spasial
Teori lokasi
Hukum Geografi Tobler

setiap hal memiliki keterkaitan dengan


hal lainnya, namun yang lebih
berdekatan memiliki keterkaitan lebih
dari yang lainnya, (Tobler dalam
Rustiadi, 2009).
Aspek lokasi/spasial

Landasan lokasi dan ruang/spasial (Tarigan ,


2005):
ruang adalah permukaan bumi, baik yang ada
di atasnya maupun yang ada di bawahnya
sepanjang manusia bisa menjangkaunya.
lokasi menggambarkan posisi pada pada
ruang. Dalam konteks wilayah, lokasi
menggambarkan keterkaitan antar kegiatan di
suatu lokasi dan berbagai kegiatan lainnya di
lokasi lain faktor kedekatan lokasi/spasial.
Teori lokasi
ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial
order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumber-
sumber yang potensial, serta hubungannya
dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun
sosial. (Tarigan, 2005)
Analisis Lokasi
Teori-teori lokasi klasik:
Teori-teori lokasi neoklasik
Perkembangan teori lokasi
Analisis Lokasi
Analisis lokasional merupakan
pertanyaan inti dari ilmu ekonomi
wilayah.
Analisis-analisis lokasional pada dasarnya
berupaya mencari jawaban-jawaban
tentang dimana dan mengapa
aktivitas ekonomi memilih lokasi (Rustiadi,
2009).
Teori-teori lokasi klasik
Pada awalnya (hingga 1950-an), teori
lokasi hanya didominasi oleh
pendekatan-pendekatan geografis-
lokasional atau disebut sebagai karya-
karya teori lokasi klasik (Von Thunen,
Weber, Palander, Hotteling, Predhol,
Losch, dan lainnya)
Teori-teori Lokasi Neoklasik
Setelah tahun 1950-an, teori lokasi
berkembang dengan analogi-analogi
ilmu ekonomi umum, dan diperkaya oleh
analisis-analisis kuantitatif standar ilmu
ekonomi, khususnya ekonometrika,
dynamic model dan model-model
optimasi seiring berkembangnya cabang
ilmu regional science.
Perkembangan mutakhir teori lokasi
Sejak akhir 1980-an mulai tumbuh
pendekatan-pendekatan metodologis
kuantitatif yang mempertimbangkan
aspek spasial, terkait dengan
perkembangan metode-metode
statistika spasial, ekonometrika spasial
dan SIG.
Teori Lokasi Von Thunen ditulis oleh Johan
Heinrich Von Thunen tahun 1826. Teori lokasi
Von Thunen diawali oleh analisis lokasi areal
produksi pertanian.
Karyanya berjudul Der Isolierte Staat (The
Isolated State atau Negara yang Terisolasi).
Von Thunen menggambarkan negeri yang
terisolasi dengan iklim dan tanah yang
seragam, topografi yang seragam dan
datar, serta alat-alat transportasi yang
seragam yang hanya dilayani oleh kereta
yang ditarik oleh hewan atau ternak.
ASUMSI YANG DIGUNAKAN:
Areal pertanian satu ragam (uniform) dalam
atribut lingkungannya
Hanya ada satu pasar akibat lokasi yang
terisolasi
Transportasi sejenis dan biaya transportasi
meningkat bersamaan dengan jarak
terhadap pasar.
Semua petani bertindak rasional/ ekonomis,
yang penggunaan lahannya untuk
memaksimumkan profit, mereka mempunyai
info yang cukup mengenai biaya produksi
dan harga pasar.
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Area Isolated State : model
ideal dengan karakteristik
wilayah yang terisolasi
(bagan bagian atas)
Modified Condition:
keberadaan sungai dan
sub centre/pasar lainnya
(bagan bagian bawah)
Klasifikasi zona: zona 1-6
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1: paling mendekati
kota/pasar, diusahakan
tanaman yang mudah
rusak (highly perishable),
seperti sayuran dan
kentang (free cash
cropping)
2. Zona 2
3. Zona 3
4. Zona 4
5. Zona 5
6. Zona 6
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1
2. Zona 2: merupakan hutan
dengan hasil kayu
(foresting)
3. Zona 3
4. Zona 4
5. Zona 5
6. Zona keenam
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1
2. Zona 2
3. Zona 3: menghasilkan biji-
bijian seperti gandum,
dengan hasil yang relatif
tahan lama dan ongkos
transportasi murah
4. Zona 4
5. Zona 5
6. Zona 6
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1
2. Zona 2
3. Zona 3
4. Zona 4: merupakan lahan
garapan dan rerumputan
yang ditekankan pada hasil
perahan seperti susu,
mentega dan keju.
5. Zona 5
6. Zona 6
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1
2. Zona 2
3. Zona 3
4. Zona 4
5. Zona 5: untuk pertanian
yang berubah-ubah, dua
sampai tiga jenis tanaman
6. Zona 6
Pola ruang dengan bentuk
wilayah yang melingkar
seputar kota zona-zona
konsentrik.
Klasifikasi zona:
1. Zona 1
2. Zona 2
3. Zona 3
4. Zona 4
5. Zona 5
6. Zona 6: berupa lahan yang
paling jauh dari pusat,
digunakan untuk
rerumputan dan peternakan
domba dan sapi.
Konsep dasar model Von Thunen adalah;
membuat kurva hubungan sewa lahan
dengan jarak ke pasar.(Nugroho, 2004)
Sewa lahan / Land Rent adalah nilai atau
harga yang dihubungkan dengan aset-
aset yang memberikan aliran produksi san
jasa sepanjang lahan dipergunakan (Mills
dalam Nugroho, 2004).
Sehingga, sewa lahan merupakan residu
(privat profit) dari perolehan-perolehan
ekonomi penggunaan lahan sesudah
dikurangi biaya konstruksi dan operasi.
FORMULA SEWA LAHAN :
R = E ( p a ) E. f. k
DIMANA:
R = Sewa Lahan
E = Produksi per unit area
p = Harga per unit komoditi
a = Biaya produksi per unit komoditi
f = Ongkos angkut per unit jarak per unit komoditi
k = Jarak terhadap pasar
Konsep dasar model Von Thunen
adalah; membuat kurva hubungan
sewa lahan dengan jarak ke
pasar.(Nugroho, 2004)

Kurva komoditas
A
Sewa
lahan
R = E ( p a ) E. f. k

Jarak dari pasar


Bila ada lebih dari satu komoditas, maka
akan didapati sewa lahan yang paling
optimum untuk setiap komoditas.
R = E ( p a ) E. f. k
Kurva komoditas
A
Sewa
lahan Kurva komoditas
B

Zero Rent Margin Jarak dari pasar


LAND RENT

1500 R = E ( p a ) E. f. k
Vegetables

1000

Corn
500
Livestock
10 20 50
Market DISTANCE
Veg.

Corn

Livestock
Petani menanam jeruk dengan hasil panen 2 ton/ha,
sedangkan harga jeruk di pasar Rp. 5 juta/ton dan biaya
produksi Rp. 1.5 juta/ton. Untuk mengangkut jeruk ke pasar
diperlukan biaya Rp. 100 ribu/ton/km.
Berapa jauhkah jarak maksimum dari pasar yang
memungkinkan petani untuk menanam jeruk?
Jawaban:....?
R = E ( p a ) Efk

R = 2 ( 5 1.5) (2)(0.1)k

asumsi R = 0 artinya sewa lahan Nol/tidak ada privat


profit/tidak memungkinkan lagi untuk menaman jeruk.
0 = 10 3 0.2k
0.2k = 7 ------- k = 35 km sebagai jarak maksimum
Komoditas A B C D
Harga Pasar
(Rp/Kg) 600 100 500 600
Hasil
(ton/Ha) 1 3 2,5 1
Biaya Produksi
(Rp/Kg) 400 25 350 550
Biaya Transport
(Rp/Km/Kg) 1,5 2,5 3 2
1. Komoditas apa yang ditanam pada
areal yang dekat dengan pasar?
2. Komoditas apa yang paling jauh dari
pasar?
3. Gambarkan dalam diagram von
thunen kelima komoditas diatas!

Ambil kertas dan kerjakan, waktu


pengerjaan 10 menit
R = E ( p a ) E. f. K
ASUMSI JARAK TERJAUH, R= 0
Gambarkan pola guna lahan dari model
von thunen anda!
Penerapan Model Von
Thunen
Pola Land Use
Fenomena Urban
Sprawl
Von Thunen Land Rent
Urban bid-rent Curve
(distance decay function)
digunakan sebagai basis
analisis bagi penggunaan
lahan dan merupakan
komponen dasar dalam
model penggunaan lahan
masa kini.
Aplikasinya pada land use

(buku: Community Economic,Theory &


Application)
Von Thunen Land Rent
Urban bid-rent Curve
(distance decay function)
Aplikasinya pada land use
Digunakan untuk melihat
sejauh mana alokasi
geografis suatu kegiatan di
suatu wilayah.

(buku: Community Economic,Theory &


Application)
Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar
(Yunus: 125, 2000)
The areal expansion of urban concentrations beyond what they
have been. Urban sprawl involves the conversion of land
peripheral to urban center that has previously been used for
non urban uses to one or more urban uses (Notham, 1975)
The continuos expansion around large cities, where by there is
always a zone of land that is in the process of being converted
from rural to urban use (Harvey dan Clark, 1971)
The growth of metropolitan area through the process of
development of miscellaneous types of land use in the urban
fringe area (Domouchel, 1976)
Faktor Urban Sprawl : Gerak Sentrifugal (Daldjoeni,
1987)
Gerak sentrifugal gerak keluar dari penduduk dan
berbagai usahanya dispersi kegiatan manusia dan
relokasi zona-zona kota
Hal yang mendorong gerak sentrifugal (Daldjoeni,
1987):
Gangguan yang berulang, seperti kemacetan dan polusi
Industri modern memerlukan lahan relatif kosong di pinggiran kota
memungkinkan pemukiman tidak padat dan bebas kemacetan
Sewa tanah yang jauh lebih murah dibandingkan dengan di tengah
kota
Terbatasnya perluasan ruang keterbatasan lahan di tengah kota
Perumahan di dalam kota umumnya sempit, kuno, tidak sehat
perumahan di pinggir kota dapat lebih sehat, luas, model mutakhir
Sebagian penduduk secara naluri berkeinginan menghuni wilayah
di luar kota yang terasa lebih alami
Penjelasan urban sprawl melalui model Von Thunen:
Prinsip penggunaan lahan: highest and best
Penggunaan lahan untuk pertanian dan
kehutanan memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan penggunaan untuk
perumahan, industri, komersial harga komoditi
dianggap stabil kurva bid-rent relatif flat
dibandingkan dengan penggunaan lahan
lainnya
Asumsi terjadi pertumbuhan ekonomi di wilayah
perkotaan
Latar Belakang Pertumbuhan urban sprawl
Dampak Pertumbuhan
Penjelasan urban sprawl melalui model Von Thunen:
Latar Belakang Pertumbuhan
Ekonomi meningkat stimulasi pasar tenaga kerja
pengangguran lebih rendah dan pendapatan
pekerjaan lebih baik makin banyak perumahan baru
permintaan lahan untuk perumahan, industri,
komersial meningkat alokasi geografis akan
permintaan lahan juga meningkat.
Dampak Pertumbuhan
Penjelasan urban sprawl melalui model Von Thunen:
Latar Belakang Pertumbuhan
Dampak Pertumbuhan
Permintaan meningkat akan lahan suplai lahan
dengan pengubahan guna lahan terjadi
konversi lahan peningkatan harga lahan
pergeseran bid-rent curve pergeseran edge of
city URBAN SPRAWL
Model Von Thunen merupakan dasar teori
dalam pengembangan teori lokasi
selanjutnya.
Model Von thunen dalam perkembangan
mengalami penyempurnaan dari para ahli
lainnya, untuk dapat lebih menjelaskan
gambaran kompleks analisa lokasi saat ini,
akibat perkembangan teknologi
transportasi, teknologi produksi. Sehingga
hambatan jarak menjadi relatif.
1. Perencanaan dan pengembangan Wilayah
(2009), Ernan Rustiadi, Sunsun saefulhakim,
Dyah R. Panuju. Crestpent Press dan Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta
2. Perencanaan Pembangunan Wilayah (2005).
Robinson Tarigan. Bumi Aksara. Jakarta
3. Pembangunan Wilayah; Perspektif Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan (2004). Iwan Nugroho
dan Rochmin Dahuri. LP3ES. Jakarta.
4. Community Economic: Theory & Application,
second edition.(2004). pengarang: Ron
Shaffer, Steve Deller, Dave Marcouiller.
Penerbit: Blackwell Publishing.

Vous aimerez peut-être aussi