Vous êtes sur la page 1sur 6

Apakah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat itu ?

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan yang sistematis, terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.

Tujuan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah :

Agar masyarakat berperilaku sehat, sehingga diharapkan berdampak pada :

1.Kesehatan terjaga
2.Jika sehat, produktivitas masyarakat meningkat
3.Terciptanya lingkungan yang bersih
4.Beban masyarakat untuk merawat orang sakit berkurang

Siapa saja yang melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ?

Seluruh lapisan masyarakat harus terlibat dalam Germas Hidup Sehat.

Individu, keluarga dan masyarakat mempraktekkan pola hidup sehat sehari-hari.


Akademisi (universitas), dunia usaha (Swasta), organisasi masyarakat (Karang
Taruna, PKK, dsb), organisasi profesi menggerakkan institusi dan organisasi
masing-masing agar anggotanya berperilaku sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyiapkan sarana dan prasarana seperti
: kurikulum pendidikan Usaha Kesehatan Sekolah, fasilitas olah raga, sayur dan
buah, ikan, fasilitas kesehatan, transportasi, Kawasan Tanpa Rokok (KTR), taman
untuk beraktivitas warga, dukungan iklan layanan masyarakat, car free day, air
bersih, uji emisi kendaraan bermotor, keamanan pangan, pengawasan terhadap
iklan yang berdampak buruk terhadap kesehatan (rokok, makanan tinggi Gula,
Garam, Lemak) dsb.
Tugas pemerintah juga untuk mengevaluasi pelaksanaannya

Kegiatan Germas Hidup sehat dilakukan dengan cara :

1.Melakukan aktivitas fisik


2.Mengonsumsi sayur dan buah
3.Tidak merokok
4.Tidak mengonsumsi alkohol
5.Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
6.Memeriksa kesehatan secara rutin
7.Membersihkan lingkungan

Pada tahun 2016, kita mulai secara nasional dengan melaksanakan kegiatan :

1.Melakukan aktivitas fisik


2.Mengonsumsi sayur dan buah
3.Memeriksa kesehatan secara rutin

Launching GERMAS di Kota Jambi akan dilaksanakan pada Tanggal 12


November 2016

AGENDA KEGIATAN PELUNCURAN


1.Senam Bersama Anak Sekolah Dan Masyarakat Serta Undangan.
2.Kunjungan Sekolah Uks, Kantin Sekolah Dan Lingkungan Sekolah
3.Pemeriksaan Dan Pelayanan Kesehatan Skrining Ptm.
4.Masyarakat Melakukan Kerja Bakti Perbaikan Sanitasi Rumah Tangga.
5.Presiden Melaksanakan Dialog Blusukan Mengunjungi Sekolah, Rumah
Warga, Menyerahkan Kis, Kip, Pkh Dan Lainnya
6.Masyarakat Melaksanakan Bazaar Hasil Bumi Lokal: Buah Dan Sayur

Tujuan umum dari BOK adalah untuk meningkatkan akses dan pemerataan
pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif untuk
mewujudkan pencapaian target SPM bidang kesehatan dan MDGs pada tahun
2015. Secara khusus, tujuan BOK ada tiga yakni: (1) memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif kepada masyarakat; (2)
menyediakan dukungan biaya untuk upaya kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif bagi masyarakat; (3) mendukung terselenggaranya proses Lokakarya
Mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Ada tiga kelompok besar alokasi pemakaian dana BOK di Puskesmas &
jaringannya serta UKBM yakni upaya kesehatan, penyelenggaraan manajemen
Puskesmas, serta upaya dukungan untuk keberhasilannya. Upaya kesehatan wajib
yang dapat dibiayai dari dana BOK mencakup upaya-upaya kesehatan promotif
dan preventif yang meliputi: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB), Imunisasi, Gizi, Promosi kesehatan,Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Pemanfaatan dana BOK ini sebesar 10 persen (maksimal)
untuk manajemen kabupaten atau kota, sedangkan 90 persennya untuk dana BOK
Puskesmas yang digunakan untuk operasional Puskesmas (85 persen) dan
pemeliharaan ringan Puskesmas (5 persen)

Bila dijabarkan lebih lanjut, jenis pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa
pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten, pelayanan nifas, pelayanan kesehatan neonatus, pelayanan kesehatan
bayi, Pelayanan kesehatan balita, Upaya kesehatan anak sekolah, Pelayanan KB,
Pencegahan dan penanganan kekerasan, dan Upaya kesehatan reproduksi remaja.
Jenis pelayanan Imunisasi meliputi kegiatan: Pendataan, Pelayanan di Posyandu,
Pelayanan di sekolah (Bulan Imunisasi Anak Sekolah),Sweeping/kunjungan
rumah/Back Log Fighting, penyuluhan, pengambilan vaksin dan logistik lainnya,
serta pelacakan kasus diduga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Sementara
jenis pelayanan gizi meliputi perbaikan gizi dan penanggulangan gizi kurang dan
gizi buruk serta Ibu Hamil KEK. Beberapa kegiatan pelayanan gizi meliputi:
operasional Posyandu (pemantauan penimbangan balita, pemberian vitamin A
untuk Balita), surveilans dan pelacakan gizi buruk,sweeping/kunjungan rumah,
penyuluhan gizi, pemantauan garam beryodium, PMT Penyuluhan, penggerakkan
Kadarzi, penggerakkan ASI Eksklusif serta kunjungan/ pendampingan bagi
penderita gizi kurang/buruk. Jenis pelayanan Promosi Kesehatan meliputi dua jenis
pelayanan yakni Rumah tangga yang menerapkan PHBS,serta Pembinaan Desa
Siaga dan UKBM. Kegiatan-kegiatan berupa pendataan, penyuluhan kelompok,
pembinaan gerakan masyarakat, pembinaan Forum Masyarakat Desa (menjamin
terlaksananya Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD), pembinaan terhadap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), dan pemantauan. Jenis pelayanan Pengendalian Penyakit meliputi
pelayanan penemuan kasus penyakit dan tata laksana, Penyelidikan epidemiologi
KLB, Pelacakan kasus kontak, Penyelidikan vector, dan pemberantasan vector.
Beberapa kegiatan pelayanan pengendalian penyakit dijabarkan sebagai berikut:
pelayanan di Posyandu,kunjungan rumah, pelacakan di lapangan, kunjungan drop
out obat, penyuluhan, penemuan kasus non PolioAcute Flaccid Paralysis (AFP),
dan pengambilan spesimen. Jenis pelayanan kesehatan lingkungan ada dua yakni
(1) pelayanan pemeriksaan air bersih dan kualitas air minum; (2) pemeriksaan
sanitasi dasar seperti jamban sehat, rumah sehat, Tempat-Tempat Umum (TTU),
tempat pengolah makanan, dan sekolah. Kegiatan yang tercakup dalam pelayanan
kesehatan lingkungan adalah pendataan, penyuluhan, pemantauan dan kunjungan
lapangan. Penggunaan Dana BOK dapat dimanfaatkan untuk : transport petugas
kesehatan/kader kesehatan, bahan penyuluhan/bahan kontak, penggandaan materi
rapat dalam rangka Lokakarya Mini, konsumsi rapat dalam rangka Lokakarya
Mini, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan dan PMT pemulihan
dengan bahan lokal, uang penginapan (untuk desa terpencil/sulit dijangkau), uang
harian (untuk desa terpencil/sulit dijangkau). Pengecualian dana BOK tidak boleh
digunakan untuk: upaya pengobatan dan rehabilitasi, penanganan gawat darurat,
rawat inap, pertolongan persalinan, gaji/honor, investasi/belanja modal,
pemeliharaan gedung atau kendaraan, operasional kantor (misal: listrik, air, Alat
Tulis Kantor (ATK), fotokopi), serta pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan.
Pengawasan penggunaan dana BOK dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan dan BPK. Karena itu, setiap Puskesmas harus membuat
laporan penggunaan uang atau pertanggung jawaban ke tingkat kabupaten, sambil
melakukan evaluasi secara spesifik, untuk memilih beberapa Puskesmas yang
dinilai bisa mewakili regional tertentu. Dana BOK bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan RI. Bantuan dana
dari pemerintah melalui Kementerian kesehatan dalam membantu pemerintahan
kabupaten/kota untuk melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) kesehatan menuju MDGs. Besarnya alokasi dana BOK per
Kabupaten/Kota ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan. Selanjutnya
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan menetapkan alokasi dana BOK per
Puskesmas di daerahnya. Dana BOK merupakan dukungan Pemerintah, bukan
merupakan dana utama operasional Puskesmas. Oleh karena itu Pemerintah Daerah
tetap berkewajiban menyediakan dana operasional yang tidak terbiayai melalui
BOK melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). BOK pada
dasarnya merupakan subsidi pemerintah pada sektor kesehatan. Subsidi ini
ditujukan untuk membiayai operasional pelayanan kesehatan yang selama ini
masih dirasa kurang memadai. BOK ini akan diperuntukkan guna meningkatkan
pelayanan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) agar kesenjangan pelayanan
kesehatan antara puskesmas dan rumah sakit terutama pelayanan preventif
kesehatan semakin tipis. Peruntukan dana BOK bukan untuk pengadaan
barang/jasa, melainkan untuk operasional saja, misalnya operasional audit maternal
perinatal, pemantauan wilayah setempat untuk gizi dan kesehatan ibu anak,
imunisasi, rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, penanganan penyakit
MDGs seperti HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, serta kesehatan lingkungan,
promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pembinaan kesehatan berbasis
masyarakat. Operasional puskesmas meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan program yang direncanakan. Tiap
puskesmas harus membuat perencanaan kegiatan rutin bulanan dan tahunan serta
menetapkan target program yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu, pelaksanaan program yang direncanakan juga akan dievaluasi
keberhasilannya dengan melihat capaian indikator keberhasilan program. Dengan
bantuan dan berbagai mekanisme ini, diharapkan dapat menghidupkan kembali
peran puskesmas dan posyandu. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 551/2010 tertanggal 5 Mei 2010, pada tahun 2010 setiap puskesmas
mendapat Rp 10 juta dari sekitar 8.500 puskesmas. Pengecualian bagi puskesmas
yang berada sekitar 300 puskesmas di tujuh kabupaten yang ada di wilayah Jawa,
Bali. Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku, dan Papua, pemerintah akan
memberikan bantuan operasional kesehatan Rp 100 juta. Puskesmas-puskesmas di
tujuh wilayah tersebut dijadikan uji coba untuk mengetahui berapa banyak dana
operasional yang dibutuhkan puskesmas agar kegiatannya optimal. Pada tahun
2011-2014, pemerintah akan berupaya untuk memberikan BOK bagi seluruh
puskesmas secara bertahap sesuai kebutuhannya. Pada tahun 2010, jumlah dana
BOK yang disalurkan sebesar Rp 226 miliar pada 8737 unit puskesmas. Pada tahun
2011 meningkat menjadi Rp 904,5 miliar yang disalurkan langsung kepada
pemerintah daerah pada bulan Februari untuk selanjutnya dibagi pada tiap-tiap
puskesmas. Besaran alokasi tiap puskesmas diserahkan pada Kabupaten/Kota. Saat
ini jumlah puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia sebanyak 8967 unit.
Dana BOK tahun 2011, seluruh Puskesmas di Indonesia mendapatkan dana
Bantuan Operasional Kesehatan atau BOK untuk menunjang akses pelayanan
kesehatan. Dana BOK yang diterima itu berkisar Rp 75-250 juta. Dana BOK tidak
lagi langsung diberikan ke puskesmas tapi dikelola Dinkes kabupaten dan kota
yang disesuaikan kondisinya. Pada akhir bulan Februari 2011, dana tersebut sudah
berada di pemkab atau pemkot. Sosialisasi keberadaan BOK di Kabupaten dan
Kota dengan menggunakan dana yang ada. Kemudian persentase pemanfaatan
dana BOK ini adalah 10 persennya diperuntukan manajemen kesehatan di
kabupaten atau kota, dan 90 persennya diperuntukan kebutuhan Puskesmas dengan
pembagian operasional Puskesmas dengan proporsi 85 persen dan pemeliharaan
ringan Puskesmas sebesar 5 persen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Litbang Depkes didapatkan alokasi dana BOK untuk tahun 2011 mengalami
peningkatan yaitu: (1) Sumatera ada sekitar 2.271 Puskesmas rata-rata
mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (2) Jawa-Bali ada sekitar 3.617
Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 75 juta; (3) Kalimantan
ada sekitar 836 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 100 juta;
(4) Sulawesi ada sekitar 1.126 Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK
sebesar Rp 100 juta; (5) Maluku ada sekitar 256 Puskesmas rata-rata mendapatkan
dana BOK sebesar Rp 200 juta; (6) Nusa Tenggara ada sekitar 458 Puskesmas rata-
rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta; dan (7) Papua ada sekitar 403
Puskesmas rata-rata mendapatkan dana BOK sebesar Rp 250 juta. Pada sejumlah
Puskesmas masih diliputi rasa takut menggunakan dana BOK. Padahal
Kementerian Kesehatan telah memberikan kelonggaran pemanfaatannya sesuai
dengan petunjuk teknis BOK. Misalnya apabila dana bantuan (BOK) habis
sebelum waktunya, Kementerian Kesehatan memperbolehkan Puskesmas
menggunakan dana Jaminan Kesehatan Masyarakat untuk digunakan pada
pencegahan sekunder dan manajemen.

Vous aimerez peut-être aussi