Vous êtes sur la page 1sur 24

REFERAT

TUBERKULOSIS PARU PADA DEWASA DAN ANAK

DISUSUN OLEH :

Syifa Amalia

1102012289

PEMBIMBING :

dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

KEPANITERAAN RADIOLOGI RSUD KOTA CILEGON

MARET 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmatnya serta karunia-Nya, sehingga syukur Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul Tuberkulosis Paru pada anak dan dewas .
Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Radiologi di RSUD Cilegon.

Penulis menyadari bahwa refrat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada para konsulen bagian Radiologi, atas
keluangan waktu dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada teman sesama
kepaniteraan klinik Radiologi yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi,
bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki


banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat terbuka untuk menerima segala kritik
dan saran yang diberikan demi kesempurnaan referat ini.

Akhirnya semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap
pembaca pada umumnya. Amin.

Cilegon, Maret 2017

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA . 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan umum yang utama. Hal


ini menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang setiap tahunnya yang
berdampingan dengan human immunodeficiency virus (HIV) sebagai penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2014, diperkirakan ada 9,6 juta
kasus TB baru, 5,4 juta diantaranya adalah laki-laki, 3,2 juta nya adalah
perempuan dan 1,0 juta adalah anak-anak.

Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan


orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah
diagnosis, pengobatan dan pencegahan. Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB
anak sering kali tidak khas

Dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru, gambaran radiologis


tidak selalu khas dan sangat bervariasi, tetapi foto toraks merupakan pemeriksaan
penunjang pertama yang membantu untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis
paru, memonitor respons pengobatan, dan membantu dalam menghambat
penyebaran infeksi. Selain itu, foto toraks merupakan cara yang praktis, cepat, dan
mudah untuk menemukan lesi tuberkulosis. Foto toraks juga dapat memberikan
gambaran radiologis tuberkulosis paru pada tuberkulosis paru basil tahan asam
(BTA) positif ataupun BTA negatif, sehingga foto toraks dapat menyokong klinisi
dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.

4
BAB II

TUBERCULOSIS PARU

DEFINISI

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri kronik yang


disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri
aerob yang tertama hidup di organ paru atau organ tubuh lainnya ang
bertekanan parsial tinggi. Tuberculosis paru terbagi menjadi; Tuberculosis
anak (Infeksi primer), Tuberculosis dewasa (Infeksi sekunder).
TB Primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil
tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan
spesifik tehadap basil tersebut.
Pembagian tuberculosis paru primer :
1. Tuberkulosis primer yang potensial ( potential primary tuberculosis )
terjadi kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih
negative.
2. Tuberkulosis primer laten ( latent primary tuberculosis )
o Tanda tanda infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas
penyakit tidak diketahui.
o Uji tuberculin masih negative.
o Radiologis tidak tampak kelainan
3. Tuberkulosis primer yang manifest ( manifest primary tuberculosis )
o uji tuberculin positif.
o telihat kelainan radiologis

TB sekunder adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil


tuberkulosis pada tubuh yang telah peka tehadap tuberkuloprotein.
- Dari luar ( eksogen ) infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita
tuberkulosis
- Dari dalam ( endogen ) infeksi berasal dari basil yang sudah berada dalam
tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan oleh suatu
keadaan menjadi aktif kembali.
Adapun pembagian TB sekunder adalah:
a. Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderately Advanced Tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru, bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.

5
c. Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada Moderately
Advanced Tuberculosis.

EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini.. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan
Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan
menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33
% dari seluruh kasus TB di dunia. Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah
8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004
menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia
tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000
penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat
kasus TB yang muncul.

Tabel 1. Perkiraan insidens TB dan angka mortaliti, 2002

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah


India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000
kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.

ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada 2


macam mycobacteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe
human ( berada dalam bercak ludah dan droplet ) dan tipe bovin yang berada
dalam susu sapi.
Agen tuberculosis, Mycobacterium tuberculosa, Mycobacterium
bovis, dan Mycobacterium africanum, merupakan anggota ordo

6
Actinomycetes dan famili Mycobacteriaceae. Ciri ciri kuman berbentuk
batang lengkung, gram positif lemah, pleiomorfik, tidak bergerak, dengan
ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0.3 0.6 m, tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan ultra violet. Mereka
dapat tampak sendiri sendiri atau dalam kelompok pada spesimen klinis
yang diwarnai atau media biakan, tumbuh pada media sintetis yang
mengandung gliserol sumber karbon dan garam ammonium sebagai sumber
nitrogen.
Mikobakteria ini tumbuh paling baik pada suhu 37 41 C,
menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel kaya lipid
menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan komplemen.
Tanda semua mikobakteria adalah ketahanan asamnya, kapasitas
membentuk kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan aril metan seperti
kristal violet, karbol fuschin, auramin dan rodamin. Bila diwarnai mereka
melawan, perubahan warna dengan ethanol dan hidroklorida atau asam lain.
Sifatnya aerob obligat, hal ini menunjukan kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan oksigen nya, dan sebagian besar kuman terdiri dari
asam lemak, sehingga membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
merupakan factor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel. Selain itu kuman terdiri dari protein yang menyebabkan
nekrosis jaringan.
Kuman dapat tahan hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam
keadaan udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Tetapi dalam cairan mati pada suhu 60 C
dalam waktu 15 20 menit. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenangi karena banyak mengandung lipid.

PATOGENESIS
1. Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-
hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang
sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel
dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5 mikrometer. Kuman akan
dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar
dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.

7
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman
tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Bila menjalar sampai
ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Bersamaan dengan
terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari uji tuberkulin. Kompleks
primer ini selanjutnya dapat menjadi :

a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution


ad integrum)
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
c. Menyebar dengan cara :
Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu
contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.
Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup
gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan
sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan :

8
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya
pertumbuhan terbelakang pada anak setelah
mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma) atau
Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan
tuberkulosis primer.

Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama di
perifer dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru
dibanding dengan lapangan atas, sedangkan pada orang dewasa lapangan
atas paru merupakan tempat predileksi. Pembesaran kelenjar regional lebih
banyak terdapat pada anak dibanding orang dewasa.
Pada anak penyembuhan terutama kalsifikasi, sedangkan pada
orang dewasa terutama kearah fibrosis. Penyembuhan hematogen lebih
banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

2. Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis
bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Bentuk tuberkulosis inilah
yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru
dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu
sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu
jalan sebagai berikut :

a. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.


b. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan
keju dibatukkan keluar.
c. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:

9
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan di atas.
Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair
lagi dan menjadi kaviti lagi.
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,
atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan
akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti
yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni :

a. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu


pengobatan lagi.
b. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan
yang lengkap dan sempurna.
c. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk
ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan
terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi
pengobatan yang sempurna juga.

Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan perjalanan


penyembuhannya3

10
KLASIFIKASI

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti:

1. Pembagian secara patologis


a. Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
b. Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a. Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat terdapat
sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua paru,
tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderately advance tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih dari 4cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian
satu paru.
c. Far advance tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advance tuberculosis.

Berdasarkan tipe pasien TB paru. Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat


pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:

1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan


dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
2. Kasus kambuh atau relaps adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau
biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan
dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan
dll).
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis.
3. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani
pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
4. Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
5. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.

11
6. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologi.

TANDA DAN GEJALA KLINIS

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratorik
a. Batuk 2 minggu
b. Batuk darah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat
dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun

Gejala klinis tuberkulosis primer pada anak:


1. Umum: Febris <39C ~1-2 minggu, menggigil (chills), batuk
lebih dari 2 minggu, anorexi, lesu, flu, tidak mau main seperti
biasa.
2. Batuk produktif (beriak) & hemoptysis amat jarang

Gejala klinis TBC milier pada anak:


- Biasanya terjadi 1-3 bulan sesudah infeksi
- Gejala awal: lemah, lesu, nyeri, kepala pusing, takikardia

12
GAMBARAN RADIOLOGIS
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen.
Salah satunya adalah menurut bentuk kelainan:
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis atau pita
tebal berbatas tegas dengan densitas tinggi
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur (kalsifikasi)
Atau cara pembagian yang lazim dipergunkan di Amerika serikat dan
Indonesia :
1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak-bercak dengan densitas rendah
atau sedang dengan batas tidak tegas, menunjukan proses aktif.
2. Lubang (kavitas) berarti menunjukan proses aktif kecuali bila lubang
sudah sangat kecil , yang dinamakan residual cavity.
3. Sarang seperti garis-garis fibrotik atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi)
yang berarti proses tenang.

Tuberkulosis Primer
Pada foto polos PA tampak gambaran bercak semi opak terletak di suprahiler
(diatas hilus), perihiler (sepanjang limfangitis), dan parakardial (disamping
kor) dengan batas tidak tegas. Tampak pembesaran di hilus, parabronkial,
paratektal. Pada fase lanjut tampak garis-garis fibrosis yang berjalan radier
dari hilus ke arah luar, kalsifikasi di hilus, terdapat cairan di sinus
costophrenicus, pericardial efusion serta atelektasis di perihiler (akibat
stenosis bronkus karena perforasi kelenjar kedalam bronkus).
Kelainan radiologis ini dapat terjadi dimana saja dalam paru-paru, namun
sarang dalam parenkim paru sering disertai pembesaran kelenjar limfe
regional (komplek primer).

Tuberkulosis sekunder
Pada foto polos thoraks tampak gambaran bercak semi-opak bentuk amorf
seperti kapas batas tidak tegas di infraklavikula (menunjukan infiltrat),
tampak densitas inhomogen bentuk amorf di apeks atau basal paru
(menunjukan fibroeksudatif), tampak garis-garis fibrosis, tampak kaverna
(bulatan opak dengan lusen ditengahnya) bentuk bulat atau oval, tampak
bulatan opak batas tegas tepi ireguler inhomogen didalamnya terdapat
kalsifikasi amorf (menunjukan tuberkel/tuberkuloma).

13
Sarang-sarang yang terlihat pada foto roentgen biasanya berkedudukan
dilapang paru atas dan segmen apikal lobi bawah, walaupun terkadang dapat
terjadi di lapangan bawah paru yang biasanya disertai oleh pleuritis.
Tuberkuloma adalah kelainan menyerupai suatu tumor. Bila terdapat
diotak, bersifat lesi yang mengambil tempat (SOL). Pada hakekatnya
merupakan suatu sarang keju (caseosa) dan biasanya menunjukan penyakit
tidak begitu virulen bahkan tidak aktif, terutama bila batasnya licin, tegas,
dan didalam atau dipinggir terdapat sarang perkapuran. Diagnosa
diferensialnya dengan tumor sejati adalah bahwa didekat tuberkuloma
ditemukan sarang kapur lainnya (satelit).
Penyebaran milier, merupakan akibat penyebaran hematogen yang
tampak berupa sarang-sarang kecil 1-2 mm, atau sebesar kepala jarum,
tersebar merata dikedua paru, dapat menyerupai badai kabut (storm
appearance).

Gambar. Foto thorax normal dewasa

14
Gambar. Foto thoraks normal anak

Gambar. Tuberkulosis primer infiltrat di paru kanan lobus atas

15
Gambar. TB Miler pada anak

Gambar. Sarang awan dan lubang-lubang besar, tingkat lanjut

16
Gambar 10. Gambaran TB aktif cavitas dikelilingi bayangan opak berawan

Gambaran radiologi dicurigai lesi TB lama aktif:

Gambaran bercak berawan pada kedua paru, kalsifikasi, garis fibrosis


yang menyebabkan retraksi hilus ke atas

Proses Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyemuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak
(tuberculosis primer). Pada orang dewasa (tuberculosis sekunder)

17
penyembuhan tanpa bekaspun mungkin terjadi apabila diberikan
pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang
fibrotic atau bintik-bintik sarang (kalsiferus). Sarang-sarang fibrotik
yang tebal dan kalsiferus disingkat sarang kalsiferus, dikedua
lapangan atas dapat mengakibatkan penarikan pembuluh darah
besar di kedua hilus keatas. Keadaaan ini dinamakan tuberculosis
fibrosis densa dan memberikan gambaran yang cukup khas.
Pembuluh darah besar di hilus terangkat k etas seakan-akan
menyerupai kantong celana yang diangkat dan disebut fenomena
kantong celana (broekzak fenomeen). Sarang-sarang kapur kecil
yang berkelompok dipuncak paru dinamakan sarang-sarang Simon
)Simons foci). Secara rontgenologis sarang baru dapat dinilai
sembuh setalh jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan
bentuknya sama. Sifat bayang tidak boleh bercak-bercak awan atau
lubang, melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur. Kesan
rontgenologis bahwa proses sudah tenang harus didukung oleh hasil
pemeriksaan klinis laboraturium, termasuk sputum yang baik.

Gambaran radiologi dicurigai lesi TB inaktif:


- Fibrotik, tampak bayang-bayang bergaris-garis
- Kalsifikasi (sarang kapur),
- Schwarte atau penebalan pleura

Uji tuberculin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin
sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa.
Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1cc
tuberkulin P.P.D (Purifed Protein Derivative). Pada dasarnya tes
tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam
tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan
yang terdiri dari infiltrate limfosit yakni reaksi persenyawaan anatara
antibody selular dan antigen tuberculin.hasil tes Mauntoux dibagi dalam:
1. Indurasi 0-5 mm: Mantoux negative
2. Indurasi 6-9mm: Mantoux meragukan
3. Indurasi 10-15mm: Mantoux positif
4. Indurasi > 15mm : Mantoux positif kuat

18
Seorang anak akan dinyatakan menderita TB anak jika skor nya lebih
dari atau sama dengan 5. Untuk anak yang keadaan klinisnya
menunjukkan TB namun skornya kurang dari 5, maka akan dilakukan
observasi terlebih dahulu, dan setelah 2 minggu akan dilakukan
pemeriksaan ulang untuk mengetahui progresivisitas penyakit.

Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksaaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan
diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakterilogi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquour cerebrospinal, bilasan bronkus,
bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (broncchoalveolar

19
lavage/ BAL), urin, feces, dan jaringan biopsy (termasuk biopsi
jarum halus/ BJH)
b. Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu/spoot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi (keesokan harinya)
- Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi atau setiap pagi
berturut-turut

PENATALAKSANAAN

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Obat yang dipakai :

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:


INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin +
asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini masih tersedia di Indonesia antara lain:
Kapreomisin
Sikloserin
PAS (dulu tersedia)
Derivat rifampisin dan INH
Thiomides (ethionamide dan prothionamide)

20
Jenis dan dosis OAT

Tabel 4. Dosis OAT Kombinasi pada TB anak


Berat Badan 2 Bulan 4 Bulan
(kg) RHZ (75/50/150 mg) RH (75/50 mg)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
Catatan:
Bila BB 33 kg dosis disesuaikan dengan Tabel 2 (perhatikan dosis
maksimal)
Bila BB <5 kg sebaiknya dirujuk ke RS
Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah)
Tabel . Jenis dan dosis OAT3

Panduan Obat Anti Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi :

a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH
atau
: 2 RHZE/ 6 HE

21
atau
2 RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk :
TB paru BTA (+), kasus baru
TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk
luluh paru)

Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan
hasil uji resistensi.

b. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH
atau
: 6 RHE
atau
2 RHZE/ 4R3H3

c. TB paru kasus kambuh


Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji
resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

d. TB Paru kasus gagal pengobatan


Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh
paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan
15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak
memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji
resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan
hasil yang optimal
Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru

e. TB Paru kasus putus berobat


Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali
sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
Berobat > 4 bulan
BTA saat ini negatif
Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka
pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif,
lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis
TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit

22
paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama.
BTA saat ini positif
Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

Berobat < 4 bulan


Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama.
Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif
pengobatan diteruskan

f. TB Paru kasus kronik


Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 4 macam
OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat lini 2 seperti
kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18 bulan.
Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.
Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
penyembuhan.
Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ekayuda I, editor. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai penerbit


FKUI.2009; 100-1.6.
2. WHO. 2015. Global Tuberculosis Report 2015. Switzerland: WHO Press
3. Soetikno, Ristaniah. 2011. Kesesuaian antara Foto Toraks dan
Mikroskopis Sputum pada Evaluasi Respons Pengobatan Tuberkulosis
Paru setelah Enam Bulan Pengobatan. Bandung: Departemen Radiologi
Fakultas Kedokteran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Tuberkulosis:
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah
Offset Citra Grafika
5. Pediatrics in Review Vol. 18, 1997, No. 2, hal. 50 58.
6. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, 1996 hal.1028 1043

24

Vous aimerez peut-être aussi