Vous êtes sur la page 1sur 3

Analisis alat bahan dan percobaan

Percobaan kali ini berjudul Klorofil dan Karotenoid. Percobaa modul 5 ini
memiliki 2 tujuan, yaitu mengekstraksi klorofil dan karotenoid pada dedaunan,
serta menentukan kandungan klorofil dan karotenoid pada dedaunan.

Untuk melakukan percobaan ini, digunakan berbagai alat dan bahan dengan
berbagai kegunaan dan potensi bahaya. Alat yang digunakan ialah tabung
sentrifuge, labu erlenmeyer, tabung ukur, kertas saring, vortexer, kuvet kaca,
spektrofotometer, botol aquades, dan neraca massa. Tabung sentrifuge
digunakan sebagai wadah sampel yang akan divortex. Labu erlenmeyer
digunakan sebgai wadah pencuci daun kering dengan aquades. Labu erlenmeyer
memiliki potensi bahaya karena mudah pecah dan patah. Tabung ukur digunakan
untuk mengukur aseton yang akan digunakan untuk pengenceran sampel. Kertas
aring digunakan untuk menyaring bubuk daun jambu air yangg sudah dicuci.
Vortexer digunakan untuk pencampur sampel dengan aseton. Vortexer ini
berpotensi bahaya karena dapat meledak atau terbakar. Kuvet kaca digunakan
sebagai wadah untuk sampel dan aseton pada pengecekan absorbansi
menggunakan spektrofotometer. Kuvet kaca ini juga mudah pecah.
Spektrofotometer digunakan untuk mengecek absorbansi dari sampel maupun
laritan standar aseton. Alat ini berpotensi bahaya karena dapat meledak dan
terbakar. Botol aquades digunakan sebagai wadah aquades. Sedangkan neraca
massa digunakan untuk menimbang bubuk daun kering. A;at ini juga berpotensi
bahaya karena dapat meledak.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah daun jambu air yang
sudah dikeringkan dan dijadikan bubuk, aquades, serta larutan aseton 80%.
Daun jambu air merupakan bahan utama yang digunakan pada percobaan ini
karena dijadikan sebagai sampel yang akan ditentukan kandungan klorofil dan
karotenoid. Aquades digunakan sebagai pencuci daun dan juga pencuci alat-alat
praktikum. Sedangan larutan aseton 80% digunakan sebagai larutan
pengekstrak daaun jambu air serta pengencer dari ekstrak tersebut. Larutan
aseton 80% ini memiliki potensi bahaya, yaitu diantaranya dpat menyebabkan
gangguan pada kulit bila terpapar, dapat menyebabkan akibat yang fatal jika
tertelan atau memsuki saluran pernapasan, dapat menyebabkan iritasi pada
mata, dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, serta sangat mudah terbakar
dalam bentuk cair dan uap.

Percobaan ini memiliki 2 prosedur, yaitu mengekstrak klorofil dan karotenoid


pada daun jambu air serta menentukan kandungan klorofil dan karotenoid pada
daun jambu air tersebut. Dalam mengekstrak klorofil dan karotenoid, praktikan
harus menimbang bubuk daun jambu air yaang sudah kering tersebut
menggunakan neraca massa sebanyak 5 gr, lalu mencucinya menggunakan
aquades. Setelah tercuci, bubuk daun disaring menggunakan kertas saring.
Bubuk daun yang telah disaring dimasukkan ke tabung sentrifugasi dan
diencerkan dengan larutan aseton 80% sebanyak 10 ml. Larutan aseton 80% ini
digunakan dalam ekstraksi dikarenakan kemampuannya dalam melarutkan
sesuatau, sehngga zat terlarut (klorofil dan karotenoid) pada daun bisa
tercampur menjadi larutan dengan aseton. Sampel kemudian divortex
menggunakan vortexer selama 30 detik dilakukan tiap 5 detik. Setelah divortex ,
diamkan sampel selama 5 menit. Perlakuan vortex ini guna mancampurkan
bubuk daun dengan aseton dengan lebih cepat bereaksi. Setelah didiamkan
selama 5 menit, akan tercipatanya pisahan antara larutan (supernatan) dan
bubuk daun. Untuk percobaan penentuan kandungan klorofil dan karotenoid
pada daun, kita hanya mengambil supernatannya saja (ekstrak daun) untuk
dicek absorbansinya menggunakan spektrofotometer. Supernatan tersebut
diambil dan dimasukkan ke kuvet kaca. Begitu pual dengan larutan aseton,
dimasukkan ke dalam kuvet kaca untuk dijadikan larutan standar untuk
pengecekan aborbansi. Setelah itu, sampel dan larutan aseton pada kuvet
dimasukkan ke spektrofotometer. Larutan aseton ditaruh pada tempat pertama,
sedangkan sampel diletakkan pada tempat kedua. Ini dilakukan agar kita dapat
mengetahui terlebih dahulu hasil absorbansi dari larutan aseton yang kita
jadikan sebagai larutan standar pada percobaan ini. Kedua larutan dicek
absorbansinya masing-masing pada panjang gelombang 663 dan 460.
Pengecekan absorbansi pada panjang gelombang yang berbeda dikarenakan
klorofil dan karotenoid merupakan pigmen warna pada daun yang memiliki
intensitas yang berbeda. Klorofil memiliki intensitas warana yang lebih tinggi
sehingga panjang gelombang yang digunakan untuk mengecek absorbansi pada
klorofil lebih tingggi dari pada karotenoid. Pengecekan absorbansi ini dilakukan
masing-masing sebanyak 3 kali, agar didaprkan nilai absorbansi yang akurat.

Analisis hasil

Percobaan ini menghasilkan data berupa nilai absorbansi smpel pada panjang
gelombang 663nm dan 460 nm. Nilai absorbansi yang didapat memiliki
perbedaan yang cukup signifikan, terutama pada nilai absorbansi larutan standar
aseton dan sampel. nilai absorbansi sampel lebih besar daripada nilai absorbansi
larutan standar aseton. Selain itu, nilai absorbansi sampel pada panjang
gelombang 460 nm lebih besar daripada nilai absorbandi pada panjang
gelombang 663nm. Diperkirakan ini terjadi karena pada pengecekan karotenoid
menggunakan panjang gelombang yang lebih maksimum daripada ketika
pengecekan klorofil.

Data ini kemudian diolah dengan beberapa rumus pengolahan data sehingga
dihasilkan nilai kandungan klorofil dan kandungan karotenoid pada daun jambu
air. Didapatkan nilai andungan klorofil pada daun jambu air ialah sebesar 1,59
mmol/g. serta didapatkan pula nilai kandungan karotenoid pada daun jambu air
ialah sebesar 1,51 mmol/g. data ini diperoleh dengan pengenceran bubuk daun
jambu sebanyak 10,5ml larutan aseton. Terlihat bahwa kandungan klorofil pada
daun jambu air lebih besar daripada kandungan karotenoidnya. Meskipun begitu,
perbedaan besar kandungannya juga terlampau masih cukup kecil. Hasil data
yang didapat ini kita bandingkan dengan kelompok 2, yaitu nilai kandungan
klorofil sebesar 1,547 mmol/g dan nilai kandungan karotenoid sebesar 1,641
mmol/g. data kelompok 2 ini didapatkan dengan pengenceran sebanyak 15 ml
larutan aseton. Terlihat bahwa hasil yang diperoleh pun juga berbeda seiring
dengan perbedaan dalam banyaknya larutan aseton yang digunakan sebagai
pengencer sampel. hasil data yang berbeda ini diperkirakan karena kemungkinan
adanya zat pengotor(daun) yang mungkin masuk pada kuvet
sehinggamengganggu pengabsorbansian cahaya oleh sampel. walaupun begitu
hasil yang didapatkan tidak terlalu terlampau jauh. KNP HASILNYA BEDA????

Analisis kesalahan

Pada praktikum kali ini, keasalahan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
percobaan ialah :

1. kurang teliti pada proses pengenceran sampel menggunakan larutan aseton.


Larutan aseton tidak terukur dengan baik, sehingga mempengaruhi hasil
absorbansi dan perhitungan.

2. bubuk daun jambu air yang digunakan tidak pas sebanyak 5 gram, sehingga
mempengaruhi perhitungan.

3. kurang teliti dalam mencuci alat-alat praktikum sebelum pergantian larutan,


sehingga mempengaruhi sampel.

4. kurang teliti dalam pembacaan nilai absorbansi pada spektrofotometer

5. kurang teliti dalam pengolahan data ataupun pembulatan hasil.

Vous aimerez peut-être aussi