Vous êtes sur la page 1sur 20

Laboratorium/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


RSJD Atma Husada Mahakam, Samarinda

SKIZOFRENIA

Oleh
DEWI PRATIWI
NIM. 1610029005

Pembimbing
dr. H. Jaya Mualimin, Sp.KJ

LAB / SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSJD Atma Husada Mahakam
Maret, 2017

1
Refleksi Kasus

SKIZOFRENIA

Oleh
DEWI PRATIWI
NIM. 1610029005

Dipresentasikan pada tanggal 7 Maret 2017

Mengetahui,
Pembimbing

dr.H. Jaya Mualimin, Sp.KJ

2
REFLEKSI KASUS

Dipresentasikan pada kegiatan kepaniteraan klinik Lab. Ilmu Kedokteran Jiwa.


Anamnesis dan pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 7 Maret 2017 Pukul 11.00
WITA, di IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, sumber informasi diperoleh
dari Heteroanamnesis.

Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Tanjung Pura 2 RT. 17 No. H 140, Telaga Sari,
Balikpapan

Identitas Keluarga
Nama : Tn. SA
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status dengan pasien : Keponakan
Alamat : Jl. Tanjung Pura 2 RT. 17 No. H 140, Telaga Sari,
Balikpapan
Sifat perkenalan akrab, kebenaran anamnesis dapat dipercaya.

1
ANAMNESIS
Keluhan utama
Gelisah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan sering gelisah.
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis. Dari keterangan keluarga, pasien
mulai sering merasa gelisah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien pernah mengatakan
kepada keluarga, mulai gelisah karena merasadibisik-bisik oleh seseorang yang
mengajaknya untuk pergi. Pasien juga sering melihat kearah pagar rumah dan
mengatakan ada orang yang memanggil-manggil dirinya. Keluarga pasien
mengatakan, pasien sering marah-marah karena hal kecil. Sering berbicara, tertawa
dan menangis disangkal. Sekarang, pasien sering tampak bengong dan melamun.
Keluarga pasien mengatakan, jika berbicara dengan orang lain tidak ada kontak mata.
Dua bulan yang lalu, pasien sudah pernah berobat ke Dokter Spesialis Jiwa di
RS di Balikpapan dengan keluhan yang sama, tetapi sampai sekarang keluhan pasien
belum membaik (hanya sempat membaik sekitar satu minggu), padahal pasien rutin
mengkonsumsi obatnya. Obat yang diberikan sebelumnya adalah rizperidone dan
clozapine 100 mg. Selain itu, pasien juga mengeluhkan susah tidur dan nafsu makan
menurun. Dari keterangan keluarga pasien, sejak dua bulan lalu, pasien sulit untuk
memulai tidur, sehingga pasien biasa tidur pukul 02.00 atau 03.00 WITA. Selama satu
minggu terakhir, nafsu makan pasien menurun. Pasien hanya makan satu kali sehari.
Untuk kegiatan sehari-hari lain, pasien sudah susah untuk melakukannya sendiri,
seperti mandi harus dibantu oleh keluarga karena sejak keluhan muncul pasien mulai
susah untuk berjalan (berjalan menjadi sangat lambat). Keluarga mengatakan, pasien
sering merasa gerah sehingga sering meminta untuk dimandikan, tetapi pasien jarang
menyisir rambut sehingga penampilannya tampak kurang rapi. Keluarga pasien,
mengatakan hubungan pasien dengan keluarga baik-baik saja. Semua anak pasien
telah bekerja dan berumah tangga. Sebelum keluhan timbul, keluarga pasien

2
mengatakan, pasien merupakan pribadi yang rajin, sering melakukan kegiatan rumah
tangga sehari-hari, seperti memasak, bersih-bersih rumah, dll.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penderita baru pertama kali menderita gangguan jiwa.
Riwayat trauma kepala disangkal.
Riwayat kejang tidak ada.
Riwayat panas tidak ada.
Riwayat alergi tidak ada.
Riwayat menggunakan obat dan sakit berat tidak ada.
Riwayat merokok dan NAPZA tidak ada.

Riwayat Keluarga
Pasien tidak kooperatif untuk diwawancarai informasi, termasuk tentang
riwayat hidup sebelumnya. Sehingga informasi didapatkan dari menelpon anak
Pasien. Suami dan keempat anak pasien sekarang tinggal di Jayapura. Sedangkan,
pasien saat ini tinggal bersama keluarga adik iparnya.
Struktur keluarga penderita yang tinggal serumah saat kecil:
Nama L/P Hubungan Umur Sifat
Kakek L Kakek - Tegas, bijaksana
Nenek P Nenek - Penyayang
Marhayat P Penderita 48 Pemarah, rajin
i

Struktur keluarga penderita yang tinggal serumah saat ini:


Nama L/P Hubungan Umur Sifat
Afrizal L Adik Ipar 52 Tegas, bijaksana
Marhayat P Penderita 48 Pemarah, rajin
i
Iriana P Adik Ipar 46 Lembut
Ridwan L Anak Angkat 30 Tegas, keras

3
Rosna P Anak Angkat 25 Lembut
Syaiful L Keponakan 19 Sabar
Diza P Keponakan 17 Lembut
Irzi P Keponakan 11 -
Ahmad L Keponakan 6 -

Ayah dan ibu pasien sudah meninggal dunia.


Dari keterangan keluarga, tidak ada perkawinan sedarah.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal.
Suasana kehidupan dalam keluarga baik.
Hubungan penderita dengan suami dan anak baik.
Hubungan penderita dengan keluarga lain baik.
Status sosial ekonomi keluarga cukup.
Status sosiokultural suku Bugis.

Genogram

Keterangan:

4
Riwayat Hidup Pasien
1. Masa anak-anak awal (0-3 tahun)
Riwayat prenatal, kehamilan ibu dan kelahiran
Pasien dikandung selama 9 bulan dan lahir cukup bulan. Selama masa
kehamilan dan persalinan ibu pasien dalam keadaan sehat, tidak mengalami
sakit maupun mengkonsumsi obat-obatan. Pasien lahir langsung menangis,
dalam keadaan sehat dan kulit berwarna merah, dengan dibantu oleh dukun di
kampung.
Kebiasaan makan dan minum
Pasien mendapatkan ASI dan tidak berbeda dengan anak-anak yang lain.
Perkembangan awal
Selama masa bayi pasien dalam keadaan sehat, tidak pernah mengalami sakit.
Pasien tidak pernah mengalami kejang demam. Pertumbuhan dan
perkembangannya normal seperti anak lainnya.
Toilet training
Pasien tidak tidak lagi ngompol pada usia 3 tahun, pasien bisa cebok sendiri
sekitar SD kelas 1.
Gejala-gejala dari masalah perilaku
Tidak ada
Mimpi-mimpi awal dan fantasi
Tidak diketahui

2. Masa anak-anak pertengahan (3-11 tahun)


Pasien saat masuk SD berpisah dengan kedua orang tua dan tinggal bersama
kakek dan neneknya. Ibu dan ayahnya tinggal dikampung bekerja sebagai petani.
Pada saat SD pasien lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu, namun
kakek dan nenek dianggap cukup memberikan perhatian dan kasih sayang. Pasien
sering bermain dengan teman-teman dikampung dan tidak memiliki masalah
dalam tumbuh kembangnya.

5
3. Masa anak-anak akhir (pubertas sampai remaja)
Pasien tinggal bersama kakek dan nenek hingga pasien tamat menyelesaikan
pendidikannya di SMA. Setelah lulus SMA, pasien tinggal kembali bersama
kedua orang tuanya. Pasien tinggal serumah dengan ayah, ibu, serta adiknya.
Tidak ada masalah besar dalam hubungan keluarga, hanya masalah kecil
perselisihan kecil antar saudara dan berkelahi umumnya pada anak-anak.
Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya baik, teman-teman kadang berkunjung ke rumah.
Pasien sempat menjalin hubungan cinta.
Riwayat sekolah
Saat sekolah pasien merupakan siswa yang biasa saja, yaitu bukan siswa yang
malas dan juga bukan siswa yang pintar. Tidak ada perilaku suka menyakiti teman
ataupun diperlakukan tidak baik selama sekolah.
Perkembangan kognitif dan motorik
Pasien dapat mengikuti kegiatan di sekolah dan tidak ada masalah. Di sekolah,
pasien termasuk salah satu siswa yang berprestasi.
Masalah-masalah fisik dan emosi remaja yang utama
Pasien tidak memiliki masalah dengan teman sebaya dan teman sekolahnya.
Latar belakang agama
Kehidupan agama tidak terlalu kuat tetapi keluarga selalu menjunjung nilai-nilai
agama, semua anggota keluarga pasien beragama Islam.

4. Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan
Semenjak lulus SMA dan menikah pasien tidak bekerja
Aktivitas sosial
Penderita tidak mengikuti keanggotaan organisasi apapun selama dibangku
sekolah maupun dilingkungan

6
Riwayat militer
Pasien tidak pernah berhubungan dengan pengadilan atau pengalaman militer.
Autoanamnesis
Autoanamnesis, tanggal 7 Maret 2017 pukul 11.00 WITA
Keterangan: DM = Dokter Muda
P = Pasien

DM : Siang, Ibu. Saya Dokter Muda Dewi. Ibu namanya siapa?


P : *pasien hanya diam*
DM : Ibu namanya siapa bu?
P : *pasien ngomong meracau*
DM : Gimana kabarnya hari ini bu?
P : *pasien ngomong meracau*
DM : Ibu sekarang sedang berada dimana, bu?
P : Rumah sakit
DM : Ibu tau saya siapa?
P : Dokter
DM : Ibu tau ga kenapa Ibu ada disini?
P : *pasien menggeleng*
DM : Ibu merasa sakit?
P : *pasien mengangguk*
DM : Ibu tau ini hari apa, bu?
P : *pasien menggelengkan kepala*
DM : Ini sekarang jam berapa bu?
P : *pasien hanya diam*
DM : Pagi atau siang atau malam ya ini bu?
P : Pagi
DM : Ibu tadi pagi habis jatuh ya bu?
P : *pasien mengangguk*
DM : Ibu jatuh kenapa?

7
P : Dari kasur (suara pasien sangat kecil dan kurang jelas)
DM : Ibu ingat tidak dulu waktu kecil tinggal dimana?
P : *pasien ngomong meracau*
DM : Dimana bu? Ingat?
P : *pasien hanya diam*
DM : Ibu, ini saya akan menyebutkan 3 benda. Ibu ulangi ya
P : *pasien hanya diam*
DM : Pulpen, tali, kasur
P : Pulpen, tali, kasur (dengan suara yang sangat kecil dan terbata)
DM : Ibu, pernah tidak merasa dikejar-kejar sesuatu? Atau merasa curiga terhadap
orang lain?
P : *pasien menggelengkan kepala*
DM : Ibu pernah tidak merasa lebih hebat dari orang lain?
P : *pasien hanya diam*
DM : Apakah ibu sekarang merasa seperti putus asa dan ingin bunuh diri?
P : *pasien hanya diam*
DM : Ibu ada mendengar suara-suara aneh tidak bu?
P : *pasien mengangguk dan ngomong meracau*
DM : Ibu denger suara apa?
P : *pasien ngomong meracau*
DM : Orangnya bisikin Ibu apa?
P : Pergi..pergi (dengan suara yang sangat kecil)
DM : Oh, Ibu diajak pergi ya bu?
P : *pasien menggangguk*
DM : Ibu diajak pergi kemana bu?
P : Kesana (menunjuk ke arah pintu)
DM : Yang bisik-bisik itu suara cewek atau cowok bu?
P : Cewek
DM : Ibu pernah diperintah atau disuruh tidak bu sama dia?
P : *pasien ngomong meracau*

8
DM : Ibu suka melihat yang aneh-aneh tidak bu?
P : *pasien menggeleng*
DM : Kayak ada lihat naga atau teman yang mengajak ibu tapi gak dilihat orang
lain?
P : Iya
DM : Ada lihat bu?
P : Ada cewek panggil saya (dengan suara yang sangat kecil dan terbata)
DM : Sekarang dia ada disini bu?
P : *pasien menggeleng*
DM : Sekarang kita diruangan ini ada berapa orang bu?
P : Ti..tiga
DM : Ibu benda ini apa namanya? (Memperlihatkan pulpen)
P : Pulpen
DM : Ibu dulu sekolah sampai sekolah apa bu?
P : SMK (dengan suara yang sangat kecil)
DM : Nama Presiden kita siapa ya bu?
P : Jokowi (dengan suara yang sangat kecil)
DM : Ibu suaranya kecil sekali, Ibu sudah makan belum?
P : *pasien menggelengkan kepala*
DM : Ibu kenapa belum makan?
P : *pasien hanya diam*
DM : Kalau mandi sudah belum bu?
P : *pasien hanya diam*
DM : Sudah mandi belum bu tadi pagi?
P : *pasien mengangguk*
DM : Ibu tidurnya gimana? Nyenyak aja kah bu?
P : *pasien mengangguk*
DM : Baik Ibu, saya permisi dulu ya bu. Ibu istirahat ya bu. Terimakasih bu.

9
STATUS PSIKIATRI
Roman Muka : Murung
Kesadaran : Komposmentis
Kontak/Rapport :Tidak ada/ inadekuat
Orientasi : Waktu : Kurang
Tempat : Baik
Orang : Baik
Memori : Masa Dahulu : Tidak baik
Masa kini : Baik
Segera : Baik
Perhatian : Cukup, tidak mudah dialihkan
Emosi : Mood: Cemas
Afek: Datar
Pikiran : Bentuk : Lambat
Arus : Inkoheren, asosiasi longgar
Isi : Waham (-)
Persepsi : Halusinasi auditori : Ada
Halusinasi visual : Ada
Ilusi : Tidak ada
Intelegensia : Cukup
Kemauan : Menurun
Dekorum : Buruk. Penampilan tampak tidak
rapi, rambut tampak acak-
acakan.
Psikomotor : Terlihat tremor pada kedua tangan, katatonik (-)
Insight :4

10
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 kali/menit
RR : 24 kali/menit Suhu : 36.5 0C
Keadaan Gizi : Kurang
Status Generalis
Kepala
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil tak ada
kelainan
- Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
- Telinga: Sekret (-/-), tidak ada kelainan
- Mulut : Sianosis (-), tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Thoraks
- Paru : Dalam batas normal, vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : Dalam batas normal, S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Abdomen : Dalam batas normal, BU (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis : +/+
Refleks Patologis : -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap
Leukosit : 6.700/ uL
Hemoglobin : 10.1 g/ dL

11
Hematokrit : 30.4%
Trombosit : 149.000/ uL

DIAGNOSIS
Formulasi Diagnosis
Seorang perempuan diantar ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam oleh keluarga
(keponakan) karena sering merasa gelisah.

Hasil pemeriksaan di IGD, dari penampilan umum pasien tampak kurang rapi,
kesadaran somnolen, kontak mata tidak ada, rapport tidak adekuat, orientasi
cukup baik, memori cukup baik, tidak ada waham dan terdapat halusinasi
(auditori dan visual).

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Diagnosis IGD
Axis I : Skizofrenia tak terinci + Eps
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Tidak ada diagnosis
Axis V : GAF scale 70 61

Usulan Diagnosis Dokter Muda


Axis I : Skizofrenia tak terinci
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Tidak ada diagnosis
Axis V : GAF scale 40-31

12
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

PENATALAKSANAAN
Psikofarmaka
Haloperidol 2 x 2,5 mg
Triheksifenidil 2 x 2 mg
Clozapin 100 mg 0-0-1

FOLLOW UP
Hari
Tanggal Status Psikikus Terapi
ke-
1&2 6 s/d 7 Kesadaran : Somnolen Haloperidol 2 x
Maret Roman muka : Murung 2,5 mg
2017 Kontak/rapport : Tidak ada / inadekuat Triheksifenidil 2 x
Persepsi : Ilusi (-)
2 mg
Halusinasi (+)
Clozapin 100 mg
Pikiran : Bentuk pikiran : Lambat
0-0-1
Arus pikiran : Inkoherent,
asosiasi
longgar
Isi pikiran : Waham (-)
Emosi : Mood: Cemas
Afek: Datar
Dekorum : Buruk
Psikomotor : Tremor (+)
Insight :4

13
PEMBAHASAN

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap kasus.


Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu fase prodromal, fase aktif
gejala dan fase residual.
a. Fase prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan,
sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh gangguan afek
atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala
dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia
dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika
seorang individu mulai menarik diri secara sosial dari lingkungannya
b. Fase aktif gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia secara
jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki kelainan pada
kemampuannya untuk melihat realitas. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat
ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan
lingkungan sosialnya
c. Fase residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala dari
kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat menetap dan tidak
disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam perjalanan
gangguannya beberapa pasien skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih
dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi
dan mencegah terjadinya kekambuhan.

14
Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa
sebagai Skizofrenia Tak Terinci (F20.3). Pedoman diagnostik secara umum
skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik digolongkan ke dalam skizofrenia tak
terinci. Untuk diagnosis skizofrenia tak terinci harus memenuhi seluruh persyaratan
berikut yaitu:
(a) memenuhi kriteri umum untuk diagnosis skizofrenia.
(b) tidak memenuhi diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, atau katatonik.
(c) tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia.

Pasien tidak memiliki riwayat rawat inap di RSJ. Sehingga masih digolongkan
dalam fase akut. Pasien mulai sering merasa gelisah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
pernah mengatakan kepada keluarga, mulai gelisah karena merasadibisik-bisik oleh
seseorang yang mengajaknya untuk pergi. Pasien juga sering melihat kearah pagar
rumah dan mengatakan ada orang yang memanggil-manggil dirinya. Dua bulan yang
lalu, pasien sudah pernah berobat ke Dokter Spesialis Jiwa di RS di Balikpapan
dengan keluhan yang sama, tetapi sampai sekarang keluhan pasien belum membaik
(hanya sempat membaik sekitar satu minggu), padahal pasien rutin mengkonsumsi
obatnya. Obat yang diberikan sebelumnya adalah rizperidone dan clozapine 100 mg.
Menurut teori, gangguan jiwa merupakan integrasi dari faktor biologis, faktor
psikososial, faktor lingkungan. Model ini menandakan bahwa seseorang mungkin
memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh
lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan, seperti biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (misal
kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diathesis selanjutnya dapat
terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial
dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan
mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofrenia. Semakin kecil kerentanan

15
seseorang maka stressor kecil pun dapat menjadi skizofrenia. Semakin kecil
kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi skizofrenia.
Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien yang
kurang rapi dan kurang terawat. Dapat diambil kesimpulan pasien kurang dapat
berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya, pasien menyadari dirinya
sedang sakit tetapi tidak tahu apa penyebabnya.
Selain itu, pada pasien juga didapatkan gejala bahwa pasien sering marah-
marah terhadap hal keci dan jika berbicara tidak jelas. Gejala-gejala skizofrenia
menurut Bleuler dibagi atas dua yaitu primer dan sekunder. Gejala-gejala primer
meliputi gangguan proses pikiran (bentuk, proses, dan isi pikiran). Pada skizofrenia
inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama adalah
asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain atau
terdapat pemindahan maksud umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan sawah.
Pada skizofrenia terdapat gangguan afek dan emosi dimana kadangkala efek
dan emosi (emotional blunting) misalnya penderita menjadi acuh tak acuh lagi
terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masa
depannya. Emosi pasien juga bisa berubah menjadi labil dan sulit untuk dipahami.
Gejala-gejala positif skizofrenia/psikotik antara lain agresifitas
(kecenderungan untuk berkelahi), hiperaktif, sikap permusuhan, halusinasi dan
waham, insomnia dan mannerisme. Pada kasus ini pasien mengalami halusinasi
akustik yaitu mendengar suara bisikan yang mengajaknya untuk pergi. Menurut teori,
pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan
gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering pada keadaan
skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia,
bunyi barang. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfatorik), halusinasi
citarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Selain itu, dapat juga muncul
halusinasi penglihatan (visual), meskipun halusinasi ini lebih sering pada psikosis
akut yang berhubungan dengan sindrom otak organik bila terdapat maka biasanya
pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka
orang yang menakutkan. Pada pasien ini, pasien sering melihat kearah pagar rumah

16
dan mengatakan ada orang yang memanggil-manggil dirinya dan mengajaknya untuk
pergi.
Pengobatan pada skizofren sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik
untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan
gejala apa yang menonjol pada pasien. Pengobatan yang disarankan kepada pasien
obat-obat antipsikotik golongan tipikal yang dapat memblokade dopamin pada
reseptor pascasinaptik neuron di otak.
Chlorpromazin termasuk obat psikotik tipikal yang mempunyai aktivitas
memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak, terutama di simtem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonis). Efek samping
dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (mengantuk, kemampuan kognitif
menurun), gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik), ganguan ekstrapiramidal
(distonia akut, sindrom Parkinson), gangguan endokrin (ginekomastia) biasanya pada
pemakaian jangka panjang. Halloperidol untuk menghilangkan gejala psikotik berupa
halusinasi. Trihexaperidil digunakan untuk memperbaiki sosialisasi pada pasien.
Adapun efek samping dari pemberian obat anti psikotik yaitu:
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur)
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson berupa :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
5. Hepatotoksik
Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik sehingga untuk
memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi pemberian antipsikosis
yang mempunyai efek samping terhadap fungsi hati dan ginjal karena hati
merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat psikotik
Selain terapi obat-obatan juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri
dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi

17
indivisual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan menolong diri sendiri,
dan konunikasi interpersonal. Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam
pengobatan skizofrenia. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.

18

Vous aimerez peut-être aussi