Vous êtes sur la page 1sur 41

HERNIA

A. PENGERTIAN

Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ
melalui lubang (apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ
abdominal melalui celah dari dinding abdomen. (Sue Hinchliff, 1999 : 206).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya. (Winter Griffith, 1997 : 340).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
(suster nada, 21 juli 2007).

B. ETIOLOGI
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan ( 0 1 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi.
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh.
Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan
pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaaringan lemak
pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
g. Merokok
h. Diabetes melitus

C. BAGIAN DAN JENIS HERNIA


Bagian bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)
Klasifikasi hernia :
1. Menurut lokasinya
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut isinya
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatica
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya
a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia
obturaforia.
5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian
lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi pada
satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara
lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

D. PATHOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi
maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur
tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. Pria
lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin.
Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia
menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema
bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian
terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan
timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut
terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.

E. PENATALAKSANAAN
1. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 (dua) tahun.
Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada
hernia inguinal pemakaian tidak dianjurkan karena selain tidak dapat
menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada
hernia hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui leher hernia tadi. Tindakkan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis
apabila pasien takut operasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin,
penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan
trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikkan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil
pintu hernia.
Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif kecil.
b. Umumnya tindakkan operatif merupakan satu satunya yang rasional.
2. Hernioplastik endoscopy
a. Hernia inguinalis
Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak anak.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan
tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila
reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika reposisi hernia
tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pengobatan operatif
Pengobatan operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniatomy dan herniaraphy.
- Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlenketan, kemudian reposisi. Kantong hernia dijahit,
ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
- Hernioraphy
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
b. Hernia incarserata
Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah
operasi secepatnya.
Jenis operasi : herniotomy. Prinsipnya adalah membuka dan memotong kantong
hernia kemudian mengeluarkan isi kantong hernia (usus) dan mengembalikannya ke
tempat asalnya hingga ileus hilang.
Pada hernia irreponibils dapat kita perkirakan hal hal yang akan terjadi pada isi
hernia berdasarkan perhitungan waktu yaitu :
a) kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat di anggap isi hernia baru saja
terjepit.
b) 24 48 jam isi hernis mulai mengalami ischemia.
c) 48 72 jam mulai terjadi ganggren.
d) Lebih 3 hari isi hernia nekrosis.
Selain dalam hitungan waktu, keadaan isi hernia dapat dilihat dari :
a) Warna usus (membiru, ischemic atau nekrosis)
b) Penilaian vaskularisasi
Berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari
kebiruan menjadi kemerahan, berarti usus masih baik (viable). Bila setelah
pemberian NaCl hangat warna usus masih tetap biru berarti usus telah mengalami
nekrose (non - viable), harus direseksi secara end to end.
c) Kemampuan peristaltic usus
Bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltic berarti keadaan usus masih
baik (viable).
Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non viable, maka setelah
herniotomy dilakukan reseksi usus non viable tadi dikeluarkan dan diletakkan di
atas paha yang dikenal dengan istilah VORLAGERUNG (letakan di muka / di luar).
Dibuat lubang pada usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien
membaik baru operasi dapat dilanjutkan.
Indikasi vorlagerung :
a) usus non viable
b) KU pasien jelek
c) Narcose yang lama

F. DIET dan AKTIVITY


Aktivity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan.
Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi seetelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan
masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama
buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minumam berkarbonasi, minuman
beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.

G. MEDICATIONS
a. Analgesik
b. Antibiotik untuk membasmi infeksi

H. NURSING MANAJEMENT
1. Pengkajian
a. Data subjektif
- Sebelum operasi
Adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan
Nyeri didaerah benjolan meski jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau dearah paraumbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah, kembung.
Konstipasi
Bayi menangis terus
Pada saat bayi menangis atau mengejan dan batuk batuk kuat timbul benjolan.
Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi atau normal.
Pada hernia obturatoria didapat keluhan nyeri seperti ditusuk tusuk dan
parastesia didaerah panggul, lutut, bagian medial paha akibat penekanan pada N.
Obturatorius.
Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat batuk kronis dan tumor intraabdominal,
bedah abdominal.
Riwayat psikososial : klien merasa terganggu dengan adanya penyakitnya, klien
tidak dapat beraktivitas dengan bebas.
Riwayat penyakit sekarang : merasa ada benjolan di skrotum bagian kanan atau
kadang kadang mengecil / mneghilang. Bila menangis, batuk, mengangkat benda
berat akan timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa
kemeng disertai mual muntah.
Akibat komplikasi terdapat shock, demam, asidosis metabolik, abses, fistel,
peritonitis.
- Sesudah operasi
Nyeri didaerah operasi
Lemas
Pusing
Mual, kembung

b. Data objektif
- Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
- Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
- Palpasi
Caranya :
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
Hernia femoralis : lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.benjolan lunak di
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
- Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak,
- Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
- Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship romberg (hernia
obtutaratoria).
- Pemeriksaan test diagnostik : rongent, USG.
- Tanda tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
- Hasil laboratorium
Leukosit > 10.000 18.000 / mm3
Serum elektrolit meningkat.

2. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d agen injuri (biologi, kimia fisik, psikologis).
NOC :
- Mengenali faktor penyebab
- Mengenali lamanya onset sakit
- Mengunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengatasi nyeri
- Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
- Mencari bantuan tenaga kesehatan
- Melaporkan gejala kepada petugas kesehatan
- Menggunakan sumber sumber yang tersedia
- Mengenali gejala gejala nyeri
- Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya
- Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Keterangan penilaian NOC :


- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
- Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeeri
pasien.
- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
- Kontrol lingkungan yang dapat menpengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan
interpersonal).
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
- Ajarkan tentang tehnik non farmakologi.
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
b. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif.
NOC
Indikator :
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Rata rata tekanan arteri dalam batas normal.
- Tekanan vena sentral dalam batas normal.
- Tekanan paru paru dalam batas normal.
- Nadi perifer teraba.
- Tidak ada hipertensi ortostatik
- Keseimbangan intake dan output selama 24 jam.
- Tidak ada suara napas tambahan.
- Berat badan stabil.
- Tidak ada mata cekung
- Tidak ada kebingungan
- Tidak haus berlebihan
- Kelambaban kulit dalam batas normal
- Elektrolit serum dalam batas normal
- Nilai hematokrit dalam batas normal
- BJ urin dalam batas normal
Keterangan penilaian NOC :
- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC
- Monitor berat badan setiap hari
- Pertahankan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi (membran mokusa) yang adekuat
- Monitor status nutrisi
- Monitor intake dan output.

c. Resiko infeksi b/d trauma, kerusakan jaringan.


NOC :
Indikator :
- Mengetahui resiko.
- Memonitor faktor resiko lingkungan.
- Memonitor resiko dari tingkah laku.
- Mengembangkan kontrol resiko secara efektif.
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko menggunakan. dukungan
personal untuk mengontrol resiko.
- Berpartisipasi dalam screening untuk mengidentifikasi resiko.
- Memonitor perubahan status kesehatan.
Keterangan penilaian NOC :
- Tidak dilakukan sama sekali
- Jarang dilakukan
- Kadang dilakukan
- Sering dilakukan
- Selalu dilakukan
NIC:
- Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri,
tumor, dan adanya fungsiolaesa.
- Kaji temperatur klien tiap 4 jam.
- Catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit, protein, serum, albumin).
- Kaji warna kulit, kelembaban tesktur, dan turgor.
- Gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial.
- Tingkatkan intake cairan.
- Istirahat yang adekuat
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
- Gunakan standard precaution dan gunakan sarung tangan selama kontak dengan
darah, membran mukosa yang tidak utuh.
- Ikuti transmisi pencegahan dasar untuk udara, droplet, dan kontak kontak
tranmitted microorganisme.
- Ganti IV line sesuai dengan aturan yang berlaku.
- Pastikan perawatan aseptik pada IV line.
- Pastikan tehnik perawatan luka secara tepat.
- Dorong pasien untuk istirahat.
- Berikan terapi antibiotak sesuai instruksi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda tanda gejala infeksi dan kalau terjadi
untuk melapor kepada perawat.

http://rahimul.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-hernia.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan bayi dan anak adalah perawatan yang ditujukan pada anak untuk
meningkatkan derajat kesehatan pada anak melalui pencegahan penyakit atau
injuri, pengobatan dan rehabilitasi pada anak yang mengalami masalah kesehatan.
Dalam mengatasi masalah tersebut diatas, disinilah konsep asuhan keperawatan
kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, salah satu masalah yang
ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah
satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana
menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%)
dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya umpamanya diafragma, inguinal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia repnibel bial isi hernia dapat keluar
masuk. Usus jika berdiri keluar dan mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau
didorong masuk perut tidak ada keluhan nyeri atau ejala obstruksi usus. Bila isi
kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong. Pad peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kanton terperangkap dan tidak dapa kembali kedalam
rongga abdomen. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis hernia inkar serata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulate. Pada kasus An. R hernia yang dialami adalah Hernia scrotalis sinistra
srangulata, dimana usus masuk kedalam scrotalis dan terjepit didalamnya.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk menyusun
laporan kasus individu dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An. R dengan Post
Op Herniatomi di Hernia Scrotalis Strangulata, di ruang BCH RSCM untuk
menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Post Op Herniatomi secara
komprehensip.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari pembuatan laporan kasus ini memeberikan gambaran dalam
melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Scrotalis dengan
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan laporan inti ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang :
a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami hernia
b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami hernia
c. Perencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
d. Rasioanal dari rencaan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
e. Pelaksanaan rencana keperawatan pada klien yang mengalami hernia
f. Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
g. Faktor penunjang dan faktor penghambat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami hernia
h. Alternatif penyelesaian masalah terhadap faktor penghambat yang ditemui
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia
scrotalis
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif,
dimana penyusun melaporkan kondisi klien dengan apa adanya. Untuk memperoleh
data yang akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka kelompok menggunakan
beberapa teknik pengumpulam data yaitu :
1. Teknik Wawancara
Dilakukan secara langsung pada keluarga klien dan perawat ruangan
2. Observasi
Yaitu mengamati secara langsung prilaku klien sehari-hari
3. Study Literatur
Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-buku yang
terkuat dengan kasus tersebut
4. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada klien dengan : Insfeksi,
Auskultasi, perkusi, palpasi
5. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari dokumentasi klien yang terdapat dalam status yang berisikan
catatan keperawatan klien.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan laporan kasus ini terdiri dari 5 Bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Umum dan Tujuan
Khusus, Metode serta Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Konsep Dasar, Pengertian, Type-Type
Hernia, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologis, Penatalaksanaan, Komplikasi,
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Prinsip
Intervensi dan Evaluasi Keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS terdiri dari Gambaran Kasus, Diagnosa, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : PEMBAHASAN di uraikan yang terdiri dari Definisi Diagnosa Keperawatan,
Rasional Diagnosa, Data yang Menunjang Diagnosa, Implementasi, Evaluasi, Faktor
Pendukung, Faktor Penghambat serta Alternatif Pemecahan Masalah.
BAB V : PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Hernia
1. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong,
dan isi Hernia
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005 : 523)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
vaginalis berobliterasi (paten)
(Mansjoer, Arief, 200 : 382)
2. Type-type Hernia
a. 1) Diafragmatik : Hernia yang terjadi melalui foramen bochdalek : protrusi bagian
organ abdomen melalui lubang pada diafragma
2) Hiatal : Sliding : protusi struktur abdomen (biasanya lambung) melalui hiatus
oesofagus.
3) Abdominal : umbilical yaitu protusi usus dan omentum yang tertutup kulit lembut
melalui dinding abdomen yang lemah disekitar
4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical kantong
tertutup peritoneum tanpa kulit
5) Gastroskisis : Protrusi isi intra abdomen melalui defek dinding abdomen lateral
terhadap cincin umbilical ; tidak pernah terdapat kantong peritoneal.

b. Type Hernia
1) Hernia Usus : Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan,
lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum perietale dan jaringan preperitoneal,
kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Hernia reponibel tanpa inerserasai dan strangulasi
b) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan
c) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan
d) Hernia sirangulata, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai gangreng karena
pendarah darah terganggu
2) Hernia Ritcher : Bila strangulasi hanya Menjepit sebagian dinding usus
3) Hernia interstisialis : Hernia yang terletak diantara lapisan otot perut
4) Hernia geser skrotalis
a) Hernia biasa dengan isi didalam kantong hernia
b) Hernia geser / sliding hernia : kantong hernia kosong
5) Hernia epigastrika : Benjolan terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperiteneal
yang tidak dapat dibedakan dari lipoma yang mengandung omentum dan tertutup
6) Hernia spieghel : Hernia interstisial yant terletak antara m trans versus
abdominalis dan m. eblueus abdominis internus
7) Hernia sibatrik : Terjadi pada bekas luka lapioratomy
8) Hernia ingunlis : Terjadi karena anmali kongenital yang ditandai dengan lebarnya
annulus internus sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia
3. Etiologi
- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.
- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen
- Kelemahan otot dinding abdomen
4. Manifestasi Klinis
Terdapat benjolan didaerah, vaginal dan atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila
terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis
. pasien tenang, benjolanakan hilang secara spontan.
Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi
bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan
kembali berongga abdomen.
Isi hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut hernia inguinal reponibilitas,
bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali
karena jepitan oleh annulus inguinasli, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia hernia
sirangulata
Heria sirangulata lebih sering terjadi hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada
usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namum rata-rata terjadi pada 12 % harus
hernia.
5. Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam
kanalis fenoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadimnya hernia.
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multirasa, obesitas dan degerasi
jaringan ikat karena usia lanjut.
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi. Herniorafi pada hernia
ingunalis, terutama yang memakai tehnik Bassini atau shoul dice yang
menyebabkan, fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergesar ke
ventrokranial sehingga dan liga mentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial
sehingga kanalis femopalis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering timbul adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femoralis keluar disebelah kahlah ligamentum inguinale pada fosa ovalis
kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar tertama bila merupakan
Hernia Richter

Perkembangan hernia
a. Penonjolan jaringan preperitoneal kedalam kronalis femoralis
b. Penonjolan lebih besar diikuti permulaan hernia
c. Hernia femoralis dengan lipoma preperitoneal
d. Lipoma dengan hernia membelok kekranial setelah keluar dari fosa ovalis
e. Lipoma terletak cranial dari ligamentum inguinale
6. Penatalaksanaan
Pada hernia femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum.
Operasi terdiri atas herniatomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan Menjepit
annulus femonialis
Bisa juga dengan pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik bassini melalui
region inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase
gimbernati.
Hernia inguinalis reponibilis yaitu herniatomi berupa ligasi plofesis vaginalis,
soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko
terjadinya inkorserata.
Hernia inguinalis inkarserata
Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba
sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenfburg dengan tertidur tekanan intra
peritoneal.
(Arif Masjoer, 2000. 383)
Penatalaksanaan
Pra Operasi
- Cegah menangis
- Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)
- Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
- Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
- Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
- Gunakan tindakan kenyamanan
Pasca Operasi
- Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
- Berikan tindakan kenyamanan
- Dukungan orang tua
(Wong, 2004: 521)
7. Komplikasi
Infeksi
Hematoma skrotalis
Hidrokel
Obstruksi usus
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia
1. Pengkajian
a. Biodata / Identitas
b. Pengkajian gastro intestinal
1) Status hidrasi
a) Turgor kulit
b) Membran mukosa
c) Intake dan output
2) Abdomen
a) Nyeri
b) Bising usus
c) Kembung
d) Sistensi abdomen
e) Muntah frekhdensi dan karakteristik
f) Kram dan tenesinus
3) Psikososial
a) Ketabahan
b) Rewel
c) Status emosional
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan puasa
2) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat muntah
3) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang penanganan atau mengingat salah
interprestasi
b. Post Operasi
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan
masukan cairan serasa oral akibat prosedur tindakan medis
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.
3) Resiko tinggi terhadap keruskan integritas jaringan / kulit berhubungan dengan
pemasangan prosedur intensif atau pembedahan, tindakan invasif
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
5) Gangguan penatalaksanaan perawatan dirumah berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Diagnosa 1
- Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluarkan dan timbang
berat badan
- Pantau suhu tubuh, palpasi, denyut perifer
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai indikasi
2) Diagnosa 2
- Observasi tanda-tanda mal nutrisi, kuku dan rambut rapuh, turgor kulit yang tidak
elastis, peningkatan berat badan
- Auskultasi bising usus
- Observasi intake dan output nutrisi
- Kolaborasi pemberian cairan perineal sesuai dengan kebutuhan (indikasi)
3) Diagnosa 3
- Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus dan harapan masa datang
- Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan therapeutik
- Izinkan keluarga untuk berpartisipasi dalam program perawatan anak
- Berikan support mental pada keluarga dalam menghadapi distress fisik /emosional
untuk program / prosedur yang akan dilakukan terhadap anaknya
b. Post Operasi
1) Diagnosa 1
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan
gastrointestinal) tinjau ulang, catat intra operatif
- Observasi tanda-tanda vital, prosedur hipertensi, takikardi, turgor kulit dan
membran mukosa
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
2) Diagnosa 2
- Evaluasi denyut nyeri secara regular (misalnya : setiap 2 jam sekali) catat
karakteristik, lokasi dan intensitasnya
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
- Kaji ketidak nyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
3) Diagnosa 3
- Pertahankan pencucian tangan yang benar
- Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan intensitas kulit
- Pertahankan kesterilan semua peratalan
- Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
- Kaji tanda-tanda infeksi pada area luka setiap kali tindakan
4) Diagnosa 4
- Evaluasi kemampuan fisik dan emosi orang tua
- Berikan penkespada keluarga mengenai penatalaksanaan keperawatan
- Dorong keluarga untuk menganjurkan kekhawatiran tentang hasil pembedahan
- Anjurkan pada orang tua tentang obstruksi/strangulasi terhadap tekanan
4. Evaluasi
a. Pre Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
- Pengetahuan orang tua meningkat
b. Post Operasi
- Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
- Rasa nyeri dapat teratasi
- Integritas kulit baik
- Infeksi tidak terjadi
- Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat dilaksanakan dengan tepat
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-hernia.html

DEFINISI
Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Macam hernia :
Menurut lokalisasi / topografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia
femoralis.
Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum.
Menurut terlihat atau tidaknya, bila terlihat disebut hernia externs, mis : hernia
inguinalis, hernia scrotalis clan sebagainya, sedangkan bila ticlak terlihat dari luar
disebut hernia interns, contohnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi,
hernia obturaforia.
Menurut kausanya : hernia kongenital, hernia traumatica, hernia insisional.
Menurut keadaan :
Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat climasukkan kembali.
Hernia ireponibilis bila tidak dapat dimasukkan kembali.
Hernia inkarserata bila tidak dimasukkan kembali dan ada gangguan jalannya isi
usus.
Hernia strangulate : bila ada gangguan sirkulasi ciarah.
Menurut Hama penemunya, seperti
Hernia petit, yaitu hernia didaerah lumbo sacral.
Hernia Spigelli, yaitu hernia yang terjadi pads linen semi sirkularis diatas
penyilangan vasa epigastrika inferior pads muskulus rektus abdominatis bagian
lateral.
Hernia richter, yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
Beberapa hernia lainnya :
Hernia pantolan adalah hernia inguinalis & hernia femoralis yang terjadi pads satu
sisi &
dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara
lengkap.
Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pads fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea.
Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pads usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel.
Bila kanalis terbuka terns, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
Hernia Inguinalis Lateral Kongenital.
Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena daerah itu merupakan locus minoris resistensiae, maka pads
keadaan yang menyebabkan tekanan, Intra -abdominal meninggi seperti batuk-
batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang yang beret dan
mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul Hernia
Inguinalis Lateralis akvista karena terdorongnya suatu alai tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas oleh trauma,
kehamilan, obesitas & kelainan kongenital dan dapat terjadi pads semua
Hernia Indirek merupakan tipe yang banyak dari biasanya paling banyak terjadi
pada laki-laki. Sedangkan Hernia Direc lebih banyak terjadi pada orang tua. Hernia
Umbilical dewasa kebanyakan pada wanita hamil dan kegemukan. Insisi Hernia
banyak terjadi pada semua orang yang mengalami pembedahan.
PENGKAJIAN
Data Subyektif
Sebelum Operasi
Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
Nyeri di daerah benjolan.
Mual, muntah, kembung.
Konstipasi.
Tidak nafsu makan.
Bayi menangis terns.
Pada saat bayi menangis/mengejan dan batukbatuk kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi
Nyeri di daerah operasi.
Lemas.
Pusing.
Mual, kembung.
Data Obyektif
Sebelum Operasi
Nyeri bila benjolan tersentuh.
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi.
Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi
Terdapat luka pada selangkangan.
Puasa.
Selaput mukosa mulut keying.
Anak / bayi rewel.
Data Laboratorium
Darah
Leukosit > 10.000 - 18.000 /mm3.
Serum elektrolit meningkat.
Data Pemeriksaan Diagnostik - X.ray
Potensial Komplikasi
Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan Binding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit & menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah & terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan
karena terjepit, melainkan ususnya terputar.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi ; shock, demam, acidosis metabolik, abses.
PENATALAKSANAAN MEDIK
Operasi.
Pemberian obat-obatan.
Antibiotik.
Analgetik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN, HASIL YANG DIHARAPKAN DAN RENCANA TINDAKAN
Sebelum Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pads selangkangan.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya, Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital
Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.
Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.
Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi = tarik nafas dalam.
Bed obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
Diagnosa Keperawatan 2.
Kecemasan anak berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Hasil yang diharapkan :
Anak kooperatif dalam asuhan keperawatan.
Ekspresi wajah tenang.
Rencana tindakan :
Kaji tingkat kecemasan pasien.
Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam
operasi.
Dengarkan keluhan anak.
Beri kesempatan anak untuk bertanya.
Jelaskan pads pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi denga
terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Hasil yang diharapkan :
Orang tua kooperatif dalam pendampingan perawatan.
Rencana tindakan
Kaji tingkat kecemasan orang tua.
Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam
operasi.
Dengarkan keluhan orang tua.
Beri kesempatan orang tua untuk bertanya.
Jelaskan pads orang tua tentang apa yang akan dilakukan dikamar operasi dengan
terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntuh.
Hasil yang diharapkan
Turgor kulit elastis.
Rencana tindakan
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Puasakan makan & minum.
Timbang berat baclan anak tiap hari.
Kalau perlu pasang infus clan NGT sesuai program dokter.
Hindarkan makan clan minum yang merangsang mual atau muntah.
Observasi jumlah clan isi muntah.
Catat clan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Sesudah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang, diharapkan :
Nyeri berkurang, secara bertahap.
Rencana tindakan :
Kaji intensitas nyeri pasien.
Observasi tanda-tanda vital clan keluhan pasien.
Letakkan anak pads tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai dengan
pembedahan yang dilakukan.
Berikan posisi tidur yang menyenangkan clan
aman.
Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktivitas secara bertahap.
Berikan therapi analgetik sesuai program medis.
Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati-hati.
Ajarkan tehnik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan 2.
Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
Hasil yang diharapkan
Turgor kulit elastis, tidak kering.
Mual clan muntah ticlak ada.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Monitor pemberian infus.
Beri minum & makan secara bertahaP.
Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Timbang berat badan tiap hari.
Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Hasil yang diharapkan
Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada perdarahan.
Rencana tindakan :
Observasi keadaan luka operasi dari tandatanda peradangan : demam, merah,
bengkak clan keluar cairan.
Rawat luka dengan teknik steril.
Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
Beri makanan yang bergizi clan dukung pasien untuk makan.
Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi clan lingkungannya.
Kalau perlu ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pads luka operasi.
Hasil yang diharapkan :
Luka operasi bersih, kering, ticlak bengkak. ticlak ada perdarahan.
Suhu dalam batas normal (36-37C)
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
Beri kompres hangat.
Monitor pemberian infus.
Rawat luka operasi dengan tehnik steril.
Jaga kebersihan luka operasi.
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
Diagnosa Keperawatan 5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang
informasi.
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi.
Orang tua clapat memelihara kebersihan luka operasi clan perawatannya.
Rencana tindakan :
Ajarkan kepada orang tua cara merawat luka operasi & menjaga kebersihannya.
Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah & kotor.
Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah, dan
kontrol kembali ke dokter.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pemeriksaan Laboratorium
Lekositosis
Diagnosis Keperawatan :
Potensial infeksi sekunder berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
Implikasi Keperawatan
Periksa tanda vital, tanda-tanda & gejalagejala infeksi clan peradangan.
Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (suhu, nadi,
pernafasan).
Obat-obatan
Anti infeksi (Antibiotik)
Pemakaian Umum
Pengobatan dan pencegahan infeksi oleh bakteri. Cara keria
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (Bacteriostatik).
Bakteri Patogen yang rentan, tidak menghambat aktivitas virus atau jamur.
Anti infeksi terbagi dalam kategori-kategori, tergantung pads susunan kimia yang
sama clan spektrum anti mikrobial.
Kontra Indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap golongan penisilin atau
cephalosporin. Sebagai perhatian, perlu dilakukan modifikasi dosis pasien yang
menderita insufisiensi ginjal & hepar.
Penggunaan "broad spectrum" anti infeksi dalam waktu lama dapat menyebabkan
jamur menjadi genes atau bakteri resisters.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
Kaji tanda & gejala infeksi sebelum den selama terapi.
Menentukan hipersensitivitas pads pasien yang mendapat golongan penicillin atau
cephalosporin.
Observasi tanda & gejala alergi terhadap antibiotik.
Informasikan pads dokter bile timbul reaksi alergi.
Kemungkinan Diagnose Keperawatan
Kurang pengetahuan tentang obatobatan.
Ketidak patuhan dalam menjalani pengobatan.
Implementasi
Hampir semua antibiotik harus diberikan dalam Interval waktu yang sama dalam 24
jam, untuk mempertahankan kadar dosis teraupetik obat tersebut dalam serum.
Penyuluhan pasien / keluarga :
Ingatkan pasien agar meneruskan minum obat dalam interval waktu yang sama
dalam 24 jam, sampai dosis obat tersebut habis, walaupun sudah merasa sembuh.
Menganjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda infeksi sekunder (rasa tebal
pads lidah, gatal pads alat kelamin atau faeses berbau khas) pads dokter.
Evaluasi
Dapat dievaluasi dengan hilangnya tanda & gejala infeksi.
Analgetik (non narkotik / Non Steroid)
Pemakaian Umum :
Obat kelompok ini digunakan untuk mengontrol nyeri ringan / sedang demam &
berbagai kondisi peradangan seperti : Rhematoid, Arthiritis atau Osteoarthritis.
Acetaminophen mempunyai kekuatan analgetik & antipiretik tetapi tidak efektif
sebagai anti peradangan.
Cara keia
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan dengan non
steroid. Mekanisme dari analgetik adalah untuk menghalangi sintesa prostaglandin
di susunan saraf pusat & vasodilatasi.
Kontra Indikasi :
Peka terhadap aspirin.
Golongan acetaminophen kurang aman bila dipakai oleh ibu-ibu hamil atau
menyusui.
Pencegahan:
Penggunaan obat ini harus hati-hati pads pasien dengan riwayat peradangan
gastrointestinal. Penyakit hati / ginjal / jantung yang berat & gangguan mass
perdarahan juga pads wanita hamil.
Interaksi :
Golongan obat ini memperpanjang waktu perdarahan clan potensial mempengaruhi
anti koagulan & trombolitik. Penggunaan obat yang lama clan kombinasi penukaran
aspirin dapat menyebabkan meningkatnya efek sampingan pads saluran cerna &
menurunkan efektivitas.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
Pasien dengan asma, alergi aspirin & poiip hidung beresiko menjadi peka terhadap
reaksi obat tersebut.
Kaji rinitis, asma & urtikaria.
Kaji nyeri / sakit : lokasi intensitas sebelum & 1 jam setelah pemberian analgetik.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan :
Perubahan rasa nyaman : nyeri.
Gangguan mobilisasi fisik b.d. rasa nyeri.
Kurang pengetahuan b.d program. pengobatan.
Implementasi :
Jangan diberikan bersamaan dengan analgetik narkotika karena dapat menimbulkan
efek ketagihan, bila diberikan juga, hanya dosis rendah.
Agar dapat memberikan efek analgetik yang cepat, berikan obat tersebut 30 menit
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Untuk mengurangi iritasi lambung dapat diminum dengan susu, makanan atau
antasida (reaksi ini lambat tetapi tidak mengurangi luasnya absorbsi).
Penyuluhan Pasien & keluarga :
Ingatkan pasien & keluarga agar minum obat secara teratur sesuai instruksi, bila
lupa segera diminum. Tetapi bila waktunya berdekatan dengan waktu pemberian
yang kedua, jangan diminum (hindari dosis ganda).
Obat analgetik dapat menyebabkan rasa kantuk atau pusing. Beritahu pasien untuk
tidak melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi/kewaspadaan sampai efek
obat hilang.
Beritahu dokter bila merasa gatal, kemerahan, demam, kedinginan, penglihatan
terganggu, tinitus, edema, tinja hitam, diare, atau sakit kepala.
Evaluasi
Rasa nyeri berkurang.
PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai
Pasien clan keluarga dapat menjelaskan & mendemonstrasikan :
Kondisi & prosedur - Obat-obatan & terapi. - Aktivitas / perawatan diri.
Diet.
Tindak lanjut yang diperlukan.
Metode
Ceramah.
Diskusi.
Materi
Kondisi & prosedur
Pasien & keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, keluhan-keluhan yang
dialami, seperti sakit pads daerah operasi, nyeri, sakit bila bergerak, perasaan
mual, kadang muntah.
Informasikan tentang tindakan pengobatan & perawatan yang akan diberikan untuk
mengatasi keluhan pasien setelah operasi.
Jelaskan pads pasien clan keluarga
Bila pasien mengalami sakit/nyeri pads daerah operasi, gunakan obat anti sakit
yang tersedia.
Perasaan sakit pads daerah sekitar operasi adalah hal yang normal setelah operasi
clan akan berkurang atau hilang setelah 2 - 3 hari. Informasikan pads dokter yang
merawat bila terjadi peningkatan suhu tubuh beberapa hari setelah operasi.
Bila terjadi perdarahan segera bawa ke dokter yang merawat.
Usahakan tidak batuk keras untuk mencegah terjadinya perdarahan. Bila perlu
minta obat batuk pads dokter yang merawat.
Obat-obatan dan terapi
Penyuluhan yang dibutuhkan adalah mengenai Hama obat, manfaat dosis, waktu,
cara pemberian, efek samping, Berta keluhan keluhan yang harus dilaporkan.
Aktivitas / perawatan diri
Sesudah pengaruh narkose hilang, pasien dianjurkan mobilisasi secara bertahap,
perawatan diri yang perlu diperhatikan adalah memelihara kebersihan luka operasi,
jangan basah, kotor dan memperhatikan tanda-tanda infeksi pads daerah operasi.
Batasi aktivitas / latihan yang berat.
Diet
Bila sudah sadar betul, pasien diperbolehkan makan & minum.
Tidak ada pantangan.
Tindak lanjut yang diperlukan
Sesuai dengan program medik pengontrolan untuk mengevaluasi penyembuhan
luka dan melakukan konsultasi pads dokter yang merawat.
http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HERNIA

PENGERTIAN
Keluarnya isi rongga tubuh atau abdomen lewat suatu celah pada dinding yang
mengelilinginya
TIPE HERNIA
-Hernia Redusible :
Jaringan yang keluar mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen.
-Hernia Iredusible :
Jaringan yang keluar tidak mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen karena
adanya plengketan pada kantong tsb.
-Hernia Stranggulata :
Leher kantong sebagai torniquet menyumbat aliran darah shg lumen usus dan usus
menjadi kematian jaringan beberapa jam.

MACAM HERNIA
-H. Diafragmatika
-H. Inguinalis/Scrotalis
-H. Femoralis
-H. Umbilikalis
-H. Insisional
-H. Epigastrika

ETIOLOGI
-Kongenital
-Kegemukan
-Kehamilan
-Batuk kronis
-Mengangkat benda berat

PATOFISIOLOGI
-Defek dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas
pada ligamen inguinal atau karena trauma.
-Tekanan intraabdominal meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan,
mengangkat berat, batuk dan cedera traumatik tekanan tumpul.
-Bila kedua faktor ini bersama dengan kelemahan otot, maka mengalami hernia.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
-Pemberian penyokong atau bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.
-Insisi untuk membuang kantung hernia dan otot ditutup dengan kencang di atas
area tersebut. Pada insufisiensi massa otot digunakan graft mata jala tembaga
(steel mesh) utk menguatkan area herniasi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri (saat mengejan) bd kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan :
Nyeri menurun dalam 1 jam intervensi, ditandai penururunan skala nyeri, tidak
meringis.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat keadaa nyeri ; jenis, lokasi, durasi, pencetus, yang menurunkan
nyeri.
-Beri tahu untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat.
Anjurkan menekan insisi dengan tangan atau bantal selama batuk.
-Ajarkan tentang pemasangan penyokong skrotal tau kompres es untuk membatasi
edema dan mengendalikan nyeri.
-Gunakan tindakan distraksi, interaksi verbal, gosokan punggung dan latihan
relaksasi.
-Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi kemih bd nyeri, trauma dan penggunaan anestesi selama pembedahan


abdomen bawah.
Tujuan :
Pasien berkemih tanpa kesulitan, ditandai haluaran 100 ml setiap berkemih dan
1000-1500 ml lebih dalam 24 jam.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat distensi suprapubik atau tidak bisa berkemih
-Pntau haluaran urine.
-Permudah berkemih dengan posisi.

3. Kurang pengetahuan ; komplikasi GI bd adanya hernia dan tindakan untuk


mencegah kekambuhan.
Tujuan :
-Pengetahuan meningkat, ditandai pasien mengungkapkan tanda dan gejala
komplikasi GI.

Intervensi Keperawatan :
-Ajarkan untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, mual dan muntah, demam,
distensi abdomen yang memperberat serangan inkarserata atau strangulasi usus.
-Anjurkan diet atau suplemen tinggi serat dan masukkan cairan 2-3 liter perhari.
-Ajarkan mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2008/12/askep-hernia.html

Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan
melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju rongga lain,
dapat kongenital ataupun aquisita.

Bagian-bagian Hernia
1. kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis.
2. isi hernia
Berupa organ atau jaringa yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia
abdominalis berupa usus.
3. pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
4. leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia
5. locus minoris resistence (LMR)

Causa Hernia
1. Kongenital
a) Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu
b) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
2. Aquisital
Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi
Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK.
Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus,
asites, dll.
b) Konstitusi tubuh
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringa ikatnya yang sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya
jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat
penyokong pada LMR.
c) Banyaknya preperitoneal fat
Banyak terjadi pada orang gemuk.
d) Distensi dinding abdomen
Karena peningkatan tekanan intrabdominal.
e) Sikatrik
f) Penyakit yang melemahkan dinding perut

Klasifikasi
1. berdasarkan klinis
H. Reponibilis
Organ yang mengalami hernia (isi) bias keluar masuk kantong hernia secara aktif
maupun pasif, dapat direposisi tanpa operasi.
H. Irreponibilis
Organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominalis kecuali
tanpa bantuan operasi.
H. Strangulasi
Adalah H. Irreponibilis yang sudah terjadi gangguan vaskularisasi.
H. Incaserata
Adalah H. Irreponibilis yang sudah disertai tanda-tanda ileus mekanik, di mana usus
terjepit.
2. berdasarkan arah herniasi
H. Eksterna
Penonjolannya dapat dilihat dari luar.
a. H.I.Medialis dan Lateralis
b. H. Femoralis
c. H. Umbilicus
d. H. Epigastrica
e. H. Lumbalis
f. H. Obturatoria
g. H. Semilunaris
h. H. Perinealis
i. H. Ischiadica
H. Interna
Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum
abdomen.
a. H. Epiploici Winslowi
Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale
b. H. Bursa Omentalis
c. H. Mesenterica
d. H. Retroperitonealis
e. H. Diafragmatica
3. berdasarkan keberadaan kantong hernia
H. berkantong
H. tidak berkantong
4. berdasarkan waktu berlangsungnya
H. Insipidus/iminen
Hernia tahap awal dimana gejala yang ditimbulkan masih sangat sedikit. Pasien
belum merasa sakit, hanya rasa tidak enak pada perut.
H. Richter/H.Littre
Merupakan H. Incaserata atau Strangulasi di mana hanya sebagian dari lingkaran
usus yang tersangkut. Tetapi benjolan hernia tidak ditemukan. Pada H. Littre
mengandung diverticulum meckel.
H. Manifest
Hernia yang sudah turun melalui jalan hernia dan teraba ada benjolan.
5. hernia lainnya
H. Sliding
Isi kantong hernia adalah dinding posterior dari hernia itu sendiri.
H. Intertitialis
Dimana sebagian usus terletak antara 2 lapisan dinding abdomen.
H. Permagna
Hernia di mana lebih dari separuh rongga perut masuk ke kantong hernia.
H. Unilateral
Hernia yang terjadi pada satu sisi tubuh saja.
H. Duplex
Hernia yang terjadi pada kedua sisi tubuh.
H. Pantolan
Yaitu H.I.L. dan medialis terjadi bersamaan pada satu sisi tubuh yang sama.

Diagnosis
1. Anamnesa
a. Adanya benjolan dilipat paha (hernia inguinalis, femoralis)
b. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau daerah paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
c. Nyeri yang disertai mual atau muntah (bila terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren).
d. Pada hernia strangulata suhu badan dapat meninggi/normal
e. Pada hernia epigastrika penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual,
mirip keluhan pada kelainan kandung ampedu, tukak peptik atau hernia hiatus
esophagus.
f. Pada hernia obturatoria didapatkan keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
parastesia didaerah panggul, lutut dan bagian medial paha akibat penekanan pada
n.obturatorius.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
i. Hernia reponibel
terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin,atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring
ii. Hernia inguinalis
Lateralis
muncul penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah.
tonjolan berbentuk lonjong
medialis
tonjolan biasanya biasanya terjadi bilateral
tonjolan berbentuk bulat

iii. Hernia skrotalis


Benjolan yang terlihat sampai ke skrotum yang merupakan tonjolan lanjutan dari
hernia inguinalis lateralis
iv. Hernia femoralis
Benjolan dibawah ligamentum inguinal
v. Hernia epigastrika
Benjolan dilinea alba
vi. Hernia umbilikal
Benjolan diumbilikal
vii. Hernia perineum
Benjolan di perineum

b. Palpasi
Caranya :
Titik tengah antar SIAS dengan tuberculum pubicum (A.I.L)ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu adalah H.I.Medialis
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (A.I.M) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekanmaka
dapat diasumsikan sebagai H.I.Lateralis
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
H.I.L., jika di medialnya H.I.Medialis
i. Hernia inguinalis
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funiculus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi, maka tergantung isinya. Mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.
Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien diminta mengedan . kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti
hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis.
ii. Hernia femoralis
Benjolan lunak di lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkulum
pubikum
iii. Hernia inkarserata
Nyeri tekan

c. Perkusi
i. Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulate

d. Auskultasi
i. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata)

e. Colok dubur
i. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg (hernia
obturatoria)

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Nekrosis/ gangrene pada hernia strangulata didapatkan leukositosis
b. Radiologis, untuk hernia interna

Diagnosis banding
1. Hidrokel testis/funikuli
2. Varikokel
3. Limfadenopati inguinal
4. abses inguinal

Penatalaksanaan
1. Terapi umum
a. Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis
pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini
dapat melemahkan otot dinding perut.
Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada
hernia reponibilis dengan menggunkan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui lejher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis
apabila pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin,
penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan
Trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil
pintu hernia.
Sabuk Hernia
digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil.
b. Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional
2. Hernioplastik endoskopi
Hernia inguinalis
a. Pengobatan konservatif
i. terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan
tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila
reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi
hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera
b. Pengobatan operatif
i. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplasti
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis

Penanganan Hernia Incaserata


Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah
operasi secepatnya untuk menghilangkan ileus.
Jenis operasi : herniotomy. Prinsipnya adalah membuka dan memotong kantong
hernia kemudian mengeluarkan isi kantong hernia (usus) dan mengembalikannya ke
tempat asalnya hingga ileus hilang.
Pada hernia irreponibilis dapat kita perkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi
hernia berdasarkan perhitungan waktu, yaitu :
- kurang

ri 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja terjepit
- 24-48 jam : isi hernia mulai mengalami ischemia
- 48-72 jam : mulai terjadi ganggren
- > 3 hari : isi hernia nekrosis
Selain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :
- warna usus (membiru, ischemic atau necrose)
- penilaian vaskularisasi
berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari
kebiruan menjadi kemerahan berarti usus masih baik (viabnle)
bila setelah pemberian NaCl hangat warna usus tetap biru berarti usus telah
mengalami nekrose (non-viable), harus direseksi secara end to end

- kemampuan peristaltic usus


bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltic berarti keadaan usus masih
baik (viable)
Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non-viable, maka setelah
herniotomy dilakukan reseksi usus non-viable tadi lalu lubang hernia ditutup dengan
hernioraphy dan hernioplasty.
Bila keadaan umum pasien jelek, usus non-viable, maka untuk tahap awal tetap
dilakukan hernotomy kemudian usus yang non-viable tadi dikeluarkan dan
diletakkan di atas paha yang dikenal dengan istilah VORLAGERUNG (letakkan di
muka/ di luar). Dibuat lubang pada usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan
umum pasien membaik baru operasi dapat dilanjutkan.
Indikasi Vorlagerung :
- usus non-viable
- KU pasien jelek
- Narcose (pembiusan) yang lama

HERNIA INGUINALIS LATERALIS


Definisi
HIL adalah hernia yang melalui annulus inguinalis lateralis/abdominalis/internus dan
mengikuti jalannya spermatic cord di cannalis inguinalis dan dapat melalui annulus
inguinalis subkutan (externus) sampai scrotum.
Anatomi canalis inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu saluran miring dengan panjang 4 cm pada orang
dewasa. Canalis inguinalis memiliki 2 dinding (anterior dan posterior), 2 pintu
(annulus inguinalis lateral/internus dan annulus inguinalis medialis/externus), punya
lantai dan atap.
Dinding anterior : aponeurosis m.obliquus externus abdominis dan diperkuat oleh
serabut-serabut m. obliqus internus dan kadang-kadang m. transverses
abdominalis.
Dinding posterior : fascia tranversa yang di sebelah medial diperkuat oleh conjoint
tendon (gabungan tendo dari m. tranversus abdominis dengan m.obliqus internus).
Dan di belakangnya ada peritoneum parietale.
Lantai : permukaan superior ligamentum inguinalis dan ligamentum lacunae
Atap : tepi bebas dari m. obliqus internus (muka) dan tepi bebas dari m. transversus
abdominalis
Hernia sering terjadi melewati kanalis ini, yang masuk dari annulus ingunalis
lateralis terutama pada laki-laki karena ada jalur yang dibentuk akibat penurunan
testis dari kavum obdominale menuju scrotum. Hernia jenis ini dikenal dengan
nama hernia ingunalis lateral atau hernia ingunalis indirek atau hernia oblique. Jika
isi hernia sampai ke scrotum disebut hernia scrotalis.
Pada hernia ingunalis lateralis akan membentuk penonjolan diatas ligamentum
ingunale yang berbentuk lonjong. Hernia ingunalis lateralis juga dapat terjadi pada
wanita dan penonjolan terjadi pada labium mayus. Tapi kasus ini sangat jarang
terjadi.
Canalis ingunalis berjalan dari dorso cranial lateral ke ventrocaudal medial. Canalis
ini banyak dilalui nervi dan vasa darah. Di sebelah dalam ia disilangi oleh vasa
epigastrica inferior (cabang vasa iliaca externa).
Jadi untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dengan medialis adalah
berdasarkan letaknya terhadap a/v epigatrica inferior.
Isi : Funicullus spermaticus
A dan V spermatica
N. Ilioinguinal
N. Iliofemoral
LMR
a. Kongenital
Pada annulus inguinalis lateralis/internus. Hal ini sesuai proses embriologik turunnya
testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Normalnya
akan terjadi obliterasi dari processus vaginalis peritonii. Pada keadaan ini terjadi
kegagalan obliterasi proc. Vaginalis peritonii (proc. Vaginalis peritonii persisten).
Saat bayi mengejan dan menangis, pada daerah lipat paha terlihat bentukan seperti
pita halus disebut Silk Sign.
b. Aquisital
Pada bagian lateral fovea ingunalis lateralis di mana ductus deferens dan vasa
spermatica berlalu di tempat itu. Jadi buak di annulus inguinalis.

http://asuhankesehatan.blogspot.com/2009/03/hernia.html

BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah
burut lipat paha pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar
(Laksman, 2002, hal 153).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat
mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva,
1996, hal 235).

B. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak
terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung
dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung
hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA)
seperti: obesitas dan kehamilan.
(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal 706; Sachdeva, 1996, hal 235).

C. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah
scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut,
namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum
yang disebut juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong,
1997, hal 704).

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali,
bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia
dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut
dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba
berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal
314).

E. PATHWAYS KEPERAWATAN
F. FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,
apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis,
ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin
memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.

f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 1999, hal 320 321)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, spasme
otot
Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2) mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3) mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus atau
yang memperberat
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terhadap therapy.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi lateral
Rasional : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan
memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme
otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar discus
intervertebralis.
4) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional : memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapy
Rasional : Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
b. Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis situasional,
perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
1) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
2) Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan ketrampilan
pemecahan masalah.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya
sebelumnya dan sekarang
Rasional : Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya sekarang.
2) berikan informasi yang akurat
Rasional : Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan pad
pengetahuannya.
3) berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya
Rasional : Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu diungkapkan
dan diberi respon.
4) Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran sakit
pasien
Rasional : Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk
mempertahankan ketergantungannya.
c. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot
Kriteria hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
Intervensi:
1) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional : Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur yang
kurang hati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
2) Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas yang
disesuaikan dengan pasien
Rasional : Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka
terhadap rangsang.
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional : Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4) Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional : Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
5) Berikan atau Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, pasif
Rasional : Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki
mekanika tubuh.
d. resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
muntah, mual, gangguan peristaltic usus
Kriteria hasil:
1) Meningkatkan masukan oral.
2) Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:
1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan intervensi
yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan klien tujuan
masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional : Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan,
yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk beraktivitas.
3) Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional : Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang akurat
dan sesuai dengan kondisi klien.
4) Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien dalam
melakukan personal hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam
mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.
5) Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan mengurangi nafsu
makan
Rasional : Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan masukan oral.
e. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
pembentukan hematoma
Kriteria hasil:
Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
intervensi:
1) Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional : Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi edema,
inflamasi sekunder.
2) Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional : Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan resiko hematoma.
3) Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional : Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi akibat kehilangan
darah, pembatasan pemasukan oral mual, muntah.
4) Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai indikasi
Rasional : Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat hipovolemi.
(Doengoes, 1999; Carpenito, 1997)

Vous aimerez peut-être aussi