Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika
seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda
parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Gejala yang umum terlihat
adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung
zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki
gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh
filariasis.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau
jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan
(bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik
disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1]. Gejala elefantiasis
(penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan
oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W.
bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan
disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca
volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan
lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh
Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua
parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk
Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun
demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO,
urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan
(India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara
Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk
dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
lagi setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah
dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk
mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem
tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak
terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti
tindakan operasi.
Pengobatan dengan dosis rendah akan menurunkan efek samping dan dosis ini lebih disukai
penduduk dari pada dosis konvensional. Kendala pengobatan dosis rendah adalah lamanya
pengobatan, yaitu 40 minggu, sehingga mengakibatkan adanya ketidakpatuhan. Perubahan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosio-budaya sangat penting di daerah endemik
filariasis karena secara tidak langsung akan menghilangkan penyakit tersebut, dengan demikian
kerjasama lintas sektor, kemitraan dan peran serta masyarakat sangatlah penting.
Deskripsi Alternatif :
Pengobatan dengan dosis rendah akan menurunkan efek samping dan dosis ini lebih disukai
penduduk dari pada dosis konvensional. Kendala pengobatan dosis rendah adalah lamanya
pengobatan, yaitu 40 minggu, sehingga mengakibatkan adanya ketidakpatuhan. Perubahan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosio-budaya sangat penting di daerah endemik
filariasis karena secara tidak langsung akan menghilangkan penyakit tersebut, dengan demikian
kerjasama lintas sektor, kemitraan dan peran serta masyarakat sangatlah penting.