Vous êtes sur la page 1sur 4

KRONOLOGI KASUS

Pada hari Selasa 03 Januari 2017 pukul 12.59 Pm dalam akun Facebook
Deddyholo@yahoo.com saya menulis di Grup Sumba News GBY-ULP MANDUL SOAL
MENCABUT IZIN HGU PT. ADE AGRO pernyataan saya merupakan sikap kritis dengan
artian bahwa GBY-ULP selaku kepala daerah tidak secara tegas menyelesaikan persoalan PT.Ade
Agro, hal ini muncul karena saya ingin pemerintah daerah pro aktif terhadapa penyelesaian PT.
Ade Agro Industri di wilayah Sumba Timur. Kemudian pada tanggal yang sama 03 Januari 2017
pukul 12.43 pm dalam akun Facebook saya menulis DIMANA KEBERIPHAKAN GBY-
ULP SOAL PT. ADE AGRO YANG SAMPAI SAAT INI HGU BELUM DICABUT? APA
MASIH SENANG MENDAPATKAN KAWADAK? dalam pernyataan ini saya tidak
memfitnah GBY-ULP seperti apa yang disampaikan oleh Bupati di media Kompas.Com
tertanggal 10/2/2017 bahwa saya mengatakan apa masih senang mendapatkan uang pernyataan
ini seolah saya memfitnah Bupati mendapatkan uang, jika ditelisik lebih dalam makna tidaklah
demikian seperti ini karena makna kawadak dalam kamus bahasa sumba kambera oleh H.
Kapita sesungguhnya memiliki arti yang sangat kompleks Kawadak adalah perada mas perak,
untuk persembahan waktu pemujaan;. substansi dasar saya adalah bagaimana pemerintah
mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan segala persoalan yang ada, karena kewenanangan
pemda tentu ada dalam hal mengawasi, mengevaluasi, menyusun laporan terkait aktivitas dan
atau kegiatan yang berlangsung di daearahnya, ini merupakan wewenang secara administrasi
yang dilakukan oleh pemda sumba timur untuk menghapus HGU.

Pada tanggal 7 Februari 2017 saya mendapat surat panggilan terkait perihal permintaan
keterangan dari pihak kepolisian dengan dugaan pencemaran nama baik melalui media sosial
facebook, dengan No surat B/183/II/2017. Latar belakang surat (terlampir) pemanggilan ini
merupakan buntut dari sikap kritis saya terhadap berbagai kebijakan daerah dari berbagai
dimensi, diantaranya :

1. Masalah pengukuran sepihak Larawali, Desa Napu, kec. Haharu kabupaten sumba Timur
2. Masalah izin HGU PT. Ade Agro (perkebunan kapas)
3. Masalah pupuk subsidi yang diperuntukan kepada kelompok petani dimana petani
beberapa bulan lalu mengeluhkan soal pupuk yang tidak ada di agen/kios
4. Masalah PT. Muria Sumba Manis (MSM) dimana ada penguasaan sumber daya air yang
dilakukan oleh perusahaan.
5. Masalah korupsi 1,2 Milyar di dinas Pekerjaan umum (PU) kab. Sumba Timur yang saat
ini lagi di proses oleh Kejari waingapu.
6. Masalah Pelabuhan Peti Kemas dengan anggaran APBN sebesar 194 Milyar yang saat ini
bangunannya mengalami keruskan dan sikap saya meminta pemda untuk segera
membenahi persoalan ini sejalan dengan sikap DPRD kab. Sumba Timur yang
mendorong pemda untuk menyelesaikan persoalan pelabuhan peti kemas.
7. Masalah sampah dan lingkungan di kota waingapu
8. Masalah air bersih dan PLN
9. Masalah pencurian ternak
10. Masalah kemiskinan dan ketahanan pangan.

Tepat pada tanggal 11/2/2017 pukul 10.00 wita saya menyampaikan keterangan
kepada pihak Polda NTT di ruang direktorat reskrim umum terkait dugaan pencemaran
nama baik lewat media sosial facebook. Dalam pemeberian keterangan itu saya ditanyai
persoalan terkait di atas, saya memberikan kejelasan sesuai apa yang saya yakini lakukan.
Dalam pemeriksaan ada beberapa pertanyaan terkait kewenangan pemda dalam menghapus
Hak Guna Usaha (HGU) yang berada di Sumba Timur, saya menjawab bahwa kewenangan
pemda dalam kapasitasnya Ada untuk menghapus/mencabut HGU, dimana saya mengacu
pada dasar hukum Undang-undang Pokok Agraria No.5 tahun 1960 pasal 34 item (e)
Ditelantarkan.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan kepada saya yaitu terkait Apa Masih Senang
Mendapatkan Kawadak? Saya ditanyai soal defenisi kawadak dan saya menjelaskan sesuai
apa yang saya pahami yaitu persembahan, pujuan, dan penghargaan. Dalam pemeriksaan ini
poin-poin inilah yang ditanyakan kepada saya.

Sikap kritis saya terhadap pemkab merupakan bagian dari seruan moral kepada
pemangku kepentingan untuk senantiasa mengawal dan membenahi segala persoalaan yang
terjadi di kabupaten Sumba Timur. berdasarkan pantauan saya diberbagai media cetak dan
elektronik tentunya menjadi perhatian serius saya secara pribadi maupun secara lembaga ini
menjadi fungsi pengawasan kami dari luar tekait berbagai kebijakan daerah yang dikurang pro
terhadap kepentingan rakyat.

Masalah-masalah yang saya sering krtisis akhir-akhir ini terkait dengan pemberitaan di
media baik itu Timex, Pos Kupang, dan media Online yang memuat berbagai persoalan di Sumba
Timur dimana salah satu kasus adalah ada persoalan pengkuran tanah sepihak oleh oknum
pertanahan dan menimbulkan keresahan di masyarakat dan oknum tersebut menyebutkan nama
beberapa pejabat tinggi dilingkup pemda, selanjutnya terkait dengan perusahaan PT. Ade Agro
Industri yang melakukan investasi di kabupaten Sumba Timur dimana ada persoalan besar terkait
dengan pemanfaatan lahan yang menurut saya sampai dengan saat ini lahan itu ditelantarkan,
selanjutnya terkait dengan PT. MSM perusahaan tebu yang juga melakukan investasi tanpa
memperhatikan dampak dari kegiatan tersebut, disamping itu kasus korupsi di dinas pekerjaan
Umum Sumba Timur (timex) dimana hal ini juga saya kritisi sebagai sikap melawan koruptor.
Dari sekian persoalan ini tentunya sikap saya semata-mata untuk mengingatkan pemerintah agar
berbenah diri dan menata kembali system birokrasi yang baik.

Persoalan pengukuran tanah sepihak dan diduga melibatkan bupati menjadi sikap krtis
saya kepada pemerintah daerah, saya menilai bahwa oknum yang melakukan pengukuran
sepihak dan menyebutkan nama bupati dan pejabat lainnya di pemkab sumba sudah tidak sesuai
dengan prosedur yang ada, bagi saya hal ini perlu diperhatikan secara seriru oleh pemerintah apa
motifnya, karena secara langsung oknum tersebut mengatakan di media voxntt.com menurut
pengakuan oknum tersebut bahwa tercantum nama Bupati Sumba Timur Drs. Gideon Mbiliyora
dengan luas lahan terukur 200 meter x 100 meter atau 2 hektar.

Berita

Selain nama Bupati Sumba Timur juga ada nama Agustimus Pombu Marau (kades Napu)
bersama istri seluas 2Ha, Umbu Tana H (kaur) seluas 1 Ha, Feri Haba (mantan anggota DPRD
2009-2014) seluas 1 Ha, Ferly Supusepa (camat Haharu) seluas 1 Ha, Gerald Palakahelu (asisten
II) 1 Ha, Anton D Djuka (anggota DPRD 2014-2019), dan saya sendiri atas nama Yoan
Taraama. Hal inilah yang saya krtisi kepada pemerintah daerah terkait pengukuran tanah
sepihak. Sampai saat ini saya berharap oknum yang menyebutkan nama pejabat harus diproses
sesuai hukum yang berlaku karena menyebut nama pejabat dan melakukan pengukuran tanah
tanpa perintah dari dinas pertanahan kabupaten Sumba Timur.

Dari pemberitaan ini muncul opini publik yang begitu luas di media sosial, semakin
berkembang dan memunculkan perdebatan-perdebatan terkait regulas4i den kewenangan
lembaga terkait soal pengukuran sepihak yang diduga melibatkan Gideon. Disamping itu juga
masyarakat Desa napu semakin resah dengan tindakan oknum yang melakukan pengukuran
sepihak hal ini memunculkan pertanyaan para tokoh masyarakat dan mempertanyakan langsung
kepada dinas pertanahan terkait persoalan pengukuran sepihak ini. Menanggapi hal itu, Marthen
Ndeo selaku Kepala pertanahan menegaskan berkas pengukuran yang dilakukan oleh Yoan
Taraamah belum terdaftar di loket pendaftaran permohonan tanah, sehingga surat keberatan
tersebut tidak diproses, tetapi akan tetap dibuat berita acaranya.

Jika ada pengukuran lahan oleh pegawai pertanahan ataupun pegawai honorer yang
diperbantukan di sini agar diperiksa, ditanyakan surat tugasnya sehingga menghindari
pengukuran-pengukuran liar yang mengatas namakan kantor pertanahan. tambah Marthen.

Saya mengkritisi berbagai kebijakan pemda yang selamsa ini sangat pasif dalam
meresponi berbagai persoalan di Sumba Timur dan hari saya dituduh menfitnah terkait
pernyataan saya di media sosial. Saya berharap sikap kritis ini sebagai kontrol sosial masyarakat
kepada pemerintah tentunya dengan tidak melanggar norma dan etika. Saya mengapresiasi
semua pihak yang sudah terlibat dalam mengawal jalannya proses ini.

Salam Adil Lestari !!!

Terimakasih.

Vous aimerez peut-être aussi