Vous êtes sur la page 1sur 17

Jurnal Teknik Sipil

Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret


Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

ASESMEN STRUKTUR GEDUNG


KANTOR CAMAT NONGSA BATAM
Cahaya Murni 1), AP. Rahmadi 2), Syafii 3)
1)Mahasiswa Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Uiversitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai 36A, Surakarta
57126; Telp. 0271-634524. Email: cahya_my@yahoo.co.id

Abstrak :

Kondisi bangunan gedung Kantor Camat Nongsa Batam mengalami retak struktur yang menyebar pada
beberapa bagian struktur bangunan. Retak tersebut secara visual terlihat adanya lendutan pada balok struktur,
hal ini dikhawatirkan bangunan sudah tidak aman lagi sesuai fungsinya. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan pada komponen struktur bangunan serta mengetahui tingkat keamanan struktur pada kondisi eksisting
bangunan.
Tahapan asesmen yang digunakan yaitu tahapan asesmen awal dan asesmen detail. Tahapan analisis
dilakukan terhadap kondisi kekuatan komponen struktur. Proses asesmen dilakukan melalui pengujian lapangan.
Pengujian di lapangan menggunakan peralatan Schmidt Rebound Hammer Test untuk mengetahui kuat tekan
beton dan mutu beton, Waterpass, Theodolite, , dan meteran untuk pengukuran geometris bangunan. Analisis
data menggunakan ETABS V9.7.2.
Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan menunjukkan bahwa kualitas beton pada bangunan gedung ini
bervariasi pada kolom 21.71MPa, balok 29 MPa dan Plat 30.6 MPa. Pada balok lantai dua
( 87%) dan balok lantai tiga (84%) mengalami lendutan yang sudah melebihi nilai batas lendutan yang
diijinkan sesuai ketentuan di dalam peraturan yang ada. Nilai interstory drift terbesar 18.637 mm. Perlunya
rehabilitasi pada komponen struktur sehingga direkomendasikan adanya perkuatan struktur pada komponen
struktur.

Kata Kunci : asesmen, pengujian, defleksi, interstory drift, analisis data, komponen struktur, perkuatan.

Bab I. Pendahuluan
bertahan dan berfungsi dengan baik perlu dilakukan
I.1. Latar Belakang asesmen untuk mengetahui kinerja struktur pada
gedung tersebut.
Gedung Kantor Camat Nongsa dibangun pada
Penilaian kondisi struktur dimulai dengan
tahun 2007 dengan menggunakan dana APBD Kota
pemeriksaan terhadap komponen-komponen
Batam tahun anggaran 2007, berlantai 3 (tiga)
struktur yang mengalami kerusakan. Jenis dan
dengan luas total bangunan 1023 M2. Bangunan ini
tingkat kerusakan tersebut kemudian
di bangun di atas lahan tanah timbun dengan
diklasifikasikan untuk mengetahui penyebab
struktur beton dan pondasi tiang pancang.
kerusakan. Selain itu, perlu dilakukan pengujian
Fungsi bangunan adalah kantor yang melayani
untuk mengetahui kekuatan bahan yang ada saat ini,
masyarakat disekitar kecamatan Nongsa. Gedung
pengujian pada komponen struktural yaitu kolom,
Gedung ini ditempati pada awal 2008 dan sampai
balok dan plat lantai dilakukan dengan metode
sekarang, namun setelah ditempati bangunan
pengujian yang tidak merusak (Non-Destructive
banyak mengalami kerusakan dan meresahkan
Test).
pengguna bangunan. Penurunan/degradasi kekuatan
Dengan melakukan asesmen terhadap kinerja
struktur bangunan Gedung Kantor Camat Nongsa
struktur Gedung Kantor Camat Nongsa Batam
ditunjukkan dengan adanya retakan-retakan pada
dapat memberikan masukan bagi pemerintah.
beberapa komponen struktur.
Masukan tersebut bermanfaat dalam tahap baik
Untuk menjaga bangunan Gedung Negara dapat
perencanaan dan pelaksanaan proyek,sehingga
dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya


I.2. Rumusan Masalah bangunan atau komponen bangunan akibat
a. Bagaimana kinerja struktur gedung Kantor penyusutan/berakhirnya umur bangunan akibat ulah
Camat Nongsa Batam? manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi
b. Bagaimana rekomendasi/usulan yang dapat yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab
dilakukan? lain yang sejenis (Permen PU 45/2007).
I.3. Batasan Masalah Isneini (2009), melakukan pengujian pada beton
a. Tidak dilakukan evaluasi terhadap struktur yang sudah mengeras dengan uji kuat tekan,
pondasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh
b. Asesmen dilakukan pada struktur utama informasi lebih jelas mengenai karakterisitik beton
kolom, balok dan plat. dalam desain struktur.
c. Tidak dilakukan analisis perkuatan struktur Menurut Arifi ,dkk (2009) peningkatan
secara lebih mendetail. Alternatif perkuatan kapasitas maksimum kolom beton bertulang setelah
struktur hanya disajikan secara deskriptif diadakan perbaikan dengan Concrete Jacketing
global, belum disajikan secara detail sebagai salah satu metode perkuatan struktur yang
kuantitatif. ada. Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa variasi
d. Pengujian bahan pada struktur utama dilakukan persentase pembebanan berpengaruh terhadap
dengan metode tidak merusak (non-destructive kapasitas kolom beton bertulang dalam menerima
test), pengujian dengan menggunakan alat beban.
Hammer Test. Dalam penelitian Asesmen Struktur Bangunan
e. Analisis dan modeling perhitungan struktur Gedung Kantor Camat Nongsa Batam, Penulis
menggunakan analisis gempa statik ekivalen melakukan kajian/diagnosis kinerja struktur
bantuanprogram software ETABS V9.7.2. gedung. Evaluasi kekuatan stuktur dengan
e. Evaluasi kekuatan struktur ditinjau berdasarkan melakukan analisis kekuatan struktur dengan
persyaratan kinerja struktur yang ada pada SNI pemodelan simulasi menggunakan software
03-1726-2012, SNI 03-2847-2002 dan FEMA program ETABS V.9.7.2.
310. II.2. Landasan Teori
1.4. Tujuan 2.2.1. Kerusakan Bangunan
a. Melakukan kajian/diagnosis Kinerja Struktur Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya
Gedung Kantor Camat Nongsa Batam. bangunan atau komponen bangunan akibat
penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau
b. Memberikan rekomendasi alternative tindakan akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti
perbaikan yang dapat dilakukan. beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa
1.5. Manfaat Penelitian bumi, atau sebab lain yang sejenis.
a. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota 2.2.2. Jenis Kerusakan pada Struktur Beton
Batam dalam melakukan perawatan bangunan Sebelum memutuskan jenis perbaikan yang
Gedung Kantor Camat Nongsa Batam dan jenis akan dilakukan pada beton yang rusak, identifikasi
Bangunan Negara lainnya. tipe dan penyebab kerusakan perlu diadakan
b. Memberi informasi kepada masyarakat dan terlebih dahulu.
pengguna gedung tentang kondisi bangunan 2.2.3. Struktur bangunan gedung beraturan dan
Gedung Kantor Camat Nongsa Batam. tidak beraturan
c. Sebagai pembelajaran bagi semua pihak guna Struktur bangunan gedung harus
peningkatan ilmu pengetahuan di bidang teknik diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak
sipil khususnya struktur bangunan gedung. beraturan berdasarkan pada kriteria dalam pasal ini.
Bab II. Tinjauan Pustaka Klasifikasi tersebut harus didasarkan pada
Dalam pembangunan suatu struktur perlu konfigurasi horisontal dan vertikal dari struktur
dilakukan suatu analisis ataupun desain dengan bangunan gedung.
dibatasi oleh berbagai kriteria yang digunakan A. Ketidakberaturan horisontal
sebagai ukuran terhadap struktur yang akan Struktur bangunan gedung yang mempunyai
didirikan. satu atau lebih tipe ketidakberaturan harus dianggap
Dalam proses perancangan struktural perlu mempunyai ketidak beraturan struktur horisontal.
dicari derajat kedekatan antara sistem struktural Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori
dengan tujuan desain (tujuan yang dikaitkan dengan desain seismik sebagaimana yang terdaftar (dalam
masalah arsitektural, efisiensi, serviceability, Tabel 10. SNI 03-1726-2012) harus memenuhi
kemudahan pelaksanaan dan biaya). persyaratan dalam pasal-pasal yang dirujuk dalam
tabel itu.
B. Ketidakberaturan vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai
satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti yang
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

terdaftar (dalam Tabel.11 SNI 03-1726-2012) a. Gempa rencana


harus dianggap mempunyai ketidakberaturan Tata cara ini menentukan pengaruh gempa
vertikal. Struktur-struktur yang dirancang untuk rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan
kategori desain seismik sebagaimana yang terdaftar evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung
dalam Tabel tersebut harus memenuhi persyaratan serta berbagai bagian dan peralatannya secara
dalam pasal-pasal yang dirujuk dalam table itu. umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa
2.2.4. Analisis Kapasitas Komponen Struktur dengan kemungkinan terlewati besarannya selama
A. Kapasitas Lentur Balok umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2
Analisis penampang beton bertulangan tunggal persen.
b. Faktor keutamaan dan kategori risiko
yaitu dengan tulangan tarik saja
struktur bangunan
f' c
Untuk berbagai kategori risiko struktur
bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel 1
e c = 0 .0 0 9
C a /2
a =1c

h d
c
(SNI 03-1276-2012) pengaruh gempa rencana
Z = a -d /2 terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor
As

es fs
T keutamaan menurut Tabel 2.4. Khusus untuk
b

P enam pang R e g a n g an T eg an g an T e g a n g a n E k iv a le n
struktur bangunan dengan kategori risiko IV, bila
dibutuhkan pintu masuk untuk operasional dari
Gambar 2.5. Distribusi Tegangan dan Regangan struktur bangunan yang bersebelahan, maka
Penampang Tulangan Tunggal struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus
B. didesain sesuai dengan kategori
K risiko IV.
olom Tabel 2.4 Faktor Keutamaan Gempa
Kegagalan kolom akan berakibat langsung Kategori risiko Faktor keutamaan gempa,
Ie
pada runtuhnya komponen struktur lain yang I atau II 1,0
berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan III 1,25
batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. IV 1,50
Untuk menghitung kapasitas penampang B. Kombinasi beban terfaktor dan beban layan
kolom dapat digunakan suatu pendekatan empiris, 1. Lingkup penerapan
yaitu : Struktur bangunan gedung dan non gedung
a. Untuk kolom berpenampang persegi dengan harus dirancang menggunakan kombinasi
hancur tekan pembebanan.
2. Kombinasi beban untuk metoda ultimit
Struktur, komponen-elemen struktur dan
elemen-elemen fondasi harus dirancang sedemikian
hingga kuat rencananya sama atau melebihi
b. U
pengaruh beban-beban terfaktor.
ntuk kolom berpenampang persegi dengan C. Prosedur klasifikasi situs untuk desainseismik
hancur tarik 1. Klasifikasi situs
Pasal ini memberikan penjelasan mengenai
prosedur untuk klasifikasi suatu situs untuk
memberikan kriteria desain seismik berupa faktor-
C. Geser faktor amplifikasi pada bangunan.
Dasar pemikiran perencanaan penulangan geser 2. Definisi kelas situs
adalah usaha menyediakan sejumlah tulangan baja Tipe kelas situs harus ditetapkan sesuai dengan
untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap definisi dari Tabel 3 SNI 03-1726-2012.
retak tarik diagonal sedemikian rupa sehingga 3. Definisi untuk parameter kelas situs
mampu mencegah bukaan retak lebihlanjut. Beberapa definisi berlaku untuk profil tanah
kapasitas kemampuan beton untuk menahan gaya kedalaman 30 m paling atas dari suatu situs. Profil
geser adalah . tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah
dan/atau batuan yang nyata berbeda, harus dibagi
menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1
sampai ke- n dari atas ke bawah, sehingga ada total
2.2.5. Tata cara perencanaan ketahanan gempa n lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m
untuk struktur bangunan gedung dan non paling atas tersebut. Bila sebagian dari lapisan n
gedung SNI 03-1726-2012 adalah kohesif dan yang lainnya nonkohesif,maka k
A. Ketentuan Umum adalah jumlah lapisan kohesif dan m adalah jumlah
1. Gempa Rencana, faktor keutamaan dan lapisan non-kohesif. Simbol I mengacu kepada
kategori risiko struktur bangunan lapisan antara 1 dan n .
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

a. Kecepatan rata-rata gelombang geser, situs terpetakan pada


perioda pendek, T=0,2 detik,
Nilai harus ditentukan sesuai dengan perumusan =0,5 =0,75 =1,0 1,25
0,25
berikut: SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF
Sumber SNI 3-1726-2012

Dimana:

Tabel 2.7 Koefisien Situs,


Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
situs terpetakan pada
perioda 1 detik,
D. Wilayah gempa dan spektrum respons 0,1 =0,2 =0,3 =0,4 0,5
1. Parameter percepatan gempa SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
a. Parameter percepatan terpetakan SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
Parameter (percepatan batuan dasar pada SD
SE
2,4
3,5
2
3,2
1,8
2,8
1,6
2,4
1,5
2,4
perioda pendek) dan (percepatan batuan dasar SF
SumberSNI317262012
pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-
masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik d. Parameter percepatan spektral desain
dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik dengan Parameter percepatan spektral desain untuk
kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun perioda pendek, dan pada perioda 1 detik, ,
(MCER, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan
harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:
dalam bilangan desimal terhadap percepatan
gravitasi. Bila 0,04 g dan 0,15g, maka

struktur bangunan boleh dimasukkan ke dalam
kategori desain seismik A.
b. Kelas situs
Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka
situs harus diklasifikasi sebagai kelas situs SA, SB, Jika digunakan prosedur desain yang
SC, SD ,SE, atau SF yang mengikuti C.2. Bila sifat- disederhanakan, maka nilai harus ditentukan
sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas sehingga dan nilai tidak perlu ditentukan.
tidak bisa ditentukan kelas situs-nya, maka kelas
e. Spektrum respons Desain
situs SE dapat digunakan kecuali jika
Bila spektrum respons desain diperlukan dan
pemerintah/dinas yang berwenang memiliki data
prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak
geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF.
digunakan, mengikuti ketentuan di bawah ini :
c. Koefisien-koefisien situs dan paramater-
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari ,
parameter respons spektral percepatan gempa
maksimum yang dipertimbangkan risiko- spektrum respons percepatan desain, , harus
tertarget (MCER) diambil dari persamaan.
Untuk penentuan respons spektral percepatan
gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan 2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan
suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 dan lebih kecil dari atau sama dengan ,
detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi
spektrum respons percepatan desain, , sama
meliputi faktor amplifikasi getaran terkait
percepatan pada getaran perioda pendek dan dengan
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili 3. Untuk perioda lebih besar dari , spektrum
getaran perioda 1 detik . Parameter spektrum respons percepatan desain, , diambil
respons percepatan pada perioda pendek dan berdasarkan persamaan:
perioda 1 detik yang disesuaikan dengan
pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan
perumusan berikut ini: f. Kategori desain seismik
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu
kategori desain seismik. Struktur dengan kategori
risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana
parameter respons spektral percepatan terpetakan
Tabel 2.6 Koefisien Situs, pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama
Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur fundamental struktur, T , tidak boleh melebihi hasil
dengan kategori desain seismik E. Struktur yang koefisien untuk batasan atas pada perioda yang
berkategori risiko IV yang berlokasi di mana dihitung dan perioda fundamental pendekatan,
parameter respons spektral percepatan terpetakan , yang ditentukan. Sebagai alternatif pada
pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda
dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur fundamental struktur, T , diijinkan secara langsung
dengan kategori desain seismik F. Semua struktur menggunakan perioda bangunan pendekatan, .
lainnya harus ditetapkan kategori desain seismik- 1. Perioda fundamental pendekatan.
nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter Perioda fundamental pendekatan , dalam
respons spektral percepatan desainnya, dan .
detik, harus ditentukan dari persamaan berikut:
Masing-masing bangunan dan struktur harus
ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang
lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 2.8 atau b. Distribusi vertikal gaya gempa
2.9, terlepas dari nilai perioda fundamental getaran Gaya gempa lateral (kN) yang timbul di
struktur, T .
semua tingkat harusditentukan dari persamaan
Apabila lebih kecil dari 0,75, kategori desain
berikut:
seismik diijinkan untuk ditentukan sesuai Tabel 2.8
saja.
Tabel 2.8 Kategori desain seismik berdasarkan parameter
respons percepatan pada perioda pendek C. Distribusi horisontal gaya gempa
Kategori risiko
Nilai
I atau II atau III IV Geser tingkat desain gempa di semua tingkat
A A ( ) (kN) harus ditentukan dari persamaan berikut:
B C
C D
D D
Sumber SNI 3-1726-2012

Tabel 2.9 Kategori desain seismik berdasarkan parameter Geser tingkat desain gempa ( ) (kN) harus
respons percepatanpada perioda 1 detik
Nilai Kategori risiko didistribusikan pada berbagai elemen vertikal
I atau II atau III
A
IV
A
sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau
B C berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen
C D penahan vertikal dan diafragma.
D D d. Guling
Sumber SNI 3-1726-2012 Struktur harus didesain untuk menahan
2. Prosedur gaya lateral ekivalen pengaruh guling yang diakibatkan oleh gaya gempa
A. Geser dasar seismik e. Penentuan simpangan antar lantai
Geser dasar seismik, V , dalam arah yang Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain
ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan () harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada
persamaan berikut: pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang
ditinjau.
B. Berat seismik efektif Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam
arah vertikal, diijinkan untuk menghitung defleksi
Berat seismik efektif struktur, W , harus di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari
menyertakan seluruh beban mati dan beban lainnya pusat massa tingkat di atasnya. Jika desain tegangan
1. Perhitungan koefisien respons seismik ijin digunakan, harus dihitung menggunakan gaya
Koefisien respons seismik, ,
gempa tingkat kekuatan yang ditetapkan dalam
tanpa reduksi untuk desain tegangan ijin.
Defleksi pusat massa di tingkatx (x) (mm)
2. Nilai maksimum dalam penentuan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
Untuk struktur beraturan dengan ketinggian
lima tingkat atau kurang dan mempunyai perioda, T
, sebesar 0,5 detik atau kurang, diijinkan f. Batasan simpangan antar lantai tingkat
dihitung menggunakan nilai sebesar 1,5 untuk . Simpangan antar lantai tingkat desain tidak boleh
a. Penentuan perioda melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin
Perioda fundamental struktur, T , dalam arah seperti didapatkan dari Tabel 2.11 untuk semua
yang ditinjau harus diperoleh menggunakan tingkat.
properti struktur dan karateristik deformasi elemen Tabel 2.13 Simpangan antar lantai ijin
penahan dalam analisis yang teruji. Perioda
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Kategori risiko
Gambar 2.9 , Koefisien risiko terpetakan, perioda
Struktur respons spektral 1 detik
I atau II III IV
2.2.6. Story
Struktur, selain dari
struktur dinding geser Drift for
batu bata, 4 tingkat Momen Frame
atau kurang dengan (DR)
dinding interior, Story Drift
partisi, langit-langit
dan sistem dinding merupakan
eksterior yang telah pergeseran
didesain untuk tingkat dibagi
mengakomodasi dengan tinggi
simpangan antar
lantai tingkat. antar tingkat.
Struktur dinding geser Drift Ratio / Drift Indeks (DR) dihitung dengan
kantilever batu batad menggunakan Persamaan sebagai berikut:
Struktur dinding geser
batu bata lainnya
Semua struktur
lainnya
Sumber SNI 3-1726-2012
C. Peta gerak tanah seismik dan koefisien
risiko Menurut AISC 2005, besarnya drift indeks berkisar
antara 0,01 sampai dengan 0,0016. Kebanyakan,
Nilai-nilai dan . adalah koefisien
besar nilai drift indeks yang digunakan antara
risiko terpetakan untuk spektrum respons perioda 0,0025sampai0,002.
pendek. adalah koefisien risiko terpetakan A. Drift Ratio / Drift Indeks (DR) Berdasarkan
untuk spektrum respons perioda 1 detik. FEMA 310
Pada setiap perioda di mana spektrum respons Menurut FEMA 310, besarnya Drift Ratio /
percepatannya ingin dihitung, maka ordinat Drift Indeks (DR) dapat dihitung dengan rumus
spektrum respons gerak tanah secara probabilistik sebagai berikut:
ditentukan sebagai hasil perkalian dari koefisien
risiko, , dan spektrum respons percepatan DR =
(teredam 5 persen) dengan tingkat 2 persen
kemungkinan terlampaui dalam kurun waktu 50
2.2.7. Pengecekan Tegangan Geser Kaki
tahun.
Kolom
SNI 3-1726-2012
Untuk pengecekan sistem penahan gaya lateral
pada struktur bangunan tahan gempa, maka salah
satu yang harus diperhatikan adalah nilai tegangan
geser pada kaki kolom, baik kaki kolom pada lantai
satu maupun nilai kaki kolom pada lantai dua. Nilai
tegangan geser dalam kolom beton dihitung dengan
prosedur pemeriksaan cepat (FEMA
310,Sect.3.5.3.2) harus kurang dari 0,69 MPa atau
(0,166)1/2 fc (butir 5.1.12).
A. Story Shear Forces ( Vj )
Gambar 2.8 , Koefisien risiko terpetakan, perioda
Besarnya nilai Vj di rumuskan sebagai berikut:
respons spektral 0,2 detik

SNI 3-1726-2012

B. Shear Stress in Concrete Frame Colums


(Vavg)
Tegangan geser rata-rata (Vavg) pada kolom
beton daripada portal dihitung menurut rumus (3-
10) dari FEMA 310.

Bab III. Metode Penelitian


3.1. Lokasi Penelitian
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Penelitian ini dilakukan pada Gedung Kantor 4. Pengujian mutu bahan dengan cara non
Camat Nongsa yang berlokasi di Jalan destructive test. Untuk pengujian beton
Sudirman,Punggur. Terdiri dari 3 Lantai, sistem digunakan alat Schmidt Hammer Test.
struktur menggunakan portal beton bertulang 5. Pengukuran Interstory Drift/ketidaktepatan
dengan rangka atap konstruksi Baja. sumbu horizontal pada kolom dengan
Pengambilan Gedung sebagai Penelitian menggunakan Theodolite.
dikarenakan terdapat tanda terjadinya penurunan B. Data Sekunder
kinerja seperti adanya retak di komponen Data Sekunder yang diperoleh yaitu :
strukturnya. Struktur Gedung Kantor Camat 1. Data gambar soft drawing yang diperoleh dapat
Nongsa memiliki kelemahan pada desain digunakan sebagai acuan dalam penelitian
perencanaan yang tidak berdasarkan peraturan dengan membandingkan gambar tersebut
perencanaan gempa yang digunakan dan dengan kondisi dilapangan sehingga pengukuran
pelaksanaan pembangunannya. dapat diperoleh kesesuaiannya dengan gambar
soft drawing.
Gambar 3.2. Tampak Depan Gedung Kanto 2. Data penyelidikan tanah dan Sondir/N-SPT
Gedung kantor camat Nongsa berada pada digunakan untuk menghitung dan menentukan
lokasi tanah timbun, yang sebelumnya merupakan kelas situs dalam penentuan wilayah gempa.
lokasi rawa. 3.3.2. Evaluasi Kekuatan dan Elemen Struktur
3.2. Data Umum Bangunan A. Evaluasi Kekuatan Struktur
Nama Bangunan: Gedung Kantor Camat Nongsa Analisa struktur dalam rangka evaluasi
Alamat / Lokasi : Jalan Sudirman, Punggur kelaikan struktur yang didasarkan pada ukuran pada
Fungsi : Gedung Kantor dan gambar dan kondisi eksisting yang ada, untuk
Pelayanan Masyarakat mendapatkan gaya-gaya dalam akibat berbagai
Luas Bangunan : 1023 m2 kombinasi pembebanan. Alat yang digunakan
Jumlah Lantai : 3 (tiga) lantai adalah komputer yang telah dilengkapi dengan
Tanah Dasar : Tanah timbun software analisis struktur dalam bentuk program
Pemilik : Pemerintah Kota Batam ETABS.
Tahun Pembangunan : Tahun 2007 B. Evaluasi Kinerja Struktur Menurut SNI 03-
3.3. Tahapan Penelitian 1726-20012
3.3.1. Pengumpulan Data Simpangan antar tingkat dibatasi agar tidak
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah terjadi pelelehan tulangan ataupun retak beton yang
Data Primer yang diperoleh dari Lokasi Bangunan berlebihan disamping kenyamanan hunian.
Gedung Kantor Camat Nongsa dan Data Sekunder Dari hasil analisis struktur ini akan dilakukan
berupa gambar Soft drawing, Data penyelidikan kontrol kekuatan elemen kolom, balok, dan plat
tanah dan Sondir/N-SPT. lantai yang berfungsi sebagai rangka pemikul
A. Data Primer beban-beban yang bekerja.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data primer hasil pengukuran lapangan, 3.3.3. Rekomendasi
yaitu : Selain pertimbangan berdasarkan kinerja
1. Pengamatan secara visual (Visual Check), struktur, Rekomendasi alternatif
melihat secara langsung dan dengan bantuan perkuatan/perbaikan struktur yang akan dipilih juga
kamera untuk pemeriksaan kerusakannya, berdasarkan pada pertimbangan efisiensi dalam hal
khususnya retak-retak. Investigasi cacat struktur pelaksanaan di lapangan dan pembiayaannya
yang lain seperti keropos, berlobang, (mudah dan murah). Sehingga bangunan secara
mengelupas dan sebagainya. Kegiatan ini struktural dapat berfungsi dan dapat diteruskan
dilakukan terutama terhadap komponen yang penggunaannya.
berfungsi memikul beban-beban, baik beban Bab.IV. Hasil dan Pembahasan
vertikal maupun beban horizontal.
4.1. Data hasil investigasi lapangan
2. Pengukuran struktur bangunan dengan
4.1.1. Data pengamatan visual
menggunakan alat meteran. Kegiatan Langkah awal yang dilakukan pada pemeriksaan
pengukuran ini berupa pengamatan atas dimensi visual di lapangan adalah memeriksa kondisi
struktur beton bertulang yang terpasang
bangunan secara keseluruhan dan kondisi
dilapangan. Untuk mendapatkan informasi yang komponen struktur terpasang.
akurat tentang kondisi eksisting struktur,
4.1.2. Data Deflection hasil pengukuran di
dilakukan pengukuran langsung dilapangan.
lapangan
3. Pengukuran defleksi yang terjadi di balok untuk Defleksi/lendutan adalah salah satu jenis
mengetahui kekuatan balok saat ini dengan kerusakan yang terdapat pada bangunan Gedung
menggunakan Waterpass. Kantor Camat Nongsa Batam yang terlihat secara
kasat mata. Dampak dari lendutan balok struktur
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

inilah yang dikhawatirkan menjadi faktor penyebab


As 16 arah Barat As C arah Utara As 2 arah Timur
menurunnya kekuatan struktur bangunan secara N
keseluruhan. o Titik Titik Titik
Untuk mengetahui seberapa besar nilai lendutan ukur (mm) ukur (mm) ukur (mm)
dari balok struktur yang ada di lapangan, maka 1 2 3 4 5 6 7
dilakukan pengukuran lendutan menggunakan 1 16 - C 18.637 C-2 15.581 2-C 15.581
2 16 - D 11.371 C-6 11.537 2-D 9.876
waterpass dengan hasil menunjukkan bahwa pada 3 16 - E 12.322 C-8 10.095 2-E 10.120
balok lantai 2 ( 87%) dan balok lantai 3 (84%) 4 16 - G 11.230 C - 10 10.853 2-G 11.074
mengalami lendutan yang sudah melebihi nilai 5 16 - H 11.770 C - 12 10.090
6 C - 16 17.231
batas lendutan yang diijinkan sesuai ketentuan di
Dari hasil tabel di atas dapat diperoleh bahwa
dalam peraturan yang ada, yaitu SNI 03-2847-2002
nilai ketidaktepatan sumbu kolom / interstory drift
tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
() terbesar terletak pada lokasi pengukuran as 16
Bangunan Gedung pada sub bab 11.5.
dari arah Barat dengan nilai sebesar 18.637 mm.
4.1.3. Data Crack Pattern
4.1.4. Data Geoteknik
Retak (cracks) adalah pecah pada beton dalam
Dari hasil laporan hasil penyelidikan tanah yang
garis-garis yang relatif panjang dan sempit. Retak
dilaksanakan oleh PT. Spectra Multi Dimensi pada
pada beton dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab,
Agustus 2007, hasil pekerjaan sondir sebanyak 2
salah satu di antaranya adalah retak yang terjadi
(dua) titik yaitu S1 dan S2, dan hasil pekerjaan
karena pembebanan pada struktur. Berdasarkan
boring sebanyak 1 (satu) titik yaitu BH1. Hasil
hasil data pengamatan visual di lapangan, dapat
pekerjaan sondir pada titik S1 di peroleh
dilihat bahwa hampir keseluruhan retak kolom
karakteristik tanah pada elevasi 0.00 meter s/d -15.4
arahnya horisontal dan retak balok arahnya vertikal
meter tanah sangat baik dengan daya dukung dan
(bukan retak miring sebagai indikasi kerusakan
daya penetrasi conus sondir antara 120 200
geser), dengan dan lebar retakan setelah dicek
kg/cm. Hasil pekerjaan sondir pada titik S2 di
dengan penggaris ada yang kurang dari 1 mm,
peroleh karakteristik tanah pada elevasi 0.00 meter
tetapi ada juga di beberapa tempat yang lebar
s/d -15.20 meter tanah sangat baik dengan daya
retakannya melebihi 1 mm bahkan mencapai lebih
dukung dan daya penetrasi conus sondir 120-198
dari 5 mm. Penyebab keretakan yang terjadi pada
kg/cm. Hasil pekerjaan boring pada titik BH1
kolom dan balok struktur dimungkinkan karena
diperoleh karakteristik tanah s/d -15.45 meter
struktur tidak mampu menahan tambahan beban
dengan nilai SPT/N > 60 terdiri tanah lanau
yang ada di atasnya (beban sendiri pelat lantai dan
lempung coklat kuning abu abu lunak.
dinding di atasnya) dan adanya pengaruh dari luar
4.1.5. Data Kualitas Material
seperti gempa, angin, dll. Kondisi retak yang sudah
1. Data Kualitas/Mutu Beton
mengarah ke kerusakan struktur ini semakin
Pengujian bahan telah dilakukan melalui
diperparah oleh terjadinya defleksi/lendutan balok
pengujian di lapangan pada bagian elemen-elemen
struktur, sehingga kekuatan eksisting struktur
struktur pelat lantai, balok struktur, dan kolom
terpasang dikhawatirkan mengalami degradasi yang
struktur pada Bangunan Gedung Kantor Camat
cukup signifikan.
Nongsa Batam. Pengujian yang dilakukan di
4.1.4. Geometri Data dan Material Quality
lapangan ini adalah menggunakan alat Schmidt
1. Data Geometri Elemen Struktur
Rebound Hammer Test Type N.
perhitungan kekuatan beton dan dimensi
Pedoman umum antara keras permukaan
komponen struktur gedung ditinjau berdasarkan
(surface hardness) dan angka rata-rata hasil
gambar kerja final (shop drawing) pada akhir
pembacaan rebound hammer dengan memakai alat
pelaksanaan pekerjaan fisik gedung.
type-N hammer (Diagnostic Investigation of
2. Data geometris Simpangan antar tingkat
Existing Old Building, Mr. C. K. Cheung, Hong
(Story Drift)
Kong Accreditation Service).
Data geometris mengenai simpangan horisontal
Tabel 4.10. Rekapitulasi Kuat Tekan Beton (fc)
(drift) digunakan dalam pengecekan perancangan
pada komponen struktur
struktur serta untuk menarik kesimpulan tentang
keamanan struktur bangunan secara keseluruhan. No. Komponen Kuat Standar Kualitas
Hasil pengukuran Story Drift bangunan gedung Struktur Tekan Deviasi
kantor Camat Nongsa Batam dengan berpedoman Rata -rata (MPa)
(MPa)
pada gambar Shoft drawing yang kemudian
1 2 3 4 5
disesuaikan dengan kondisi pengukuran di lapangan
dan ditentukan titik titik ukur pada tiap kolom 1 Balok 29 1.53 Jelek (poor)
pada lantai. 2 Kolom 21.71 1.51 Jelek (poor)
3 Plat 30.6 2.03 Sedang (fair)
Dari hasil pengukuran tersebut di atas maka dapat
4.2. Analisa pembebanan kuantitatif
disusun tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8. Rekapitulasi Interstory Drift as 16, as 2 dan as C 4.2.1. Analisa Pembebanan
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Berdasarkan sifat tanah, menurut SNI-03-1726-


N Tebal 2012 wilayah gempa didasarkan pada kelas situs.
o Lapisan lapisan Deskripsi Jenis Nilai N-
ke- i Tanah SPT Berdasar hasil dari penyelidikan tanah yang telah
(di)
(mete)
dilakukan oleh Pelaksana kegiatan pembangunan
Kantor Camat Nongsa diketahui nilai N-SPT untuk
1 2 3 4 5
1 1 6 Lanau kelempungan 10 titik BH-1 sebagai berikut:
Lempung sangat Tabel 4.12. Nilai N-SPT
2 2 8 6 Sumber:Hasil pengujian PT.Spectra Multi Dimensi Batam
lunak
Lempung pasir
3 3 7 9
humus Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan
Lempung pasir tanah dan/atau batuan yang nyata berbeda, harus
4 4 9 44
lunak
5 5 12 Pasir lunak 60
dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor
Pembebanan pada bangunan gedung Kantor Camat ke-1 sampai ke-n dari atas ke bawah, sehingga ada
Nongsa Batam berupa kombinasi beban tetap total n-lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30
(beban mati dan beban hidup) dan beban beban meter paling atas tersebut. Nilai untuk lapisan tanah
tambahan lainnya. Adapun hasil analisa 30 meter paling atas ditentukan sesuai dengan
pembebanan sebagai berikut: perumusan berikut:
Tabel 4.11. Berat total gravitasi gedung
Lantai 1 Lantai Lantai
No. Jenis Pembeban (Ton) 2 3
(Ton) (Ton)
1 2 3 4 5
Beban Mati (Dead
1. 381.89 349.89 163.54
Load)
Beban Hidup (Life
2. - 95.125 87
Load) = 6 + 8 + 7 + 9 = 30 meter
Beban Angin (Wind
3. 0.06 0.11 0.17
Load)

4.2.2. Beban Gempa


= = 2.92
Peninjauan Beban Gempa ditinjau secara
analisis 3 demensi dengan metode statik ekivalen.
Ekivalensi beban gempa terhadap struktur Kantor
Camat Nongsa Batam, dihitung sebagai berikut:
1. Periode Fundamental Pendekatan (Ta)
Berdasarkan SNI-03-1276-2012 pasal 7.8.2 periode
= 10.2893 < 15
Fundamental struktur T,melalui pendekatan yaitu
Maka klasifikasi situs pada lokasi proyek
termasuk kelas situs SE (tanah lunak) dengan nilai
N < 15.
3. Spektrum respon desain
Data yang diperlukan adalah data percepatan batuan
dasar yang berada di Kota Batam:

Jadi nilai T yang digunakan adalah 0.30 detik a. Ss (percepatan batuan dasar = 0.05 g
pada periode pendek)
2. Penentuan wilayah gempa berdasarkan kelas b. (percepatan batuan dasar
S1 = 0.074 g
situs pada periode 1 detik)
Wilayah Gempa dicirikan oleh nilai Percepatan
Puncak Efektif Batuan Dasar dari masing - masing
lokasi sebagaimana diatur dalam SNI-03-1726-
2012 tentang Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non
gedung, pada pasal 6 bahwa wilayah gempa dengan
parameter percepatan terpetakan yaitu parameter Ss
(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan
S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik)
harus ditetapkan masing-masing dari respons
spektral percepatan 0.2 detik dan 1 detik dalam peta
gerak tanah seismik dengan kemungkinan 2 persen
dalam 50 tahun.
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Gambar 4.1. Peta percepatan batuandasar (SNI 03-1726-2012)

Pembuatan kurva spektrum respons desain

Tabel 4.13. Spektrum Respons Desain



T T Sa
(detik) (detik) (g)
0 0 0.033

T0 0.414 0.083 c. Faktor amplifikasi = 2.5
Ts 2.072 0.083 getaran terkait
percepatan pada
Ts+0 2.172 0.080 getaran perioda
Ts+0.1 2.272 0.076 pendek (Fa)
Ts+0.2 2.372 0.073 d. Faktor amplifikasi = 3.5
Ts+0.3 2.472 0.070 terkait percepatan
Ts+0.4 2.572 0.067 yang mewakili getaran
Ts+0.5 2.672 0.064 perioda 1 detik (Fv)

Ts+0.6 2.772 0.062 e. Parameter spektrum = Fa .Ss = 0.125 g
respons percepatan
Ts+0.7 2.872 0.060
pada perioda pendek
Ts+0.8 2.972 0.058 (SMS)
Ts+0.9 3.072 0.056
f. Parameter spektrum = Fv.S1 = 0.26 g
Ts+1 3.172 0.054 respons percepatan
Ts+1.1 3.272 0.053 pada perioda 1 detik
Ts+1.2 3.372 0.051 (SM1)
Ts+1.3 3.472 0.050 g. Parameter percepatan = 2/3 = 0.083 g
Ts+1.4 3.572 0.048 spektral desain untuk SMS
perioda pendek, SDS
Ts+1.5 3.672 0.047
Ts+1.6 3.772 0.046 h. Parameter percepatan = 2/3 = 0.173 g
spektral desain untuk SM1
Ts+1.7 3.872 0.044 perioda 1 detik,SD1
Ts+1.8 3.972 0.043
4 4.072 0.042

Kantor camat nongsa Batam termasuk jenis


pemanfaatan sebagai gedung perkantoran dengan
kategori resiko II dan faktor keutamaan gempa (Ie)
= 1.0.
Apabila S1 lebih kecil dari 0.75, kategori desain
seismik diijinkan untuk ditentukan sesuai tabel 6,
pasal 6 (SNI-03-1726-2012) dengan menggunakan
nilai SDS yang telah ditentukan kategori desain
siesmik berdasarkan parameter respons percepatan
pada periode pendek, kategori resiko termasuk
dalam kategori desain siesmik A (SDS < 0.167).
Material yang digunakan adalah beton bertulang
dan sistem penahan gaya seismik yang diijinkan Gambar 4.2. Grafik spektrum respons desain
adalah sistem rangka pemikul momen biasa gedung Kantor Camat Nongsa Batam
(SRPMB) dengan koefisien modifikasi respons (R)
= 3. 4. Geser Dasar Seismik (Base Share)
Geser dasar seismik, V , dalam arah yang
Grafik Spektrum Respons Desain SNI-03-1276-
ditetapkan, yaitu:
2012, Gedung Kantor Camat Nongsa Batam-kelas
situs SE (Tanah Lunak).
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

3 1 381.89 4 1527.567 0.19 5.640 30.02


= 8.00 Ton
1081 8137.458 8.00 30 74.56
Vi = 74.56 Ton
Fx = Jadi nilai Gaya Lateral (Fx) yang timbul di semua
= 8.00 x tingkat sebagai distribusi vertikal gaya gempa
74.56 adalah 596 Ton = 5845 kN
Geser tingkat desain gempa (Vx) (kN) harus
= 596 Ton didistribusikan pada berbagai elemen vertikal
sistem penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau
= 5845 kN
berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen
Nilai koefisien respons seismik Cs ditentukan
penahan vertikal dan diafragma.
sebagai berikut:
4.2.3. Kombinasi Pembebanan
Komponen pembebanan yang digunakan untuk
analisa struktur konstruksi Bangunan Gedung
kantor Camat Nongsa
Batam terdiri dari unsur
beban mati, beban hidup
dan beban gempa statik
ekivalen, yaitu:
1. 1.4D
Jadi nilai Cs yang digunakan adalah 0.03
2. 1.2D + 1.6L
karena nilai Cs tidak perlu melebihi nilai yang
3. 1.2D + 1.0L
dihitung pada b maka nilai gaya lateral statik
1.0EQX
ekivalen (V) yaitu:
4. 1.2D + 1.0L
diketahui nilai W berat seismik struktur
1.0EQY
berdasarkan nilai beban hidup dan beban mati,
Dengan D (Dead load) adalah beban mati, L
adalah: 1081 Ton
(Life Load) adalah beban hidup, EQx (Quake load)
adalah Beban gempa spektrum respon arah sumbu
x, EQy (Quake load) adalah Beban gempa
spectrum respon arah sumbu y.
Simulasi pembebanan akibat gravity load, dimana
semua beban pada pelat lantai ditransfer ke elemen
5. Distribusi vertikal gaya gempa balok maupun kolom berdasarkan daerah pengaruh
Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua layanan luasan pembebanan disekitar elemen yang
tingkat,yaitu: ditinjau.
4.2.4. Analisa Struktur
dimana Analisa struktur terhadap Bangunan Gedung
Nilai k merupakan eksponen terkait dengan Kantor Camat Nongsa Batam, termasuk dalam
periode struktur. Untuk struktur yang mempunyai kategori resiko II dengan tipe struktur Sistem
periode 0,5 detik atau kurang, k = 1. Untuk struktur Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) dengan
yang mempunyai periode 2,5 detik atau lebih, k = 2. menggunakan Model pembebanan gravity load
Sedangkan untuk struktur yang mempunyai periode pada elemen balok dimodelkan sebagai uniform
antara 0,5-2,5 detik. Maka nilai k yang digunakan load yang diterima oleh elemen membrane sebagai
dengan T = 0.30 detik adalah: 1. model plat. Simulasi pembebanan akibat gempa
ditinjau secara analisis statik ekivalen yang bekerja
pada pusat massa masing-masing lantai.
Untuk menghitung pusat massa tidak terlepas
dari model struktur pada gedung, berdasarkan SNI -
Tabel 4.14. Nilai Distribusi Statik Ekivalen
03 -1726-2012 bahwa struktur bangunan gedung
Wx hx Wxhx Cvx Fi Vi
harus diklasifikasikan sebagai beraturan dan tidak
N
o.
Tingkat beraturan didasarkan pada konfigurasi horisontal
Ton m Ton Ton Ton Ton dan vertikal dari struktur bangunan gedung.
1 2 4 5 6 7 8 9
Ketidakberaturan konfigurasi horizontal dapat
dilihat dari denah gedung pada Kantor Camat
1 3 252.055 12 3024.658 0.37 11.160 11.16

2 2 447.404 8 3579.233 0.44 13.210 24.38


Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Nongsa Batam, dan dapat ditinjau dari Arah Selatan


ketidakberaturan dari sudut dalam, didefinisikan
ada jika kedua proyeksi denah struktur dari sudut Gambar 4.5. Pemodelan perhitungan berat lantai
dalam lebih besar dari 15% dimensi denah struktur
dalam arah yang ditentukan. Massa tiap lantai dapat diperoleh dari berat tiap
lantai dibagi dengan percepatan gravitasi (g = 9,81
Gambar 4.3. Ketidakberaturan Horizontal (SNI-03-1726- m/dtk2).
2012)

Dengan ketentuan ketidakberaturan horizontal pada


denah apabila dan maka
dapat hitung sebagi berikut: Dengan model massa terpusat untuk analisis
beban gempa, massa tiap lantai dari struktur
Gambar 4.4. Denah tidak beraturan horizontal Kantor diletakkan pada joint yang merupakan titik berat
Camat Nongsa masing-masing lantai sebagai Joint Masses.
Perhitungan titik berat tiap lantai dari gedung
Pv = 6.00 m, Ly = 18.00 m dan Px = 6.00 m, Lx = diperoleh dengan membagi momen dengan reaksi
30.00 m, maka tumpuan yang terjadi dari hasil perhitungan berat
lantai pada software ETABS v9.7.2.
dan Suatu lantai dengan luas segmen area pelat
lantai yang berbeda-beda dan titik acuan sebagai
6.00 > 0.15 x 18.00 dan 6.00 > 0.15 x 30.00 tumpuan jepit pada salah satu ujungnya. Masing
masing area pelat mempunyai dimensi yang
6.00 > 2.7 dan 6.00 > 4.5 berbeda, sehingga mempunyai berat (W) yang
berbeda pula. Berat area pelat adalah W1, W2, W3,
Hasil analisis dari software ETABS v9.7.2 s/d Wi Area pelat tersebut mempunyai titik berat
diperoleh reaksi tumpuan berupa gaya vertikal (F3) x1,y1; x2,y2; x3,y3; s/d xi,yi.
dan momen pada arah x (M1) dan arah y (M2). Untuk mencari titik berat lantai dihitung dengan
Berdasarkan prinsip kesetimbangan pada konstruksi cara membagi penjumlahan hasil kali masing-
statis tertentu, yaitu V = 0, maka besar gaya masing berat area pelat dan titik berat area pelat
vertikal yang terjadi pada tumpuan jepit (F3) sama dengan penjumlahan semua berat area pelat.
dengan berat dari lantai yang ditinjau. Dari hasil analisis software ETABS V9.7.2
diperoleh reaksi vertikal (F3), momen arah x (M1)
dan momen arah y (M2). Reaksi vertikal yang
terjadi pada tumpuan jepit (F3) sama dengan berat
dari lantai yang ditinjau, sedangkan momen arah x
(M1) dan momen arah y (M2) merupakan momen
hasil dari perkalian berat elemen lantai dengan titik
berat masing-masing elemen lantai.
Dari contoh kasus di atas dapat diketahui bahwa
untuk menghitung titik berat dari lantai
menggunakan hasil progam ETABS v9.7.2 adalah
sebagai berikut:

Arah Barat

Dihitung jarak pusat massa (x dan y) serta


besarnya massa per-lantai gedung. Koordinat massa
tiap-tiap lantai dihitung dari titik tumpuan jepit,
adapun hasil hitungannya disajikan dalam tabel
4.16.
Tabel 4.16. Berat dan pusat Massa per-lantai gedung
N Berat Massa Mx My x y
Lantai Ton Ton.det Ton.m Ton.m m m
o
/m
- -
1 Lantai 1 200.1 0.282 0.081 0.001 0.000
223 20.3998 68 19 413 406
2 Lantai 2 94.60 9.64415 - 1.767 - -
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

91 0.208
23
24 0.002
201
0.000
023
a. Portal arah X , 97% balok dalam kondisi aman
- dan 3% balok dalam kondisi tidak aman dalam
3 Lantai 3 10.89 0.336 0.603 0.030 0.002
39 1.11049 92 11 927 839 Perpind Perpind Simpa Simpa Rasio
Ting ahan ahan ngan ngan simpan
Hasil analisa struktur (output) yang diharapkan f gi akibat yang Antar antar gan
dari proses analisa struktur dengan menggunakan l
o
gaya
gempa
diperbes
ar
lantai lantai
ijin
antar
lantai
Ket

program ETABS v9.7.2 ini adalah berupa gaya- o


mm
r
gaya dalam, dan reaksi tumpuan dari masing- mm mm mm
%
masing elemen/komponen struktur. 1 2 3 4 5 6 7 8
3 4000 1.38029 4.14087 1.1122 80 0.028 Ok!
4.2.5. Evaluasi Kekuatan Kolom Struktur 0.032 Ok!
2 4000 1.00955 3.02864 1.2732 80
Untuk mengetahui apakah kapasitas/kekuatan
0.044 Ok!
kolom struktur yang ada pada kondisi eksisting 1 4000 0.58515 1.75544 1.7554 80

mampu memikul beban rencana dengan aman menerima beban geser.


menurut pedoman/peraturan pembebanan yang b. Portal arah Y , 71% balok dalam kondisi aman
berlaku di Indonesia maka dilakukan evaluasi dan 29% balok dalam kondisi tidak aman
kekuatan struktur. Sebagai data perhitungan analisis dalam menerima beban geser.
digunakan hasil data pengujian yaitu kuat tekan Mengingat bangunan Gedung kantor Camat
beton fc = 21.71 Mpa, fy = 240 Mpa. Nongsa Batam ini merupakan fasilitas pelayanan
masyarakat yang dikunjungi oleh banyak orang,
1. Analisis Kekuatan Kolom Struktur maka perkuatan struktur pada komponen balok
Hasil perhitungan beban aksial dan beban geser portal yang dinyatakan tidak aman terhadap momen
pada tiap type kolom pada kondisi pembebanan lentur maupun beban geser mutlak diperlukan.
disajikan dalam tabel 4.17 dan tabel 4.18 berikut: 4.2.7. Simpangan antar lantai
Tabel 4.17. Beban aksial maksimum kolom Penentuan simpangan antar tingkat desain ()
No. Type Output ETABS Pn
Kolom Mux Muy Pu kN Pn>Pu dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
kN.m kN.m kN
K1 - 35 x
massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
1. 45 -58.447 22.555 721.300 10296.392 Ok! Pusat massa tidak terletak segaris dalam arah
K2 - 30 x
2. 30 -9.451 3.353 129.625 1595.963 Ok! vertikal, sehingga defleksi di dasar tingkat
3.
K4 - 30 x
30 -17.119 71.763 1019.752 1412.420 Ok!
berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa
tingkat di atasnya perlu dihitung.
Tabel 4.18. Beban geser maksimum kolom
Wx hx Wxhx Cvx Fi Vi
N
Tingkat
o.
Ton m Ton Ton Ton Ton

1 2 4 5 6 7 8 9
Tabel 4.21. Simpangan antar lantai akibat gempa statik
ekivalen
1 3 252.05 12 3024.65 0.37 11.160 11.16

2 2 447.40 8 3579.23 0.44 13.210 24.38


4.2.8. Story Drift for Momen Frame (DR)

3 1 381.89 4 1527.56 0.19 5.640 30.02


1. Drift Ratio / Drift Indeks (DR) Berdasarkan
FEMA 310
1081 8137.45 8.00 30 74.56 Tabel 4.22. Drift Rasio (DR) Kolom

Dari Tabel 4.17. dan Tabel 4.18. menunjukkan N


bahwa keseluruhan kolom struktur masih dalam o Kolom m m m
.
kondisi batas aman terhadap beban aksial dan
geser. 1 2 3 4 5 6 7 8
4.2.6. Evaluasi Kekuatan Balok Struktu
Dari hasil evaluasi kapasitas kekuatan lentur balok 1 K1 0.3 0.4 6.0 0.002 0.0004 0.0059
beton menunjukkan yaitu: 2 K2 0.3 0.3 6.0 0.000 0.0001 0.0022
a. Portal arah X , 73% balok dalam kondisi aman
dan 27% balok dalam kondisi tidak aman dalam Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai
menerima beban aksial. Drift Rasio (DR) untuk K1 sebesar dan nilai
b. Portal arah Y , 64% balok dalam kondisi aman
dan 36% balok dalam kondisi tidak aman dalam Drift Rasio (DR) K2 sebesar .
menerima beban aksial.
Dari hasil evaluasi kapasitas kekuatan geser balok 2. Drift Ratio / Drift Indeks (DR) Berdasarkan
beton menunjukkan yaitu: Hasil Perhitungan ETABS
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan program ETABS v9.7.2 dari data
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

geometris mengenai simpangan horisontal (DR) dari hasil perhitungan menggunakan program
(Interstory drift) maka dapat dicari nilai Drift Ratio ETABS V9.7.2 dan perhitungan menggunakan
/ Drift Indeks (DR) sebagai berikut: rumus FEMA 310, dimungkinkan disebabkan oleh
Tabel 4.26. Rekapitulasi Drift Indeks/Drift Rasio
kesalahan dan kecerobohan di dalam pelaksanaan
elevation 16, C dan 2 konstruksi bangunan yang dilakukan oleh pihak
kontraktor pelaksana. Hal ini diperkuat dengan
kualitas visual hasil pengecoran kolom yang tidak
Elevation View 16 Elevation View C Elevation View 2
N sempurna.
Titik Titik Titik
o
ukur Drift ukur Drift ukur
4.2.9. Pengecekan Tegangan Geser Kaki
Drift Rasio
Rasio Rasio Kolom
1 2 3 4 5 6 7 1. Story Shear Forces ( Vj )
1 16 - C 0.001019 C-2 2-C a. Perhitungan Pseudo lateral force (V)
0.001487 0.001419
2 16 - D 0.000796 C-6
0.001405
2-D
0.001680
Maka besarnya nilai Pseudo lateral force ( V )
3 16 - E 0.000965 C-8 0.001250 2-E 0.001124 adalah:
4 16 - G 0.000776 C - 10 2-G
0.001109 0.001890
16 - H 0.000320 C - 12
0.000998
C - 16 0.001019

Berdasarkan tabel 4.26. di atas diperoleh


bahwa nilai drift indeks/ drift ratio dari data hasil
perhitungan ETABS v9.7.2 menunjukkan bahwa
bangunan masih dalam batas aman dari nilai drift
indeks/ drift ratio yang seharusnya, yaitu kurang
dari 0.002


3. Drift Ratio / Drift Indeks (DR) Berdasarkan
Hasil Pengukuran di Lapangan Sehingga besarnya nilai story shear forces (Vj )
Mengacu pada hasil pengukuran di lapangan, adalah sebagai berikut :
dari data geometris mengenai simpangan horisontal
(Interstory drift) pada Tabel 4.8, maka dapat di cari Vj =
nilai Drift Ratio / Drift Indeks (DR) pada Tabel
berikut ini.
Tabel 4.30. Rekapitulasi Drift indeks/drift ratio (DR) as
16, C dan 2

x 30
As 16 arah Barat Elevation View C Elevation View 2
N
o Titik Titik Drift Titik
ukur Drift ukur Rasio ukur Drift
Rasio Rasio

1 2 3 4 5 6 7

1 16 - C 0.00466 C-2 0.00290 2-C 0.00290

2 16 - D 0.00284 C-6 0.00288 2-D 0.00247


2. Shear Stress in Concrete Frame Colums
3 16 - E 0.00308 C-8 0.00252 2-E 0.00253 (Vavg)
4 16 - G 0.00281 C - 10 0.00271 2-G 0.00277

5 16 - H 0.00294 C - 12 0.00252

6 C - 16 0.00431
= 32
Berdasarkan Tabel 4.30. di atas diperoleh = 9
bahwa nilai drift indeks/ drift ratio dari data hasil
pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa = (34 x 0.35 x 0.45) + (12 x 0.30 x 0.30)
bangunan sudah melebihi batas nilai drift indeks/ = 5.355 + 1.08 = 6.432 m
drift ratio yang seharusnya, yaitu kebanyakan,
besar nilai drift indeks yang digunakan antara =
0,0025 sampai 0,002
Adanya perbedaan yang begitu besar antara =
nilai drift indeks/ drift ratio dari data hasil
pengukuran di lapangan dan drift indeks/ drift ratio
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

= plesteran yang digunakan, dengan lebar retakan


kurang dari 0,2 mm. Retak-retak ini tembus
Jadi Tegangan Geser rata rata ( ) pada kolom dari permukaan dalam dan luar dinding.
adalah 5.613 Ton Perbaikan yang dapat dilakukan adalah:
a. Plesteran lama di sekitar retak dikupas,
4.3. Usulan Rekomendasi Perbaikan lalu retak diisi dengan adukan semen pasir
4.3.1. Usulan perkuatan komponen struktural ( perbandingan 1 semen : 3 pasir).
Untuk menyikapi kondisi-kondisi b. Setelah celah rapat, kemudian dinding
permasalahan komponen struktural pada bangunan, diplester kembali dengan campuran spesi 1
maka direkomendasikan perkuatan-perkuatan semen : 3 pasir.
sebagai berikut: c. Untuk retak yang besar (> 0,6 cm) setelah
1. Untuk meningkatkan kapasitas momen lentur di isi dengan adukan semen pasir, pada
pada balok struktur di posisi balok portal yang bagian bekas retakan.
dinyatakan tidak aman terhadap lentur (seperti d. Pengecatan dinding kembali dengan mutu
diuraikan pada tabel 4.19 dan 4.20), yang baik, bagian luar diberi chiller
direkomendasikan perkuatan struktur dilakukan sebelum pengecatan finishing.
dengan menambahkan CFRP (Carbon Fiber 2. kerusakan yang disebabkan oleh sistem
Reinforced Plastic) pada bagian tariknya. pemipaan yang tidak baik sehingga banyak
Pelaksanaan pemasangan CFRP ini disarankan rembesan pada dinding, lantai dan plafond,
dilakukan oleh ahlinya, tidak dilakukan secara dilakukan perbaikan sebagai berikut:
sembarangan. a. Mengidentifikasi kembali jalur jalur
2. Injeksi retak-retak pada balok dan pelat lantai 2 aliran air dan mengganti jaringan pipa
dan lantai 3 khususnya retak yang lebarnya dengan mutu dan pelaksanaan pekerjaan
melebihi 0,2 mm. Bahan injeksi berupa epoxy yang lebih baik.
resin, dengan metode injeksi low pressure agar b. Mengganti plafond plafond yang
bahan injeksi bisa masuk ke dalam celah yang rusak/hancur terkena rembesan air.
relatif kecil. Pelaksanaan injeksi disarankan c. Mengidentifikasi sumber aliran air pada
agar dikerjakan oleh kontraktor spesialis dan lantai 1 dan 2, dan pengaruh pecahnya
berpengalaman dengan mutu bahan yang keramik lantai. Leveling lantai, dan
diproduksi dengan baik. pemebrsihan pada sisa-sisa dudukan yang
3. Keretakan juga terdapat pada kolom kolom rusak. Menutup aliran air dan
pada lantai 1, 2 dan 3, metode perbaikan injeksi membongkar keramik dan membersihkan
dengan material pasta semen yang dicampur campuran yang mengeras dan memasang
dengan expanding agent serta latex atau hanya keramik baru dengan metode pelaksanaan
melakukan sealing dengan material polymer yang baik.
mortar atau polyurethane sealant. 3. Kerusakan pada listplank dan dak atap,
4. Beton kolom terlepas sehingga tulangan tergenangnya air hujan pada talang, tertutupnya
kelihatan, jika kapasitas kolom tulangan masih lubang air (fall drain), kerusakan pada beton,
memadai, material (beton) pengganti minimal kerusakan pada plat dak talang, tidak
harus sesuai dengan mutu beton rencana berfungsinya lubang pembuangan air, tidak
gedung atau dengan material yang mutunya terdistrubsinya air pada pipa pembuangan,
lebih baik. Pada saat pelaksanaan harus finishing pekerjaan beton yang tidak baik, tidak
dipastikan bahwa cetakan beton dan skor-skor tercapainya mutu beton sehingga menyebabkan
sudah dipersiapkan dan terpasang dengan baik. rembesan, level kemiringan untuk aliran air
4.3.2. Perkuatan Komponen Non Struktural tidak ada, metode perbaikan yang dilakukan
Berdasarkan hasil pengamatan visual pada adalah:
komponen non struktural pada pembahasan a. Pengurasan air pada dak.
sebelumnya diperoleh hasil kesimpulan sebagai b. Mengganti dan memperbaiki posisi
berikut: buangan pipa air.
1. Keretakan pada komponen komponen non c. Memperbaiki posisi pipa buangan air.
struktural terdapat pada lantai 1, 2 dan 3. d. Melakukan finishing beton yang tidak
Keretakan diagonal banyak terdapat pada selesai,dengan memberi epoxy pada lantai
pertemuan dengan jendela kerusakan ini dapat dak agar tidak merembes.
disebabkan karena geser, atau retak vertikal Bab V. Kesimpulan dan Saran
karena lentur mengakibatkan terjadinya 5.1. Kesimpulan
pemisahan bagian dinding satu dengan lainnya Dari hasil pengamatan visual di lapangan,
(spalling) dan ditemukan adanya retak-retak pengujian kualitas bahan melalui pengujian di
rambut pada dinding. Retak ini kemungkinan lapangan, pengukuran defleksi dan ketidaktepatan
disebabkan oleh rendahnya kualitas mutu sumbu pada komponen struktur , serta hasil analisis
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

struktur dengan menggunakan program ETABS drift ratio dari data hasil pengukuran di
V9.7.2 pada Bangunan gedung Kantor Camat lapangan menunjukkan bahwa
Nongsa Batam, maka didapat kesimpulan sebagai bangunan sudah melebihi batas nilai
berikut: drift indeks/ drift ratio yang
1. Berdasarkan hasil pengujian di lapangan seharusnya, yaitu kebanyakan, besar
didapatkan data kualitas beton pada kolom nilai drift indeks yang digunakan
dalam kategori Jelek/poor yaitu 21.71 MPa, antara 0,0025 sampai 0,002.
sedangkan kualitas beton pada balok dalam e. Hasil pengecekan sistem penahan gaya
kategori Jelek/poor yaitu 29 MPa dan kualitas lateral pada struktur bangunan tahan
beton pada plat dalam kategori Sedang/fair gempa, maka salah satu yang harus
yaitu 30.6 MPa. diperhatikan adalah nilai tegangan
2. Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa geser pada kaki kolom, baik kaki
pada balok lantai 2 ( 87%) dan balok lantai 3 kolom pada lantai satu maupun nilai
(84%) mengalami lendutan yang sudah melebihi kaki kolom pada lantai dua dan tiga
nilai batas lendutan yang diijinkan sesuai diperoleh nilai Vj =
ketentuan di dalam peraturan yang ada, yaitu (masih
SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara dibawah batas ijin) dan nilai Tegangan
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan geser rata-rata (Vavg) pada kolom
Gedung pada sub bab 11.5. sebesar 5.613 Ton.
3. Nilai interstory drift diperoleh bahwa nilai 5.2. Saran
ketidaktepatan sumbu kolom / interstory drift Memperhatikan hasil penelitian yang telah
() terbesar terletak pada lokasi pengukuran as dilakukan dan keterbatasan kajian, di dalam
16 dari arah Barat dengan nilai sebesar 18.637 penelitian ini disarankan sebagai berikut :
mm, dimungkinkan adanya perubahan tulangan 1. Kondisi kekuatan struktur balok di beberapa
terpasang dalam pelaksanaan. Nilai lendutan di portal dinyatakan tidak aman terhadap lentur,
lokasi sebagian sudah melampaui batas ijin disarankan didalam proses rehabilitasi
lendutan maksimum. /perkuatan struktur perlu dianalisis struktur
4. Berdasarkan hasil analisis struktur dalam rangka lebih teliti didalam memperhitungkan analisis
evaluasi kekuatan struktur utama bangunan kekuatan, dengan memperhitungkan beban
dengan memperhatikan kualitas beton, maksimum bangunan secara keseluruhan.
didapatkan hasil: 2. Kajian terhadap pemilihan bahan pada
a. Perhitungan beban aksial dan beban geser alternatif perkuatan struktur didalam penelitian
pada tiap type kolom struktur pada kondisi ini masih terbatas pada aspek kekuatan, aspek
pembebanan eksisting masih dalam kemudahan pelaksanaan, aspek waktu, dan
kondisi batas aman terhadap beban aspek lingkungan selama proses pelaksanaan.
aksial dan geser. Dalam alternatif perkuatan struktur ini belum
b. Dari hasil evaluasi kapasitas kekuatan melakukan peninjauan secara lebih mendalam
lentur balok beton menunjukkan Portal dari aspek biaya, padahal aspek biaya inilah
arah X , 73% balok dalam kondisi yang nantinya akan memegang peranan penting
aman dan 27% balok dalam kondisi dalam pelaksanaan rehabilitasi/perkuatan ini
tidak aman dalam menerima beban selanjutnya.
aksial dan Portal arah Y , 64% balok 3. Perlunya pengawasan yang maksimal dalam
dalam kondisi aman dan 36% balok pelaksanaan rehabilitasi mengingat banyak
dalam kondisi tidak aman dalam pekerjaan komponen struktur yang diselesaikan
menerima beban aksial. dengan tidak baik hal ini sangat berpengaruh
c. Dari hasil evaluasi kapasitas kekuatan terhadap kekuatan komponen struktur tersebut.
geser balok beton menunjukkan 4. Perlunya kajian kembali terhadap perhitungan
Portal arah X , 97% balok dalam struktur gedung dengan kondisi struktur tanah
kondisi aman dan 3% balok dalam yang mengalami penurunan.
kondisi tidak aman dalam menerima
beban geser dan Portal arah Y , 71% DAFTAR PUSTAKA
balok dalam kondisi aman dan 29% Arifi Soenaryo, M. Taufik H dan Hendra Siswanto,
balok dalam kondisi tidak aman 2009, Perbaikan kolom beton bertulang
dalam menerima beban geser. menggunakan concrete jacketing dengan
d. Berdasarkan kondisi riil data hasil prosentase beban runtuh yang bervariasi,
pengukuran geometris di lapangan jurnal rekayasa sipil / Volume 3, No.2
menunjukkan bahwa nilai simpangan 2009.
antar lantai masih aman <80mm Bracci J.M., Reinhord A.M., and Mander J.B.,
(tingkat ijin a). Nilai drift indeks/ 1995, Seismic Retrofit of Reinforced
Jurnal Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Vol. II. No. 2 November 2014
ISSN : 2339-0271

Concrete Building Designed for Gravity


Loads : Performance of Structure Model,
ACI Structural Journal, 1995, pp. 711-723.
Ghobarah, Aziz T.S. and Biddah A,1999,
Rehabilitations of Reinforced Concrete
Frame Connection using Corrugated
Steel Jacketting, ACI Structural Journal,
1999, pp. 183-194.
Imran, S. Darmawan, I. Sulaiman, C. Lie,
Aryantho,2009, Assessment and
Repair/Strengthtening of a Settlement
Damaged Office Building, Proceeding of
1st International Conference on
Rehabilitation and Maintenance in Civil
Engineering (ICRMCE), Solo, Maret 2009.
K.J. Ducki.2007, Analysis of the structure and
precipitation strengthening in a creep
resisting FeNi alloy, Journal of
Achievements in Materials and
Manufacturing Engineering Volume 21
Issue 2 April 2007.
Mohd Isneini,2009, Kerusakan dan perkuatan
struktur beton bertulang, Jurnal Rekayasa
Vol. 13 No. 3, Desember 2009.
Pragyan Bhattarai, Dharma Raj Dhakal &
P.saha,2012, Analysis of the effect of
crack width, crack location and loading
on a metallic element using finite element
analysis and its application in civil
engineering, Journal of Civil, Structural,
Environmental, Water resources and
Infrastructure Engineering Research
(JCSEWIER) ISSN 2278-3539 Vol.2,
Issue 2 Sep 2012 33-46.
R. Arwanto,2006, Respon kuat tekan Hammer
Test dengan Compression Test pada
beton normal dan beton Pasca Bakar,
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL,
VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV
PEBRUARI 2006.
Anonim, 2012, Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung,
SNI 03-1726-2012. Badan Standarnisasi
Nasional BSN.
Anonim,2002, Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
2847-2002. Direktorat Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Federal Emergency Management Agency
(FEMA),1998, Handbook for the Seismic
Evaluation of Buildings A Prestandart,
FEMA 310.

Vous aimerez peut-être aussi