Vous êtes sur la page 1sur 12

TUGAS PENGAUDITAN II

AUDIT INTERNAL, EKSTERNAL & FORENSIK

Disusun oleh :

Damar Sugotro 1400012237

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2016

1. AUDIT INTERNAL

A. PENGERTIAN
Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan
aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan tata kelola. Audit internal adalah katalis untuk meningkatkan efektivitas
organisasi dan efisiensi dengan memberikan wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan
penilaian data dan proses bisnis. Dengan komitmen untuk integritas dan akuntabilitas, audit
internal yang memberikan nilai kepada mengatur badan dan manajemen senior sebagai sumber
tujuan saran independen. Profesional yang disebut auditor internal yang digunakan oleh
organisasi untuk melakukan kegiatan audit internal.

B. ASERSI AUDIT INTERNAL

Di dalam audit internal terdapat dua jenis jasa audit yaitu audit kepatuhan dan audit
operasional. Audit kepatuhan mempunyai tujuan utama untuk menerapkan apakah kegiatan
keuangan atau operasi suatu entitas telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan , ketentuan ,
atau peraturan tertentu. Asersi yang diaudit dalam audit kepatuhan adalah klaim atau data
berkenaan dengan kepatuhan kepada kebijakan , perundangan, peraturan dan sebagainya. Di
audit kepatuhan, literia yang telah ditetapkan adalah kebiakan manajemen ,hukum , peraturan,
atau persyaratan laindari pihak ketiga dimana sifat dari laporan audit kepatuhan adalah ringkasan
temuan atau keyakinan tentang derajat kepatuhan.

Kemudian jasa audit operasional mempunyai tujuan utama untuk mengukur efisiensi dan
efektifitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Asersi
ayng diaudit dalam audit operasional adalah data operasional atau kinerja. Dalam audit
operasional , kliteria yang telah diterapkan adlah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnhya oleh
manajemen atau pihak yang berwenang dimana sifat laporan audit operasional adalah tingkat
efisiensi adn efektifitas dari operasi yang diamati serta rekomendasi untuk peningkatan kinerja.
Asersi asersi dalam audit internal yaitu :

1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau uang
entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi
yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen
mambuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang
atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.

2. Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa
utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.

3. Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di
neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-
usahakan (leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu
kewajiban entitas.

4. Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen


aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap
dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan
berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-


komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang
diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam
waktu satu tahun. Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang
disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan
semestinya.

KLASIFIKASI ASERSI
1. Asersi untuk jenis jenis transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit

Transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan memang terjadi serta


Keterjadian
merupakan transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan
Seluruh transaksi dan peristiwa yang seharusnya terbukukan telah
Kelengkapan
dicatat
Angka angka, jumlah jumlah dan data data lainnya yang
Keakurasian berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan sudah
dicatat dengan akurat
Transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam periode akuntansi
Pisah Batas
yang benar
Klasifikasi Transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam akun yang benar

2. Asersi untuk saldo akun(account balance) pada akhir periode yang diaudit
Eksistensi Aset, kewajiban dan ekuitas benar ada
Entitas memiliki dan mengendalikan hak atas asset dan
Hak dan Kewajiban
utang merupakan kewajiban entitas
Seluruh asset, kewajiban dan ekuitas yang seharusnya
Kelengkapan
terbukukan telah dicatat
Aset, kewajiban dan ekuitas tercantum dalam laporan
Penilaian dan keuangan pada jumlah yang benar (appropriates amounts)
Pengalokasian dan semua penyesuaian untuk penilaian (valuation) dan
alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar

3. Asersi tentang penyajian (presentations) dan pengungkapan (disclosures) dalam laporan


keuangan

Transaksi, peristiwa dan hal hal lain yang sudah


Keterjadian, Hak, Kewajiban diungkapkan dalam laporan keungan memang terjadi
dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan
Seluruh pengungkapan yang seharusnya tercantum
Kelengkapan
dalam laporan keuangan telah disajikan
Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan secara
Klasifikasi dan Keterpahaman
tepat, serta pengungkapan disajikan dengan jelas
Informasi keuangan dan informasi lainnya
Keakurasian dan Penilaian
diungkapkan secara wajar dan dalam jumlah yang tepat

PENERAPAN ASERSI PADA LAPORAN KEUANGAN


Penyajian &
Asersi Jenis Transaksi Saldo Akun
Pengungkapan
Eksistensi & Keterjadian
Kelengkapan
Keakurasian &

Klasifikasi
Pisah Batas
Klasifikasi &

Keterpahaman
Penilaian &

Pengalokasian

C. RUANG LINGKUP
Menurut Sawyers (2009:10) Ruang lingkup audit internal adalah sebagai berikut:
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor
internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan
apakah
1. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan
2. risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi
3. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti
4. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi
5. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan
6. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan
tanggungjawabnya secara efektif.

Menurut Hery (2010:39) bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka
auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas (Ruang lingkup audit internal) yaitu sebagai
berikut :

1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan
operasi lainnya.

2. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana
dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan dipertanggung jawabkan dan dijaga
dari berbagai macam bentuk kerugian.

4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan.

5. Menilai prestasi kerja para pejabat/ pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang
telah ditugaskan.

Masih menurut Hery (2010:40) adapun aktivitas dari audit internal yang disebutkan diatas
digolongkan kedalam dua macam, diantaranya:

a. Financial Auditing
Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan kebenaran segala
data keuangan, mencegah terjadinya kesalahanatau kecurangan dan menjaga kekayaan
perusahaan.
b. Operational Auditing
Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat memberikan
rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja, sistem pengendalian dan sebagainya.

Ruang lingkup audit internal tersebut haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna
membantu pihak manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi berjalannya roda suatu
organisasi.

a) Audit Internal dalam Pemerintah

Pada hakikatnya sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara
yaitu pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa Presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasan pemesintahan. Walaupun
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada menteri atau pimpinan lembaga sebagai pengguna
anggaran atau pengguna barang dan diserah kepada gubernur bupati atau walikota akuntabilitas
keuangan negara tersebut tetap menjadi tanggung jawab presiden membutuhkan pengawas
intern agar dapat berakuntabilitas dengan baik, sebelum akuntabilitas diperiksa oleh BPK
sebagai auidtor eksternal pemerintah.

Hal ini juga dipertegas lagi dalam Undang-Undang Nomor 1/2004 tentang
Pembendaharaan Negara, yang menyatakan bahwa presiden selaku kepala pemerintahan
mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara
menyeluruh. Jiwa dari undang-undang ini jelas, bahwa aparat pengawasan intern yang
merupakan bagian dari sistem pengendalian intern pemerintahan harus bersinergi dangan baik
secara berjenjang dengan auditor ekstern, agar akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
tersebut transparan dan akuntabel sehingga membantu atau memudahkan BPK untuk melakukan
auditnya.

Apabila terjadi sustu masalah ketidaktertiban/penyimpangan dalam suatu instansi, aparat


pengawasan internal seharusnya membenahi hal tersebbut terlebih dahulu, dalam hal ini dapat
dilakukan oleh Badan Pengawasan sebagai auditor intern pemerintahan yang bersangkutan, atau
BPKP yang juga berperan sebagai auditor intern pemerinta yang bertanggung jawab presiden.
Apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan auditor internal, maka akan menjadi kewajiban
pimpinan departemen/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (atau Kuasa Pengguna
Anggaran) untuk menertibkannya sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh aparat
pengawasan intern. Pada akhirnya tidak ada lagi keragu-raguan bagi auditor ekstern untuk
melakukan pengujian dan penilaian atas akuntabilitas keuangan tersebut. Dari sisi pengawasan
atas pengelolaan keuangan, bila mengacu pada pasal 9 ayat (1) UU 15/2004, disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan tugas pemeriksaannya, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
aparat pengawasan intern pemerintah. Audior Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal
sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintahan (APFP) dilaksanakan oleh BPKP,
Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Pengawasan Daerah.

b) Audit Internal dalam Sektor Swasta

Peran utama audit internal dalam korporasi adalah sabagai mata dan telinga top
manajemen dalam menyakini seluruh pengendalaian internal telah dilakukan untuk menunjang
kebenaran analisa dan pelaporan keuangan, demikian juga menyakinkan adanya kerangka
berpikir atas pengendalian internal, pengendalian internal telah terstandarisasi diseluruh
perusahaan, serta melaksanakan pelatihan dan kepedulian atas kebijakan dan prosedur yang
mengikutinya.

Secara lebih spesifik fungsi utama audit internal dalam corporate governance lembaga
keuangan, sperti yang dinyatakan dalam komite basel (Komite yang Mengawasi asosiasi
perbankan diseluruh dunia dan berkedudukan di Basel, Swiss) adalah:

1. Mempunyai akses pada seluruh kegiatan perusahaan.


2. Mempunyai independensi termasuk laporan langsung kepada top manajemen dan keyakinan
bahwa rekomendasinya akan ditindaklanjuti.
3. Mempunyai sumber dya yang cukup serta staff yang telah dilatih dan mempunyai
pengalaman yang relevan untuk memahami dan mengevaluasi operasi perusahaan.
4. Menggunakan metodologi untuk mengidentifikasi risiko serta mengalokasi sumber daya
untuk mengelolanya.
5. Audit internal harus independen dari kegiatan dari kegiatan yang diaudit dan independen
dari proses internal control sehari-hari sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan
objektif tanpa keberpihakan.
6. Seluruh kegiatan dalam perusahaan harus termasuk dalam ruang lingkup pengawasan audit
internal.

2. AUDIT EKSTERNAL

A. PENGERTIAN
Audit eksternal adalah pemeriksaan eksternal dari laporan keuangan yang dipersiapkan
oleh organisasi. Biasanya audit eksternal ini diadakan untuk tujuan hukun (untuk memenuhi
persyaratan hukum). Auditor eksternal biasanya juga dipekerjakan untuk melakukan tugas
khusus tambahan (misalnya penyelidikan penipuan). Tujuan dari audit eksternal adalah untuk
memastikan laporan tahunan memberi gambaran yang tepat dan sebenarnya mengenai kondisi
keuangan organisasi; dan bahwa dana yang dimiliki telah digunakan sesuai dengan tujuan yang
sudah dijelaskan dalam konstitusi.

B. ASERSI AUDIT EKSTERNAL

Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung didalam komponen laporan


keuangan. Asersi adalah suatu deklarasi atau suatu rangkain deklarasi secara keseluruhan oleh
pihak yang bertanggaung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi asersi adalah pernyataan yang dibuat
oleh suatu pihak yang secar implisit dimaksudkan digunakan oleh pihak lain atau pihak ketiga.
Untuk laporan keuangan historis asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh
manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pernyataan
tersebut dalam bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan
penggolongan besar sebagai berikut:

1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)


berhubungan dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah
transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia
untuk dijual. Begitu pula, manajemen mambuat asersi bahwa penjualan dalam laporan
laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain
(misalnya piutang) dengan pelanggan.

2. Asersi tentang kelengkapan (completeness)


berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat
asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan
keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah
mencakup semua kewajiban entitas.

3. Asersi tentang hak dan kewajiban (rights and obligations)


berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa
jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai
perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa
usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
4. Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan
biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam
periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi
bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang
dapat direalisasikan.

5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)


berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat
asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di
neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikain pula, manajemen
mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-
rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup audit eksternal adalah laporan keuangan entitas yang berkenaan dengan
setiap pengendalian yang mempengaruhi efisiensi atau efektivitas. Dalam hal ini, lingkup audit
eksteral tergantung pada amanat atau mandat dari lembaga audit yang bersangkutan. Audit atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eksternal pada umumnya bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan atas keuangan entitas, sedangkan audit atas penyusunan laporan
keuangan oleh pengawas bertujuan untuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan sistem
pengendalian internal dan koreksi atas kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan.

a) Audit Eksternal dalam Sektor Swasta

Audit eksternal pada sektor privat atau sektor swasta merupakan suatu unit di perusahaan
yang menjalankan fungsi audit terhadap kinerja perusahaan. Pelaksana audit sektor swasta adalah
KAP( Kantor Akuntan Publik). Objek auditnya adalah perusahaan atau entitas swasta. Kepatuhan
terhadap perundang-undangannya tidak terlalu dominan. Standar Profesi Internal Auditor (SPIA)
merupakan ketentuan yang harus dipatuhi untuk menjaga kualitas kinerja internal auditor dan
hasil audit. Standara audit sangat menekankan pada kualitas profesional auditor serta cara auditor
mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan.

b) Audit Eksternal dalam Sektor Pemerintahan


Audit sektor pemerintah adalah kegiatan yang ditunjukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan
pajak dan penerimaan negara lainnya. Pelaksana audit sektor publik adalah lembaga pemerintah
dan KAP yang ditunjuk. Objek auditnya adalah entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang
terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab keuangan lembaga negara, standar auditnya adalah
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara(SPKN). Kepatuhan terhadap perundang-undangan
merupakan faktor dominan karena kegiatan sektor publik sangat terkait dengan perundang-
undangan.

3. AUDIT FORENSIK

A. PENGERTIAN

Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA)


Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya,
akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam
proses peninjauan judicial atau administratif.

Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.

Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka
pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit investigasi
terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di
pengadilan.

Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan)

Audit Tradisional Audit Forensik

Waktu Berulang Tidak berulang

Lingkup Laporan Keuangan secara umum Spesifik

Hasil Opini Membuktikan fraud (kecurangan)

Hubungan Non-Adversarial Adversarial (Perseteruan hukum)

Metodologi Teknik Audit Eksaminasi

Standar Standar Audit Standar Audit dan Hukum Positif


Praduga Professional Scepticism Bukti awal

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada
masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang
digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen,
observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang
digunakan sangatlah kompleks.

B. ASERSI AUDIT FORENSIK

Asersi dari Audit Forensik


Audit Forensik memiliki tujuan yakni untuk mendeteksi atau mencegah berbagai jenis
kecurangan (fraud). Asersi yang diaudit oleh auditor forensik adalah laporan keuangan seperti
halnya asarsi yang terdapat dalam audit eksternal namun audit forensik lingkup auditnya lebih
spesifik yang akan menghasilkan ada atau tidaknya bukti fraud (kecurangan) menggunakan
standar audit dan hukum.

C. RUANG LINGKUP AUDIT FORENSIK

Dalam Summary of General and Spesific Standards fot the Profesional Practices of
Forensic Accounting dikatakan bahwa ruang lingkup dari audit forensik meliputi:

1. Keandalan dan integritas informasi.


2. Mentaati kebijakan, perencanaan, prosedur, perundangan, dan peraturan.
3. Pengamanan atas aset.
4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien.
Objektif menetepkan prestasi dan tujuan operasional atau program

Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan


bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang
menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.
a) Praktik audit forensik di pemerintahan

Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan
KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud
Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam
lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya
digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi
saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko
fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia. Penggunaan audit
forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil yang luar biasa positif.

b) Praktik di Sektor Swasta

Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010)
menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensik
accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support merupakan istilah
dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi. Akuntansi forensik dimulai
sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit investigasi merupakan bagian awal dari
akuntasi forensik. Adapun valuation analysis berhubungan dengan akuntansi atau unsur
perhitungan. Misalnya dalam menghitung kerugian negara karena tindakan korupsi.

Vous aimerez peut-être aussi