Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LETAK JANIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus
tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Sedangkan prolaps tali pusat dari beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus
tali pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu
kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang
menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
1.2.Tujuan
Tujuannya dibuat Makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang macam-macam kelainan pada kehamilan.
2. Sebagai modal awal untuk terjun langsung dalam dunia masyarakat serta dapat
mengaplikasikannnya dalam dunia keperawatan atau kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TOERI
2.1.ASKEP GANGGUAN KEHAMILAN KELAINAN LETAK JANIN
A. DEFINISI
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri
(manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi ke
dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu
keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.
B. KLASIFIKASI
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
a. Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) merupakan letak bokong dimana kedua kaki
ada di samping bokong atau letak kaki bokong sempurna.
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana selain
bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri atas :
1. Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
2. Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna
C. ETIOLOGI
Menurut Wiknjosastro (2006) faktor-faktor yang menyebabkan letak sungsang antara lain
:
1. Multipritas.
2. Hamil kembar.
3. Hidramnion.
4. Hidrisefalus.
5. Plasenta previa.
6. Kelainan uterus.
7. Panggul sempit.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian
bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di
fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
E. TANDA DAN GEJALA
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa
benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang
berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
F. PENANGANAN
a. Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan
persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang
keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian
presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin
harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung
janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala
didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan
ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila
air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban
masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu
1. Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3. Putar kearah muka atau perut janin.
4. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5. Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
Penanganan selama persalinan.
1. Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu,
jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat
lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang
harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
1. Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila
tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller,
karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
2. Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan
tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk
mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
3. Seksio sesarea.
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea
karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh
lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan
seksio sesarea.
LETAK LINTANG
Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu
secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2006 :
622).
Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan bagian
terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin melintang.
a. ETIOLOGI
Sebab terpenting dari letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering
dijumpai dalam letak lintang. Keadaan ini yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa.
Demikian pula kelainan bentuk rahim seperti uterus arkutus atau uterus subseptus (Wiknjosastro,
2006 : 624).
b. DIAGNOSIS
a. Inspeksi : Perut membuncit ke samping
b. Palpasi
1. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
2. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul
3. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
4. Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
5. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a. teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
ketiak menutup ke kiri.
c. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di
atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke dalam panggul. Denyut jantung janin
ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman. Terababahu
dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
c. MEKANISME LETAK LINTANG
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan
dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan
menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi
lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
d. PENANGANAN LETAK LINTANG
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan dilakukan pemeriksaan antenatalulangan untuk menilai letak janin.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan
panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks
lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan
supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps funikuli,
harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak terjadi prolaps funikuli,
maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian
dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea. Pada letak lintang ksep atau persalinan lama,
versi ekstrasi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam
dengan dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).
C. INTERVENSI
Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi
(gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
1. Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
2. Tampak rileks diantara kontraksi
3. Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI RASIONAL
Buat upaya yangmemungkinkan Jawaban pertanyaan dapat
klien/pelatih untuk merasa nyaman menghilangkan rasa takut dan
mengajukan peningkatan pemahaman
pertanyaanBerikan instruksi dalam Mendorong relaksasi dan memberikan
tehnik pernafasan klien cara mengatasi dan mengontrol
sederhana tingkat ketidaknyamanan.
Anjurkan klien menggunakan tehnik Relaksasi dapat membantu
relaksasi.Berikan menurunkan tegangan dan rasa
instruksi bila perlu takut,yang memperberat nyeri dan
Berikan tindakan kenyamanan (mis. menghambat kemajuan persalinan
Masage,gosokan Meningkatkan relaksasi,menurunkan
punggung, sandaran bantal, tegangan dan ansietas dan
pemberian kompres sejuk, pemberian es meningkatkan koping dan kontrol klien
batu) Mencegah dan membatasi keletihan
Anjurkan dan bantu klien otot, meningkatkan sirkulasi
dalamperubahan posisi dan Menghilangkan nyeri, meningkatkan
penyelarasan EFM relaksasi dan koping dengan
Kolaborasi : Berikan obat analgetik kontraksi,memungkinkan klien tetap
saat dilatasi dan kontaksi terjadi focus
Dx2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi
mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
1) Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI RASIONAL
Tinjau ulang riwayat persalinan, Membantu dalam
awitan, dan durasi mengidentifikasi kemungkinan
Evaluasi tingkat keletihan yang penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik, dan intervensi
menyertai,serta aktifitas dan istirahat
sebelum awitan persalinan yang tepat
Kaji pola kontraksi uterus secara Kelelahan ibu yang berlebihan
manual atau secara elektronik menimbulkan disfungsi
Catat penonjolan , posisi janin dan sekunder atau mungkin akibat dari
presentasi janin persalinan lama
Tempat klien pada posisi rekumben Disfungsi kontraksi
lateral dan anjurkan tirah baring dan memperlama
ambulasi sesuai toleransi persalinan,meningkatkan risiko
Gunakan rangsang putting untuk komplikasi maternal / janin
menghasilkan oksitosin endogen. Indikator kemajuan persalinan ini dapat
Kolaborasi : Bantu untuk persiapan mengidentifikasi timbulnya penyebab
seksio sesaria sesuai indikasi,untuk persalinan lama
malposisi Relaksasi dan peningkatan perfusi
uterus dapat memperbaiki pola
hipertonik.Ambulasi dapat membantu
kekuatan grafitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan dilatasi
serviks
Oksitosin perlu untukmenambah atau
memulai aktifitas miometrik untuk pola
uterus hipotonik
Melahirkan sesaria diindikasikan
malposisi yang tidak mungkin
dilahirkan secara vagina
A. DEFINISI
Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati bagian terendah janin
di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat
dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin
B. ETIOLOGI
Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
a. Presentasi bokong kaki
b. Posisi melintanG
c. Letak sungsang
d. Kehamilan premature
e. Hidramnion
f. Janin kembar
g. Janin terlalu kecil
D. PATOFISIOLOGI/WOC
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah
kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan
plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan
inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran janin
yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan
tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu,sehingga PAP tidak
tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser atau turun
dari tempatnya sehingga terjadilah prolapsus tali pusat.
Prolapsus tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah janin
dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia
fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan fetal distress yang ditandai dengan melemahnya
DJJ. Bila eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Tapi
bila dapat ditangani maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali
pusat.
E. MANIFESTSI KLINIS
Prolaps dapat lengkap, dimana tali pusat terlihat saat pembukaan vagina. Dapat pula
tidak dapat terlihat tetapi dapat dipalpasi saat pemeriksaan vagina yang berdenyut seirama
dengan jantung janin. Prolaps dapat dicurigai dari perubahan denyut janin, seperti bradikardi
Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan pada umumnya baru dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan,
dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus tali pusat
dapat diraba dengan dua jari . Tali pusat yang berdenyut menandakan bahwa janin masih hidup.
Karena diagnosis pada umumnya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan dalam maka
pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat ketuban pecah. Bila bagian terendah janin
belum masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan apabila terjadi
keterlambatan denyut jantung janin tanpa adanya sebab yang jelas
F. KOMPLIKASI
Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat
tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak
seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara
9,3-0,6% persalinan.
Sedangkan pada ibu karena terjadi prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan
normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina servik
G. MANAJEMEN TERAPEUTIK
Panduan praktis untuk menangani prolapsus tali pusat :
Tali pusat Berdenyut
Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup.
1. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal.
2. Posisi ibu trendelenburg.
3. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
4. Jika ibu pada persalinan kala I :
a. Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan
b. tangan dalam vagina dan bagian terndah janin segera didorong keatas sehingga tahapan tali pusat
dapat dikurangi.
c. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas ronggal pangul, keluarkan tangan
dari vagina letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukab seksio sesarea.
d. Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV, secara perlahan untuk mengurangi kontaraksi rahim.
e. Segera lakukan sesio sesarea.
5. Jika ibu pada persalinan kala II :
a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ektrasi vakum atau ektraksi cunam /
forceps
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ektradisi bokong atau
Kaki gunakan forsep piper atau panjang untuk melahirkan kepala
yang menyusul.
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea
d. Siapkan segera resuitasi neonates
Tali pusat tak berdenyut
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memeriksa konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan
pervaginam.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali
pusat (prolaps)
Kemungkinan dibuktikan dengan : Perubahan DJJ (DJJ melemah),
ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan : Menunjukkan DJJ dalam batas normal,
menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi
lambat dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin
IIINTERVENSIduksi persalinan Rasional
Menentukan kelainan
Perhatikan maturitas janin Usia gestasi janin harus 36 minggu
berdasarkan riwayat klien, dan atau lebih untuk dilakukan
pengukuran uterus pada letak jantung apakah
Lakukan meniver presentasi verteks, presentasi
Leapold dan bokong dll
pemeriksaan Membantu
vagina,steril, mendapatkan strip
perhatikan presentasi dan posisi pemantauan janin eksternal adekuat
janin. untuk mengevaluasi pola kontraksi
Posisikan klientelentang dan irama jantung janin
dengan bagian kepala ibu lebih Penurunan volume sirkulasi atau
rendah dari vasospasme dalam plasenta
panggul ibu yang ditopang menurunkan
dengan bantal ketersediaan oksigen untuk ambilan
Perhatikan adanya pada pada janin
ibu faktor-faktor yang secara Menentukan kesejahteraan janin
negatif mempengaruhi sirkulasi dan memberikan
plasenta dan oksigenasi janin pengkajian dasar DJJ dan aktivitas
Gunakan EFM uterus
(electronic fatal Distress janin dapat terjadi karena
monitoring) 15-20 mnt sebelum hipoksia mungkin
prosedur dimanifestasikan dengan
induksi penurunan viabilitas,
Lanjutkan pemantauan deselerasi lambat, dan
DJJ,Perhatikan perubahan takikardia yang diikuti
denyut perdenyut dengan bradikardai
deselrasi selama dan Kompres tali pusat diantara jalan
setelah kontraksi lahir dan bagian
Perhatikan adanya presentasi dapat dihilangkan dengan
variabel deselarasi, perubahan posisi
perubahan posisi klien dari sisi Distress janin pada
ke sisi presentasi vertex
Perhatikan warna dan dimanifestasikan dengan
jumlah cairan amnion kandungan mekonium yang
bila pecah ketuban merupakan akibat dari
pecah respon vagal pada hipoksia
Kaji reaksi DJJ terhadap Pengkajian yang tepat perlu
kontruksi, perhatikan dilakukan untuk mencegah
bradikardi atau terjadinya hipoksia. Rentang normal
deselerasi lambat DJJ adalah 120-160 dpm
Auskultasi
jantung Prolaps terlihat atau samar dari tali
janin bila pecah ketuban pusat pada tidak adanya
dilatasi servik penuh dapat
Pantau respon jantung
memerlukan kelahiran sesaria
janin untuk obat pra
Narkotik biasanya
operasi atau anastesi menurunkan variabilitas DJJ dan
regional memerlukan pemberian naloksoa
(narcan) setelah
melahirkan untuk
memperbaiki depresi
pernafasan narkotik.
Hipotensi maternal pada
respon terhadap Anastasia
secara umum menyebabkan
bradikardi janin sementara,
menurunkan variabilitas dan tidur
Diagnosa 2 :Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin, penyimpangan yang
tidak diantisipasi dari harapan
Tujuan : Ansietas pada klien dapat teratasi
Kriteria Hasil : Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam
posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan : Klien dapat menggunakan system pendukung secara efektif
Melaporkan ansietas berkurang dan atau teratasi Klien tampak rileks Menyelesaikan persalinan denagn
sukses
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI Adanya gangguan kemajuan normal
Kaji status psikologis dan dari persalinan dapat memperberat
emosional perasaan ansietas dan kegagalan.
Anjurkan pengungkapan Perasaan ini
perasaan dapat mengganggu kerja sama klien
Gunakan terminologis positif ; dan menghalangi proses induksi
hindari Klien mungkin takut atau tidak
penggunaan istilah yang memahami dengan jelas
menandakan abnormalitas kebutuhan terhadap induksi
prosesdur atau proses persalinan. Rasa gagal karena
Dengarkan keterangan tidak mampu melahirkan secara
klien yang dapat alamiah dapat terjadi
menandakan kehilangan harga Membantu klien pasangan
diri menerima situasi tanpa
Berikan kesempatan pada klien menuduh diri sendiri
untuk member Klien dapat meyakinkan
masukan pada proses bahwa adanya intervensi untuk
pengambilan keputusan membantu proses persalinan
Anjurkan penggunaan atau adalah refleksi negatif pada
kontinuitas teknik kemampuan dirinya sendiri
pernafasan dan latihan Meningkatkan rasa kontrol klien
relaksasi meskipun kebanyakan
dari apa yang telah terjadi diluar
kontrolnya
Menurunkan ansietas,
memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Posisi abnormal letak janin pada kandungan dan prolaps tali pusar merupakan merupakan hal
yang berbeda akan tetapi keduanya merupakan kelainan pada proses kehamilan sampai pada
proses persalinan, letak yang tidak sesuai dengan anatomi janin yang hendak lahir
memmungkinkan ketidk normalan proses persalinan, sedangkan prolaps tali pusar dapat
menancam keselamatan janin dikarenakan sebagaimana yang kita tahu bahwasanya
nutrisi,oksigenisasi janin berasal dari ibu melalui plasenta dan tali pusar. Dengan penangan yang
tepat dan cepat pada kelainan kehamilan tersebut maka akan memperkecil resiko ancaman
keselamatan bagi ibu dan bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KELAINAN LETAK
A. Letak sungsang.
1. Pengertian.
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri
(manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam
rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam
pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 :
606).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah
suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di
fundus uteri.
2. Klasifikasi.
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
a. Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai
terangkat ke atas.
b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) merupakan letak bokong
dimana kedua kaki ada di samping bokong atau letak kaki bokong sempurna.
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak sungsang
dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri atas :
1) Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna.
2) Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna.
3. Etiologi.
Menurut Wiknjosastro (2006) faktor-faktor yang menyebabkan letak sungsang
antara lain :
a. Multipritas.
b. Hamil kembar.
c. Hidramnion.
d. Hidrisefalus.
e. Plasenta previa.
f. Plasenta previa.
g. Kelainan uterus.
h. Panggul sempit.
4. Diagnosis.
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan
kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi
atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
5. Tanda dan Gejala
a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan
lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
6. Penanganan.
a. Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum
permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini
adalah mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala
janin ke dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 :
255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut
janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar
berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam
keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi
luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan.
Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya
sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro,
2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm,
ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik
versi luar yaitu
1) Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi
trendelenburg.
2) Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3) Putar kea rah muka atau perut janin.
4) Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5) Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
b. Penanganan selama persalinan.
1) Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis
ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256). Menurut Mochtar (1998)
terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara
spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak
sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
a) Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya
melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah.
Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya
nurchae arm.
b) Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali
pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu
8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
2) Seksio sesarea.
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio
sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin,
dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan,
kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
B. Letak lintang.
1. Pengertian letak lintang.
Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang
ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
(Wiknjosastro, 2006 : 622).
Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan
bagian terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli
dapat disimpulkan bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin
melintang.
Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak
sesuai dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin
berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke
dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung
teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara
bersalaman. Terababahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila
kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan
adanya scapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar
dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada letak lintang
biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
A. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan
penampilan
2. Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3. Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4. Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara
(rata- rata adalah 8 jam), atau 14 jam pada multipara (rata rata adalah 5
jam).
6. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya
untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah,
atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2
cm/jam pada multipara
7. Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan
karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.
8. Pemeriksaan Diagnosis
a. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi
multiple
b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi
janin ,posisi dan formasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada
penurunan janin
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
C. Intervensi
5. Berikan tindakan
kenyamanan dan pengubahan
posisi klien.Anjurkan penggunaan
tehnik relaksasi dan pernafasan
yang dipelajari
A. Latar Belakang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (Presentasi Bokong). Angka kejadian : 3 % dari seluruh angka kelahiran.
Adapun letak sungsang dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
Letak bokong murni ; prensentasi bokong murni (Frank Breech). Bokong saja yang
menjadi bagian terdepan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki
(Complete Breech). Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau
disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
Letak lutut (presentasi lutut) dan
Letak kaki , yang keduanya disebut dengan istilah ; Incomplete Breech.
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu
kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak
sempurna.
Dari semua letak-letak ini yang paling sering dijumpai adalah letak bokong
murni. Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih
tinggi pada kehanilan muda dibandingkan dengan kehamilan a`terme dan lebih
banyak pada multigravida dibandingkan dengan primigarvida.
Salah satu cara dalam mengatasi keadaan tersebut adalah dengan tindakan
operatif yaitu persalinan dengan cara tindakan seksio sesarea. Dimana apabila
cara-cara lain dianggap tidak berhasil atau syarat-syarat untuk dilakukanya
tindakan tidak terpenuhi atau kondisi ibu memerlukan tindakan yang segera yang
apabila tidak segera dilakukan akan berakibat fatal.
Seksio sesarea adalah persalinan dengan suatu tindakan
operasi/pembedahan untuk mengeluarkan janin dari rongga uterus dengan cara
mengiris dinding perut dan dinding uterus dengan syarat rahim dengan keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan
sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki
3. Letak lutut
4. Letak kaki
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding
kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
B. Etiologi
Penyebab letak sungang :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan lain
lain.
2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
(prematur).
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
5. Janin sedah lama mati.
6. sebab yang tidak diketahui.
C. Klasifikasi
1. Letak bokong (Frank Breech) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat
keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) Letak bokong dimana kedua
kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )
3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech) adalah letak sungsang
dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :
Kadua kaki : Letak kaki sempurna
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
Kedua lutut : Letak lutut sempurna
Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
D. Patofisiologi
Bayi letak sungsang disebabkan :
1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
E. Tanda dan Gejala
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang
budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
F. Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang kadang kaki (pada letak
kaki)
Bedakan antara :
Lubang kecil Mengisap
Tulang (-) - Rahang Mulut
Isap (-) Anus Lidah
Mekoneum (+)
Tumit - Jari panjang
Sudut 90 0 Kaki - Tidak rata Tangan siku
Rata jari jari - Patella (-)
Patella Lutut
Poplitea
4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus
G. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi
dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
Kandung kencing harus dikosongkan
Pasien ditidurkan terlentang
Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.
b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain
sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran
hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada
pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil
bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat
semula.
e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan Persalinan
a. Cara berbaring :
Litotomi sewaktu inpartu
Trendelenburg
b. Melahirkan bokong :
Mengawasi sampai lahir spontan
Mengait dengan jari
Mengaik dengan pengait bokong
Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan
cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan
seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe).
Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan
tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan
dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala
dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya
lahirnya janin dapat dilakukan manual aid
H. Prognasis
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan,
selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena
infeksi.
2. Bagi anak :
Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta
setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala
dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan
dalam waktu 8 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan
(Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data)
dari klien.
2. Keluhan Utama
Adanya kelainan letak janin yang bisa diketahui dari pemeriksaan
3. Riwayat Reproduksi
Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan pertama kali atau sering.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga .
3. Data Psikologi.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan
psikologi klien.
4. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat
terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada
saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien
yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
B. Pengelompokan Data
Analisa data adalah mengkaitkan, menghubungkan data yang telah diperoleh
dengan teori, prinsip yang relevan guna mengetahui masalah keperawatan klien
(Depkes RI 1991 ; 14 )
1. Diagnose Keperawatan
a. Gangguan Rasa nyaman (nyeri ) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah menyeringai.
1) Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan
hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
2) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi
yang kurang benar.
B. Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di
tentukan dengan tujuan, criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan
rasional tindakan (Depkes RI 1991 ; 20 ).
Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf. :
1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
2) Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
4) Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
5) Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6) Observasi efek analgetik (narkotik )
7) Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi miksi
(retensi urine ) berhubungan dengantrauma mekanis, manipulasipembedahan,
oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.
1) Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine
2) Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya ketidaknyamanan
dan rasa nyeri.
3) Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
4) Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan
baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali
dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5) Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6) Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat
obat untuk melancarkan urine.
7) Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu
pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya pengetahuan
tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi, batasan aktivitas, dan
perawatan selanjutnya berhubungan dengan terbatasnya imformasi.
1) Jelaskan bahwa tindakan seksio sesarea mempunyi kontraindikasi yang sedikit
tapi membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, mengguanakan anatesi yang
banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
C. Pelaksanaan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan, sedang tujuan evaluasi itu
sendiri adalah menentukan kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan menilai keberhasilan dari rencana keperawatan atau asuhan
keperawatan ( Depkes RI 1991 ; 31 )
Adapun evaluasi yang di harapkan pada klien dengan Post Seksio Sesarea adalah
sebagai berikut :
1. Rasa nyaman klien terpenuhi
2. Pola eliminasi miksi dan defekasi kembali normal
3. Klien menunjukkan respon adaptif
4. Pengetahuan klien mengenai keadaan dirinya bertambah
5. Pola nafas klien kembali efektif
6. Tidak terjadi komplikasi ; perdarahan atau infeksi.
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Letak sungsang
merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim).
Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia).
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan
letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena
penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan
ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang?
2. Faktor- faktor yang menyebabkan letak lintang dan sungsang?
3. Bagaimana penatalaksanaan dari letak lintang dan sungsang?
4. Bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang?
5. Bagaimana mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang?
1. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang.
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan mletak lintang dan sungsang.
3. Mengetahui tentang penatalaksanaan letak lintang dan sungsang
4. Memahami bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang
5. Mampu menjelaskan mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Evolutio spontanea
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya
kepala.
b. Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama sama lahir memasuki panggul. Kadang kadang oleh karena his,
letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala
atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam
panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin.
Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected
Transverse Lie
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan
ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit
merubah letak janin.
Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya
masuk ke dalam rongga perut.
Keterangan :
VL : Versi Luar
VE : Versi Ekstraksi
4. PROGNOSIS
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan kelainan yang
menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih
tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus
lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
1. Prolasus funiculi
2. Trauma partus
3. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4. Ketuban pecah dini
4. PENATALAKSANAAN
1. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih
dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32
minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
2. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba
versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio
caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida
dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan
SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.
2.2 LETAK SUNGSANG
2.2.1 Defenisi
Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong
bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999).
2.2.2 Klasifikasi
2.2.2.1 Letak bokong murni (Fank Breech)
Letak bokong dengan kedua tunkai terangkat keatas
2.2.2.2 Letak sungsang sempurna (Campliete Breech)
Letak bokong dimana kaki ada disamping bokong (Letak bokong sempurna atau lipat kijang).
2.2.2.3 Letak sungsang sempurna (Incomplite Breech)
Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)
Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut : letak lutut sempurna (1%)
Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)
2.2.3 Diagnosa
2.2.3.1 Anamnesa
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
2.2.3.2 Pemeriksaan luar
Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri,
denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
2.2.3.3 Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil bedakan
apakah kaki atau tangan
(FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999)
2.2.3.4 Pemeriksaan foto rongen
Bayangan kepala difundus
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)
2.2.4 Etologi / Penyebab Letak Sungsang
2.2.4.1 Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Setum pada rahim
- Uterus Dupletis
- Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
- Plasenta retak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Difermitas tulang panggul
- Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala
2.2.4.2 Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau Anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramneon atau Oligohidramneon
- Prematuritas
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
Kerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin
dengan versi luar.
Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengan
kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau
plasenta previa.
Teknik :
- Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
- Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
- Putar ke arah muka atau perut janin
- Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
- Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan
2.2.8 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang
Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :
- Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk kepastian
dalam lahir
- Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang
optimal
- Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
- Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta
serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang
untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi,
diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek
keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ;
1.Menjelaskan konsep dasar dari plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus.
Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium
internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium internus tersebut.
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta .
Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta .
Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
(ostium internus servisis)
Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan
yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar
maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).
Menurut Brenner dkk (1978) menemukan, dalam paruh terakhir kehamilan, insiden
plasenta previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 % diantaranya merupakan plasenta
previa totalis. (Williams,847). Di RS. DR Cipto Mangunkusumo antara tahun 1971-1975,
terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1
diantara 125 persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan, 367) Kejadian plasenta previa adalah 0,4-
o,6 % dari keseluruhan persalinan. (Acuan Nasional).
2.6 Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan
premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat
menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip,
keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan
diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer
Laktat).
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus
hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan
banyak.
Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasive.
Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60 mg selama
1 bulan. Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai
rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Terapi Aktif.
Janin matur
Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali).
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas
janin. Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit,
persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea. Jika persalinan
dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
Jahit tempat perdarahan dengan benang.
Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60
tetes permenit.
penanganan yang sesuai .Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika perdarahan
terjadi pascapersalinan, segera lakukan.
1. Infus cairan
2. oksigen (kalau ada)
- Cairan infus
- Rujuk kerumah sakit
- Aterm
- Belum aterm
- Periksa dalam di meja operasi
1.Konservatif
2.Rawat
3.Kortikosteroid untuk pematangan paru-paru janin bila perdarahan ulang banyak dilakukan
PDMO Plasenta previa Plasenta letak rendah Seksio sesaria Partus pervaginan
BAB III
A.PENGKAJIAN
Biodata :
Umur : 23 Thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :IRT
No RM : 09.08.08.125
Golongan Darah :_
PENANGGUNG JAWAB
Nama suami : Tn.A
Umur : 28 Thn
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Golongan Darah :_
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama
Keluar cairan disertai Perdarahan
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat abortus pada kehamilanya yang lalu.
Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang mmpunyai penyakit menular atau pun penyakit
keturunan seperti, DM, TBC dan lain-lain.
Riwayat pernikahan :
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Usia menikah 23 tahun bagi ibu dan 23
tahun bagi suami, lamanya pernikahan 13 tahun.
Riwayat menstruasi :
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun siklus 28 hari, tidak teratur lamanya
3 hari, konsistensi darah cair, ibu biasa ganti pembalut biasa 2-3 kali sehari. Ibu mengatakan
tidak ada keluhan selama haid.
Ibu merasa hamil 9 bulan, ini merupakan kehamilan ke-3 ibu, ibu tidak pernah keguguran, ibu
selalu memeriksakan kehamilan di puskesmas sebanyak 11 kali. Hari pertama haid terakhir ibu
28-12-2009. Taksiran persalinan 05-10-2010. Ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
TT1 pada saat usia kehamilan 5 bulan pada tanggal 10 Mei 2010 dan TT2 pada usia kehamilan 7
bulan pada tanggal 01 Juli
Riwayat Penyakit ;
Ibu menyatakan tidak memiliki penyakit yang dapat memperberat khamilan seprti hipetensi,
jantung, asma, ataupun DM.
Riwayat Kontrasepsi :
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan selam 4 tahun tanpa adanya keluhan kemudian
diganti dengan KB pil selama 1 tahun. Setelah melahirkan rencana menggunakan kembali KB
suntik 3 bulan .
Riwayat penggunaan obat- obatan dan bahan lain ( kebiasaan hidup sehat )
Obat yang di konsumsi ibu hanya obat yang di berikan oleh bidan seperti Fe, vitamin, dan c/kal.
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak minum minuman kerasan dan jamu serta obat
obatan terlarang. Suami ibu perokok tapi bukan peminum alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Objektif
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital
- Tekana darah : 90/80 mmhg
- Respirasi : 28x/mnt
- Nadi : 110x/mnt
- Suhu : 38 0C
d. Berat badan
Sebelum hamil : 65 kg
Sekarang : 73,8 kg
e. Head to toe
Kepala
tidak ada lesi, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Rambut
tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.
Mulut
bibir kering, warna pucat, tidak ada stomatitis, gigi tidak karies
Leher
tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, kelenjar limpe dan tiroid.
Dada
Paru-paru
pergerakan nafas teratur, bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronchi, dan whizeeng
Jantung
bunyi jantung lup dub, frekunsi teratur
Payudara
bentuk simetris, ukuran normal, puting susu menonjol, kolostrom ada, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada retraksi/ dimpling
Abdomen
tidak ada bekas operasi/ sc, ada striae gravidarum, tidak ada lessi.
TFU : 33 cm
Letak bayi : tidak normal ( sungsang )
genital
Pengeluaran pervaginam : lendir dan darah
Vulva dan vagina : adanya pendarahan
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Ekstermitas atas : tidak ada oedema,kuku tidak pucat, reflek bisep dan trisep baik
Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek patella baik.
3. Personal hygine:
mandi 2x/hari
gosok gigi 2x/hari
4. Eliminasi:
buang air besar
frekuensi Lancar
warna Kuning
kosistensi Padat
Ibu tinggal bersama suami dan ke-2 anaknya beserta orangtua dari ibu. Respon keluarga
dan suami terhadap kehamilan ini baik. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
DATA PENUNJANG
Leukosit : 20000
Trombosit :
Hemoglobin :11,5
USG :
ANALISA DATA
jaringan
Perdarahan
Sirkulasi
maternal/kejanin
Risiko/actual distress
janin
Kekurangan volume
cairan
Resiko/actual sok
hipo
PROSES KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan Trimester ketiga pada umumnya merupakan perdarahan yang
berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan
kematian. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa. Plasenta previa selain menimbulkan
penyulit pada ibu, dapat juga menimbulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim.
Banyaknya faktor yang menyebabkan meningkatnya kejadian plasenta previa disebabkan
oleh faktor umur penderita, faktor paritas karena pada paritas yang tinggi kejadian paritas makin
besar yang mana disebabkan oleh endometrium yang belum sempat tumbuh, faktor endometrium
di fundus belum siap menerima implantasi, endometrium, vaskularisasi yang kurang pada
desidua, riwayat obstetri. Hal tersebut jika dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan terjadinya
komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan plasenta previa adalah perdarahan dan mengakibatkan syok, anemia karena perdarahan,
plasentitis, prematuritas janin dan asfiksia berat, peningkatan mortalitas janin, perdarahan
pascapartum karena perdarahan pada tempat pelekatan plasenta.
Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif, sindrom Sheehan dan
defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada abrupsio plasenta. Untuk
mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan
secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan klien, mencegah terjadinya plasenta
previa berulang dan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi,
memberikan diit sesuai dengan kebutuhan tubuh cukup kalori, protein serta memberikan obat-
obatan untuk mengobati penyakit dasar dan dalam perawatan diri pasien secara optimal,
sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan plasenta
previa.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Plasenta previa adalah ?
2. Etiologi dari plasenta previa adalah?
3. Sebutkan klasifikasi dari plasenta previa?
4. Sebutkan tanda dan gejala dari plasenta previa?
C. Tujuan
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000). Menurut
Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak
normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.Menurut
Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen
bawah Rahim
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat
yaitu :
1. Total bila menutup seluruh serviks
2. Partial bila menutup sebagian serviks
3. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta).
4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan
lahir).
C. Klasifikasi
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat
2. Plasenta Previa Parsialis/Lateralis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi
inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
3. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi
risiko perdarahan tetap besar.
4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman.
Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.
F. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau
seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek Karena lepasnya
placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari placenta. Perdarahan tak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada placenta letak normal.
G. Pathway
penyebab plasenta previa
O2 ke plasenta
Kompensasi plasenta :
Plasenta menempel di uteri bagian perluasan plasenta untuk menutupi
Bawah dan mengalami perluasan nutrisi janin pd minggu terakhir
Sampai minggu ke 20 kehamilan
Terjadi pembentukan SBR dari diferensiasis
Segmen atas dan perubahan serviks
NYERI
Perdarahan terjadi terus menerus karena pendarahan awal biasanya dg
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi jumlah sedikit dan
berhenti oleh
Secara cukup untuk menghentikan aliran dari pembentukan bekuan darah, tetapi
Pembuluh darah yg terbuka perdarahan nya bias berulang
setiap
Waktu
Hipovolemi
Kurang informasi
Intoleransi Aktifitas
I. Terapi
1. Terapi Ekspektatif ( mempertahankan kehamilan )
Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu. Pada kehamilan 24
34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan keadaan ibu dan anak baik, maka
kehamilan sedapat mungkin dipertahankan dengan pemberian :
a.betamethasone 2 X 12 mg ( IM ) selang 24 jam
b. antibiotika
2. Terapi Aktif ( mengakhiri kehamilan )
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic
plasenta previa namun harus hati hati karena bahayanya sangat besar.
3. Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk
menunjang persiapan operasi
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan
alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
7. Pemeriksaan inspekula
Hati hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam
uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain lain.
8. Pemeriksaan radio isotope
Macam macam pemeriksaan ini antara lain :
a. plasentografi jaringan lunak
b. sitografi
c. plasentografi inderek
d. anterigrafi
e. amnigrafi
f. radio isotopik plasentografi
K. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
BAB III
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda
guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan
volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan
abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi
epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan
otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
3. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
4. Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak di bagian uterusnya.Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal
ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga
terjadi pendarahan.
B. Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat fatal
jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat sebaiknya cermat
melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia, agar jika terjadi keadaan
darurat dapat segera tertangani.
Daftar Pustaka
A. PENGERTIAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasentadari tempat implantasinya yang normal pada lapisan
desidua endometrium sebelum waktunyayakni sebelum anak lahir.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada
kehamilan 22 minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).
Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau
keseluruhan plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman
V,2003)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana
plaesnta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus)
terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari
solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal dari uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada
kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi ) di atas 22 minggu atau
berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter (Saefuddin AB,2006)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada
korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis),atau
seluruhnya(totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus
marginalis) (dr.Handayo,dkk)
B. KLASIFIKASI
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio parsialis), atau bisa
seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes anatara
plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput
ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar
melalui vagina (revealed hemorrhage).
Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar
melalui vagina (concealed hemorrhage) jika
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban pecah
karenanya
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
bawah rahim.
C. INSIDEN
1) Berkisar 1% 2% dari seluruh kehamilan (AAFP,2001)
2) Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5% 5% dan kematian janin 50 80%
(Mansjoer,2001)
D. ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-
faktor yang berpengaruh pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1) Hipertensi esensial atau preeklampsi.
2) Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3) Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang
sedang di gendong.
4) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5) Uterus yang sangat kecil.
6) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
8) Mioma uteri.
9) Defisiensi asam folat.
10) Merokok,alcohol,dan kokain.
11) Perdarahan retroplasenta.
12) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan
akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya
akan mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan
plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian
baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang
berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma
retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh
plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di
bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara
serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus
akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut
terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan
pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam
peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-
mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh
yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia
sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan
pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama
penanganan solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin
hebat komplikasinya.
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada
mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan
pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan
dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro
plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus
tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban.Sesungguhnya solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu
proses yang bermula dari suatu keadan yang mampu memisahkan vili-vili
korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga
terjadi perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya bergantung pada etilogi.
Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah
desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)
yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
meneyebabkan pembekuan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau
dalam vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat
yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan
sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis
terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.
F. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat
ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada
uji coba yang khas untuk menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda
klinisnya yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang
berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus
tegang terus-menerus mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita
bahkan tidak menunjukkan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip
tanda persalinan prematur saja.
Oleh karena itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi diperlukan dari
pihak pemeriksa
G. GEJALA
Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman
dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio
plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah
jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin
telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan
darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih
sering terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-
tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,
terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada
keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal
H. DIAGNOSIS
1) Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
2) Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
a) Perdarahan pervaginam (80%)
b) Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
c) Gawat janin (60 %)
d) Kelainan kontraksi uterus (35%)
e) Kelainan premature idiopatik (25%)
f) Dan kematian janin (15%)
3) Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
4) Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio
plasenta antara lain :Hitung sel darah lengkap
a. Fibrinogen
b. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk
mengetahui terjadinya DIC
c. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
d. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di
dalam sirkulasi ibu
5) Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan
lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini
lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat
teridentifikasi melalui USG.
6) Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio
plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar
dan lamanya) serta keahlian operator.
7) Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat
memperlihatkan hematoma retroplasenter.
8) Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium,yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus
yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
9) Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
10) Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta
previa adalah vasa previa,trauma vaginal,serta keganasan (jarang).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya
dengan criteria :
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis
sampai syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi
darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti
hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah
menambah bertanya perdarahan.
e. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
f. Utero renal reflex
g. Ruptur uteri
2) Komplikasi pada janin
a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada beberapa sebagian placenta telah lepas dari implantasinya
di fundus uteri.
b. Kelainan susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia
J. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya
adalah anak :
1) Mencegah kematian ibu
2) Menghentikan sumber perdarahan
3) Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir
hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
1. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur
keseimbangan cairan
2. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan
infuse dan transfuse darah segar
3. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation
Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi
ginjal
4. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5. Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea.
Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan
lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah
segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring
berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
7. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis
ginjal (reflek utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat
pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok
berat hingga kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria.
Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio plasenta
adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
K. PENANGANAN
Semua pasien yang tersangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap
di rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan
pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta
gambaran pembekuan darah dengan memeriksa waktu pembekuan, waktu
protrombin, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan kadar
hancuran fibrin dan hancuran fibrinogen dalam plasma. Pemeriksaan dengan
ultrasonografi berguna terutama untuk membedakannya dengan plasenta
previa dan memastikan janin masih hidup.
Manakala diagnosis belum jelas dan janin hidup tanpa tanda-tanda gawat
janin, observasi yang ketat dengan kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera
diaktifkan untuk intervensi jika sewaktu-waktu muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus perabdominam
bergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan
spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin. Penanganan terhadap
solusio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus masing-masing
tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan
janinnya. Bilamana janin masih hdup dan cukup bulan, dan bilamana
persalinan pervaginam belum ada tanda-tandanya, umumnya dipilih
persalinan melalui bedah sesar darurat ( Emergency Caesarean Section ).
Pada perdarahan yang cukup banyak segera lakukan resusitasi dengan
pemberian transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti persalinan yang
dipercepat untuk mengandalikan perdarahan dan menyelamatkan ibu sambil
mengharapkan semoga janin juga bisa terselamatkan. Umumnya kehamilan
diakhiri dengan induksi atau stimulasi pasrtus pada kasus yang ringan atau
janin telah mati, atau langsung dengan bedah sesar pada kasus yang berat
atau terjadi gawat janin.
Penanganan ekspektatif pada kehamilan belum genap bulan berfaedah bagi
janin, tetapi umumnya persalinan praterm tidak terhindarkan baik spontan
sebagai komplikasi solusio plasenta maupun indikasi obstetrik yang timbul
setelah beberapa hari dalam rawatan. Terhadap pemberian tokolisis masih
terdapat silang pendapat disamping keberhasilan yang belum menjanjikan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan pervaginam
kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi darah
yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang menghendaki persalinan
dilakukan perabdominam. Hemostatis pada tempat implantasi plasenta
tergantung sekali kepada kekuatan kontraksi miotrium secara farmakologik
atau masase agar kontraksi miometrium diperkuat dan mencegah
perdarahan yang hebat pasca persalinan sekalipun pada keadaan masih ada
gangguan koagulasi. Harus diingat bahwa koagulopati berat merupakan
faktor risiko tinggi bagi bedah besar berhubung kecenderungan perdarahan
yang berlangsung terus pada tempat insisi baik pada abdomen maupun
pada uterus.
Pemberian oksitoksin dan amniotomi adalah dua hal yang sering dilakukan
pada persalinan pervaginam. Kedua hal tersebut mempunyai rasionalitasnya
masing-masing baik yang menguntungkan maupun merugikan. Kiranya
keuntungan dan kerugian dari kedua metode ini masih belum ada bukti yang
mendukung.
L. RUJUKAN
Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat
dengan :
1) Memasang infus
2) Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3) Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4) Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5) Mentyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm
pemberian pertolongan pertama.
Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan
/atau anak. Tindakan section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan
tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4 cm kejadian
solusio plasenta pada nulipara)
M. PROGNNOSIS
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin. Solusio plasenta ringan masih mempunyai
prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedangmempunyai prognosis yang
lebih buruk terutama terhadap janinnya karena morbiditas ibuyang lebih
berat.
Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk terhadap ibulebih-
lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah
mati danmortalitas maternal meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada
solusio plasenta sedang danberat prognosisnya juga tergantung pada
kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien. Transfusi
darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepatwaktu
sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.
C. Pathofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium
sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta
yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta
makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya
janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah
tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Pathway :
Trauma
Perdarahan ke dalam desidualbasalis
Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium
Terbentuk hematoma desidual
Penghancuran plasenta
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
Hematoma retroplasenta
Pelepasan plasenta lebih banyak
Uterus tidak mampu berkontraksi optimal
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
Syok hipovolemik
D. Klasifikasi Solusio Plasenta
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis. Plasenta yang
terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang terlepas hanya
sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus Marginalis. Solutio Plasenta
dibagi menjadi 3:
a. Solutio Plasenta ringan
1. tanpa rasa sakit
2. pendarahan kurang dari 500cc warna akan kehitam-hitaman
3. plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
4. fibrinogen diatas 250mg %
b. Solutio Plasenta sedang
1. Bagian janin masih teraba
2. Pendarahan antara 500-100cc
3. Terjadi fetal distress
4. Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c. Solutio Plasenta berat
1. abdomen nyeri,palpasi janin suka
2. janin telah meninggal
E. Manifestasi Klinis
1. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai
nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian
janin intra uterin.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3. Pemeriksaan obstetri
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan
elektrolit plasma.
2. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
3. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
G. Komplikasi
1. Langsung (immediate)
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Emboli dan syok abtetric.
2. Tidak langsung (delayed)
a. couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.
b. hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
c. nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia
d. kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
3. Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar fibrinogen kurang
dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat
janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila janin dapat
diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah dan sindrom
gagal nafas.
H. Penatalaksanaan
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
2. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke
kiri , tidak melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga perut.
3. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan . berikan cairan peroral.
4. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula BJJ & pergerakan janin.
5. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila tidak
teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratasi perhatikan keadaan janin.
6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat
diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal.
7. Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea .
8. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu:
a. Solusi plasenta ringan .
Ekspektatif , bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti , kontraksi uterus tidak
ada , janin hidup ) dengan tirah baring atasi anemia , USG & KTG serial , lalu tunggu
persalinan spontan.Aktif , bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus , uterus
berkontraksi , dapat mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan
amnintomi / infus oksitosin bila memungkinan . jika terus perdarahan skor pelvik
kurang dari 5 / ersalinan masih lama , lakukan seksi sesarea .
b. Slusio plasenta sedang / berat .
Resusitasi cairan..Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah.Partus
pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila tidak
dapat renjatan , usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih ,
pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung
lama.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anemnesis
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat
mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-
recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah,pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu
kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.
e. Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
2. Inspeksi
a. Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan.
b. Pucat,sianosis,keringat dingin.
c. Kelihatan darah pervaginam
3. Palpasi
a. Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak
sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
c. Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
d. Bagian bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
4. Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas
140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari sepertiga
5. Pemeriksaan dalam
a. Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b. Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his
atau di luar his.
c. Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di
kacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
a. Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
b. Nadi cepat,kecil,filiformis
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
b. Darah Hb menurun (anemia),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match
test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam
,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya
150 mg %).
8. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis
dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah
beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter. (Mochtar
rustam,sinobsis obstetri Jilid I, edisi II EGC:1998,hal282-284)
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat.
b. Defisist volume cairan tubuh b/d perdarahan.
c. Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan
bagian distal.
d. Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta.
e. Ketakutan b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat.
Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri/ketidak nyamanan hilang
Kriteria Hasil : Nyeri hilang, TTV dalam batas normal dan Nyeri tekan hilang atau
berkurang.
Intervensi dan rasional :
a. Tentukan sifat dan lokasi dan durasi nyeri,kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri
abdomen.
R/ Membantu di dalam mendiagnosa dalam memilih tindakan,solusio plasenta
dengan nyeri hebat ,khususnya bila terjadi hemoragi renoplasenta tersembunyi.
b. Kaji stress psikologi klien atau pasangan dan respon emosional terhadap kejadian.
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberatderajat ketidak
nyamanan karena sindrom ketegangan,karena sindrom ketegangan,takut nyeri.
c. Berikan lingkungan yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri, instruksikan klien
menggunakan metoderelaksasi (misalnya napas dalam dan distraksi).
R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkatan ansietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan.
d. Kolaborasi pengosongan rahim secepat mungkin dengan pemecahan ketuban dan
pemberian infus dan oksytoksin.
R/ Pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan perdarahan tapi untuk
mempercepat persalinan dan mengurangi regangan dinding Rahim.
e. Berikan obat sesuai indikasi.
R/ mengurangi rasa nyeri
2. Defisit volume cairan tubuh b/d perdarahan
Tujuan : Klien akan mempertahankan keseimbangan tubuh yang adekuat.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal,Pengisian kapiler cepat, Tidak anemia
pucat
Intervensi dan rasional :
a. Evaluasi,laporkan dan catat jumlah serta kehilangan darah.
R/ Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnose.
b. Catat tanda-tanda vital,pengisian kapiler pada dasar kuku,arna membran mukosa atau
kulit dan suhu.
R/ sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari
kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok.
c. Pantau aktivitas uterus,dan adanya nyeri tekan abdomen.
R/ Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan hasil dan peristiwa
hemoragi.
d. Pantau masukan atau keluaran cairan.
R/ menentukan luasnya kehilangan cairan.
e. Kolaborasi berikan larutan intravena,ekspander plasma dan darah lengkap atau sel-sel
kemasan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan volume darah,sirkulasi,dan mengatasi gejala-gejala syok
3. Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan
bagian distal.
Tujuan : klien akan menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal,Perdarahan berkurang atau hilang
Intervensi dan Rasional :
a. Perhatikan status psikologi ibu ,status sirkulasi dan volume darah.
R/ Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan,kemungkinan
menyebabkan hipodemia atau hipoksia urgioplasenta.
b. Auskultasi dan laporan DJJ, bradikardia dan takikardia catat perubahan pada aktivitas
janin.
R/ Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin.Pada awalnya janin berespon pada enurunan
kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan.
c. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus.
R/ Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
d. Catat perkiraan tanggal Kehilangan (PTK) dan tinggal fundus.
R/ PTK memberikan perkiraan untuk menentukan viabilitas janin.
e. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
R/ menghilangkan tekanan pada vena inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta
(janin dan pertukaran oksigen ).
f. Kolaborasi berikan suplemen oksigen klien.
R/ Meningkatkan ketersediaan oksigen utnuk janin
4. Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta
Tujuan : Klien akan menunjukan berkurangnya ketakutan dan perilaku yang menun
jukan ketakutan.
Kriteria hasil : Tidak takut, Tidak gelisah
Intervensi dan Rasional :
a. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
R/ Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
b. Pantau respon verbal dan nonverbal klien /pasangan.
R/ Menendakan tingkat rasa takut yang sedang di alami klien/pasangan.
c. Dengarkan masalah klien.
R/ Memberikan kesempatan mengungkapkan ketakutan atau masalah dan untuk
mengembangkan solusi sendiri.
d. Berikan jaaban yang jujur.
R/ jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan baik
5. Ketakutan b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin.
Tujuan : klien akan menunjukan perubahan perilaku atau gaya hidup untuk
menekan kadar resiko dalam melindungi diri serta janin.
Kriteria hasil : Tidak takut, Tidak ada perdarahan
Intervensi dan Rasional :
a. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin seperti anemia atau
hemoragi.
R/ factor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi oksegenasi ibu mempunyai
dampak yang sama pada kadar oksigen janin / plasenta.
b. Tentukan penyalagunaan zat seperti tembakau alcohol dan obat-obatan lain.
R/ Penggunaan /penyalagunaan dapat mengakibatkan sindrom alcohol janin sampai
kelainan/perlambatan perkembangan yang khusus.
c. Kaji adanya potensial resiko pada janin.
R/ Bayi yang lahir dari ibu solusio plasenta bersifat prematuritas ,berat badan lahir
rendah dan trauma kelahiran.
d. Kolaborasi singkirkan masalah maternal atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi
peningkatan DJJ (mis:anemia)
R/ factor-faktor dapat meningkatkan frekuensi jantung ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th edition.
Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusioplasenta-
di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaruperiode-1-januari-
2002-31-desember-2006/.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi &
obstetriginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby
Inc.
Mansjoer Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jilid 1.FK UI.Jakarta.
A. LATAR BELAKANG
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi
untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan
< 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus
uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang
bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang
produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi,
yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah rahim
dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka kejadian plasenta previa adala
0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur
plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari
20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi
normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh
karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada /
tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan
yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena
dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi plasenta previa dan solusio plasenta
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta
3. Untuk mengetahui etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta
5. Untuk mengetahui insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta
6. Untuk mengetahui diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
7. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta
8. Untuk mengetahui terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi plasenta previa dan solusio plasenta ?
2. Apa saja klasifikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
3. Apa etiologi dari plasenta previa dan solusio plasenta?
4. Apa saja tanda dan gejala dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
5. Bagaimana insidensi kejadian dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
6. Bagaimana diagnosis pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta dapat ditegakkan ?
7. Apa saja terapi untuk pasien dengan plasenta previa dan solusio plasenta ?
8. Apa saja komplikasi dari plasenta previa dan solusio plasenta ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi
pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Letak
placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari
tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di
atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu yaitu :
2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui
osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang dimaksud
ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri intemum. Penentuan macamnya
plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis pada
pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu pula
plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm.
Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan
mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm.
Terdapat sate kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa, yaitu plasenta letak
rendahplasenta yang implantasinya rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang multifaktorial telah
dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini,
kelahiran dengan sesarea sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan
trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi
abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio (embryonic plate)
pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan bertumbuhnya plasenta, plasenta
yang telah berkembang bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi
desidua yang jelek, inflamasi, atau perubahan atropik.
Begitu juga dengan etiologi solusio pasenta sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
Tapi terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai yaitu:
Umur yang tua
Multiparitas
Hipertensi yang di induksi oleh kehamilan atau hipertensi kronik
Preterm prematur ruptur membran
Trauma eksternal
Kebiasaan merokok
Minum alkohol
Narkotika (kokain)
Leiomyoma uteri : khususnya yang terdapat dibawah implantasi plasenta
E. INSIDENSI
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus
perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu,
pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih
dahulu.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang
(recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang
perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh
darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi (penglihatan):
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan
sebagainya
- Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau
terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada
ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas
operasi segera tersedia.
Pemeriksaan dengan Alat:
a. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
b. Pemeriksaan USG:
- Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 % identifikasi plasenta previa
- Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan plasenta perkreta.
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1 . Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman
yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang
perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
Perdarahan timbul akibat adanya trauma pada abdomen atau timbul spontan akibat adanya
penyulit pada kehamilan yang merupakan predisposisi solusio plasenta. Faktor predisposisi
solusio plasenta antara lain : usia ibu semakin tua, multi paritas, preeklampsia, hipertensi kronik,
ketuban pecah pada kehamilan preterm, merokok, trombofilia, pengguna kokain, riwayat solusio
plasenta sebelumnya, dan mioma uteri. Darah yang keluar tidak sesuai dengan beratnya penyakit,
berwarna kehitaman, disertai rasa nyeri pada daerah perut akibat kontraksi uterus atau rangsang
peritoneum. Sering terjadi pasien tidak lagi merasakan adanya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
3. Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
Periksa Luar : uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba, bunyi
jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah ada kelainan letak atau
pertumbuhan janin terhambat.
Inspekulo : apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina.
Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah tampak
pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.
Periksa Dalam : perabaan fornises hanya dilakukan pada janin presentasi kepala, usia gestasi di
atas 28 minggu dan curiga plasenta praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat
terjadi kurang dari 6 jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di
daerah serviks dan vagina.
Pelvimetri Klinis : dilakukan pada kasus yang akan dilahirkan per vaginam dengan usia gestasi
36 minggu atau TBJ 2500 gram.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
Kadar haemoglobin [Hb] atau hematokrit [Ht] sangat bervariasi. Penurunan Hb dan Ht umumnya
terjadi setelah terjadi hemodilusi. Hapusan darah tepi menunjukkan penurunan trombosit, adanya
schistosit menunjukkan sudah terjadinya proses koagulasi intravaskular.
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan, lakukan pemeriksaan clott observation
test. Sample darah vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses pembentukan bekuan
(clot) dan lisis bekuan yang terjadi. Bila pembentukan clot berlangsung > 5 10 menit atau
bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal tersebut menunjukkan adanya
penurunan kadar fibrinogen dan trombosit.
Pemeriksaan laboratorium khusus :
Prothrombine time
Partial thromboplastine time
Jumlah trombosit
Kadar fibrinogen
Kadar fibrinogen degradation product
b. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.
Pemeriksaan ultrasonografi tak memberikan banyak manfaat oleh karena pada sebagian besar
kasus tak mampu memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta.
G. TERAPI
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Terminasi. Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut,
misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan anak mati (tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan demikian
menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat
berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan
serviks yang agak sering terjadi pada persalinan per vaginam.
2. Ekspektatif. Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk
menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi menunggu dapat
dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal.
b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.
Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (Hb-nya normal) dan
perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif, pasien di rawat di rumah sakit sampai berat
anak 2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan
untuk menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan
umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah tercapai, kehamilan diakhiri menurut salah satu cara
yang telah diuraikan.
Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya
infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin. Jenis
persalinan apa yang kita pilih untuk pengobatan plasenta previa dan kapan melaksanakannya
bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat
mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/sedikit,
pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak
yang mati cenderung untuk dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang
masih kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif.
Perlu diperhatikan bahwa sebeium melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa,
harus selalu tersedia darah yang cukup.
Cara-cara vaginal terdiri dari 1. Pemecahan ketuban. 2. Versi Braxton Hicks. 3. Conan Willett-
Gauss.
Terapi untuk solusio pasenta dibagi menjadi dua, yaitu :
Terapi Medik
1. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu atau TBJ < 2500 gram.
a. Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada,
janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan janin
dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu
partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus,
kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau janin). Bila
perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
Bila partus dapat terjadi < 6 jam, amniotomi dan infus oksitosin.
b. Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi darah), partus pervaginam bila < 6 jam
(amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
2. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio
sesarea.
3. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan
tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio
sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam.
Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
2. Seksiosesarea atas indikasi medik.
3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi
medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh
operator yang kompeten.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1. Perdarahan dan syok
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
5. Prematuritas atau lahir mati
A. KESIMPULAN
Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang terjadi
pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. Letak
placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin) dari
tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa yaitu : pada awalnya kejadian ini tak
memberikan gejala apapun.
Komplikasi pada plasenta previa yaitu :
1. Perdarahan dan syok
2. Infeksi
3. Laserasi serviks
4. Plasenta akreta
5. Prematuritas atau lahir mati
Mansjoer Arif Dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk Ui . Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/solusio-plasenta/
http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=61
http://biechan.wordpress.com/106/
http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/solusio-plasenta/
http://sayangbunda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=118%3Asolusio-
plasenta&catid=38%3Aobstetrics&Itemid=1
http://aangcoy13.blogspot.com/2011/06/askep-solusio-plasenta.html
ASKEP PERDARAHAN ANTEPARTUM (KEPERAWATAN MATERNITAS)
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada
plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan
postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak nyata bahwa perdarahan
serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu terjadinya perdarahan
pada kehamilan digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris.
Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu yang dapat
memperparah perdarahan obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan
obstetris yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak
sesuai dengan standar prosedur.
Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat
diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan.
Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis
servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta
dari tempat implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat
jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali pusar disertai ruptur dan
perdarahan dari pembuluh darah janin pada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa
previa.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu dapat
teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan sedikit atau
tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh robekan marginal
plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan seperti ini tetap
beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta previa tampaknya
telah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta previa biasanya terjadi
pada kehamilan trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab itu,
hal ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang membahayakan
ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan antenatal sangat memungkinkan karena
umumnya keadaan dengan plasenta previa munculnya perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanda disertai dengan rasa nyeri dan terjadi
pada waktu yang tidak tentu tanpa trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami
plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam
karena tindakan tersebut dapat menyebabkan perdarahan semakin banyak.
1.2 TUJUAN
c) Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perdarahan
antepartum
d) Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada
klien dengan perdarahan antepartum.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
1. Plasenta Previa
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).
Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-
ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak
selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri
belum menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan
perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Faktor-faktor etiologinya :
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di bawah 25
tahun.
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil,
hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga,
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka.
Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)
Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25
tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun.
(Winkjosastro, 2003)
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-
tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan
dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat itu
bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi
berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek
karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari
bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro,
2005)
Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan
prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan luar
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan
jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba
plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam pintu
atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak kepala yang
mengapung, letak sungsang atau letak melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang
lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat
merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak
normal
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif, maka angka
kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh
kasus terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan
Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan
buatan (Mochtar, 2003).
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan
yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah
baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi
untuk memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan
presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO 4 4 gr IV, Nifedipin 3 x
20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru-paru
janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar
ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat (Manuaba, 2010).
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak
atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Solusio Plasenta
3) Prolapsus Plasenta
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua
(Manuaba, 2010).
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian
dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi
diantara serabut otot rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding rahim. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila
sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan
gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal,
dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya
komplikasi (Manuaba, 2010).
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-
tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan
akhirnya berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan
disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim.
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan lahir
yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.
Pemeriksaan
1) Komplikasi langsung.
1) Terhadap Ibu
2) Terhadap Anak
1) Terapi Konservatif
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera
dilahirkan dan pedarahan berhenti.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Umum
B. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C. Riwayat Kesehatan
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria
curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seperti hepatitis.
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.
4. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Tentang laktasi
Colostrum ada
E. Pemeriksaan fisik
Abdomen
Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
- Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
F. Pemeriksaan Penunjang
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi
pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya.
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
(Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim.
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan.
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau
kemajuan keadaan klien.
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada
plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak.
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan
terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan komunikasi
therapeutik.
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga
sendiri dan klien merasa diperhatikan.
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta.
Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
perut.
Intervensi :
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan
mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri.
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar
dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
3. 4 Evaluasi
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi mulai
diberikan.
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny U
3. Agama : Islam
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn S
2. Umur : 41 tahun
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
1. Keluhan utama:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Maret2015,
G3P2A0 dengan plasena previa totalis. rembesan air tidak ada, perdarahan pervaginam
bergumpal sejak tanggal 1 Maret 2015 jam 01.30 .
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit jantung, paru,
hipertensi, DM.
G3 P2 A0
HPL : 6-5-2015
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg
Lila : 25 cm
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit jantung, paru,
hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain yang pernah mengalami
penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien.
a. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan.
Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang makan tidak teratur yaitu 2x
dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien tidak banyak mengalami perubahan,
yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.
b. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu dalam sehari
klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan
frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada keluhan yang dapat
mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada
masalah yang dapat mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.
c. Pola aktivitas, istirahat dan tidur
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien sebagai ibu
rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan mengurus suami saja.
Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi oleh klien. Dalam
kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00. terkadang klien tidur siang
dan terkadang tidak. Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan dirawat di RS
dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal. Dalam hal kebersihandiri, klien
bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri.
Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada,
dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid, permasalahan dalam
hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat reproduksitidak pernah.
Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan 2x, abortus
belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi genetalia klien normal tidak ada
masalah.
Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah, klien juga aktif
mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti arisan PKK, pengajian ibu-ibu,
kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien tidak pernah merasa minder atau
malu.
Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga selama hamil klien
selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek yang ada di kampungnya. Namun
saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum mengetahui secara jelasmengenai
sakit yang dideritanya dan klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya
sekarang.
Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha untuk sabar dan
tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa cemas dengan kondisi janin
yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan.
1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi.
2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt.
a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi rambut: rambut klien
pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor karena selama masuk RS klien belum
pernah keramas.
b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal, konjuctiva normal
yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak ada kemerahan.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat bicara secara
normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan nafas tidak ada
usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi dan wezing tidak ada, nyeri
tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung dan paru perkusi paru sonor, batas
antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2,
irama jantung reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih, aerola terjadi
peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar, konsistnsi/massa tidak ada,
putting: menonjol.
j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik usus normal yaitu
12 x/mnt.
k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.
l. Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada, kebersihan bersih,
condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolinitidak ada.
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edemabagian kedua kaki,
tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan refleks patologis negatif,
turgor kulit baik (<>
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran hipoekoik
diantaranya.
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)
3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
5. Diit biasa
Senam hamil:
Tidak dilakukan.
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien sudah
pernah melahirkan 2x.
Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan perawatan
payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.
ANALISA DATA
Nama klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
DO:
Ht 28 %
DO:
DO:
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Memberikan discharge
planning sebelum klien pulang
meliputi:
Jam Mengajari klien teknik relaksasi Klien mau diajari cara mengontrol
16.00 dengan cara distraksi dan cemas dengan distraksi dan napas
napas dalam. dalam.
Jam Aman
17.30 Mengobservasi perasaan klien. Klien mengatakan sudah mulai
berkurang rasa cemasnya.
3 Maret Mengobservasi perasaan klien
2015 mengenai kecemasan yang Klien merasa sudah tidak cemas.
dialaminya.
Jam 08.3 Klien menggunakan napas dalam
0 Mengobservasi teknik relaksasi untuk mengatasi kecemasan.
yang digunakan klien untuk
Jam Klien mau menyimak discharge
mengatasi kecemasan.
10.30 planning yang diberikan dan mau
Memberikan discharge mengikuti saran yang diberikan.
planning sebelum klien pulang
meliputi:
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
2 Maret 1. S:
2015
1. Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk.
Jam
Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai
21.00
sekarang sudah ganti pembalut 2x. Aman
3 Maret
Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai
2015
berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti
Jam pembalut lagi.
14.00
O:
DJJ +
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
Observasi perdarahan
Cek Hb
S:
O:
DJJ +
Kapiler revil baik (<>
A:
P:
2 Maret 2. S:
2015
2. Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan yaitu tidak
Jam malakukan hubungan sex selama kehamilannya ini dan banyak
21.00 beristirahat.
A:
P:
Pertahankan intervensi.
S:
O:
A:
Masalah teratasi.
P:
2 Maret 3. S:
2015
3. Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.
Jam
Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol cemas dengan
21.00
distraksi dan napas dalam.
3 Maret Aman
Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.
2015
O:
Jam
14.00 Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan.
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
S:
O:
A:
Masalah teratasi
P:
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum maupun postpartum. Oleh
sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang
terjadi agar mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang
bisa terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta mampu
melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan obstetris.
DAFTAR PUSTAKA
https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-
EGC. Jakarta.