Vous êtes sur la page 1sur 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE

A. Pengertian
Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena (WHO, 1989).

B. Klasifikasi stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun
juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. TIAS (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala
akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

1. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu
dan maksimal 3 minggu..

1. stroke in Volution

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat
dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

1. Stroke Komplit

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

C. Etiologi
Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat
menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan
kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.
Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan


viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.

5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.

6. Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus
dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh
darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

D. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju
arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan
iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal.
Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada
sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

E. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang
terkena.

1. Pengaruh terhadap status mental

Tidak sadar : 30% 40%

Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

1. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)


1. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang


terkena

1. Daerah arteri serebri posterior

Nyeri spontan pada kepala

Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

1. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

Hemiplegia alternans atau tetraplegia

Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi


labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

1. Stroke hemisfer kanan

Hemiparese sebelah kiri tubuh

Penilaian buruk

Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh


ke sisi yang berlawanan

1. stroke hemisfer kiri

mengalami hemiparese kanan

perilaku lambat dan sangat berhati-hati

kelainan bidang pandang sebelah kanan

disfagia global

afasia
mudah frustasi

F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan


bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak

4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh
darah yang terganggu

G. Penatalaksanaan medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK

10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat


hemoragik
Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL

1. Bersihan jalan nafas Pasien mampu 1. Auskultasi bunyi


tidak efektif b.d. mempertahankan jalan nafas nafas
penumpukan sputum
(karena kelemahan, yang paten.
2. Ukur tanda-
hilangnya refleks batuk) tanda vital
Kriteria hasil :
3. Berikan posisi semi fowler
a. Bunyi nafas vesikuler sesuai dengan kebutuhan (tidak
bertentangan dgn masalah
b. RR normal keperawatan lain)

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis 4. Lakukan penghisapan lender


dan pucat dan pasang OPA jika kesadaran
menurun
d. Tidak ada sputum
5. Bila sudah memungkinkan
lakukan fisioterapi dada dan
latihan nafas dalam

6. Kolaborasi:

Pemberian ogsigen

Laboratorium: Analisa gas


darah, darah lengkap dll

Pemberian obat sesuai


kebutuhan

2. Penurunan perfusi Perfusi serebral membaik 1. Pantau adanya tanda-tanda


serebral b.d. adanya penurunan perfusi serebral :GCS,
perdarahan, edema atau Kriteria hasil : memori, bahasa respon pupil dll
oklusi pembuluh darah
serebral 2. Observasi tanda-tanda vital
a. Tingkat kesadaran membaik
(GCS meningkat) (tiap jam sesuai kondisi pasien)

b. fungsi kognitif, memori dan 3. Pantau intake-output cairan,


motorik membaik balance tiap 24 jam

c. TIK normal 4. Pertahankan posisi tirah baring


pada posisi anatomis atau posisi
d. Tanda-tanda vital stabil kepala tempat tidur 15-30 derajat

e. Tidak ada tanda perburukan 5. Hindari valsava maneuver


neurologis seperti batuk, mengejan dsb

f. 6. Pertahankan ligkungan yang


nyaman

7. Hindari fleksi leher untuk


mengurangi resiko jugular

8. Kolaborasi:

Beri ogsigen sesuai indikasi

Laboratorium: AGD, gula


darah dll

Penberian terapi sesuai advis

CT scan kepala untuk


diagnosa dan monitoring

3. Gangguan mobilitas Pasien mendemonstrasikan 1. Pantau tingkat kemampuan


fisik b.d. kerusakan mobilisasi aktif mobilisasi klien
neuromuskuler,
kelemahan, hemiparese Kriteria hasil : 2. Pantau kekuatan
otot
a. tidak ada kontraktur atau foot
drop 3. Rubah posisi tiap 2 jan

b. kontraksi otot membaik 4. Pasang trochanter roll pada


daerah yang lemah
c. mobilisasi bertahap
5. Lakukan ROM pasif atau aktif
sesuai kemampuan dan jika TTV
stabil

6. Libatkan keluarga dalam


memobilisasi klien

7. Kolaborasi:
fisioterapi

4. Gangguan komunikasi Komunikasi dapat berjalan dengan 1. Evaluasi sifat dan beratnya
verbal b.d. kerusakan baik afasia pasien, jika berat hindari
neuromuscular, memberi isyarat non verbal
kerusakan sentral bicara Kriteria hasil :
2. Lakukan komunikasi dengan
a. Klien dapat mengekspresikan wajar, bahasa jelas, sederhana dan
perasaan
b. Memahami maksud dan bila perlu diulang
pembicaraan orang lain
3. dengarkan dengan tekun jika
c. Pembicaraan pasien dapat pasien mulai berbicara
dipahami
4. Berdiri di dalam lapang
pandang pasien pada saat bicara

5. Latih otot bicara secara optimal

6. Libatkan keluarga dalam


melatih komunikasi verbal pada
pasien

7. Kolaborasi dengan ahli terapi


wicara

5. (Risiko) gangguan Kebutuhan nutrisi terpenuhi 1. Kaji factor penyebab yang


nutrisi kurang dari mempengaruhi kemampuan
kebutuhan b.d. intake Kriteria hasil : menerima makan/minum
nutrisi tidak adekuat
a. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 2. Hitung kebutuhan nutrisi perhari

b. Berat badan dalam batas normal 3. Observasi tanda-tanda vital

c. Conjungtiva ananemis 4. Catat intake makanan

d. Tonus otot baik 5. Timbang berat badan secara


berkala
e. Lab: albumin, Hb, BUN dalam
batas normal 6. Beri latihan menelan

7. Beri makan via NGT

8. Kolaborasi : Pemeriksaan
lab(Hb, Albumin, BUN),
pemasangan NGT, konsul ahli gizi

6. Perubahan persepsi- Persepsi dan kesadaran akan 1. Cari tahu proses patogenesis
sensori b.d. perubahan lingkungan dapat dipertahankan yang mendasari
transmisi saraf sensori,
integrasi, perubahan 2. Evaluasi adanya gangguan
psikologi persepsi: penglihatan, taktil

3. Ciptakn suasana lingkungan


yang nyaman

4. Evaluasi kemampuan
membedakan panas-dingin, posisi
dan proprioseptik

5. Catat adanya proses hilang


perhatian terhadap salah satu sisi
tubuh dan libatkan keluarga untuk
membantu mengingatkan

6. Ingatkan untuk menggunakan


sisi tubuh yang terlupakan

7. Bicara dengan tenang dan


perlahan

8. Lakukan validasi terhadap


persepsi klien dan lakukan
orientasi kembali

7. Kurang kemampuan Kemampuan merawat diri meningkat 1. Pantau tingkat kemampuan


merawat diri b.d. klien dalam merawat diri
kelemahan, gangguan Kriteria hasil :
neuromuscular, 2. Berikan bantuan terhadap
kekuatan otot menurun, kebutuhan yang benar-benar
a. mendemonstrasikan perubahan
penurunan koordinasi diperlukan saja
pola hidup untuk memenuhi
otot, depresi, nyeri, kebutuhan hidup sehari-hari
kerusakan persepsi 3. Buat lingkungan yang
b. Melakukan perawatan diri memungkinkan klien untuk
sesuai kemampuan melakukan ADL mandiri

c. Mengidentifikasi dan 4. Libatkan keluarga dalam


memanfaatkan sumber bantuan membantu klien

5. Motivasi klien untuk


melakukan ADL sesuai
kemampuan

6. Sediakan alat Bantu diri bila


mungkin

7. Kolaborasi: pasang DC jika


perlu, konsultasi dengan ahli
okupasi atau fisioterapi

8. Risiko cedera b.d. Klien terhindar dari cedera selama 1. Pantau tingkat kesadaran dan
gerakan yang tidak perawatan kegelisahan klien
terkontrol selama
penurunan kesadaran Kriteria hasil : 2. Beri pengaman pada daerah
yang sehat, beri bantalan lunak
a. Klien tidak terjatuh
3. Hindari restrain kecuali
b. Tidak ada trauma dan terpaksa
komplikasi lain
4. Pertahankan bedrest selama
fase akut

5. Beri pengaman di samping


tempat tidur

6. Libatkan keluarga dalam


perawatan

7. Kolaborasi: pemberian obat


sesuai indikasi (diazepam, dilantin
dll)

9. Kurang pengetahuan Pengetahuan klien dan keluarga 1. Evaluasi derajat gangguan


(klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan persepsi sensuri
tentang penyakit dan meningkat.
perawatan b.d. kurang 2. Diskusikan proses patogenesis
informasi, keterbatasan Kriteria hasil : dan pengobatan dengan klien dan
kognitif, tidak keluarga
mengenal sumber a. Klien dan keluarga
berpartisipasi dalam proses belajar 3. Identifikasi cara dan
kemampuan untuk meneruskan
b. Mengungkapkan pemahaman progranm perawatan di rumah
tentang penyakit, pengobatan, dan
perubahan pola hidup yang 4. Identifikasi factor risiko secara
diperlukan individual dal lakukan perubahan
pola hidup

5. Buat daftar perencanaan pulang

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Stroke

Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologi yang yang mempunyai awitan mendadak
dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari Cerebrovaskular Disease ( CVD), yaitu gangguan
neurology yang sering terjadi pada orang dewasa (Huddak & Gallo, 1996). Penyakit ini
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika Serikat, setelah penyakit
jantung dan kanker. Penyakit CVD menyangkut semua proses patologi yang mengenai
pembuluh darah otak. Sebagian besar CVD terjadi karena trombosis, embolisme, atau
hemoragi. Mekanisme masing-masing etiologi ini berbeda, tetapi akibatnya sama, yaitu
iskhemia atau hipoksia pada area otak setempat. Iskemia dapat menyebabkan nekrosis otak
(infark).
Etiologi Stroke
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu

1. Stroke Iskhemik Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri
sehingga menyebabkan penurunan suplay oksigen pada jaringan otak ( iskhemik )
hingga menimbulkan nekrosis. 87% kasus stroke disebabkan kerena adanya sumbatan
yang berupa thrombus atau embolus. Trombus adalah gumpalan/sumbatan yang
berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah gumpalan/sumbatan yang berasal
dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri besar lainnya. Faktor lain yang
berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler (atrial fibrillation) yang merupakan
tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak. Adanya
penimbunan lemak pada pembuluh darah otak (aterosklerosis) akan meningkatkan
resiko terjadinya stroke iskhemik.

2. Stroke Hemoragi Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang
rapuh diotak. Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke
hemoragi, yaitu; aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms
adalah pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga data pecah.
Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.

87 % stroke diakibatkan oleh obstruksi vaskuler (trombi atau emboli), mengakibatkan


iskemia dan infark. Sekitar 17 % kasus stroke adalah hemoragi yang diakibatkan oleh
penyakit vascular hipertensif (yang menyebabkan hemoragi intraserebral), ruptur anuerisme,
atau malformasi arteriovenosa (AVM).
Stroke trombotik terjadi mendadak dan pada awalnya sempurna atau berkembang selama
beberapa waktu, tergantung pada berapa banyak darah yang dapat melewati lumen vaskuler.
Baik stroke embolik maupun hemoragik secara khas terlihat mendadak dan berkembang
dengan cepat selama beberapa menit atau jam. Biasanya hanya memberikan sedikit tanda
atau tidak sama sekali.
Patofisiologi Penyakit Stroke
Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah keotak, baik yang disebabkan oleh karena
penyumbatan maupun perdarahan, keduanya sangat membahayakan sel otak yang disuplay
darah oleh arteri tersebut. Pada stroke iskhemia, penyumbatan dapat mengakibatkan
terputusnya aliran darah keotak sehingga menghentikan suplay oksigen, glukosa, dan nutrisi
lainnya kedalam sel otak yang mengalami serangan. Bila terhentinya suplay darah ini terjadi
selama satu menit dapat mengarah pada gejala gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan
kesadaran., jika kekurangan oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit, dapat menyeabkan
nekrosis mikroskopis neuron-neuron, area nekrotik disebut infark..
Pada perdarahan intracranial, darah berasal dari robeknya pembuluh darah yang kemudian
masuk kedalam sel otak dan mengisi ruangan sekelilingnya. Bila darah yang terkumpul
banyak, dapat menyebabkan meningkatnya tekanan intracranial, Pada saat yang sama,
perdarahan dapat juga menyebebkan terhentinya supplay oksigen dan nutrisi kedaerah yang
terkena. Fase akut dari stroke umumnya dihitung sejak pasien dirawat sampai keadaan umum
pasien stabil, yang biasanya 48-72 jam pertama sejak pasien masuk rumah sakit, tetapi
kadang-kadang bisa lebih dari 72 jam. Selama fase ini, kegiatan perawatan terutama
ditujukan untuk mempertahankan fungsi vital pasien dan mencegah terjadinya kerusakan sel
otak lebih lanjut. Selain kedua hal tersebut diatas, tindakan keperawatan juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi berupa kecacatan fisik, mental dan sosial.
Stroke karena embolus dapat merupakan akibat bekuan darah, plak ateromatosa fragmen,
lemak atau udara. Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung, sekunder dengan infark
miokard atau fibrilasi atrium. Sindrom neurovaskuler yang lebih sering terjadi pada stroke
trombolitik dan embolitik adalah karena keterlibatan arteria serebral madiana. Jika etiologi
stroke adalah hemoragi, maka faktor pencetusnya biasanya adalah hipertensi . Abnormalitas
vascular seperti AVM dan anuerisma serebral lebih rentan terhadap ruptur dan menyebabkan
hemoragi pada keadaan hipertensi.
Sindrom neurovaskuler yang lebih sering terjadi pada stroke trombotik dan embolitik adalah
karena keterlibatan arteri serebral mediana. Arteri ini terutama mensuplai aspek lateral
hemisfer serebri. Infark pada bagian tersebut dapat menyebabkan defisit kolateral motorik
dan sensorik. Jika infark hemisfer adalah dominan, maka akan terjadi masalah-masalah bicara
dan timbul disfasia. Dengan stroke trombotik atau embolik, maka besarnya bagian otak yang
mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas
setelah serangan pertama. Dapat terjadi edema serebral massif dan peningkatan tekanan intra
cranial (TIK) pada titik herniasi dan kematian setelah trombotik terjadi pada area yang luas.
Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat serangan. Karena
stroke trombotik sering disebabkan aterosklerosis, maka ada resiko untuk terjadi stroke di
masa mendatang pada pasien yang sudah pernah mengalaminya. Dengan stroke embolik,
pasien juga mempunyai kemungkinan untuk mengalami stroke hemoragik jika penyebabnya
tidak ditangani. Jika luas jaringan otak yang rusak akibat stroke hemorhagi tidak besar dan
bukan pada tempat yang vital, maka pasien dapat pulih dengan defisit minimal. Jika
hemorhagi luas atau terjadi pada daerah yang vital, pasien mungkin tidak dapat pulih.
Faktor Resiko stroke
Faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi adalah

1. Tekanan darah tinggi

2. Diabetes Melitus

3. Merokok

4. Penyakit arteri carotis dan perifer


5. Atrial Fibrilation

6. Penyakit jantung ( gagal jantung, kelainan jantung congenital, jantung koroner,


kardiomegali, kardiomyopathy)

7. Transient Ischemic Attack (TIA)

8. Hiperkolesterolemia

9. Sickle Cell Disease

10. Obesitas dan kurang aktivitas

11. Penggunaan alcohol

12. Penggunaan obat obatan terlarang

Faktor resiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi adalah :

1. Usia: Semakin bertambah usia, semakin meningkatkan resiko stroke

2. Jenis kelamin Laki-laki mempunyai resiko lebih besar untuk menderita stroke
dibandingkan wanita.

3. Riwayat keluarga

4. Pernah mengalami stroke

Manifestasi Klinis Stroke


Pasien dengan penyakit vascular dapat menunjukkan TIA (Transient Ischemic Attact). Ini
merupakan defisit neurology yang dapat sembuh dalam 24 jam, durasi rata-rata adalah 10
menit, setelah itu gejala-gejala hilang. Pasien juga dapat menunjukkan defisit neurologik
iskemik reversible. Peristiwa ini dapat terjadi pada TIA yang berlangsung lebih dari 24 jam,
tetapi akhirnya dapat sembuh sempurna. Gejala-gejala yang tampak dengan TIA sangat
tergantung pada pembuluh yang terkena. Jika arteri karotis dan serebral yang terkena, pasien
dapat mengalami kebutaan pada satu matanya, hemiplegi, hemianestesia, gangguan bicara,
dan kekacauan mental. Jika yang terkena arteri vertebrobasilar, maka akan terjadi pening,
diplopia, semutan, kelainan penglihatan pada salah satu atau kedua bidang pandang, dan
disatria ( gangguan pada otot bicara ). Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
:
Stroke hemisfer kiri :

Hemiparesis atau hemiplegia sisi kanan

Perilaku lambat dan sangat hati-hati

Kelainan bidang pandang kanan

Ekspresif, reseptif, atau disfagia global


Mudah frustasi

Stroke hemisfer kanan :

Hemiparesis atau hemiplegia sisi kiri

Defisit spasial perceptual

Penilaian buruk

Memperlihatkan ketidaksadaran defisit pada bagian yang sakit oleh karenanya


mempunyai kerentanan untuk jatuh atau cidera lainnya

Kelainan bidang visual kiri

Pemeriksaan Diagnostik
Scan tomography computer bermanfaat untuk membandingkan lesi cerebrovaskuler dan lesi
non vaskuler. Misalnya saja hemorhagi subdural, abses otak, tumor, atau hemorhagi
intraserebral dapat terlihat pada CT Scan. Daerah infark mungkin belum terlihat dengan CT
Scan dalam 48 jam. Angiography pernah digunakan sebelum adanya CT Scan. Untuk
membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non vaskuler. Penting untuk diketahui apakah
terdapat hemorhagi, karena informasi ini dapat membantu dokter memutuskan apakah
dibutuhkan pemberian antikoagulasi pada pasien atau tidak. Pencitraan resonan magnetic
(MRI) juga dapat membantu dalam membandingkan diagnosa stroke. Pemeriksaan EKG
dapat membantu menentukan apakah terddapat disritmia, yang dapat menyebabkan stroke.
Perubahan EKG lainnya yang dapat ditemukan adalah inversi gelombang T, depresi ST, dan
kenaikan serta perpanjangan QT. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang menjamin
kepastian dalam menegakkan diagnosa stroke; bagaimanapun pemeriksaan darah termasuk
hematokrit dan hemoglobin yang bila mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi
yang lebih parah; masa protrombin dan masa protrombin parsial, yang memberikan dasar
dimulainya terapi antikoagulasi; dan hitung sel darah putih, yang dapat menandakan infeksi
seperti endokarditis bacterial sub akut. Pada keadaan tidak terjadinya peningkatan TIK,
mungkin dilakukan pungsi lumbal. Jika ternyata terdapat darah dalam cairan serebrospinal
yang dikeluarkan, biasanya diduga terjadi henorhagi subarakhnoid.
Penatalaksanaan
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible sentral jaringan otak. Disekitar zona
jaringan yang mati ini, mungkin ada jaringan yang masih dapat diselamatkan. Tindakan awal
harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga unsure yang
paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa, dan aliran darah yang adekuat.
Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas darah arteri dan oksigen dapat diberikan pada
pasien jika ada indikasi. Hipoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaaan
glukosa darah. Tekanan perfusi serebral merupakan cerminan tekanan darah sistemik, TIK,
masih berfungsinya autoregulasi pada otak dan irama serta frekuensi jantung. Parameter yang
paling mudah untuk dikontrol secara eksternal adalah irama, frekuensi jantung, dan tekanan
darah. Disritmia biasanya dapat diperbaiki. Penyebab-penyebab takhikardi seperti demam,
nyeri, dan dehidrasi yang dapat ditangani. Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal
tersebut biasanya terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respon alamiah otak
terhadap beberapa lesi serebrovaskuler, namun hal ini merusak otak. Respon destruktif seperti
edema, atau atrial spasme, kadang dapat dicegah atau diatasi. Metoda yang lazim dalam
mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hiperventilasi, retensi cairan, meninggikan
kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat
membahayakan aliran balik vena ke kepala. Sebagai penatalaksanaan digunakan diuretic
osmotic, seperti manitol, dan mungkin juga deksametason, meskipun penggunaannya masih
controversial.
Intervensi Pembedahan
Episode iskemik transience sering dipandang sebagai peringatan bahaya stroke, karena
oklusi pembuluh darah. Sebagian pasien dengan penyakit aterosklerosis pembuluh dara
ekstrakranial atau intrakranial kemungkinan akan menjalani pembedahan. Pembedahan
baypass cranial mencakup pembentukan anastomosis arteri ekstrakranial yang memperdarahi
kulit kepala ke arteri intrakranial distal ke tempat yang tersumbat. Prosedur ini sering
dilakukan bila keterlibatan intrakranial adalah anastomosis, arteri temporalis superior ke
arteri serebral mediana (STA-MCA). Sehingga terbentuk kolateral ke area otak yang
diperdarahi oleh arteri serebral mediana. Banyak tindakan anastomosis STA-MCA dilakukan
dengan harapan dapat mencegah stroke di masa mendatang pada orang-orang dengan
iskemia serebral, vokal unilateral yang menunjukkan TIA.
Pencegahan Komplikasi
Perawat akan memegang peranan yang signifikan dalam pencegahan komplikasi yang
berhubungan dengan immobilitas, hemiparese, atau defisit neurology yang disebabkan oleh
stroke. Tindakan pencegahan adalah penting, terutama pada infeksi saluran kemih,
pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dan abrasio kornea.
Komplikasi Stroke
Ada 3 komplikasi utama pada hemorhagik subarakhnoid yang mungkin disebabkan oleh
stroke, kelainan pembuluh darah, atau aneurisme. Kondisi-kondisi ini adalah vasospasme,
hidrosefalus , dan disritmia. Selain itu pasien dengan stroke yang mendapat terapi
antikoagulasi beresiko untuk mengalami perdarahan di tempat lain, kewaspadaan dan
intervensi dini dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang serius.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN STROKE

March 13, 2009

A. Pengertian

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena (WHO, 1989).

B. Klasifikasi stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. stroke hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling
banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. TIAS (Trans Ischemic Attack)

Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan
hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

1. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu
dan maksimal 3 minggu..

1. stroke in Volution

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat
dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

1. Stroke Komplit

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

C. Etiologi

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat
menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan
kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak.
Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan


viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.

5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.

6. Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus
dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.

10. kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh
darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

D. Patofisiologi

1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.
Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh
darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,
menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat
ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.

E. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak yang
terkena.

1. Pengaruh terhadap status mental

Tidak sadar : 30% 40%

Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

1. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

1. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena

1. Daerah arteri serebri posterior

Nyeri spontan pada kepala


Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

1. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

Hemiplegia alternans atau tetraplegia

Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

1. Stroke hemisfer kanan

Hemiparese sebelah kiri tubuh

Penilaian buruk

Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke sisi


yang berlawanan

1. stroke hemisfer kiri

mengalami hemiparese kanan

perilaku lambat dan sangat berhati-hati

kelainan bidang pandang sebelah kanan

disfagia global

afasia

mudah frustasi

F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila
perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak
4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh
darah yang terganggu

G. Penatalaksanaan medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen
sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa
murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau
ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa:

Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik

Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,


menurunkan TIK yang tinggi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI

1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya
refleks batuk)

Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten.


Kriteria hasil :

a. Bunyi nafas vesikuler

b. RR normal

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat

d. Tidak ada sputum

1. Auskultasi bunyi nafas

2. Ukur tanda-tanda vital

3. Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah
keperawatan lain)

4. Lakukan penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun

5. Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

6. Kolaborasi:

Pemberian ogsigen

Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll

Pemberian obat sesuai kebutuhan

2.

Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah
serebral

Perfusi serebral membaik

Kriteria hasil :

a. Tingkat kesadaran membaik (GCS meningkat)

b. fungsi kognitif, memori dan motorik membaik

c. TIK normal

d. Tanda-tanda vital stabil


e. Tidak ada tanda perburukan neurologis

f.

1. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa respon pupil
dll

2. Observasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)

3. Pantau intake-output cairan, balance tiap 24 jam

4. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala tempat tidur 15-30
derajat

5. Hindari valsava maneuver seperti batuk, mengejan dsb

6. Pertahankan ligkungan yang nyaman

7. Hindari fleksi leher untuk mengurangi resiko jugular

8. Kolaborasi:

Beri ogsigen sesuai indikasi

Laboratorium: AGD, gula darah dll

Penberian terapi sesuai advis

CT scan kepala untuk diagnosa dan monitoring

3.

Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese

Pasien mendemonstrasikan mobilisasi aktif

Kriteria hasil :

a. tidak ada kontraktur atau foot drop

b. kontraksi otot membaik

c. mobilisasi bertahap

1. Pantau tingkat kemampuan mobilisasi klien


2. Pantau kekuatan otot

3. Rubah posisi tiap 2 jan

4. Pasang trochanter roll pada daerah yang lemah

5. Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil

6. Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien

7. Kolaborasi: fisioterapi

4.

Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara

Komunikasi dapat berjalan dengan baik

Kriteria hasil :

a. Klien dapat mengekspresikan perasaan

b. Memahami maksud dan pembicaraan orang lain

c. Pembicaraan pasien dapat dipahami

1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal

2. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang

3. dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara

4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara

5. Latih otot bicara secara optimal

6. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien

7. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara

5.

(Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat

Kebutuhan nutrisi terpenuhi


Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

b. Berat badan dalam batas normal

c. Conjungtiva ananemis

d. Tonus otot baik

e. Lab: albumin, Hb, BUN dalam batas normal

1. Kaji factor penyebab yang mempengaruhi kemampuan menerima makan/minum

2. Hitung kebutuhan nutrisi perhari

3. Observasi tanda-tanda vital

4. Catat intake makanan

5. Timbang berat badan secara berkala

6. Beri latihan menelan

7. Beri makan via NGT

8. Kolaborasi : Pemeriksaan lab(Hb, Albumin, BUN), pemasangan NGT, konsul ahli gizi

6.

Perubahan persepsi-sensori b.d. perubahan transmisi saraf sensori, integrasi, perubahan


psikologi

Persepsi dan kesadaran akan lingkungan dapat dipertahankan

1. Cari tahu proses patogenesis yang mendasari

2. Evaluasi adanya gangguan persepsi: penglihatan, taktil

3. Ciptakn suasana lingkungan yang nyaman

4. Evaluasi kemampuan membedakan panas-dingin, posisi dan proprioseptik

5. Catat adanya proses hilang perhatian terhadap salah satu sisi tubuh dan libatkan keluarga
untuk membantu mengingatkan
6. Ingatkan untuk menggunakan sisi tubuh yang terlupakan

7. Bicara dengan tenang dan perlahan

8. Lakukan validasi terhadap persepsi klien dan lakukan orientasi kembali

7.

Kurang kemampuan merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot
menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi

Kemampuan merawat diri meningkat

Kriteria hasil :

a. mendemonstrasikan perubahan pola hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

b. Melakukan perawatan diri sesuai kemampuan

c. Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber bantuan

1. Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat diri

2. Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja

3. Buat lingkungan yang memungkinkan klien untuk melakukan ADL mandiri

4. Libatkan keluarga dalam membantu klien

5. Motivasi klien untuk melakukan ADL sesuai kemampuan

6. Sediakan alat Bantu diri bila mungkin

7. Kolaborasi: pasang DC jika perlu, konsultasi dengan ahli okupasi atau fisioterapi

8.

Risiko cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran

Klien terhindar dari cedera selama perawatan

Kriteria hasil :

a. Klien tidak terjatuh

b. Tidak ada trauma dan komplikasi lain


1. Pantau tingkat kesadaran dan kegelisahan klien

2. Beri pengaman pada daerah yang sehat, beri bantalan lunak

3. Hindari restrain kecuali terpaksa

4. Pertahankan bedrest selama fase akut

5. Beri pengaman di samping tempat tidur

6. Libatkan keluarga dalam perawatan

7. Kolaborasi: pemberian obat sesuai indikasi (diazepam, dilantin dll)

9.

Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d. kurang
informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber

Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan perawatan meningkat.

Kriteria hasil :

a. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar

b. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan perubahan pola hidup


yang diperlukan

1. Evaluasi derajat gangguan persepsi sensuri

2. Diskusikan proses patogenesis dan pengobatan dengan klien dan keluarga

3. Identifikasi cara dan kemampuan untuk meneruskan progranm perawatan di rumah

4. Identifikasi factor risiko secara individual dal lakukan perubahan pola hidup

5. Buat daftar perencanaan pulang

Vous aimerez peut-être aussi