Vous êtes sur la page 1sur 10

42 CEKUNGAN MINAHASA

42.1 REGIONAL

Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Oceanic Fracture - Neogene Fore Arc


Basin
Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Status Belum Ada
Penemuan Hidrokarbon

42.1.1 Geometri Cekungan

Cekungan Minahasa terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, Indonesia Timur. Secara geografis,
cekungan ini terletak di antara 1200 - 1240 BT dan 10 - 20 LU dan memiliki luas area
mencapai 16.910 km2. Batuan dasar cekungan berumur Kapur, dengan ketebalan 500-2.000 m
pada kedalaman 2.000 m. Kerangka tektonik cekungan dipengaruhi oleh interaksi tumbukan tiga
lempeng, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, Lempeng India-Australia bergerak ke
utara dan Lempeng Eurasia yang ditekan oleh pergerakan dua lempeng diatasnya. Batas
cekungan berdasarkan pada anomali gaya berat yang menunjukkan anomali negatif dan
didukung data isopach.

Cekungan Minahasa dibatasi oleh Busur Sangihe dan Filipina Selatan di bagian timur, pada
bagian selatan dibatasi oleh lengan utara Sulawesi, bagian barat oleh Pulau Kalimantan dan
bagian utara oleh Cekungan Celebes (Gambar 42.1).

42-1
Gambar 42.1 Peta lokasi Cekungan Minahasa.

42-2
Gambar 42.2 Peta isopach Cekungan Minahasa.

42.2 TEKTONIK DAN STRUKTUR REGIONAL

42-3
Tektonik wilayah Laut Sulawesi, bagian timur Indonesia didominasi oleh oleh tumbukan tiga
lempeng utama (Gambar 42.2). Laut Sulawesi menutupi area sekitar 400.000 km2 dengan
kedalaman laut sekitar 4.800 dan 5.400 m dan ketebalan kerak sekitar 6 7 km dengan indikasi
kerak samudera (Murauchi dkk., 1973 dalam Djajadihardja dkk., 2003). Zona subduksi
ditemukan sepanjang Palung Cotabato di bagian timurlaut Laut Sulawesi dan sepanjang Palung
Sulawesi Utara di bagian selatan Laut Sulawesi.

Awal mula subduksi litosfer Laut Sulawesi di bagian Palung Sulawesi Utara diperkirakan terjadi
pada 8 jtl (Rangin dan Silver, 1991 dalam Djajadihardja dkk., 2003) atau 5 jtl (Surmont dkk.,
1994 dalam Djajadihardja dkk., 2003). Meskipun terdapat zona hipocenter gempa pada
kedalaman lebih dari 200 km tetapi tidak terdapat aktifitas volkanik yang berhubungan dengan
zona subduksi (Cardwell dkk., 1980 dalam Djajadihardja dkk., 2003). Pada lengan utara
Sulawesi, batuan tertua tersingkap di wilayah barat, terdiri dari batuan metamorf busur volkanik
dan batuan sedimen berumur Mesozoikum Paleogen. Kehadiran batuan volkanik Kuarter di
bagian timur lengan utara berhubungan dengan subduksi Lempeng Laut Maluku di bawah Busur
Sangihe (Gambar 42.3).

Cekungan Minahasa berhubungan dengan depocenter lepas pantai di utara Sulawesi, dikenal
sebagai Semenanjung Minahasa. Laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 200 m membatasi
bagian pinggir sepanjang pesisir utara Sulawesi. Bagian utara cekungan dipengaruhi oleh
penunjaman ke selatan sesar naik, berhubungan dengan bekas zona subduksi. Karakteristik
batuan induk, reservoir dan struktur dapat dianggap serupa dengan Cekungan Gorontalo
(PERTAMINA-BEICIP, 1992).

42-4
Gambar 42.3 Tektonik umum dan Peta penyebaran batuan wilayah Sulawesi (modifikasi dari
Silver dkk., 1983 dalam Djajadihardja dkk., 2003).
42.3 STRATIGRAFI REGIONAL

42-5
Stratigrafi Cekungan Minahasa ditafsirkan sama dengan Cekungan Gorontalo berdasarkan pada
kesamaan tektonik regional yang mempengaruhi kedua cekungan tersebut. Stratigrafi Cekungan
Gorontalo dan sekitarnya dibuat berdasarkan teori tektonik lempeng, observasi seismik, dan data
geologi lapangan dari Pulau Sulawesi. Secara geologi, posisi Cekungan Minahasa adalah hasil
reaksi tektonik terdahulu, tumbukan dari Lempeng Mikro Australia dengan Lempeng Sunda pada
Mesozoikum. Kemudian diikuti oleh regangan Sunda sebagai Lempeng Mikro Lhasa-Sikuleh
bertumbukan dengan Eurasia. Pada periode yang relatif tenang ini, tersebar pengendapan
paparan karbonat dengan beberapa intrusi yang berhubungan dengan proses volkanik selama
Oligosen Miosen Tengah (Gambar 42.4).

42.3.1 Permian-Karbon (Konfigurasi Lempeng)

Penelitian pada umur ini masih sangat sedikit, penjelasan mengenai kerangka tektonik Indonesia
Timur di daerah ini hanya didukung oleh konfigurasi lempeng mikro. Data tatanan tektonik
terdahulu yang sering digunakan adalah model tektonik Halmahera Tenggara sebagai Tertiary-
derived terrain (Hall, 2002 dan Metcalf, 2002 dalam Jablonski dkk., 2007).

42.3.2 Trias-Paleosen (Pre Break-up)

Ketebalan lempeng yang terpisah memperlihatkan konfigurasi lapisan yang rumit,


diinterpretasikan sebagai sisa pemekaran terdahulu. Lapisan-lapisan ini hadir di sepanjang batas
utara Cekungan Gorontalo. Pemisahan blok dimulai 205 jtl dan kemudian bertumbukan dengan
Sunda pada umur Kapur, kemudian sabuk ofiolit terperangkap di antara kedua lempeng ini.
Ofiolit yang tersingkap di darat telah diintrusi oleh Granit Toboli berumur 96,37 jtl (Hall, 2002
dalam Jablonski dkk., 2007).

42.3.3 Eosen Awal-Eosen Tengah (break-up phase)

42-6
Mengikuti tumbukan Mangkalihat- Sulawesi Baratlaut dengan Sulawesi Timurlaut pada zaman
Kapur, Lempeng Mikro Lhasa-Sikeuleh bertumbukan dengan Lempeng Eurasia di Burma-
Sumatera bagian barat pada 51,5 jtl (Rowley, 1996 dalam Jablonski dkk., 2007). Hal ini
menyebabkan terjadinya rotasi Daratan Sunda searah jarum jam dan terjadinya sejumlah bukaan
tear rifts (Longley, 1997 dalam Jablonski dkk., 2007). Selama periode ini, berkembang sejumlah
endapan sungai - delta yang berpotensi mengandung hidrokarbon (oil prone).

42.3.4 Eosen Akhir - Miosen Atas

Pembentukan kerak samudera berlanjut hingga 38,8 jtl. Ketika pemekaran lantai samudera
berhenti, terjadi perubahan panas, air laut menggenangi Cekungan Gorontalo dan daerah
sekitarnya serta pembentukan paparan karbonat terumbu yang luas. Sebagai hasil kelanjutan
subduksi sepanjang jalur ofiolit Sulawesi bagian timur terdapat batuan intrusi dan batuan induk
yang kaya akan fasies batugamping terumbu yang terendapkan di daerah Cekungan Lariang
(IBSa, 2006 dan Coffield dkk., 1993 dalam Jablonski dkk., 2007).

Meskipun sejumlah penelitian tentang susunan batuan di sekitar cekungan ini, seperti Kutai dan
Makasar telah dipublikasikan, namun belum ada data yang dapat dikorelasikan ke Cekungan
Gorontalo. Korelasi seismik yang melewati leher Sulawesi diilustrasikan dengan penyeragaman
ketebalan relatif pada Miosen Akhir di kedua daerah Cekungan Makassar dan Gorontalo.

42-7
Gambar 42.4 Stratigrafi regional (Jablonski dkk., 2007).

Peta ketebalan sedimen turbidit di Cekungan Minahasa menunjukkan bahwa arah


pengendapannya berasal dari barat ke timur (Gambar 42.2). Hal ini menunjukkan sumber
sedimen terletak di bagian barat Cekungan Minahasa yaitu dari Cekungan Tarakan.

42-8
42.4 SISTEM PETROLEUM

Potensi hidrokarbon di Cekungan Minahasa memerlukan penelitian lebih lanjut. Masih


minimnya data, membuat cekungan ini belum dapat dinilai sebagai cekungan ekonomis. Namun
menurut beberapa indikasi masih potensial untuk menghasilkan minyak dan gas bumi.

42-9
DAFTAR PUSTAKA

Djajadihardja, Y. S., Taira, A., Hidekazu T., Aoike, K., Reichert C., Block, M., Schluter, H. U.,
Neben, S., 2003, Seismik Stratigraphy of the Celebes Sea, IAGI 32nd and HAGI 28th
Annual Convention and Exhibition. Jakarta.
Jablonski, D., Priyono, P., Westlake, S., Larsen, O. A., 2007, Geology and Exploration Potential
of the Gorontalo Basin, Central Indonesia-Eastern Extension of the North Makassar
Basin?, Indonesian Pet. Assoc., 31st Annual Convention Proceeding.
PERTAMINA dan BEICIP - FRANLAB, 1992, Global Geodynamics, Basin Classification and
Exploration Play-Types In Indonesia, Vol. I, PERTAMINA, hal.209.

42-10

Vous aimerez peut-être aussi