Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
76-83
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233
E-mail: marcus_veerman@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh putih telur, soda kue dan boraks terhadap komposisi kimia, sifat
fisik dan organoleptik bakso daging ayam. Bakso disiapkan dari daging ayam yang telah dipisahkan jaringan
lemaknya dengan penambahan salah satu bahan pengenyal tersebut diatas dengan dosis 0,2 persen dari adonan.
Variabel yang diamati adalah komposisi kimia, sifat fisik dan organoleptik bakso. Data komposisi kimia dan sifat
fisik dianalisis dengan analisis variansi acak lengkap pola searah. Perbedaan di antara perlakuan diuji lanjut dengan
Duncans New Multiple Range Test. Data sifat organoleptik dianalisis dengan analisis non parametrik metode
Kruskal dan Wallis. Hasil analisis statistik terhadap komposisi kimia dan sifat fisik bakso menunjukkan bahwa
bahan pengenyal berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar lemak dan pH serta berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap keempukan. Hasil analisis statistik
terhadap sifat organoleptik bakso menunjukkan bahwa bahan pengenyal berpengaruh tidak nyata terhadap warna,
rasa tekstur dan kekenyalan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bakso daging ayam dengan bahan
pengenyal yang berbeda mempunyai komposisi kimia, sifat fisik dan organoleptik yang berbeda.
Kata kunci: Bakso daging ayam, bahan pengenyal, komposisi kimia, sifat fisik dan organoleptik bakso
Key words: Chicken meat ball, gelling agents, chemical composition, physical and organoleptical meat ball.
____________________________________________________________________________
76
Tiven & Veerman, 2011: Pengaruh Penggunaan Bahan Pengeyal....
77
Agrinimal, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, Hal. 76-83
Data komposisi kimia dan sifat fisik garam yang ditambahkan dalam proses
dianalisis dengan analisis variansi rancangan acak pengolahan bakso, dapat mengikat air (Urbain,
lengkap (Completely Randomized Design) pola 1971). Hal ini sesuai dengan pendapat Forrest
searah. Perbedaan diantara perlakuan, diuji lanjut dkk. (1975), bahwa kadar air berhubungan erat
dengan Duncans New Multiple Range Test dengan kemampuan menahan air, komposisi
(Astuti, 1980). Data sifat organoleptik dianalisis kimia bahan-bahan yang ditambahkan serta
dengan analisis non parametrik metode Kruskal macam otot daging.
dan Wallis (Alois, 1987).
Kadar lemak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik menunjukkan
Komposisi kimia bakso bahwa bahan pengenyal mempunyai pengaruh
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak
Hasil pengujian komposisi kimia bakso bakso daging ayam. Kadar lemak terendah pada
daging ayam dengan bahan pengenyal yang bakso daging ayam dengan bahan pengenyal
berbeda, disajikan pada Tabel 2. boraks, sedangkan kadar lemak tertinggi pada
bakso daging ayam tanpa bahan pengenyal
Kadar air (kontrol). Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kadar lemak bakso daging ayam tanpa
Hasil analisis menunjukkan bahwa bahan bahan pengenyal awalnya lebih tinggi, tetapi
pengenyal mempunyai pengaruh yang sangat setelah ditambah bahan pengenyal dan direbus
nyata (P<0,01) terhadap kadar air bakso daging kadar lemaknya semakin menurun. Penurunan
ayam. Kadar air terendah terdapat pada bakso lemak ini diduga disebabkan karena ada asam
daging ayam tanpa bahan pengenyal (kontrol), lemak yang terekstraksi keluar selama perebusan.
sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada bakso Menurut Hadiwiyoto (1992), bahwa selama
daging ayam dengan bahan pengenyal boraks. pemasakan beberapa asam lemak pada daging
Kadar air tertinggi pada bakso daging ayam yang ayam, antara lain asam lemak arakhidonat, akan
menggunakan bahan pengenyal boraks karena mengalami penurunan yang disebabkan adanya
sumber boraks yang digunakan sebagai bahan migrasi dari daging ke kulit. Kadar lemak
pengenyal adalah air bleng yang mempunyai terendah pada bakso daging ayam dengan bahan
kadar air yang tinggi. Disamping itu daging ayam pengenyal boraks, selain dipengaruhi oleh sifat
yang diberi bahan pengenyal boraks kemungkinan asam lemak daging ayam, juga dipengaruhi oleh
mempunyai kemampuan mengikat air. kadar air bleng sebagai sumber boraks yang
Kemampuan ini ditunjang oleh tepung tapioka mempunyai kandungan air yang relatif tinggi,
sebagai bahan pengisi dan garam yang sehingga akan berlawanan dengan kadar lemak.
ditambahakan. Menurut Kramlich (1971), bahwa Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1992),
granula tepung tapioka akan berfungsi sebagai bahwa kadar lemak mempunyai korelasi negatif
pengisi rongga-rongga protein daging yang dengan kadar protein dan kadar air, yakni apabila
mengkerut pada saat pemanasan dan dapat kadar protein dan airnya tinggi maka kadar
menyerap air serta mengembang. Ion Cl- akan lemaknya rendah.
merupakan faktor utama yang menyebabkan
78
Tiven & Veerman, 2011: Pengaruh Penggunaan Bahan Pengeyal....
Tabel 2. Rerata komposisi kimia bakso daging ayam dengan bahan pengenyal yang berbeda (% wb)
79
Agrinimal, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, Hal. 76-83
Tabel 3. Rerata sifat fisik bakso daging ayam dengan bahan pengenyal yang berbeda
Bahan Pengenyal
Parameter
Kontrol Putih telur Soda kue Boraks
pH 6,67 0,05a 6,68 0,04a 6,93 0,04c 6,76 0,04b
Keempukan (mm)ns 13,8 2,31 14,8 1,30 14,2 1,04 13,2 0,84
ns tidak signifikan
abc superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Tabel 4. Rerata kualitas organoleptik bakso daging ayam dengan bahan pengenyal yang berbeda
Bahan Pengenyal
Organoleptik
Kontrol Putih telur Soda Kue Boraks
Warna ns 1,63 1,75 2,25 2,19
Rasa ns 2,56 2,56 2,81 2,63
Tekstur ns 2,44 2,38 2,88 2,81
Kekenyalan ns 2,63 2,63 2,19 2,31
ns non signifikan
Skor dan parameter untuk uji organoleptik
Solms, 1992). Rasa bakso juga dipengaruhi oleh tambahan yang bersifat basis dapat memperbaiki
garam yang ditambahkan pada saat pengolahan. tekstur bakso pada saat pemanasan.
Hal ini diduga karena konsentrasi garam yang
ditambahkan tidak terlalu tinggi, sehingga Kekenyalan
menimbulkan rasa enak pada bakso. Soda kue
bersifat dehidrasi (menghilangkan air), karena air Hasil uji Kruskal-Wallis Hedonik
dan kandungan asamnya akan bereaksi dan menunjukkan bahwa bahan pengenyal
menghasilkan gas (Anonim, 2003), yang akan mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap
hilang saat mengembangnya bahan, sehingga kekenyalan bakso daging ayam. Penggunaan
mempunyai nilai rasa yang kurang (mengarah ke daging ayam dengan bahan pengenyal yang
agak enak). berbeda menghasilkan rata-rata skor kekenyalan
bakso, yaitu kenyal. Hal ini lebih dipengaruhi
Tekstur oleh bahan pengenyal, dimana bahan pengenyal
boraks lebih kenyal bila dibandingkan dengan
Hasil uji Kruskal-Wallis Hedonik bahan pengenyal lainnya. Namun demikian kerja
menunjukkan bahwa bahan pengenyal bahan pengenyal yang digunakan kurang
mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap maksimal dalam mengenyalkan bakso, antara lain
tekstur bakso daging ayam. Penggunaan daging karena kadar air bahan pengenyal yang tinggi.
ayam dengan bahan pengenyal yang berbeda Pada boraks, air bleng yang digunakan
menghasilkan rata-rata skor tekstur bakso yang memungkinkan kandungan boraksnya lebih kecil.
halus. Tekstur bakso daging ayam dengan bahan Padahal menurut Widyaningsih & Murtini (2006),
pengenyal yang berbeda ini dipengaruhi oleh jenis bakso yang menggunakan bahan pengenyal borak
daging dan bahan tambahan yang berfungsi mempunyai tingkat kekenyalan yang lebih tinggi
sebagai pengenyal. Hal ini sesuai dengan bila dibandingkan dengan kontrol. Nilai
pendapat Triatmojo (1992), bahwa tekstur bakso kekenyalan ini juga dipengaruhi oleh tepung
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas daging tapioka sebagai bahan pengisi, karena kandungan
yang digunakan, metode pengolahan dan bahan- amilopektinnya dapat membentuk gel yang liat
bahan yang ditambahkan. apabila dipanaskan (Naruki & Kanoni, 1992).
Daging ayam mempunyai tekstur yang Soda kue mempunyai angka kekenyalan yang
halus karena daging ayam mempunyai serabut lebih baik karena disamping sifatnya yang
otot yang lebih kecil, sehingga mempunyai higroskopis, juga disebabkan oleh bakso yang
struktur miofibril yang lebih kecil. Menurut mengembang dan padat akibat penambahan soda
Lawrie (2003), salah satu hal yang mempengaruhi kue. Menurut Pudjaatmaka & Qodratillah (2002),
tekstur daging adalah kandungan jaringan ikat CO2 dari soda kue akan mengembangkan adonan
serta ukuran berkas otot. Disamping itu pada permulaan pemanasan sehingga terbentuk
kandungan protein daging ayam juga relatif buih padat.
tinggi, yang mempunyai kemampuan mengemulsi
lemak yang lebih besar, sehingga sangat SIMPULAN
mempengerahui tekstur bakso. Menurut
Triatmojo (1992), bahwa adonan yang emulsinya 1. Bakso daging ayam dengan bahan pengenyal
stabil akan menyebabkan tekstur yang lebih baik. albumen mempunyai kadar lemak yang lebih
Tekstur juga dipengaruhi oleh tepung tapioka tinggi dan lebih empuk.
sebagai bahan pengisi, dimana pada saat dimasak 2. Bakso daging ayam dengan bahan pengenyal
protein daging yang mengalami pengkerutan akan soda kue mempunyai nilai pH yang lebih
diisi oleh molekul-molekul pati yang dapat tinggi.
mengkompakkan tekstur. Tekstur ini juga 3. Bakso daging ayam dengan bahan pengenyal
dipengaruhi oleh garam yang digunakan, karena boraks mempunyai kadar air, protein dan
sifat basis dari garam menyebabkan gel sehingga tingkat kekenyalan yang lebih tinggi.
viskositas karbohidrat meningkat dengan adanya 4. Bakso daging ayam dengan ketiga jenis
pemasakan dan akan menghasilkan produk yang bahan pengenyal putih telur, soda kue dan
lebih kompak. Menurut Yuliasari (1993), bahwa boraks mempunyai sifat organoleptik yang
tepung tapioka jika digunakan dengan bahan tidak berbeda, yaitu warnanya putih sampai
81
Agrinimal, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, Hal. 76-83
putih keabuan, rasanya disukai, teksturnya Hadiwiyoto, S. 1992. Buku Monograf. Kimia dan
halus serta kenyal. Teknologi Daging Unggas. Pusat Antar
5. Asam borat dan senyawanya merupakan Universitas Pangan dan Gizi UGM,
salah satu bahan yang dilarang digunakan Yogyakarta.
dalam pangan sebagai BTM menurut
Harimurti, S. 1992. Manajemen Karkas II. Pusat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Indonesia No. 722/ MenKes/Per/IX/88.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penelitian ini hanya bersifat membandingkan
antara bahan pengenyal, yaitu bahan Holland, A., A.A. Welch, I.D. Unwin, D.H. Buss,
pengenyal alami (putih telur), sintetis (soda A.A. Paul, & D.A.T. Southgate. 1997.
kue) dan terlarang (boraks), keunggulan- The Compostion of Foods. Fifth Revised
keunggulan boraks dalam penelitian tidak and Extended Edition. The Royal Society
dijadikan acuan untuk direkomendasikan of Chemistry and Ministry of Agriculture,
menjadi salah satu bahan pengenyal. Karena Fisheries and Food.
itu melalui tulisan ini disarankan agar tidak Kartika, B. 1981. Uji Mutu Pangan. PAU Pangan
menggunakan boraks sebagai bahan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
pengenyal, karena boraks dapat
menimbulkan efek racun sampai kematian Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum
pada manusia. Boraks dapat digantikan Penilaian Organoleptik. Jurusan
dengan bahan pengenyal lain, antara lain Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas
yang alami (putih telur) dan sintetis tetapi Teknologi Pertanian Institut Pertanian
tidak dilarang (soda kue). Bogor, Bogor.
Kramlich, W.E. 1971. Sausage Product, In The
DAFTAR PUSTAKA Science of Meat and Meat Product. 2nd
Ed. J.F. Price and B.S. Schweigert, eds.
Alois, E.B.I. 1987. Statistische Methoden in der W.H. Freeman and Co., San Francisco.
Tierproduktion. Osterreicchischer
Agrarverlag, Wien. Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Edisi Kelima.
Penerjemah Aminuddin Parakkasi dan
Anonim. 2003. Lembaga Pengkajian Pangan Yudha Amwila. Penerbit Universitas
Obat-obatan dan Kosmetika MUI. Indonesia (UI-Press), Jakarta.
http://www.article.manager.htm.
[17/02/2006]. Muchtadi, T.R. 1989. Teknologi Proses
Pengolahan Pangan. Ditjen Dikti.
AOAC. 1975. Official Methods of Analysis. 11th Depdikbud, Pusat Antar Universitas, IPB,
Ed. Association of Official Analytical Bogor.
Chemists. Washington, DC.
Mulyohardjo, M. 1988. Teknologi Pengolahan
Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Pati. Pusat Antar Universitas. Universitas
Analisa Statistik. Bagian Kesatu. Bagian Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Naruki, S. & S. Kanoni. 1992. Kimia dan
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak.
Bouton, P.E., P.V. Harris, & W.R. Shorthose. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
1972. The effect of ultimate pH on ovine UGM, Yogyakarta.
Muscle: mechanical properties. J. Food.
Sci. 37: 357 Pudjaatmaka, A.H & M.T. Qodratillah. 2002.
Kamus Kimia. Pusat Bahasa Departemen
Forrest, J. C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Pendidikan Nasional. Balai Pustaka,
Judge, & R.A. Merkel. 1975. Principles Jakarta.
of Meat Science. W.H. Freman and Co.,
San Francisco. Siagian, A. 2002. Bahan Tambahan Makanan.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm
Goldshall, M.A. & J. Solms. 1992. Flavor and -albiner.pdf. Fakultas Kesehatan
Sweetener Interaction With Starch. J. Masyarakat, USU. [17/02/2006].
Food. Tech. 46: 140-145.
82
Tiven & Veerman, 2011: Pengaruh Penggunaan Bahan Pengeyal....
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Widyaningsih, T.D. & E.S. Murtini. 2006.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Alternatif pengganti formalin pada
Mada. Gadjah Mada University Press, pangan. Cetakan I. Trubus Agrisarana,
Yogyakarta. Surabaya.
Thenawidjaja, M., M. Astawan, & N.S. Palupi. Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
1987. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Gramedia, Jakarta.
Biokimia Pangan dan Gizi. Jurusan Ilmu
Winarno, F.G. 1997. Naskah Akademik
Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Keamanan Pangan. Insitut Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bogor, Bogor.
Triatmojo, S. 1992. Pengaruh Pengantian Daging
Yuliasari, R. 1993. Kombinasi Polifosfat dan
Sapi Dengan Daging Kerbau, Ayam Dan
Garam NaCl Memperbaiki Warna,
Kelinci Pada Komposisi Dan Kualitas
Tekstur dan Rasa Daging Sapi. [Skripsi].
Bakso. Laporan Penelitian Fakultas
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Urbain, W.M. 1971. Meat Preservation. In: The
Science of Meat and Meat Products. 2nd
Ed. J.F. Prince and B.S. Schweigert (eds).
W.H. Freeman and Co., San Fransisco.
83