Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Anti nutrisi merupakan senyawa pada pakan yang mengganggu penyerapan nutrisi
bahkan dapat menimbulkan gangguan pada tubuh ternak. Asam oksalat
merupakan anti nutrisi yang dapat ditemukan di dalam hijauan pakan ternak.
Asam oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan
membentuk kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang
lebih ber-pH 6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat
(Na2C2H2O4), calsium oxalat (CaC2H2O4) dan magnesium oxalat
(MgC2H2O4). Garam- garam yang terbentuk dapat menggumpal pada saluran
urinaria sehingga ternak akan mengalami kesakitan. Di Amerika Serikat, problem
peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat adalah pada tanaman
halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar domba.
Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob
(Oxalis pescaprae) yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan
menyebabkan problem yang meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik
lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu seperti setaria (Setaria sphacelata) dan
Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin mengandung racun oksalat.
Diantara tanaman yang digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman
yang ditemukan dalam makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat
adalah spesies Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia,
Amarantus, Musa parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga
mengandung oksalat cukup banyak.
Latar Belakang
Asam Oksalat
Nama lain asam oksalat adalah Ethanedioic acid yang memiliki rumus kimia
C2H2O4, dengan rumus bangun sebagaimana pada Gambar 1. Sifat dari asam
oksalat adalah dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8%
pada 10oc) alkohol dan eter dan bersifat asam organik yang kuat, setara 10.000
kali asam asetat. Asam oksalat membentuk garam netral yang larut dalam air (5
25%), apabila berikatan dengan logam alkali baik dengan Natrium maupun
Kalium, sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan
logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air.
Secara molekuler asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya terdiri
dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat
berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam
oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam
organik lain. Besarnya konstanta disosiasi (K1) = 6,24.10 -2 dan K2 = 6,1.10-5).
Dengan keadaan yang demikian dapat dikatakan asam oksalat lebih kuat daripada
senyawa homolognya dengan rantai atom karbon yang lebih panjang. Namun
demikian dalam medium asam kuat (pH<2) proporsi asam oksalat yang terionisasi
menurun.
Asam oksalat memiliki kemampuan mengikat atau mengchelat mineral seperti
Calsium, Magnesium, Natrium dan Kalium. Kemampuan mengikat mineral ini
akan membentuk senyawa baru (mineral binding compound) yakni berupa garam
oxalat. Senyawa tersebut dapat mengganggu system organ dalam tubuh ternak,
seperti system ekskresi, koordinasi, pencernaan dan sebagainya. Di dalam saluran
pencernaan garam oksalat tersebut dapat melukai saluran pencernaan, sehingga
terjadi pendarahan baik di saluran pencernaan depan maupun belakang. Apabila
garam oksalat (calsium oksalat) yang terbentuk di dalam saluran ekskresi ginjal
membentuk batu ginjal yang akan menimbulkan luka dalam ginjal, maupun
saluran renalis baik ureter, vesika urinaria dan uretra.
Sifat kelarutan dari asam oksalat juga dipengaruhi oleh jenis mineral yang terikat
dengan asam oksalat. Ikatan dengan mineral dari kelompok logam alkali
bervalensi I (golongan IA) seperti Kalium (K) dan Natrium (Na) maka garam
oksalat yang terbentuk bersifat larut air. Apabila asam oksalat berikatan dengan
mineral dari logam golongan alkali tanah bervalensi II (golongan IIA) seperti
Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg), maka akan terbentuk garam oksalat yang
berbentuk kristal dan bersifat tidak larut (not soluble). Tingkat keasaman dari
lingkungan juga mempengaruhi jenis dari garam oksalat yang terbentuk. Asam
oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan membentuk
kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang lebih berpH
6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat (Na 2C2H2O4), calsium
oxalat (CaC2H2O4) dan magnesium oxalat (MgC2H2O4).
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam.
Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam
oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam
oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan. Diantara tanaman yang
digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam
makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat adalah spesies
Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa
parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga mengandung oksalat cukup
banyak. Demikian juga beberapa spesies mushrooms dan jamur (Asperegillus
niger, Baletus sulfurous, Mucor Sp, Sclerotinia Sp dan sebagainya.) menghasilkan
asam oksalat dalam jumlah banyak (lebih dari 4-5 gram untuk setiap 100 gram
berat kering), baik dalam bentuk penanaman terisolasi dan dalam bahan makanan
atau makanan ternak dimana jamur tersebut tumbuh.
Distribusi asam oksalat pada bagian-bagian tanaman tidak merata. Bagian daun
umumnya lebih banyak mengandung asam oksalat dibandingkan dengan tangkai,
sedangkan dalam Poligonaceae, kandungan asam oksalat pada petiole hampir dua
kali lebih besar daripada tangkai. Umumnya daun muda mengandung asam
oksalat lebih sedikit dibandingkan dengan daun tua. Misalnya pada daun
Chenopodiaceae, proporsi asam oksalat dapat bertambah dua kali lipat selama
proses penuaan.
Metabolisme Asam Oksalat
Di beberapa pakan hijauan unggul yang mengandung asam oksalat adalah Setaria
sphacelata, Digitaria decumbens, Centrus ciliaris dan Panicum maximum, oleh
karena itu dalam pemberian pakan dengan hijauan unggul tersebut harus
dikombinasi dengan hijaun yang tidak mengandung asam oksalat. Selain itu asam
oksalat juga dapat ditemukan pada biji-bijian dan rumput yang terserang oleh
jamur Aspergillus niger. Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung
asam oksalat akan mengekskresi anti nutrisi tersebut melewati feses dan urin.
Penelitian dengan menggunakan domba lokal yang diberi perlakuan dengan
pemberian pakan T0: rumput lapangan 100% (ad libitum), T1: rumput lapangan
85% ditambah silase Setaria sphacelata 15% dan T2: rumput lapangan 70%
ditambah silase S. sphacelata 30%. Dari hasil pengujian dan perhitungan
konsumsi bahan kering, perlakuan tersebut ternak sebanding mengkonsumsi asam
oksalat secara berturutan dari perlakuan tersebut sebesar 10,36; 10,51; dan 12,16
g/ekor/hari. Perlakuan tersebut akan mengakibatkan pembuangan asam oksalat
lewat feses (%) secara berturut-turut 7,28; 7,45; dan 7,83, dan dalam urin
ditemukan secara berturut-turut (%) adalah 0,57; 0,52; dan 0,55, sedangkan dalam
serum darah (%) secara berturut-turut 2,13; 2,18 dan 2,16. Dari data tersebut
diperoleh bahwa pembuangan asam oksalat melewati feses disbanding melewati
urin. Pemberian pakan Setaria spacelata mencapai 30% belum menimbulkan level
toksik pada serum darah
(Christiyanto, et. Al, 1992).
Patogenesis
Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung asam oksalat terutama yang
bersifat soluble, maka akan terbentuk calsium oksalat (Ca2C2O4), yang berbentuk
kristal yang tajam dalam ginjal, sehingga akan merusak ginjal, seperti pada bagian
glomerulus maupun duktus kontortus proksimal maupun duktus kontortus distal.
Fungsi filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi akan terganggu, sehingga kerja ginjal
akan terganggu, apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat
mengakibatkan gagal ginjal (renal failure).Keberadaan asam oksalat pada saluran
ekskresi ginjal menyebabkan anuria, uremia dan acute renal failure (gagal ginjal
akut). Kirstal calcium oksalat selain terletak di ginjal dapat juga masuk dalam
aliran darah, sehingga bisa melukai pembuluh darah terjadi pendarahan vascular
hemoragi dan dapat terjadi kerusakan pembuluh darah atau yang disebut vascular
necrosis. Apabila kerusakan pembuluh darah terjadi pada pembuluh darah kapiler
otak dapat menimbulkan kelumpuhan alat gerak. Selain kerusakan karena
terbentuknya calcium oksalat disisi lain ternak akan mengalami defisiensi calsium
dikarenakan mineral tersebut bukannya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
ternak tetapi justru terikat oleh asam oksalat. Defisiensi Ca (hipocalsemia) dapat
disebabkan karena racun asam oksalat, sehingga pertumbuhan tulang akan
terganggu atau kerabang telur akan rapuh. Kekurangan Calsium yang terus
menerus dapat menimbulkan kejang tetani dan kematian. Kekurangan Calsium
pada ternak unggas dapat mengakibatkan rapuhnya kerabang telur karena
kandungan calcium pada kerabang rendah, sehingga telur mudah pecah. Kondisi
ini akan menimbulkan kerugian secara ekonomis dalam produksi produk
peternakan.
Toksisitas
Gejala klinis yang dapat diamati dari ternak yang keracunan asam oksalat antara
lain: nafsu makan ternak turun, ternak tampak gelisah, sulit bernapas, depresi,
kadangkadang mengalami kolik, anuria, uremia dan apabila kencing berwarna
merah. Ternak khususnya sapi yang menderita keracunan asam oksalat sangat lesu
dan kurus karena asupan makannya berkurang, kekejangan kemudian diiringi oleh
kematian, kondisi ini didukung karena keracunan asam oksalat bersifat kronis.
Di Amerika Serikat, problem peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat
adalah pada tanaman halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar
domba.
Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob (Oxalis
pescaprae)
yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan menyebabkan problem yang
meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu
seperti
setaria (Setaria sphacelata) dan Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin
mengandung racun oksalat.
Asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa
tersebut bersifat toksik. Pada dosis 4-5 gram asam oksalat atau kalium oksalat
dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa, tetapi biasanya jumlah yang
menyebabkan pengaruh fatal adalah antara 10 dan 15 gram. Gejala pada
pencernaan (pyrosis, abdominal kram, dan muntah-muntah) dengan cepat diikuti
kegagalan peredaran darah dan pecahnya pembuluh darah inilah yang dapat
menyebabkan kematian. Letal dosis (LD 50) asam oksalat pada manusia adalah
600 mg/Kg per oral. Untuk ternak ayam LD50 untuk ayam umur satu minggu
adalah 984mg/Kg berat badan, sebagaimana dilaporkan oleh Williams dan Olsen
(1992).
Untuk menekan efek negatif asam oksalat dapat dilakukan beberapa tindakan
yang dapat menekan pengaruh buruk dari asam oksalat. Tindakan tersebut antara
lain adalah:
3. Menambah supply kalsium yang akan dapat menetralkan pengaruh dari oksalat.
Perlu penambahan calcium yang lebih banyak apabila pemberian pakan
mengandung asam oksalat, supaya ketersediaan calcium dapat memenuhi
kebutuhan tubuh ternak. Calsium yang diberikan perlu memperhitungkan calcium
yang terikat oleh asam oksalat di saluran pencernaan.