Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa atau kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi disatu atau kedua mata dan
pada setiap kelompok usia. (Brunner & Suddarth, Ed. 12)
2. KLASIFIKASI
Berdasarkan pada usia, katarak dapat dibedakan menjadi :
A. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan
sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.
B. Katarak Senile.
Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50
tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang
sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada
stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat
mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).
C. Katarak Juvenile.
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga
biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.
D. Katarak Komplikata.
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini
adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma (Sidarta, 2008, hal 107).
3. ETIOLOGI
Penyebab pertama dari katarak adalah Proses Penuaan. Katarak dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
a. Fisisk : dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa
b. Kimia : apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan ultraviolet
matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak
c. Usia : dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa akan menurun mengakibatkan katarak
d. Penyakit : meliputi trauma mata, seperti Uveitis (Andra 2013, Hal. 64)
4. PATIFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dari serabut
halus multiple (sunula) yang memanjang dari badan siliar kesekitar daerah luar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami disorbsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya masuk ke retina.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemik (seperti DM), namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses
penuaan yang normal.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Tidak nyeri, pandangan kabur
b. Persepsi bahwa lingkungan lebih redup (seakan-akan kacamata yang perlu dibersihkan)
c. Penyebaran cahaya, penurunan sensitivitas kontras, sensivitas terhadap cahaya silau, dan penurunan
akuitas visual
d. Efek lain mencakup pergeseran miopi (kembali memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan dalam
jarak dekat), mis. Membaca, cetakan dalam huruf kecil tanpa menggunakan kaca mata, Astigmatisme,
Diplopia monokular (penfglihatan ganda), pergeseran warna (Lensa pada lansia menjadi jauh lebih
absorben pada ujung biru spekrum), Brunessense (nilai warna bergeser menjauh, kuning kecoklat-
coklatan) dan penurunan transmisi cahaya. (Brunner & Suddarth, Ed. 12)
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi penyakit katarak yaitu Strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit glukoma.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Derajat ketajaman penglihatan berbanding lurus dengan densitas katarak
b. Uji ketajaman penglihatan Snellen
c. Ofthalmoskopi
d. Pemeriksaan Biomiroskopi Slit-Lamp
8. PENATALKSANAAN
a. Medis
Tidak ada terapi non bedah (obat, tetes mata, kacamata) yang dapat menyembuhkan katarak atau
mencegah katarak yang terkait usia. Studi tidak menemukan adanya manfaat dari suplement antioksidan,
Vit. C dan E, Betakaroten, dan selenium. Kacamata atau lensa katarak, lensa bifokal, atau lensa pembesar
dapat meningkatkan pandangan. Midriatik dapat digunakan dalam jangka pendek, tetapi cahaya silau
semakin besar.
b. Bedah
Secara umum jika penurunan akibat katarak tidak mengganggu aktivitas normal, pembedahan mungkin
tidak dibutuhkan dalam memutuskan kapan pembedahan katarak akan dilakukan, status fungsional dalam
status visual. Pasien harus menjadi pertimbangan utama. Pilihan bedah mencakup fakoemulsifikasi
(metode pembedahan katarak ekstrakapsular) dan penempatan lensa (kacamata afakik, lensa kontak, dan
lensa intraokular yang ditanam). Katarak diangkat dibawah pengaruh anestesia lokal pada pasien rawat
jalan. Apabila kedua mata mengalami katarak, salah satu mata ditangani terlebih dahulu, denganjeda
minimal beberapa minggu, lebih bai beberapa bulan, baru kemudia dilakukan penanganan yang kedua.
c. Keperawatan
Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika dibenarkan secara medis, dalam beberap kasus,
tetapi antikoagulan dapat diteruskan
Berikan obat tetes pendilatasi setiap 10 menit untuk 4 dosis, minmal 1 jam sebelum pembedahan. Obat
tetes antibiotik kortikosteroid, dan obat tetes anti inflamasi. Obat tetes anti inflamasi dapat diberikan
secara profilaksis untuk mencegah inflamasi dan infeksi setelah pembedahan
Berikan intruksi lisan dan tulisan dan bagaimana melindungi mata, memberikan obat, mengenali tanda-
tanda komplikasi, dan mendapatkan perawatan darurat
Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakn seharusnya minimal setelah pembedahan, dan
instruksikan untuk menggunakan agens analgesik ringan, seperti Asetaminofen sesuai kebutuhan
Tetes mata atau saleb antibiotik, anti inflamasi dan kortikosteroid diresepkan pasca operasi. (Brunner &
Suddarth. Ed 12)
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Susanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddarth) Ed. 12. Jakarta :
EGC.
M. Wilkinson, Judith dan Nancy R. Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosis : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Blackwell, wiley. (2014). Nursing Daignoses Definitions and Classification. India : SPi Publisher Services
Moorhead, sue. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes. USA :
Elsevier Mosby
Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Elsevier Mosby
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
KATARAK PADA Tn. S DI RUANG POLI MATA
RS. LABUANG BAJI MAKASSAR
1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Sumber Informasi : Data Primer
Tanggal Pengkajian : 28 April 2015
Asal Pasien : Poli Mata
3. ANALISA DATA
a. Katarak Pre Operasi
DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS : Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien mengeluh pandangan kabur selama 1 Penglihatan b.d Perubahan Ketajaman
tahun yang lalu Sensori
DO :
Nampak kekeruhan pada lensa
Hasil pemeriksaan visus :
VOD : 6/12
VOS : 6/7,5
DS :
- Klien mengatakan apakah penglihatannya akan
kembali seperti semula setelah operasi
DO :
Ansietas b.d Rencana Operasi
- Klien nampak gelisah
- Klien nampak khawatir
- Klien nampak takut terhadap hasil operasi
yang tidak sesuai keinginannya
DS :
- Klien mengatakan pernah terbentur meja
akibat penglihatannya yang kabur
DO : Resiko Cedera b.d Gangguan Persepsi
- Adanya kekeruhan pada lensa Sensori : Penglihatan
Hasil pemeriksaan visus :
VOD : 6/12
VOS : 6/7,5
4. PRIORITAS MASALAH
a. Pre Operasi
Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan b.d Perubahan Ketajaman Sensori
Resiko Cedera (Aktual) b.d Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan
Ansietas b.d Rencana Operasi
b. Post Operasi
Nyeri Akut b.d Agen Injuri Fisik
Resiko Infeksi b.d Luka Pembedahan
c.
5. RENCANA PERKEMBANGAN
a. Katarak Pre Operasi
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TINDAKAN
Dx. KEPERAWATAN RASIONAL
(NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Tentukan ketajaman penglihatan, catat
keperawatan Kebutuhan individu dan piliha
selama 1 x 24 jam. apakah satu atau dua mata terlibat intervensi bervariasi sebab
Gangguan Persepsi terjadi lambat dan progresif
Sensori : Penglihatan Pasien akan : Rekomendasikan tindakan untuk memastikan Membantu pasien melihat jel
b.d Perubahan Menunjukkan status neurologis : Fungsi motorik pencahayaan adekuat di seluruh rumah pasien dapat mengidentifika
Ketajaman Sensori sensorik/cranial, yang dibuktikan dengan lingkungan sekitar rumah
gangguan sedang (Skala 2) Tingkatkan penglihatan pasien yang masih Meningkatkan kemandirian p
Mengompensasi deficit sensori dengan tersisa walau dengan penrunan pen
memaksimalkan indra yang tidak rusak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Memantau dan memanipulasi lingkungan Mencegah cedera sejak dini
selama 1 x 24 jam. fisik untuk memfasilitasi keamanan
Menganalisis faktor risiko potensial, Faktor resiko potensial di det
Pasien akan : menentukan resiko kesehatan dan dini akan mengurangi resiko
Resiko cedera akan menurun, dibuktikan dengan memprioritaskan strategi penurunan resiko pasien
Resiko Cedera keamanan, personal, pengendalian resiko, dan untuk individu
(Aktual) b.d lingkungan rumah yang aman Jauhi bahaya lingkungan (mis. Berikan Pencahayaan yang adekuat a
Gangguan Persepsi Menghindari cedera fisik cahaya yang adekuat namun tidak membuat pasien bisa meng
Sensori : Penglihatan menambah kesensitivan cahaya pada lingkungan sekitar
pasien)
Anjurkan pasien untuk menggunakan Kacamata digunakan untuk m
kacamata, jika diperlukan ketajaman penglihatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, Kekhawatiran, ketakutan, pra
selama 1 x 24 jam. prasangka atau perasaan tidak tenang yang atau perasaan tidak tenang
berhubungan dengan sumber bahaya yang mengakibatkan ansietas pas
Pasien akan : diantisipasi dan tidak jelas bertambah
Ansietas berkurang, dibuktikan dengan ansietas Sediakan informasi factual tentang Informasi akan membuat pas
Ansietas b.d Rencana hanya ringan sampai sedang, dan selalu pembedahan, termasuk sensai yang dialami tenang dan tidak takut deng
menunjukkan pengendalian diri terhadap selama dan sesudah pembedahan rencana operasi
Operasi ansietas Beri dorongan kepada pasien untuk Menungkapkan secara verba
mengungkapkan secara verbal pikiran membuat ansietas pasien b
perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas
Gunakan pendekatan yang tenang, tidak Tindakan yang terburu-buru
buru-buru mengakibatkan ansietas pas
meningkat