Vous êtes sur la page 1sur 9

DISPARIATAS EKONOMI ANTAR KECAMATAN

DI KABUPATEN BANGKALAN

Fuad Hasan dan Ikhsanudin*)


*) Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Bangkalan-Madura

ABSTRACT

The objective of this research were to measure and to analyze the disparity of
economic growth, to identify the pattern and structure of economic growth, and
to know the dependency of economic growth in Bangkalan Regency. This
research used time series data during 2001-2006. The data was taken from
Central Biroue of Statistic (BPS). Analysis method used to 1) indeks of regional
inequality) Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil 2) Analysis of Regional
typical 3) Analysis of scalogram dan 4) Analysis of Gravitasy. The result of
research show that regional disparity of Bangkalan Regency are 0,00309 (small-
williamson index) and 0,0388 (entropy index). Analysis of regional typical show
that 1) Bangkalan, Kamal, Arosbaya, and Labang are clasified going forward
and growth fastly ; 2) Socah, Modung, Burneh, Sepulu, and Tanjung Bumi are
clasified developing fastly; 3) Kwanyar and Klampis are clasified going foward
depressedly; and 4) Tragah, Blega, Konang, Galis, Tanah Merah, Geger, and
Kokop are clasified. Analysis of scalogram show that 1) Tanjung Bumi, Burneh,
and Socah had supproting fasility and economic growth above average growth
rate; 2) Bangkalan, Kamal, Arosbaya, Labang, Modung, and Sepulu had
supporting facility above average and average of economic growth rate; 3)
Tragah, Blega, Kwanyar, Klampis, Konang, Galis, and Tanah Merah had less
supporting facility and under average of economic growth rate; and 4) Kokop
and Geger had less economic growt rate with averag Analysis of supporting
facility. Gravitasi show that Bangkalan became center pint for other sub district.

Key words : Disparity of economic growth, Pattern and structure economic


growth

PENDAHULUAN untuk mengakses sumber daya-sumber daya


pembangunan (Makmun, 2003:1).
Agenda dari suatu pertumbuhan adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan kunci untuk Indonesia adalah negara dengan kebhinekaan
mengatasi kemiskinan, menurunkan tingkat yang tinggi di mana perbedaan antardaerah
pertumbuhan penduduk, melindungi lingkungan merupakan suatu konsekuensi logis dari
dan memperkuat tatanan sipil. Premis ini perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial
menjadi sangat ironis karena di banyak negara, dan budaya. Misalnya sumber daya berupa
pertumbuhan ekonomi tetap saja menyimpan minyak dan juga pertumbuhan pusat
persoalan yang krusial (kemiskinan, perdagangan dan industri terkonsentrasi di
pengangguran dan ketimpangan). beberapa daerah menyebabkan timbulnya
kantong-kantong pertumbuhan sehingga
Meski kegiatan pembangunan dilaksanakan
ketimpangan output antardaerah menjadi tinggi
melalui berbagai penyempurnaan, namun masih
(Tadjoeddin, dkk, 2001:6).
banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara
sosial ekonomi. Ketimpangan di atas pada Sentralisasi pembangunan, pertumbuhan yang
gilirannya menciptakan kelompok-kelompok tidak merata dan distribusi pendapatan yang
penduduk yang tidak memiliki kemampuan tidak berpihak pada kesejahteraan masyarakat
merupakan kondisi mayoritas pembangunan
JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008 1
daerah di Indonesia saat ini. Pelaksanaan Kebijakan untuk mengatasi masalah mengenai
otonomi daerah mencoba mengeliminir dampak disparitas pertumbuhan ekonomi
negatif dari pelaksanaan pembangunan yang antarkecamatan serta ciri-ciri disparitas
sentralistik dan sekaligus mencoba mengubah tersebut haruslah mengacu pada pendekatan
paradigma pembangunan ke arah desentralistis. pembangunan daerah, maka strategi
Walaupun memberikan harapan terhadap pembangunan yang perlu dilakukan seperti
pendapatan yang berkeadilan namun meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
kenyataannnya tidaklah menjamin pertumbuhan melalui pengembangan kawasan andalan yang
ekonomi tumbuh cepat dan merata di semua dapat menjadi sentra pertumbuhan
daerah. Ada beberapa daerah yang pertumbuhan perekonomian, pembangunan berkelanjutan
ekonominya cepat dan ada juga beberapa daerah yang menempatkan pembangunan dan
yang pertumbuhan ekonominya lambat. Hal ini lingkungan sebagai satu kesatuan yang tidak
disebabkan tiap daerah memiliki sumber daya terpisahkan. Terdapat tiga permasalahan yang
alam, sumber daya manusia dan infrastruktur dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1) disparitas
yang berbeda-beda, begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi; 2) pola dan struktur
investasi. Para investor akan lebih menyukai pertumbuhan ekonomi antarkecamatan; dan 3)
berinvestasi di daerah yang relatif maju dan keterkaitan pertumbuhan ekonomi
memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik. antarkecamatan.
Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto METODE PENELITIAN
(PDRB) diperlukan guna mempercepat Data yang digunakan merupakan data time
struktur perekonomian yang berimbang dan series selama enam tahun, yaitu Tahun 2001-
dinamis bercirikan industri yang kuat dan 2006 bersumber dari Badan Pusat statistik.
maju, pertanian yang tangguh serta memiliki Analisis data menggunakan:
basis pertumbuhan sektoral yang seimbang.
Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk 1. Indeks Williamson. Indeks ketimpangan
menggerakkan dan memacu pembangunan regional ini semula digunakan oleh Jeffrey
dalam rangka meningkatkan pendapatan G.Williamson dengan rumus (Sjafrizal,
masyarakat dan mengatasi kesenjangan sosial 1997 : 31) :
ekonomi.
yi y
2
fi / n
Potensi sumberdaya yang dimiliki Kabupaten IW
Bangkalan, utamanya disektor pertanian, y
peternakan, perikanan dan pertambangan serta
sektor pariwisata, merupakan produk-produk Keterangan :
andalan dan investasi yang sangat potensial yi = menunjukkan pendapatan per kapita
bagi Kabupaten bangkalan, merupakan di kecamatan i
peluang besar dalam percepatan pembanguan y = menunjukkan pendapatan per kapita
yang adil dan merata, serta mendukung upaya rata-rata kabupaten
penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten fi = menunjukkan jumlah penduduk di
Bangkalan saat krisis ekonomi terjadi, sektor kecamatan i
yang mampu bertahan sampai saat ini adalah n = menunjukkan jumlah penduduk
sektor pertanian. Oleh karena itu kabupaten
pembangunan bidang ekonomi yang berbasis Indeks Williamson menggunakan PDRB per
kerakyatan diharapkan dapat meningkatkan kapita dan jumlah penduduk, bernilai antara
kesejahteraan masyarakat Kabupaten nol dan satu (0<IW<1 ). Apabila nilai indeks
Bangkalan terutama yang berada di wilayah mendekati satu berarti memberikan indikator
pedesaan . terjadinya disparitas regional yang besar dan
PDRB Kabupaten Bangkalan tiap tahun sebaliknya apabila nilai indeks yang diperoleh
mengalami peningkatan. Namun demikian mendekati nol maka berindikasi terjadinya
dilihat nilai PDRB per kecamatan terlihat ada disparitas regional kecil.
gejala disparitas pertumbuhan ekonomi
antarkecamatan di Kabupaten Bangkalan.
2 JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008
2. Indeks Entropi Theil. Indeks ini untuk 4. daerah relatif tertinggal, yaitu daerah
mengetahui ada tidaknya ketimpangan yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan konsentrasi industri. ekonomi dan pendapatan per kapita
Rumusnya adalah sebagai berikut lebih rendah dibanding rata-rata
(Kuncoro, 2004 : 134) : Kabupaten Bangkalan.
I(y) = (yj / Y ) x log [ (yj / Y) (xj / X) ] Tabel 1. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi menurut
Keterangan: Tipologi Daerah
I(y) = menunjukkan Indeks Entropi Theil PDRB per
yj = menunjukkan PDRB per kapita kapita(y)
Laju yi > y yi < y
kecamatan j
Pertumbuhan
Y = menunjukkan rata-rata PDRB per (r)
kapita Kabupaten Pendapatan
Pendapatan dan
xj = menunjukkan jumlah penduduk ri > r pertumbuhan
rendah dan
kecamatan j pertumbuhan
tinggi
tinggi
X = menunjukkan jumlah penduduk Pendapatan
kabupaten Pendapatan dan
tinggi dan
ri < r pertumbuhan
pertumbuhan
Indeks Entropi Theil tidak memiliki batas rendah
rendah
atas atau batas bawah. Apabila Indeks Sumber : Kuncoro (2004: 118)
Entropi Theil semakin membesar berarti
ketimpangan semakin besar, sebaliknya Keterangan:
apabila Indeks Entropi Theil semakin ri : menunjukkan pertumbuhan ekonomi
kecil berarti terjadi pemerataan. kecamatan i
3. Analisis tipologi daerah. Alat analisis ini r : menunjukkan rata-rata pertumbuhan
untuk mengetahui gambaran tentang pola ekonomi kecamatan
dan struktur pertumbuhan ekonomi yi : menunjukkan PDRB per kapita
masing-masing daerah. Tipologi daerah kecamatan i
pada dasarnya membagi daerah y : menunjukkan rata-rata PDRB per kapita
berdasarkan dua indikator utama yaitu kecamatan
pertumbuhan ekonomi daerah dan 4. Analisis scalogram. Alat analisis ini
pendapatan per kapita daerah (Kuncoro, bertujuan untuk mengidentifikasi kecamatan
2004:118). Dengan menentukan rata-rata yang dapat dikelompokkan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu pertumbuhan berdasarkan fasilitas yang
vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita tersedia (Blakely, 1994 : 94-98). Apabila
sebagai sumbu horizontal, maka daerah suatu daerah memiliki berbagai fasilitas
dibagi dalam empat klasifikasi, yaitu : perkotaan yang relatif tinggi dan lebih
1. daerah cepat maju dan cepat tumbuh, lengkap dibandingkan daerah lainnya maka
yaitu daerah yang memiliki tingkat daerah tersebut mampu berperan sebagai
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan suatu pusat pertumbuhan. Klasifikasi daerah
per kapita yang lebih tinggi dibanding berdasarkan pada tiga komponen fasilitas
dengan rata-rata Kabupaten Bangkalan; dasar yang dimilikinya, yaitu:
2. daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah 1. differentiation adalah fasilitas yang
yang memiliki pendapatan per kapita berkaitan dengan aktivitas ekonomi.
lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan Fasilitas ini menunjukkan bahwa
ekonominya lebih rendah dibanding adanya struktur kegiatan ekonomi
rata-rata Kabupaten Bangkalan; lingkungan yang kompleks, jumlah dan
3. daerah berkembang cepat, yaitu daerah tipe fasilitas komersial akan
yang memiliki tingkat pertumbuhan menunjukkan derajat ekonomi
tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kawasan/kota dan kemungkinan akan
kapita lebih rendah dibanding dengan menarik sebagai tempat tinggal dan
rata-rata Kabupaten Bangkalan; bekerja;

JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008 3


2. solidarity adalah fasilitas yang berkaitan yang berbeda terhadap perolehan skor
dengan aktivitas sosial. Fasilitas ini masing-masing kecamatan;
menunjukkan tingkat kegiatan sosial 5. perbedaan yang diberikan pada masing-
dari suatu daerah. Ini dimungkinkan masing kelas menunjukkan adanya
tidak seratus persen merupakan perbedaan pelayanan yang mampu
kegiatan sosial namun pengelompokkan diberikan kelas tersebut. Sebagai
tersebut masih dimungkinkan jika contoh fasilitas perbankan, SPBU,
fungsi sosialnya lebih besar pertokoan, perhotelan didasarkan pada
dibandingkan sebagai kegiatan usaha tenaga kerja yang dimanfaatkan, untuk
yang berorientasi pada keuntungan; komponen fasilitas kesehatan
3. centrality adalah fasilitas yang berkaitan ditunjukkan dengan fasilitas pelayanan,
dengan kegiatan pemerintahan. Fasilitas untuk fasilitas pendidikan didasarkan
ini menunjukkan bagaimana hubungan pada tingkat pendidikan dari TK, SD,
dari masyarakat dalam sistem kota. SLTP, SMU, Akademi/Universitas.
Sentralistis ini diukur melalui Komponen fasilitas yang lain
perkembangan hierarki dan institusi pembagian kelasnya didasarkan pada
sipil misalnya kantor pos, kantor spesifikasi yang dimilikinya.
pemerintahan dan lainnya.
Langkah-langkah analisis dalam penelitian
Dalam analisis ini diterapkan penilaian dilaksanakan sebagai berikut:
dengan memanfaatkan skor dan beberapa 1. menginventarisasi berbagai fasilitas
asumsi, dengan tahapan analisis sebagai pada kota/kawasan dan disusun sesuai
berikut: kelompoknya, yaitu fasilitas ekonomi,
1. fasilitas perkotaan (ekonomi, sosial, sosial dan pemerintahan;
dan pemerintahan) yang terdiri dari 2. masing-masing kelompok tersebut
komponen fasilitas perbankan, pasar, dihitung nilainya dengan menggunakan
pertokoan, telekomunikasi, terminal skor sebagai berikut:
dan seterusnya. Masing-masing a. menyusun urut-urutan komponen
komponen tersebut dapat dipecah lagi fasilitas (misalnya perbankan,
dalam beberapa kelas sesuai dengan pasar, rumah sakit dan sebagainya)
kebutuhan, pembagian tersebut yang terdapat di kota tersebut
didasarkan pada skala pelayanan, atau berdasarkan pada tingkat urgensi
jumlah tenaga kerja yang digunakan, (kepentingan), komponen fasilitas
atau tolok ukur lain sesuai dengan tersebut merupakan fungsi
spesifikasi dari komponen yang pelayanan suatu kota, misalnya
bersangkutan; untuk kelompok fasilitas ekonomi
2. masing-masing komponen fasilitas perkotaan, perbankan, akan
berdiri sendiri, sehingga skor yang ditempatkan pada nomor urut yang
ditetapkan tidak tergantung antara lebih tinggi dibandingkan dengan
komponen satu dengan yang lainnya. besarnya fungsi kota. Semakin
Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang besar kota maka komponen fasilitas
diperoleh komponen yang satu tidak perbankan akan semakin
berkaitan dengan komponen yang meningkat, selain itu perbankan
lainnya; mempunyai peran yang relatif
3. nilai dari masing-masing komponen dominan dibandingkan dengan
fasilitas ditentukan nilai yang bulat dan pertokoan dalam konteks pelayanan
kecil dan nilai tersebut merupakan suatu kota;
penggabungan dari nilai kelas-kelas b. masing-masing komponen fasilitas
komponen fasilitas; dibagi dalam beberapa kelas yang
4. nilai yang diberikan berlaku sama bagi disesuaikan dengan skala
komponen fasilitas yang tersebar pada pelayanan, misalnya pasar sebagai
kecamatan-kecamatan yang diteliti. Hal salah satu komponen fasilitas
ini untuk menekankan bahwa penetapan ekonomi perkotaan dibagi dalam
nilai tidak akan mempunyai pengaruh lima kelas yang masing-masing
4 JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008
mempunyai skor yang berbeda-beda P1 P2
sebagai berikut: (1) pasar dengan I 12 2
2 d12
luas bangunan > 30.000 m
mempunyai skor 5; (2) pasar dengan Keterangan :
2
luas bangunan 20.000-30.000 m I12 = interaksi antara kecamatan 1 dengan
mempunyai skor 4; (3) pasar dengan kecamatan 2
2 d12 = jarak antara kecamatan 1 dengan
luas bangunan 12.500-20.000 m kecamatan 2 (km)
mempunyai skor 3; (4) pasar dengan P1 = penduduk kecamatan 1
2
luas bangunan 5.000-12.500 m P2 = penduduk kecamatan 2
mempunyai skor 2; (5) pasar dengan
2
luas bangunan < 5.000 m
mempunyai skor 1. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengelompokan ini didasarkan pada
1. Disparitas Antarkecamatan Kabupaten
kemampuan pelayanan, sebagai
Bangkalan
acuan digunakan standar dari
Direktur Jendral Cipta Karya yang Disparitas regional di Kabupaten Bangkalan
menyatakan bahwa untuk setiap adalah kecil dengan nilai rata-rata indeks
30.000 jiwa penduduk dilayani Williamson untuk Kabupaten Bangkalan
areal pembelanjaan seluas sekitar adalah sebesar 0,00309 dan 0,0388 untuk
2
Indeks Entropi Theil . Namun jika melihat
12.500 m dan untuk setiap 120.000
trend yang ada angka indeks ini terus
jiwa penduduk dilayani areal
2 meningkat untuk tahun-tahun berikutnya
pembelanjaan seluas 30.000 m ; (Tabel 2 dan Tabel 3). Peningkatan indeks
c. masing-masing komponen fasilitas disparitas bila dikaitkan dengan arah kebijakan
yang telah ditetapkan kelas dan pemerintah Kabupaten Bangkalan dalam hal
skornya dikalikan dengan jumlah pemerataan pertumbuhan ekonomi regional
komponen fasilitas yang terdapat antar kecamatan, maka perlu mendapatkan
pada kota tersebut. perhatian yang serius.
3. penilaian terhadap tingkat kelengkapan
Tabel 2. Indeks Williamson Kabupaten Bangkalan
fasilitas suatu kota merupakan Tahun 2001 2006 dan Trend Tahun 2001
penjumlahan dari masing-masing 2010
fasilitas (ekonomi, sosial, dan Tahun Indeks Williamson Trend
pemerintahan).
2001 0.002746576 0.00268
5. Analisis gravitasi. Menurut Blakely (1994:
2002 0.002854851 0.00311
105) bahwa penggunaan teknik ini akan
2003 0.003577043 0.00325
dapat menghitung kekuatan relatif dari
2004 0.003087536 0.00322
hubungan komersial antara pusat
2005 0.003114160 0.00314
pertumbuhan yang satu dengan pusat
2006 0.003134373 0.00311
pertumbuhan yang lainnya.
2007 0.00326
Metode analisis model gravitasi ini digunakan 2008 0.00369
untuk: (1) mengukur kekuatan keterkaitan 2009 0.00453
antara sentra komoditi dengan pusat 2010 0.00590
pengembangan wilayah; (2) menentukan Rata-rata 0.003085756
kekuatan tempat kedudukan dari setiap pusat Sumber: Hasil analisis, tahun 2007
kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi
(sentra-sentra komoditi) dalam sistem jaringan
jasa, distribusi dan transportasi. Formulasi
rumus untuk menentukan indeks gravitasi
sebagai berikut :

JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008 5


masuk ke dalam kategori cepat maju cepat
Tabel 3. Trend dan Indeks Entropi Theil Kabupaten
Bangkalan, 2001-2010
tumbuh maupun kecamatan-kecamatan yang
masuk ke kategori berkembang cepat maupun
Tahun Indeks Entropi Theil Trend
kecamatan-kecamatan yang masuk dalam
2001 0.0298 0.0257
klasifikasi maju terekan. Selengkapnya
2002 0.0324 0.0478
analisis tipologi daerah kecamatan-kecamatan
2003 0.0709 0.0502
di Kecamatan Bangkalan ini dapat dilihat pada
2004 0.0318 0.0424
Gambar 1. berikut:
2005 0.0339 0.0336
2006 0.0339 0.0330 Berkembang Cepat
cepat Maju &
2007 0.0498
Cepat
2008 0.0933 Tumbuh
2009 0.1727
2010 0.2973
Rata-rata 0.038809628
Sumber: Hasil analisis, tahun 2007

2. Tipologi Daerah
Hasil analisis tipologi daerah Kabupaten Relatif
Bangkalan terdiri dari tiga klasifikasi. tertinggal
Maju
Pertama, Bangkalan, Kamal, Arosbaya dan Tertekan
Labang berklasifikasi cepat maju dan cepat
tumbuh, karena memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita lebih
tinggi dibanding rata-rata kecamatan. Kedua,
Socah, Modung, Burneh, Sepulu dan Tanjung Gambar 1. Pola dan Struktur Perekonomian
Bumi masuk dalam klasifikasi daerah yang Kabupaten Bangkalan 2001-2006
berkembang cepat, karena memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata namun 3. Analisis Scalogram
sumbangan PDRB kurang dari rata-rata.
Hasil Scalogram dapat dilihat pada Gambar 2
Ketiga, Kwanyar dan Klampis kategori daerah
di bawah ini.
yang maju tertekan karna sumbangan PDRB
di atas rata-rata dengan pertumbuhan ekonomi
kurang dari rata-rata. Keempat, Tragah, Blega,
Konang, Galis, Tanah Merah, Geger, dan
Kokop masuk dalam klasifikasi daerah yang
relatif tertinggal karena memiliki nilai PDRB
di bawah rata-rata dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata.
Arah kebijakan pemerintah Kabupaten
Bangkalan, dalam meningkatkan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi regional
menunjukkan hasil yang positif. Namun
demikian, jika dilihat pada tipologi daerah,
masih ada 6 kecamatan yang terklasifikasi
relatif tertinggal. Dalam hal ini arah kebijakan
Gambar 2. Scalogram Pertumbuhan Ekonomi dan
pemerintah Kabupaten Bangkalan dalam hal Fasilitas Pendukung di Kecamatan
peningkatan pendapatan regional antar Wilayah Kabupaten Bangkalan
kecamatan belum sepenuhnya terealisasi.
Untuk itu perlu, dalam hal kebijakan ini, Berdasarkan gambar di atas dapat
pemerintah kabupaten lebih mengutamakan diklasifikasikan kategori pertumbuhan
untuk 6 kecamatan yang relatif tertinggal ekonomi berdasarkan Scalogram. Kategori
tanpa mengabaikan kecamatan lain yang Pertama, kecamatankecamatan yang
6 JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008
memiliki dukungan fasilitas di atas rata-rata masyarakat. Hasil analisis grafitasi pada
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten
rata-rata, yaitu Tanjung Bumi, Burneh dan Bangkalan membentuk pola-pola sebagaimana
Socah. Kecamatan Tanjung Bumi mempunyai yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
infrastruktur jalan untuk transportasi yang Tabel 4. Indeks Gravitasi Kecamatan-Kecamatan di
sangat bagus, merupakan jalur utara Kabupaten Bangkalan
Bangkalan Sampang, dan juga merupakan Rerata Indeks
No Kecamatan
sentra industri batik yang sangat terkenal di Gravitasi
Madura. Kecamatan Burneh dan Socah 1 Kamal 3.481843
merupakan wilayah yang berdekatan langsung 2 Labang 3.236699
dengan pusat kota Bangkalan dan juga 3 Kwanyar 5.390723
merupakan daerah yang dilalui jalan utama 4 Modung 2.325468
menuju wilayah kabupaten lain di pulau 5 Blega 4.228162
Madura. Kecamatan Burneh berada di sebelah 6 Konang 1.689722
selatan kota bangkalan dan merupakan pintu 7 Galis 6.129919
gerbang masuk kota dan wilayah madura yang
8 TanahMerah 6.662482
lain. Sedangkan Kecamatan Socah berada
9 Tragah 3.922408
disebelah timur kota Bangkalan dan menjadi
10 Socah 6.861727
calon gerbang masuk ke madura melalui
Jembatan Suramadu. Oleh karena itu, 11 Bangkalan 15.21804
kemajuan atau pembangunan di kota 12 Burneh 12.9421
bangkalan, dampaknya akan dirasakan kedua 13 Arosbaya 6.536457
wilayah kecamatan tersebut. Apalagi untuk 14 Geger 5.093606
menyongsong jembatan suramadu, kecamatan 15 Kokop 4.346115
socah mempersiapkan diri dengan program 16 TanjungBumi 4.332398
dan fasilitas yang menuju ke sana. 17 Sepulu 4.210319
Kategori kedua, kecamatan yang memiliki 18 Klampis 6.306003
Sumber: Hasil analisis, tahun 2007
dukungan fasilitas di atas rata-rata dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata. yaitu Hasil perhitungan analisis gravitasi
Bangkalan, Kamal, Arosbaya, Labang, berdasarkan Tabel 4. diatas menunjukkan
Modung dan Sepulu. Kategori ketiga, bahwa Kecamatan Bangkalan (15,218)
kecamatan-kecamatan dengan tingkat memiliki keterkaitan dan interaksi yang kuat
pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata dan menjadi pendukung bagi pusat
dengan dukungan fasilitas yang relatif minim, pertumbuhan. menunjukkan hasil analisis
yaitu: Tragah, Blega, Kwanyar Klampis, gravitasi antar kecamatan. Hasil menunjukkan
Konang, Kecamatan Galis, dan Tanah Merah. Kecamatan Bangkalan sebagai pusat
Kategori keempat, yaitu kecamatan yang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi Bangkalan menjadi center point untuk
rendah dengan dukungan fasilitas di atas rata- kecamatan-kecamatan lain. Artinya
rata, yaitu Kecamatan Kokop dan Kecamatan ketergantungan kecamatan-kecamatan lain di
Geger. wilayah Kabupaten Bangkalan dengan
Kecamatan Bangkalan adalah tinggi.
4. Analisis Gravitasi
Interaksi antarkecamatan di Kabupaten
Konsep dasar dari analisis gravitasi adalah
Bangkalan berdasarkan analisis gravitasi,
membahas mengenai ukuran dan jarak antara
apabila dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas
dua tempat yaitu pusat pertumbuhan dengan
perkotaan masing-masing kecamatan sangat
daerah sekitarnya (kecamatan terdekat) dan
berkaitan. Kecamatan Burneh dan Socah
seberapa jauh suatu daerah pusat pertumbuhan
selain memiliki ketersediaan fasilitas lebih
mempengaruhi daerah sekelilingnya. Semakin
tinggi dan lengkap juga mempunyai
tinggi nilai indeksnya maka semakin erat
keterkaitan yang lebih tinggi dibandingkan
interaksi antara kedua kota. Interaksi tersebut
kecamatan lainnya.
diwujudkan dalam bentuk hubungan
pelayanan ekonomi maupun sosial dari
JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008 7
Sedangkan pola hubungan antar kecamatan- SIMPULAN DAN SARAN
kecamatan di Kabupaten Bangkalan dapat
Simpulan
dilihat pada gambar di bawah ini.
Disparitas pertumbuhan ekonomi antar
kecamatan di Kabupaten Bangkalan relatif
rendah akan tetapi terjadi kecenderungan
peningkatan disparitas setiap tahun.
Hasil analisis tipologi daerah adalah pertama
Bangkalan, Kamal, Arosbaya dan Labang.
berklasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh.
Kedua, Socah, Modung, Burneh, Sepulu dan
Tanjung Bumi berklasifikasi daerah yang
berkembang cepat, Ketiga, Kwanyar dan
Klampis termasuk dalam kategori daerah yang
maju tertekan. Keempat, Tragah, Blega,
Konang, Galis, Tanah Merah, Geger, dan
Kokop ber klasifikasi daerah yang relatif
tertinggal.
Hasil analisis Scalogram. Pertama, kecamatan
Gambar 3. Pola Hubungan Antar Kecamatan di
Kabupaten Bangkalan
kecamatan berfasilitas di atas rata-rata
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas
Adanya hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata, yaitu Tanjung Bumi, Burneh dan
permasalahan kemiskinan dan pengangguran Socah. Kedua, kecamatan berfasilitas di atas
terutama terjadi di kota-kota yang menjadi rata-rata dengan pertumbuhan ekonomi rata-
pusat pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, rata, yaitu Bangkalan, Kamal, Arosbaya,
pemerintah Kabupaten Bangkalan Labang, Modung dan Sepulu. Ketiga,
mengagendakan penanggulangan kemiskinan kecamatan-kecamatan dengan tingkat
dan pengangguran. Dalam agenda ini, pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata
pemerintah kabupaten menekankan kepada dengan dukungan fasilitas relatif minim, yaitu:
pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan. Tragah, Blega, Kwanyar Klampis, Konang,
Penekanan ini didasarkan pada kenyataan Kecamatan Galis, dan Tanah Merah. Keempat,
bahwa potret kemiskinan yang senantiasa kecamatan yang memiliki tingkat
membelenggu masyarakat marjinal dan pertumbuhan ekonomi rendah dengan
terbelakang. Dengan adanya ekonomi dukungan fasilitas di atas rata-rata, yaitu
kerakyatan, masyarakat dilibatkan pada proses Kecamatan Kokop dan Kecamatan Geger.
produksi dan mekanisme pasar. Pemberdayaan
rakyat juga diharapkan mampu Hasil perhitungan analisis menunjukkan
menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki bahwa Bangkalan menjadi center point untuk
oleh rakyat agar dapat berkemampuan kecamatan-kecamatan lain.
sehingga dapat berperan aktif dalam
Saran
pembangunan. Langkah riil yang ditempuh
pemerintah kabupaten adalah dengan 1. Perlu adanya peningkatan pembangunan
meningkatkan kinerja dan peran Usaha Mikro, fisik di daerah-daerah yang relatif
Kecil dan Menengah (UMKM) serta koperasi tertinggal seperti pembangunan
agar lebih berperan dalam meningkatkan infrastruktur jalan dan pasar.
pertumbuhan ekonomi. Dengan langkah 2. Perlu adanya spesifikasi wilayah di
tersebut, ekonomi kerakyatan dan koperasi Kabupaten Bangkalan, artinya setiap
diharapkan tumbuh dan mampu membebaskan kecamatan di Kabupaten Bangkalan
diri dari belenggu marjinalisasi. memiliki keunggulan masing-masing oleh
karena itu perlu prioritas pembangunan
yang ditekankan pada komoditas tersebut.

8 JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008


DAFTAR PUSTAKA
Blakely, E.J, 1994, Planning Local Economic
Development : Theory and
Practice, 2nd edition
Haeruddin, A, 2001, Identifikasi Kecamatan
sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah
di Kabupaten Soppeng, 1994/1995
1999/2000, Tesis S-2, Program
Pascasarjana UGM, Yogyakarta
(tidak dipublikasikan)
Kuncoro, Mudrajad, 2000, Ekonomi
Pembangunan, Teori, Masalah dan
Kebijakan, Edisi Pertama Cetakan
Kedua, Bagian Penerbitan AMP
YKPN, Yogyakarta
, 2002, Analisis Spasial dan
Regional : Studi Aglomerasi dan
Kluster Indonesia, UPP AMP
YKPN Yogyakarta
................, 2004, Otonomi dan Pembangunan
Daerah, Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang , Erlangga,
Jakarta.

JSEP Vol. 2 No. 2 Juli 2008 9

Vous aimerez peut-être aussi