Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Morbili adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virusyang belum ada obatnya dan apabila
tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka akan mengakibatkankomplikasi dalam
tubuh, sehingga peranan keperawatan dalam penanggulangan morbili di RS penting untuk
mengurangi resiko penderita penyakit.

Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif, kreatif dan
rehabilitative. Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit
morbili dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya morbili adalah
merubah kebiasaan sehari-hari yaitu menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.

Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20 hari da kemudian
timbul gejala-gejala.

1. B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mahasiswa memperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat pasien anak dengan morbili
dan diperoleh informasi dalam gambaran bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
anak.

2) Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mampu :

i. Melakukan pengkajian pada klien anak dengan morbili

ii. Menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan morbili

iii. Merencanakan Asuhan Keperawatan pada anak dengan morbili

iv. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan morbili.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. A. PENGERTIAN

Campak disebut juga Morbili. Campak merupakan penyakit yang sangat menular terutama
menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga dapat menyerang orang dewasa. Pada
anak-anak dengan keadaan gizi buruk ditemukan kejadian campak dengan komplikasi yang fatal
atau berpotensi menyebabkan kematian.

Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/ Rubella.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral,
stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun ludah.

1. B. Etiologi

Etiologi campak adalah virus RNA dari famili paramikoviridae, genus morbili virus. Hanya 1
tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Virus Campak dapat diisolasi dalam biakan emrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus,
perubahan sitopatik, tampak dalam 5 10 hari, terdiri dari sel raksasa multi nudeus dengan 1
nukleusi intra nudear. Anti bodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam.muncul. (Richard E.
Behrman: 1999).

1. C. PENYEBAB

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh karena itu campak
juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab campak ini biasanya hidup pada daerah
tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada
selaput lendir tenggorokan, hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus
campak dapat menularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang tinggal
serumah dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga
dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi
campak, akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung virus.
Penularan virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut. Biasanya virus dapat ditularkan 4 hari
sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama kali timbul.

1. D. PENGOBATAN
a) Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:

Rawat jalan

Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori

Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya bersifat


symtomatik, yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5
10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100
mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan
kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari.

Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

b) Campak dengan Penyulit :


Menyingkirkan komplikasi
Mengobati komplikasi bila ada
Merujuk ke rumah sakit bila perlu

1. E. PENCEGAHAN

2. Cara yang paling efektif untuk mencegah anak dari penyakit campak adalah dengan
memberikan imunisasi campak. Jika setelah mendapat imunisasi, anak terserang campak,
maka perjalanan penyakit akan jauh lebih ringan. Imunisasi campak untuk bayi diberikan
pada umur 9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-
rubella), biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas

3. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan
anak lain atau orang lain yang sedang demam.

1. F. KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi
dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak :
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderta
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) 7. Kejang demam (step)
5. Otitis Media (infeksi telinga) ` 8. Diare
6. Laringitis (infeksi laring)

1. G. DIAGNOSA
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

Anamnesis
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya)
dan belum pernah vaksinasi campak.

Pemeriksaan fisik
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.

1. H. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis (Ngastiyah : 2005) adalah masa tuntas 10 20 hari. Penyakit dibagi
dalam 3 stadium yaitu stadium, kataraiis stadium, erupsi dan stadium konvalensi.
1. Stadium kataralis
biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh, malaise (lemah),
batuk, fcto fobia (silau), konjungtivitis dan koriza (katar hidung). Menjelang akhir
stadium kataralis dan 24 jam timbul eantema (ruam pada selaput lendir). Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eriterna.
2. Stadium erupsi
a. koriza dan batuk-batuk bertambah
b. timbul enantema atau titik atau titik merah di palatum durum dan palatum mole
c. kadang-kadang terlihat pula bercak- bercak koplik
d. dalam 2 hari bercakbercak menjalar kemuka, lengan atas dan bagian dada,
punggung, perut, tungkai bawah.
e. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
f. Rasa gatal, muka bengkak
g. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di daerah leher
belakang
h. Terdapat pula sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dam rnuntah
3. Stadium konvalensi.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpiginentasi) yang
lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
pula ditemukan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomik untuk
campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika
ada komplikasi.

1. I. Patofisiologi
Lest essensial campak terdekat di kulit, membran mukosa nasofaring bronkus, dan
saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan poliderasi sel mononudear dan
beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya terjadi hyperplasia
jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multi nudeus berdiameter
sampai 100 um (set raksasa retikuloendotelial warthin-finkeldey) dapat ditemukan
dikulit, reaksinya terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut, bercak
koplik terdiri dari eksudat serosa dan preliferasi sel endotel serupa dengan bercak lesi
pada kulit. Reaksi kadang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam
jaringan finifold dan membrane mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat
dan virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa hecht. Bronkopneumonia
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CAMPAK

1. A. PENGKAJIAN

2. Riwayat keperawatan : riwayat iminusasi, kontak dengan orang yang terinfeksi.

3. Pada pengkajian anak dengan campak dapat ditemukan adanya tanda-tanda:

1. Demam

2. Nyeri tenggorok

3. Nafsu makan menurun

4. Adanya bercak putih kelabu

5. Kelemahan pada ekstremitas

6. Batuk

7. Konjungtivitis

8. Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang

9. Lemah, lesu
10. Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya serumen atau
cairan yang keluar dari telinga.

11. Apabila pada bronkhus dapat menyebabkan bronkhopneumonia, terjadi masalah


pernafasan.

1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang


tertahan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunitas

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.

7. Nyeri akut berhubungan dengan keterbatasan agen injury.

1. C. INTERVENSI

2. Dx I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan infeksi tidak terjadi.
NOC : Immune status

Kriteria Hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta


penatalaksanaannya.

3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi


4. Jumlah leukosit dalam batas normal

5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Infection Control.
Intervensi :

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Batasi pengunjung bila perlu

3. Pertahankan teknik isolasi

4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

5. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung meninggalkan


pasien.

6. Tingkatkan intake nutrisi

7. Berikan antibiotik bila perlu

1. Dx II
Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas efektif.
NOC : Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan.
dyspnen.

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten

3. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Air way management

Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Monitor status respirasi dan O2.

1. Dx III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi.

2. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang.

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.

Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

NIC : Pressure Management


Intervensi :
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit adanya kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien

1. Dx IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
NOC : Nutritional Status : Food and fluid intake

Kriteria Hasil :
a. Adanya penigkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Nutrition management
Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe, dan vitamin C

4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

5. Berikan makanan yang terpilih.


6. Dx V
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya.
NOC : Knowledge : Disease process
Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis


dan program pengobatan.

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/tim kesehatan lainnya.

Indikator Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Mengajarkan proses penyakit

Intervensi :
a. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar.
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
c. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
d. Hindarkan harapan yang kosong
e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
f. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara yang tepat.

1. Dx VI
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nyeri dapat teratasi/hilang.
NOC : Pain Level

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) .

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.


Indikator Skala
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

NIC : Management pain


Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi
d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat

1. D. EVALUAS1

2. Dx I
Kriteria Hasil Skala

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi


penularan serta, penatalaksanaannya

3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit dalam batas normal

5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

1. Dx II
Kriteria Hasil Skala

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten


3. Mampu mencegah dan mengidentifikasi faktor yang dapat
menghambat jalan nafas.

1. Dx III
Kriteria Hasil Skala

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi elastisitas, temperatur,


hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya


cedera berulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan


alami

1. Dx IV
Kriteria Hasil Skala
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

1. Dx V
Kriteria Hasil Skala

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang


penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur


yang dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang


pasien dan keluarga dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
4. Dx VI
Kriteria Hasil Skala

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan


manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,


frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

DAFTAR PUSTAKA
Copyright 2003 gemari.or.id designed by Gemari Online. Campak Alias Morbili Oleh : Harun
Riyanto
Kategori Info Penyakit . Campak (Measles)
http://m.okezone.com Jangan Anggap Remeh Campak
Coprright @2008 TEMPOinteraktif. Campak
Copyright @ indoskripsi. com launcehed at November 2007-200. Morbili Website hosting by
Ide Bagus
Kapita Selekta kedokteran Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapu

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Batam Centre: Binarupa Aksara.
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Richard, E. Behkman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta EGC.
Wong, Dona. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi