Vous êtes sur la page 1sur 9

Asam oksalat (HOOCCOOH) dapat menyebabkan keracunan

sebagaimana senyawa antinutrisi lainnya bahkan pada manusia dapat


menyebabkan keracunan yang akut. Akan tetapi dibutuhkan dosis yang tinggi
untuk menyebabkan keracunan tersebut yaitu 4 5 g. Asam oksalat umumnya
dijumpai pada makanan tetapi jarang menjadi perhatian. Keberadaan asam oksalat
sebagaimana asam pitat dapat menurunkan ketersediaan kation bivalent yang
esensial. Asam oksalat merupakan asam kuat dan dengan alkali tanah, atau ion
divalent lainnya dapat membentuk garam yang sangat sulit larut di dalam air.
Kalsium oksalat tidak larut dalam air pada ph netral atau basa dan dapat dilarutkan
dengan mudah pada medium asam. Penelitian pada ternak dan manusia
memperlihatkan adanya pengaruh negatif dari pakan yang kaya oksalat terhadap
penyerapan kalsium. Sayuran yang kaya oksalat seperti bayam, seledri dan juga
coklat memperlihatkan adanya gangguan kesimbangan kalsium pada manusia
yang mengkonsumsinya. Pengaruh negatif dari asam oksalat terhadap penyerapan
kalsium dapa diprediksi dari rasio oksalat/kalsium dalam bahan makanan (Tabel
3). Bahan pakan yang rasionya lebih dari 1 dapat menurunkan ketersediaan
kalsium, rendah dari 1 belum mempengaruhi penyerapan kalsium. Kalsium
berikatan secara permanen dengan asam oksalat oleh karena itu makanan dengan
rasio oksalat/Ca2+ sama dengan 1 bukanlah sumber kalsium yang baik walaupun
bahan tersebut kaya akan kalsium. Pengaruh oksalat dapat dipengaruhi oleh status
gizi ternak atau manusia, lama penelitian dan level konsumsi kalsium. sebagai
contoh, tikus tidak terpengaruh oleh oksalat setelah mengkonsumsi pakan
mengandung 2,5% oksalat tetapi pakan tersebut defisien akan kalsium, fosfor dan
vitamin D. Oleh karena itu penurunan penyerapan kalsium yang disebabkan oleh
oksalat tidak akan berbeda nyata sepanjang ketersediaan kalsium mendekati habis.
Konsumsi pakan yang kaya kalsium seperti susu sapi dan makanan laut
sebagaimana pakan yang kaya vitamin D direkomendasikan hanya jika sejumlah
besar pakan kaya oksalat terkonsumsi.
Tabel 3. Daftar Bahan Makanan dengan Rasio oksalat/kalsium lebih dari 1

Bahan Makanan Kandungan oksalat Rasio oksalat/kalsium


(mg/100 g bahan) (meq/meq)
Bayam 970 4,3
Bit (tanaman sumber
gula)
Daun 610 2,5
Akar 275 5,1
Coklat 700 2,6
Kopi 100 3,9
Teh 1150 1,1

ZAT ANTI NUTRISI (ASAM OKSALAT)

Anti nutrisi merupakan senyawa pada pakan yang mengganggu penyerapan nutrisi
bahkan dapat menimbulkan gangguan pada tubuh ternak. Asam oksalat
merupakan anti nutrisi yang dapat ditemukan di dalam hijauan pakan ternak.
Asam oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan
membentuk kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang
lebih ber-pH 6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat
(Na2C2H2O4), calsium oxalat (CaC2H2O4) dan magnesium oxalat
(MgC2H2O4). Garam- garam yang terbentuk dapat menggumpal pada saluran
urinaria sehingga ternak akan mengalami kesakitan. Di Amerika Serikat, problem
peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat adalah pada tanaman
halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar domba.
Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob
(Oxalis pescaprae) yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan
menyebabkan problem yang meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik
lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu seperti setaria (Setaria sphacelata) dan
Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin mengandung racun oksalat.
Diantara tanaman yang digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman
yang ditemukan dalam makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat
adalah spesies Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia,
Amarantus, Musa parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga
mengandung oksalat cukup banyak.

Latar Belakang

Pakan merupakan faktor penting dalam budidaya peternakan, karena merupakan


faktor in put yang akan diproses oleh ternak untuk menghasilkan out put dalam
wujud hasil ternak seperti telur, daging, wool dan sebagainya. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup dari ternak, maka ternak harus memperoleh pakan karena dalam
pakan terkandung nutrisi. Sebagai bahan alam baik yang bersifat nabati maupun
hewani, pakan disamping mengandung nutrisi juga mengandung bahan non-
nutrisi. Beberapa bahan non-nutrisi ini ada yang mengandung toksin (racun),
sehingga mengganggu metabolisme dari tubuh ternak. Salah satu toksin dalam
pakan adalah asam oksalat yang terdapat pada tumbuhan. Untuk memberikan
jaminan pakan yang diberikan bersifat aman bagi ternak .Dengan mengetahui
toksikologi pakan, maka kita akan lebih tepat dalam menyusun ransum sehingga
ternak akan hidup aman dan meningkatkan produktivitas dari ternak. Pengetahuan
tentang kandungan toksin pada bahan baku pakan dapat mencegah dari kerugian
yang disebabkan oleh kematian ternak. Usaha untuk identifikasi toksin pada pakan
merupakan salah satu usaha dalam analisa resiko pada pakan. Resiko harus
dikenali, karena dengan mengenal resiko kita dapat mengambil keputusan secara
tepat untuk menekan efek dari resiko. Untuk mendukung swasembada daging sapi
dan kerbau maka perlu didukung pemberian pakan yang cukup untuk maintenance
dan produksi dari ternak serta aman bagi hidupnya ternak. Pemberian pakan yang
cukup dan aman akan memberikan ketersediaan ternak yang sehat dan mampu
berkembang biak menghasilkan bibit yang bagus pula.

Asam Oksalat

Nama lain asam oksalat adalah Ethanedioic acid yang memiliki rumus kimia
C2H2O4, dengan rumus bangun sebagaimana pada Gambar 1. Sifat dari asam
oksalat adalah dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8%
pada 10oc) alkohol dan eter dan bersifat asam organik yang kuat, setara 10.000
kali asam asetat. Asam oksalat membentuk garam netral yang larut dalam air (5
25%), apabila berikatan dengan logam alkali baik dengan Natrium maupun
Kalium, sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan
logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air.

Secara molekuler asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya terdiri
dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat
berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam
oksalat mempunyai konstanta dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam
organik lain. Besarnya konstanta disosiasi (K1) = 6,24.10 -2 dan K2 = 6,1.10-5).
Dengan keadaan yang demikian dapat dikatakan asam oksalat lebih kuat daripada
senyawa homolognya dengan rantai atom karbon yang lebih panjang. Namun
demikian dalam medium asam kuat (pH<2) proporsi asam oksalat yang terionisasi
menurun.
Asam oksalat memiliki kemampuan mengikat atau mengchelat mineral seperti
Calsium, Magnesium, Natrium dan Kalium. Kemampuan mengikat mineral ini
akan membentuk senyawa baru (mineral binding compound) yakni berupa garam
oxalat. Senyawa tersebut dapat mengganggu system organ dalam tubuh ternak,
seperti system ekskresi, koordinasi, pencernaan dan sebagainya. Di dalam saluran
pencernaan garam oksalat tersebut dapat melukai saluran pencernaan, sehingga
terjadi pendarahan baik di saluran pencernaan depan maupun belakang. Apabila
garam oksalat (calsium oksalat) yang terbentuk di dalam saluran ekskresi ginjal
membentuk batu ginjal yang akan menimbulkan luka dalam ginjal, maupun
saluran renalis baik ureter, vesika urinaria dan uretra.

---sam oksalat terdapat pada tumbuhan,


ada yang bersifat larut dalam air (soluble oxalat) dan tidak larut dalam air (not-
solubel), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Asam oksalat yang bersifat
soluble mudah diserap dalam saluran pencernaan, sehingga efek dari terbentuknya
garam oksalat ada dalam system dalam tubuh, seperti sitem ekskresi dari ginjal.
Hal ini berbeda dengan asam oksalat yang bersifat not soluble yang tidak mudah
terserap dalam saluran pencernaan, sehingga tidak merusak system organ lebih
jauh tetapi dapat membentuk garam oksalat yang berbentuk kristal tajam,
sehingga dapat melukai saluran pencernaan seperti lidah, pharing maupun
oesophagus. Asam oksalat yang bersifat solubel lebih berbahaya dibandingkan
yang bersifat insoluble.

Tabel 1 Beberapa tumbuhan yang mengandung asam oksalat

Solubel oxalat Not-solubel


1. Amaranthus retroflexus 1. Alocasia
2. Centhrus ciliaris 2. Philodendron cordatum
3. Chenopodium album 3. Caladium arboreum
4. Digitaria decumbens 4. Calocasia esculenta
5. Oxalis cernua 5. Dieffenbachia picta
6. Halogeton glomeratus 6. Monstera deliciosa
7. Panicum maximum 7. Dieffenbachia sequine

Sifat kelarutan dari asam oksalat juga dipengaruhi oleh jenis mineral yang terikat
dengan asam oksalat. Ikatan dengan mineral dari kelompok logam alkali
bervalensi I (golongan IA) seperti Kalium (K) dan Natrium (Na) maka garam
oksalat yang terbentuk bersifat larut air. Apabila asam oksalat berikatan dengan
mineral dari logam golongan alkali tanah bervalensi II (golongan IIA) seperti
Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg), maka akan terbentuk garam oksalat yang
berbentuk kristal dan bersifat tidak larut (not soluble). Tingkat keasaman dari
lingkungan juga mempengaruhi jenis dari garam oksalat yang terbentuk. Asam
oksalat dalam lingkungan asam tinggi kurang lebih ber-pH 2 akan membentuk
kalium oxalat (K2C2H2O4) tetapi dalam kondisi sedikit asam, kurang lebih berpH
6, maka asam oksalat akan membentuk natrium oxalat (Na 2C2H2O4), calsium
oxalat (CaC2H2O4) dan magnesium oxalat (MgC2H2O4).

Bahan Makanan dan Pakan yang Mengandung Asam Oksalat

Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam.
Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam
oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam
oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan. Diantara tanaman yang
digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam
makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat adalah spesies
Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa
parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga mengandung oksalat cukup
banyak. Demikian juga beberapa spesies mushrooms dan jamur (Asperegillus
niger, Baletus sulfurous, Mucor Sp, Sclerotinia Sp dan sebagainya.) menghasilkan
asam oksalat dalam jumlah banyak (lebih dari 4-5 gram untuk setiap 100 gram
berat kering), baik dalam bentuk penanaman terisolasi dan dalam bahan makanan
atau makanan ternak dimana jamur tersebut tumbuh.

Distribusi asam oksalat pada bagian-bagian tanaman tidak merata. Bagian daun
umumnya lebih banyak mengandung asam oksalat dibandingkan dengan tangkai,
sedangkan dalam Poligonaceae, kandungan asam oksalat pada petiole hampir dua
kali lebih besar daripada tangkai. Umumnya daun muda mengandung asam
oksalat lebih sedikit dibandingkan dengan daun tua. Misalnya pada daun
Chenopodiaceae, proporsi asam oksalat dapat bertambah dua kali lipat selama
proses penuaan.
Metabolisme Asam Oksalat

Di beberapa pakan hijauan unggul yang mengandung asam oksalat adalah Setaria
sphacelata, Digitaria decumbens, Centrus ciliaris dan Panicum maximum, oleh
karena itu dalam pemberian pakan dengan hijauan unggul tersebut harus
dikombinasi dengan hijaun yang tidak mengandung asam oksalat. Selain itu asam
oksalat juga dapat ditemukan pada biji-bijian dan rumput yang terserang oleh
jamur Aspergillus niger. Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung
asam oksalat akan mengekskresi anti nutrisi tersebut melewati feses dan urin.
Penelitian dengan menggunakan domba lokal yang diberi perlakuan dengan
pemberian pakan T0: rumput lapangan 100% (ad libitum), T1: rumput lapangan
85% ditambah silase Setaria sphacelata 15% dan T2: rumput lapangan 70%
ditambah silase S. sphacelata 30%. Dari hasil pengujian dan perhitungan
konsumsi bahan kering, perlakuan tersebut ternak sebanding mengkonsumsi asam
oksalat secara berturutan dari perlakuan tersebut sebesar 10,36; 10,51; dan 12,16
g/ekor/hari. Perlakuan tersebut akan mengakibatkan pembuangan asam oksalat
lewat feses (%) secara berturut-turut 7,28; 7,45; dan 7,83, dan dalam urin
ditemukan secara berturut-turut (%) adalah 0,57; 0,52; dan 0,55, sedangkan dalam
serum darah (%) secara berturut-turut 2,13; 2,18 dan 2,16. Dari data tersebut
diperoleh bahwa pembuangan asam oksalat melewati feses disbanding melewati
urin. Pemberian pakan Setaria spacelata mencapai 30% belum menimbulkan level
toksik pada serum darah
(Christiyanto, et. Al, 1992).

Klasifikasi Bahan Makanan

Bahan makanan yang mengandung oksalat dapat diklasifikasikan menjadi tiga


kelompok, yaitu:

a. Produk-produk dimana miliequivalen asam oksalat yang terkandung jumlahnya


2-7 kali lebih besar daripada kalsium, seperti bayam, orach, daun beet dan akar
beet, sorrel, sorrel kebun, kelembak dan bubuk kakao. Bahan makanan ini tidak
hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya tak dapat
dimanfaatkan tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung dapat
mengendapkan kalsium yang ditambahkan dari produk-produk lain, atau jika tidak
ada kalsium yang ditambahkan, dapat berpengaruh toksis.

b. Pada produk-produk seperti kentang, amaranth, gooseberries, dan currants,


asam oksalat dan kalsium terdapat dalam jumlah yang hampir setara (10,2),
dengan demikian diantara keduanya saling menetralkan/menghapuskan, olah
karena itu tidak memberikan kalsium yang tersedia bagi tubuh. Tetapi mereka
tidak merngganggu penggunaan kalsium yang diberikan oleh produk lain dan oleh
karena itu tidak menimbulkan pengaruh anti mineralisasi seperti pada produk
kelompok pertama.
c. Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang
cukup banyak, tapi karena pada bahan tersebut kaya akan kalsium, maka bahan
makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah selada, dandelion, cress, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang hijau,
dan terutam green peas, koherabbi, block raddish, green turnip, dan dalam jumlah
sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan.

Patogenesis

Ternak yang mengkonsumsi pakan yang mengandung asam oksalat terutama yang
bersifat soluble, maka akan terbentuk calsium oksalat (Ca2C2O4), yang berbentuk
kristal yang tajam dalam ginjal, sehingga akan merusak ginjal, seperti pada bagian
glomerulus maupun duktus kontortus proksimal maupun duktus kontortus distal.
Fungsi filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi akan terganggu, sehingga kerja ginjal
akan terganggu, apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat
mengakibatkan gagal ginjal (renal failure).Keberadaan asam oksalat pada saluran
ekskresi ginjal menyebabkan anuria, uremia dan acute renal failure (gagal ginjal
akut). Kirstal calcium oksalat selain terletak di ginjal dapat juga masuk dalam
aliran darah, sehingga bisa melukai pembuluh darah terjadi pendarahan vascular
hemoragi dan dapat terjadi kerusakan pembuluh darah atau yang disebut vascular
necrosis. Apabila kerusakan pembuluh darah terjadi pada pembuluh darah kapiler
otak dapat menimbulkan kelumpuhan alat gerak. Selain kerusakan karena
terbentuknya calcium oksalat disisi lain ternak akan mengalami defisiensi calsium
dikarenakan mineral tersebut bukannya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
ternak tetapi justru terikat oleh asam oksalat. Defisiensi Ca (hipocalsemia) dapat
disebabkan karena racun asam oksalat, sehingga pertumbuhan tulang akan
terganggu atau kerabang telur akan rapuh. Kekurangan Calsium yang terus
menerus dapat menimbulkan kejang tetani dan kematian. Kekurangan Calsium
pada ternak unggas dapat mengakibatkan rapuhnya kerabang telur karena
kandungan calcium pada kerabang rendah, sehingga telur mudah pecah. Kondisi
ini akan menimbulkan kerugian secara ekonomis dalam produksi produk
peternakan.

Toksisitas

Gejala klinis yang dapat diamati dari ternak yang keracunan asam oksalat antara
lain: nafsu makan ternak turun, ternak tampak gelisah, sulit bernapas, depresi,
kadangkadang mengalami kolik, anuria, uremia dan apabila kencing berwarna
merah. Ternak khususnya sapi yang menderita keracunan asam oksalat sangat lesu
dan kurus karena asupan makannya berkurang, kekejangan kemudian diiringi oleh
kematian, kondisi ini didukung karena keracunan asam oksalat bersifat kronis.
Di Amerika Serikat, problem peternakan domba yang berhubungan dengan oksalat
adalah pada tanaman halogeton (Halogeton glomeratus) yang meracuni sebagian besar
domba.
Sejumlah besar domba mati akibat keracunan halogeton. Di Australia, soursob (Oxalis
pescaprae)
yaitu tanaman yang diintroduksi dari Afrika Selatan menyebabkan problem yang
meluas. Di Australia dan bagian daerah tropik lainnya, rumput-rumputan tropis tertentu
seperti
setaria (Setaria sphacelata) dan Panicum spp. (rumput gajah, rumput guinea) mungkin
mengandung racun oksalat.

Asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa
tersebut bersifat toksik. Pada dosis 4-5 gram asam oksalat atau kalium oksalat
dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa, tetapi biasanya jumlah yang
menyebabkan pengaruh fatal adalah antara 10 dan 15 gram. Gejala pada
pencernaan (pyrosis, abdominal kram, dan muntah-muntah) dengan cepat diikuti
kegagalan peredaran darah dan pecahnya pembuluh darah inilah yang dapat
menyebabkan kematian. Letal dosis (LD 50) asam oksalat pada manusia adalah
600 mg/Kg per oral. Untuk ternak ayam LD50 untuk ayam umur satu minggu
adalah 984mg/Kg berat badan, sebagaimana dilaporkan oleh Williams dan Olsen
(1992).

Manajemen Asam Oksalat

Untuk menekan efek negatif asam oksalat dapat dilakukan beberapa tindakan
yang dapat menekan pengaruh buruk dari asam oksalat. Tindakan tersebut antara
lain adalah:

1. Secara laboratorium perlu dilakukan identifikasi terhadap kandungan asam


oksalat pada sumber pangan dan pakan, agar dapat dilakukan manajemen
pemberian pakan yang tidak boleh melebihi amabng batas asam oksalat.

2. Menghilangkan oksalat dengan membatasi konsumsi bahan makanan yang


banyak mengandung oksalat yang larut, yaitu dengan menghindari makan dalam
jumlah besar atau juga menghindari makan dalam jumlah kecil tetapi berulang-
ulang. Pemberian pakan hijauan yang mengandung asam oksalat secara tunggal
perlu dihindari, walaupun hijauan tersebut termasuk unggul. Perlu kombinasi dan
variasipakan hijauan yang diberikan pada ternak.

3. Menambah supply kalsium yang akan dapat menetralkan pengaruh dari oksalat.
Perlu penambahan calcium yang lebih banyak apabila pemberian pakan
mengandung asam oksalat, supaya ketersediaan calcium dapat memenuhi
kebutuhan tubuh ternak. Calsium yang diberikan perlu memperhitungkan calcium
yang terikat oleh asam oksalat di saluran pencernaan.

Vous aimerez peut-être aussi