Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ATRIBUT
Pasal 1
1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon,
Hymne, dan Mars Partai;
2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan serta
pemakaian Atribut diatur dalam Peraturan Organisasi.
BENDERA
Pasal 2
BAB II
SYARAT KEANGGOTAAN
Pasal 3
Pasal 5
HAK PENDIRI DAN ANGGOTA
Pasal 6
KEWAJIBAN PENDIRI DAN ANGGOTA
BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 7
BAB V
KADER
Pasal 8
1. Kader Partai adalah Anggota yang telah mengikuti Pendidikan dan Latihan Kader dan
disaring atas dasar kriteria:
1. Ideologi;
2. Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme;
3. Mentalitas, watak dan tingkah laku;
4. Pemahaman terhadap Visi, Misi, dan Tujuan Partai;
5. Dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela;
6. Kepemimpinan;
7. Militan, ulet dan mandiri;
2. Kader Partai terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu:
1. Kader Tunas adalah Anggota Partai yang belum pernah mengikuti pelatihan kader
tetapi telah terdaftar sebagai anggota oleh Pengurus Anak Ranting, Pengurus Ranting,
Pengurus Anak Cabang atau Dewan Pengurus Cabang;
2. Kader Dasar adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang
diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Cabang;
3. Kader Madya adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang
diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Daerah;
4. Kader Paripurna adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang
diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Pusat;
5. Kader Kehormatan adalah Kader yang berjasa dalam pendirian atau perjuangan Partai
berdasarkan penilaian Majelis Pendiri Pusat;
3. Dengan tidak mengabaikan ketentuan Anggaran Rumah Tangga ini, Majelis Pendiri Pusat
dapat menetapkan seseorang menjadi Kader Partai berdasarkan dedikasi dan prestasi yang
luar biasa;
4. Penetapan seluruh kategori Kader dilakukan oleh Majelis Pendiri Pusat dengan Surat
Keputusan Kader Partai;
5. Ketentuan lebih lanjut tentang Kader diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi.
1. Simpatisan adalah Warga Negara Indonesia yang berjasa terhadap Negara dan aktif
mengikuti program perjuangan Partai, tetapi tidak menjadi anggota Partai;
2. Seluruh Hak dan Kewajiban anggota Partai melekat kepada Simpatisan, kecuali:
1. Memperoleh Pendidikan dan Pelatihan Kader;
2. Membayar Iuran Partai;
3. Menghadiri Rapat-rapat dan Permusyawaratan Partai;
4. Mengibarkan Bendera Partai dikediaman masing-masing 6 (enam) bulan sebelum
Pemilihan Umum.
BAB VII
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN
Pasal 10
MAJELIS AGUNG
1. Jumlah anggota Majelis Agung ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 9 (sembilan)
orang;
2. Anggota Majelis Agung dapat bertindak perseorangan atau secara kolektif dalam
mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya Organisasi Partai secara berkala;
3. Anggota Majelis Agung:
1. Dapat ditambah, tetapi tidak dapat dikurangi dengan alasan apapun juga, kecuali
mengundurkan diri dan meninggal dunia;
2. Dalam menetapkan anggota baru Majelis Agung, para anggota Majelis Agung wajib
mempertimbangkan keterwakilan golongan dan keterwakilan perempuan;
3. Pengangkatan anggota baru Majelis Agung dilakukan dalam Rapat Anggota Nasional;
4. Penambahan jumlah anggota Majelis Agung berdasarkan pada:
1. Kader Partai minimal mecapai tingkatan Kader Paripurna;
2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara dan Bangsa;
3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh anggota-anggota Majelis Agung memiliki kapabilitas,
akseptabilitas dan karakter tak tercela.
5. Keanggotaan Majelis Agung berakhir, apabila yang bersangkutan:
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
6. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengawasan dan penilaian anggota Majelis
Agung, diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 11
MAJELIS PENDIRI PUSAT
Pasal 12
1. Seluruh Anggota Biasa di dalam Majelis Pendiri Pusat minimum 30 (tiga puluh) orang dan
maksimum 50 (limapuluh) orang;
2. Susunan Majelis Pendiri Pusat terdiri atas:
1. Seorang Ketua, merangkap Anggota Biasa;
2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota Biasa;
3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota Biasa;
4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota Biasa;
5. Seorang Sekrataris, merangkap Anggota Biasa;
6. 3 (tiga) orang Wakil sekretaris, merangkap Anggota Biasa;
7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota Biasa;
8. Anggota-anggota Biasa;
9. Anggota Ex officio yang berasal dari para Ketua Majelis Pendiri Daerah;
3. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Majelis Pendiri Pusat dapat dibantu oleh
tenaga profesional secara paruh waktu.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Pusat diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi.
1. Personalia Dewan Pengurus Pusat disahkan dan diberhentikan oleh Majelis Pendiri Pusat;
2. Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Pusat disusun oleh Tim Formatur yang
ditetapkan dalam Rapat Anggota Nasional;
3. Personalia Dewan Pengurus Pusat berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD;
4. Pergantian antar waktu Personalia Dewan Pengurus Pusat:
1. Untuk Personalia selain Ketua Umum, diusulkan oleh Ketua Umum dan Wakil Ketua
Umum;
2. Ditetapkan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat;
3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Nasional berikutnya.
5. Pergantian antar waktu Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat:
1. Diusulkan oleh Rapat Dewan Pengurus Pusat;
2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat;
3. Disampaikan pada Rapat Anggota Nasional berikutnya;
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria pergantian antara waktu Dewan Pengurus Pusat,
termasuk Ketua Umum diatur dalam Peraturan Organisasi;
7. Ketentuan lainnya mengenai tata kelola Dewan Pengurus Pusat diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 14
1. Personalia Dewan Pengurus Pusat berjumlah minimal 35 (tigapuluh lima) orang dan
maksimal 65 (enampuluh lima) orang;
2. Susunan Dewan Pengurus Pusat Partai, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Umum;
2. Beberapa orang Wakil Ketua Umum;
3. Seorang Sekretaris Jenderal;
4. Beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal;
5. Seorang Bendahara Umum;
6. Beberapa orang Wakil Bendahara Umum;
7. Beberapa orang Ketua Bidang yang mengurusi masalah internal dan eksternal
Organiasi Partai;
8. Kepala-Kepala Sub-Bidang;
9. Anggota Bidang;
3. Dewan Pengurus Pusat terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian;
4. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pengurus Pusat;
5. Pengurus Harian, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Umum;
2. Beberapa orang Wakil Ketua Umum;
3. Ketua-ketua Bidang;
4. Seorang Sekretaris Jenderal;
Pasal 15
MAHKAMAH PARTAI
Pasal 16
1. Jumlah anggota Majelis Madya ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 7 (tujuh)
orang;
2. Anggota Majelis Madya dapat bertindak perseorangan atau secara kolektif dalam
mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya Organisasi Partai secara berkala di
daerahnya;
3. Anggota Majelis Madya:
1. Dapat ditambah, tetapi tidak dapat dikurangi dengan alasan apapun juga, kecuali
mengundurkan diri dan meninggal dunia;
2. Dalam menetapkan anggota baru Majelis Madya, anggota-anggota Majelis Madya wajib
mempertimbangkan keterwakilan golongan dan keterwakilan perempuan;
3. Pengangkatan anggota baru Majelis Madya dilakukan dalam Rapat Anggota Daerah;
4. Penambahan jumlah anggota Majelis Madya berdasarkan pada:
1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Paripurna;
2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara dan Bangsa;
3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh anggota-anggota Majelis Agung memiliki kapabilitas,
akseptabilitas dan karakter tak tercela.
5. Keanggotaan Majelis Madya berakhir, apabila yang bersangkutan:
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
6. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengawasan dan penilaian anggota Majelis
Madya, diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 18
MAJELIS PENDIRI DAERAH
Pasal 19
1. Seluruh Anggota Biasa dalam Majelis Pendiri Daerah minimum 20 (duapuluh) dan
maksimum 30 (tiga puluh) orang;
2. Susunan Majelis Pendiri Daerah terdiri atas:
1. Seorang Ketua, merangkap Anggota Biasa;
2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota Biasa;
3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota Biasa;
4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota Biasa;
5. Seorang Sekretaris, merangkap Anggota Biasa;
6. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris, merangkap Anggota Biasa;
7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota Biasa;
8. Beberapa orang Anggota Biasa;
9. Anggota Ex officio yang terdiri dari Ketua-ketua Majelis Pendiri Cabang;
3. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Majelis Pendiri Daerah dapat dibantu oleh
tenaga profesional secara paruh waktu;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Daerah diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 20
DEWAN PENGURUS DAERAH
1. Personalia Dewan Pengurus Daerah disahkan, dan diberhentikan oleh Majelis Pendiri
Daerah;
2. Personalia Dewan Pengurus Daerah disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam
Rapat Anggota Daerah;
3. Personalia Dewan Pengurus Daerah berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Mengundurkan diri;
Pasal 21
Pasal 22
MAJELIS RENDAH
1. Jumlah anggota Majelis Rendah ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 5 (lima)
orang;
Pasal 23
MAJELIS PENDIRI CABANG
Pasal 24
1. Anggota Majelis Pendiri Cabang sebanyak minimum 15 (limabelas) orang dan maksimum
20 (duapuluh) orang;
2. Susunan Majelis Pendiri Cabang terdiri atas:
1. Ketua, merangkap Anggota;
2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota;
3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota;
4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota;
5. Sekrataris, merangkap Anggota;
6. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris, merangkap Anggota;
7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota;
8. Anggota-anggota;
3. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Majelis Pendiri Cabang dapat dibantu oleh tenaga
profesional secara paruh waktu;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Cabang diatur kemudian dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 25
DEWAN PENGURUS CABANG
1. Personalia Dewan Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Anggota Cabang, disahkan dan
diberhentikan oleh Majelis Pendiri Cabang;
2. Personalia Dewan Pengurus Cabang disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam
Rapat Anggota Cabang;
3. Personalia Dewan Pengurus Daerah berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Mengundurkan diri;
2. Diberhentikan;
3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat public, kecuali anggota DPR dan DPRD;
4. Pergantian antar waktu Personalia Dewan Pengurus Pusat:
1. Kecuali untuk Ketua Cabang, diusulkan oleh Ketua Cabang dan Wakil Ketua Cabang;
2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Cabang;
3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Cabang berikutnya.
5. Pergantian antar waktu Ketua Dewan Pengurus Cabang:
1. Diusulkan oleh Rapat Dewan Pengurus Cabang;
2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Cabang;
3. Disampaikan pada Rapat Anggota Cabang berikutnya.
Pasal 26
1. Personalia Dewan Pengurus Cabang berjumlah minimal 15 (limabelas) orang dan maksimal
25 (duapuluh lima) orang, termasuk Ketua Cabang.
2. Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Cabang;
2. Beberapa orang Wakil Ketua Cabang;
3. Seorang Sekretaris Cabang;
4. Beberapa orang Wakil Sekretaris Cabang;
5. Bendahara Cabang;
6. Beberapa orang Wakil Bendahara Cabang;
7. Beberapa orang Ketua Biro, yang mengurusi internal dan eksternal Organiasi Partai;
8. Kepala-Kepala Sub-Biro;
9. Anggota Biro.
3. Dewan Pengurus Cabang terdiri atas Pengurus Pleno Cabang dan Pengurus Harian Cabang;
4. Pengurus Pleno Cabang adalah keseluruhan personalia Dewan Pengurus Cabang;
5. Pengurus Harian Cabang terdiri atas:
1. Seorang Ketua Cabang;
2. Beberapa orang Wakil Ketua Cabang;
3. Ketua-ketua Biro;
4. Seorang Sekretaris Cabang;
5. Beberapa orang Wakil Sekretaris Cabang;
6. Seorang Bendahara Cabang;
7. Beberapa Wakil Bendahara Cabang;
6. Pembagian Biro dan Sub-Biro internal dan eksternal diatur kemudian dalam Peraturan
Organisasi Partai.
Pasal 27
PENGURUS ANAK CABANG
1. Personalia Pengurus Anak Cabang dipilihdan diberhentikan oleh Rapat Anggota Anak
Cabang;
2. Personalia Pengurus Anak Cabang disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat
Anggota Anak Cabang;
3. Personalia Pengurus Anak Cabang berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
3. Diberhentikan.
4. Pergantian antar waktu Personalia Pengurus Anak Cabang:
1. Kecuali untuk Ketua Anak Cabang, diusulkan oleh Ketua Anak Cabang;
2. Ditetapkan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Daerah;
3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Anak Cabang berikutnya.
5. Pergantian antar waktu Ketua Anak Cabang:
Pasal 28
1. Personalia Pengurus Anak Cabang berjumlah minimal 9 (sembilan) orang dan maksimal 15
(Limabelas) orang, termasuk Ketua Anak Cabang.
2. Susunan Pimpinan Anak Cabang Partai, terdiri atas:
1. Seorang Ketua PAC;
2. 2 (dua) orang Wakil Ketua PAC;
3. Seorang Sekretaris PAC;
4. Wakil-wakil Sekretaris PAC;
5. Bendahara PAC;
6. Wakil-wakil Bendahara PAC;
7. Ketua-ketua Seksi;
8. Anggota Seksi.
3. Seksi-seksi dalam Pengurus Anak Cabang antara lain adalah Keanggotaan, Kaderisasi, dan
Pemenangan Pemilu;
4. Pengurus Anak Cabang terdiri atas Pengurus Pleno Anak Cabang dan Pengurus Harian Anak
Cabang;
5. Pengurus Pleno Cabang adalah semua personalia Pengurus Anak Cabang;
6. Pengurus Harian Anak Cabang terdiri atas:
1. Seorang Ketua Anak Cabang;
2. Wakil-wakil Ketua Anak Cabang;
3. Seorang Sekretaris Anak Cabang;
4. Wakil-wakil Sekretaris Anak Cabang;
5. Bendahara Anak Cabang;
Pasal 29
PENGURUS RANTING
1. Personalia Pengurus Ranting dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota Ranting;
2. Personalia Pengurus Ranting disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat
Anggota Ranting;
3. Personalia Pengurus Ranting berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
3. Diberhentikan.
4. Pergantian Antar Waktu Ketua Pengurus Ranting
Pasal 30
1. Personalia Pengurus Ranting berjumlah minimal 7 (tujuh) orang dan maksimal 11 (sebelas)
orang, termasuk Ketua Ranting.
2. Susunan Pengurus Ranting Partai, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Ranting;
2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Ranting;
3. Seorang Sekretaris Ranting;
4. 2 (dua) Wakil Sekretaris Ranting;
5. Bendahara Ranting;
6. Wakil Bendahara Ranting;
7. Ketua-ketua Kelompok;
8. Anggota Kelompok.
3. Kelompok dalam Pengurus Ranting antara lain adalah Kelompok Keanggotaan, Kaderisasi,
dan Pemenangan Pemilu
4. Pengurus Ranting terdiri atas Pengurus Ranting Pleno dan Pengurus Ranting Harian;
5. Pengurus Ranting Pleno adalah keseluruhan personalia Pengurus Ranting;
6. Pengurus Ranting Harian, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Ranting;
2. Beberapa orang Wakil Ketua Ranting;
3. Seorang Sekretaris Ranting;
4. Beberapa orang Wakil Sekretaris Ranting;
5. Seorang Bendahara Ranting;
Pasal 31
PENGURUS ANAK RANTING
1. Personalia Pengurus Anak Ranting dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Anggota Anak
Ranting;
2. Personalia Pengurus Anak Ranting disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat
Anggota Anak Ranting;
3. Personalia Pengurus Anak Ranting berhenti sebagai pengurus apabila:
1. Meninggal dunia;
Pasal 32
1. Personalia Pengurus Anak Ranting berjumlah minimal 5 (lima) orang dan maksimal 9
(sembilan) orang, termasuk Ketua Anak Ranting.
2. Susunan Pengurus Anak Ranting Partai, terdiri atas:
1. Seorang Ketua Anak Ranting;
2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Anak Ranting;
3. Seorang Sekretaris Anak Ranting;
4. Seorang Wakil Sekretaris Anak Ranting;
5. Bendahara Ranting;
3. Wakil Ketua Pengurus Anak Ranting menangani Keanggotaan dan Pemenangan Pemilu;
4. Diantara tugas pokok Pengurus Anak Ranting adalah mengumpulkan Iuran Partai diantara
kader dan anggota Partai, dan disetorkan kepada Pengurus Ranting dan/atau Pengurus
Anak Cabang.
Pasal 33
PERWAKILAN LUAR NEGERI
1. Perwakilan Partai di Luar Negeri dapat didirikan di suatu wilayah bagian dari negara asing,
atau di negara asing bersangkutan atau gabungan beberapa Negara asing;
2. Susunan Pengurus Perwakilan Partai Luar Negeri, sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Ketua Perwakilan;
2. Sekretaris Perwakilan;
3. Bendahara Perwakilan;
4. Kepala-kepala Biro Perwakilan.
2. Pengurus Perwakilan Partai Luar Negeri dapat ditambah unsur Wakil Ketua atau Wakil-
wakil Sekretaris, sesuai kebutuhan.
3. Susunan Pengurus Perwakilan Luar Negeri dipilih dalam Rapat Anggota Perwakilan, dan
disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat;
4. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme kerja Pengurus Perwakilan Luar Negeri diatur
kemudian dalam Peraturan Organisasi.
BAB VIII
KEDUDUKAN DAN TUGAS BADAN DAN LEMBAGA
Pasal 35
1. Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai dengan
kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Partai;
2. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau Lembaga diangkat dan
diberhentikan oleh Dewan Pengurus Partai sesuai dengan tingkatannya;
3. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan Badan atau Lembaga yang
berada satu tingkat di bawahnya;
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan dan atau Lembaga diatur dalam Peraturan
Organisasi.
PENCALONAN LEGISLATIF
Pasal 36
1. Majelis Pendiri Partai pada semua tingkatan membuka pendaftaran Calon Anggota Legislatif
sejak Partai berdiri kepada Kader dan Anggota yang memenuhi syarat Perundang-
undangan;
2. Kader dan Anggota Partai yang terseleksi menjadi Calon Anggota Legislatif berlaku
ketentuan:
1. Memilih dan menentukan sendiri Pencalonannya untuk Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota;
2. Calon Anggota Legislatif terpilih untuk:
a. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia diberkas dan didaftarkan oleh
Dewan Pengurus Pusat kepada Komisi Pemilihan Umum;
b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi diberkas dan didaftarkan oleh Dewan
Pengurus Daerah kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi;
c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota diberkas dan didaftarkan oleh
Dewan Pengurus Cabang kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah
Kabupaten/Kota;
3. Majelis Pendiri Partai disemua tingkatan untuk selanjutnya meminta kepada Calon-
calon Anggota Legislatif menabung yang besarnya setiap bulan ditetapkan sendiri oleh
yang bersangkutan;
4. Tabungan Calon-calon Anggota Legislatif diadministrasikan oleh Dewan Pengurus
sesuai tingkatannya, dan dikembalikan kepada yang bersangkutan selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum;
3. Apabila pada sebuah Daerah Pemilihan melebihi kapasitas kouta calon, Majelis Pendiri
sesuai tingkatannya menempuh cara:
1. Tercukupinya kuota wanita Calon Anggota Legislatif pada Daerah Pemilihan tersebut;
2. Menetapkan skala prioritas, hanya Calon Anggota Legislatif yang berdomisili di
Daerah Pemilihan tersebut yang didahulukan untuk ditetapkan;
4. Seluruh pemberkasan Calon-calon Anggota Legislatif yang berasal dari Kader atau Anggota
Partai tidak dipungut biaya.
5. Majelis Pendiri pada semua tingkatan membuka peluang bagi Calon-calon Legislatif bukan
Kader atau bukan Anggota Partai, dengan syarat:
1. Pelamar bakal Calon menerima Asas, Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga
yang dilakukan secara tertulis;
2. Pelamar bakal Calon wajib melakukan psikotest untuk mengetahui rekam jejak watak,
tabiat dan tingkah laku;
3. Dipungut biaya administrasi yang besarnya ditentukan sesuai tingkatan Calon
Legislatif yang dipilih oleh yang bersangkutan.
6. Pelamar bakal Calon Anggota Legislatif yang berasal dari luar Partai untuk mengisi Daerah
Pemilihan yang belum penuh diisi oleh Calon Anggota Legislatif dari Kader dan Anggota
Partai.
1. Kader-kader Partai yang memenuhi syarat, dapat dicalonkan sebagai Kepala Daerah
dan/atau Wakil Kepala Daerah untuk Provinsi atau Kabupaten/Kota;
2. Kader-kader Partai yang memenuhi syarat untuk dicalonkan, pada dasarnya akan
menempuh tahapan berikut:
1. Partai melalukan jejak pendapat umum untuk mengetahui akseptabilitas dan
elektablitas Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
2. Jejak pendapat umum dibiayai oleh Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang
bersangkutan;
3. Partai dapat melalukan jejak pendapat ke dalam internal Partai untuk mengetahui
rekam jejak dan kapabilitas Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
3. Majelis Pendiri Daerah atau Cabang dapat mengambil kebijakan politik melalui Rapat Kerja
Daerah Khusus atau Rapat Kerja Cabang Khusus untuk Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah yang diusung bersama partai lain atau terhadap Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah Perseorangan;
4. Dukungan terhadap Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang diusung bersama
partai lain, selanjutnya diberkasdan didaftarkan kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah
oleh Dewan Pengurus Daerah atau Dewan Pengurus Cabang yang bersangkutan;
5. Dukungan terhadap Calon Perseorangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Daerah atau
Cabang, setelah mendapat persetujuan Majelis Pendiri Pusat.
BAB X
FRAKSI DAN ALAT KELENGKAPAN LEMBAGA PERWAKILAN
Pasal 38
BAB XII
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 40
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT NASIONAL
Ketentuan mengenai Rapat Anggota Nasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 40 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Rapat Anggota Nasional Luar Biasa.
Pasal 42
RAPAT PIMPINAN NASIONAL
Pasal 43
RAPAT KERJA NASIONAL
Pasal 44
RAPAT KERJA NASIONAL KHUSUS
1. Ketentuan yang berlaku pada Rapat Kerja Nasional juga berlaku pada Rapat Kerja Nasional
Khusus, kecuali:
1. Pimpinan Persidangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Pusat;
2. Tidak ada Peninjau dan Undangan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Kerja Nasional Khusus diatur dalam Peraturan
Organisasi.
Pasal 45
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT DAERAH
Pasal 46
RAPAT ANGGOTA DAERAH LUAR BIASA
Ketentuan mengenai Rapat Anggota Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 45 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Rapat Anggota Daerah Luar Biasa.
Pasal 47
RAPAT PIMPINAN DAERAH
Pasal 49
RAPAT KERJA DAERAH KHUSUS
1. Ketentuan yang berlaku pada Rapat Kerja Daerah juga berlaku pada Rapat Kerja Daerah
Khusus, kecuali:
1. Pimpinan Persidangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Daerah;
2. Tidak ada Peninjau dan Undangan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Kerja Daerah Khusus diatur dalam Peraturan
Organisasi.
Pasal 50
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT CABANG
Pasal 51
RAPAT ANGGOTA CABANG LUAR BIASA
Ketentuan mengenai Rapat Anggota Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 50 ayat (1)
sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Rapat Anggota Cabang Luar Biasa.
Pasal 52
RAPAT PIMPINAN CABANG
Pasal 53
RAPAT KERJA CABANG
Pasal 54
RAPAT KERJA CABANG KHUSUS
1. Ketentuan yang berlaku pada Rapat Kerja Cabang juga berlaku pada Rapat Kerja Cabang
Khusus, kecuali:
1. Pimpinan Persidangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Cabang;
Pasal 55
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT ANAK CABANG
Pasal 56
RAPAT ANGGOTA ANAK CABANG LUAR BIASA
Ketentuan mengenai Rapat Anggota Anak Cabang sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 ayat
(1) sampai dengan ayat (6) berlaku bagi Rapat Anggota Anak Cabang Luar Biasa.
Pasal 57
RAPAT PIMPINAN ANAK CABANG
Pasal 58
RAPAT KERJA ANAK CABANG
Pasal 59
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT RANTING
Pasal 60
RAPAT KERJA RANTING
Pasal 61
RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT ANAK RANTING
Pasal 62
RAPAT KERJA ANAK RANTING
Pasal 63
BAB XIII
HAK BICARA DAN HAK SUARA
Pasal 64
1. Peserta Rapat Anggota dan Rapat-rapat lain pada semua tingkatan mempunyai hak bicara
dan hak suara;
2. Peninjau memiliki hak bicara;
3. Hak bicara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui Pimpinan Persidangan
dan Rapat-rapat;
4. Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XIV
KEUANGAN
Pasal 65
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 67
1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dari Anggaran Dasar, dan menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Anggaran Dasar;
2. Segala ketentuan yang belum ada pengaturannya dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur
dalam Peraturan Organisasi yang dikeluarkan oleh Majelis Pendiri Pusat;
3. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.