Vous êtes sur la page 1sur 33

Laporan Kasus

Mei 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

HYDROPNEUMOTHORAX

OLEH:

Riziyanti H. Habo C11112025


Yuliasi C11112018
Atikah Zulqaidah C11112908
Andi Afiatry Muzakkar ` C11112913

Pembimbing Residen
dr. Wenda Anastasia I

Dosen Pembimbing
dr. dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
2

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

1. Riziyanti H. Habo C11112025


2. Yuliasi C11111018
3. Atikah Zulqaidah C11112908
4. Andi Afiatry Muzakkar C11112913

Judul Laporan Kasus: Hydropneumothorax

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2016

Konsulen Pembimbing

dr.Luthfy Attamimi, Sp. Rad. dr.Wenda Anastasia I

Penguji Lisan

dr. , Sp.Rad

Mengetahui,

Kepala Bagian Radiologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Prof.Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)

DAFTAR ISI
3

HALAMAN 2
3
PENGESAHAN ........................................................ 4
DAFTAR
9
ISI .................................................................................. 10
BAB 1 PRESENTASI 10
13
KASUS ....................................................... 18
BAB 2 DISKUSI 28
33
.....................................................

A. RESUME

KLINIS..................................................................

B. PENDAHULUAN............................................................

......

C. ANATOMI DAN

FISIOLOGI...............................................

D. PATOFISIOLOGI EFUSI PLEURA..

...............................

E. RADIOLOGI

F. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS.................................

DAFTAR

PUSTAKA .....................................................................

BAB I
4

PRESENTASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AC
Umur : 26 Tahun
No. RekamMedik : 756401
RuangPerawatan : Lontara 3 Atas Belakang
Tanggal MRS : 03 Mei 2016

B. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak yang dialami
sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum dirujuk kerumah sakit RSWS.
Riwayat kecelakaan lalu lintas kurang lebih 1 bulan yang lalu dan tidak sadarkan
diri, riwayat pernah batuk darah, demam, dan nyeri dada setelah kecelakaan. Sesak
dan batuk darah menghilang setelah pemasangan WSD. Pasien merupakan rujukan
dari RS Bhayangkara Kendari. Pada awal pemasangan WSD di RS Bhayangkara
cairan yang keluar berwarna merah dan disertai udara, setelah 2 minggu kemudian
cairan berubah warna menjadi putih kehijauan (nanah) dan kemudian pasien dirujuk
ke RSWS dengan paru tidak mengembang disertai adanya empiema. Riwayat OAT
(-), merokok (+) mual muntah (-), BAK dan BAB Lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat DM (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Sindorma Nefrotik (-)
- Riwayat Jantung (-)
- Riwayat Asma (-)

C. Pemeriksaan Fisis

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital 1

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit reguler

Pernapasan : 24 kali/menit

Suhu : 37o C

Status Gizi

BB : 51 kg
5

TB :165 cm

IMT :18,75 kg/m2 (Status gizi cukup)

Status general

1. Kepala Leher : Anemis (-), ikterik (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

2. Thorax

- Inspeksi : Normochest, pergerakan dada

asimetris kiri dan kanan, pelebaran sela iga (-), jejas (-),

tampak pemasangan WSD pada hemithorax dextra

- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), vocal fremitus kanan

melemah

-Perkusi : Sonor pada lapangan paru kiri dan

hipersonor di apex paru kanan, disertai pekak di basis paru

kanan.

-Auskultasi : bunyi pernapasan menurun pada

hemitoraks kanan, Bunyi Jantung I/II murni, regular.

3. Abdomen

- Inspeksi : Datar, scar (+) daerah leher dan frontal

- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, akral hangat.

4. Ekstremitas

- Udema pada ekstremitas bawah (-), pigmentasi normal tidak teraba.

C. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil laboratorium
6

Hasil Nilai Rujukan Satuan

Darah Rutin dan kimia ( tanggal 03-05- 2016 )

HB 11,4 12.0-16.0 g/Dl

RBC 3,93 4,0-6,0 106/ Ul

HCT 35,2 37,0-48,0 %

MCH 28,9 26,5-33,5 Pg

PLT 497 150-400 103/uL

WBC 8,1 4,0-10,0 103/mm3

GDS 93 140 mg/dl

Ureum 28 10-50 mg/dl

Kreatinin 0,82 P= <1,1 mg/dl

SGOT 20 < 38 U/L

SGPT 29 < 41 U/L

Albumin 3.1 3,5 5,0 gr/dl

Kesan: Trombositosis dan Hipoalbuminemia

D. Pemeriksaan Penunjang

Imunoserologi dan Hematologi ( tanggal 12-05-2016 dan tanggal 03-05-2016 )

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan


7

HEMATOLOGI
Koagulasi
PT 10.7 10 14

INR 1.03 --

APTT 28,1 22,0 30,0

IMUNOSEROLOG
I
Penanda Infeksi
HIV
ND (Non Determinable) <0,25
Antigen HIV
(Elisa) 0,07 (Non Reactive) <0,25

Antibody HIV

E. Radiologi

Gambar 1.Foto Thorax AP

Foto thorax AP

Hasil Pemeriksaan :
8

- Tampak bayangan hiperlusen avaskuler pada hemithorax dextra disertai


perselubungan homogen di bawahnya yang memberikan gambaran air fluid level
- Cor dan aorta sulit dievaluasi
- Sinus dan diafragma kiri baik
- Tulang-tulang intak

Kesan : - Hydropneumothorax Dextra

Gambar 2.Foto Thorax AP

Foto thorax AP (asimetris)

Hasil Pemeriksaan :

- Chest tube terpasang pada hemithorax dextra dengan tip mengarah ke cranial
setinggi costa IV kanan belakang
- Tampak bayangan hiperlusen avaskuler pada hemithorax dextra disertai
perselubungan homogen di bawahnya yang memberikan gambaran air fluid level
- Cor dan aorta sulit dievaluasi
- Sinus dan diafragma kiri baik
- Tulang-tulang intak

Kesan :
- Hydropneumothorax Dextra
- Terpasang chest tube pada hemithorax dextra dengan tip mengarah ke cranial
setinggi costa IV kanan belakang
F. Diagnosis
Hydropneumothorax dextra

G. Terapi
9

- IUFD Ringer Laktat 28 tetes/menit


- Ranitidin amp/8jam/intravena
- Ketorolac amp/8jam/intravena
- Cefazoline 1gr/12jam/intravena
- Ceftazidime 1gr/8jam/intravena
- Metronidazole 500mg/8jam/intravena
- Cefotaxime 1gr/8jam/intravena

H. Resume Klinis

Seorang pria 26 tahun datang demgan keluhan sesak nafas. Pasien telah
didiagnosis menderita penyakit Hydropneumothoraks, saat ini sedang dalam
terapi untuk penyakit tersebut. Hasil pemeriksaan foto thoraks terakhir
menunjukkan adanya hydropneumothoraks pada paru kanan serta tampak adanya
Chest tube terpasang pada hemithorax dextra dengan tip setinggi ICS IV kanan
belakang. Dari hasil pmeriksaan tanda vital didapatkan nadi 84 x/menit ,
pernapasan 24 x/menit, suhu 37oC dan tekanan darah 110/80 mmHg. Perkusi
sonor pada lapangan paru kanan dan hipersonor pada apex paru kanan disertai
dengan bunyi perkusi redup pada basal paru kanan serta vokal fremitus yang
melemah pada paru kanan. Pemeriksaan laboratoirum menunjukan adanya
hipoalbuminemia dan trombositosis. Dari hasil radiologi menunjukan adanya
hidropneumothoraks pada hemithorax dextra.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat


udara dan cairan didalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya
jaringan paru. Pneumotoraks adalah rongga pleura yang terisi udara. 1
10

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar I.
Sistem
Respirasi

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,


laring, trakea, dan paru. Paru merupakan salah satu pasangan organ respirasi, satu
pada kanan dan lainnya pada toraks kiri, yang dipisahkan satu dengan yang
lainnya oleh jantung dan strukturmediastinum. Paru kanan terdiri atas lobus
superior, medius, dan inferior dan pada paru kiri terdiri atas lobus superior dan
inferior.2
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Sedangkan paru-paru
kiri terdiri atas dua lobus yaitu lobus superior dan gelambir bawah (lobus
inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai
sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen
pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior.3
Gambar II. Diagram Paru Manusia
Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus. Di ujung-ujung bronkiolus

terkumpul alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas


11

antara udara dan darah. Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan
yang dapat menahannya tetap terbuka. Dinding bronkiolus mengandung otot
polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap hormon zat
kimia lokal tertentu.Faktor-faktor ini, dengan mengubah-ubah derajat kontraksi
otot polos bronkiolus, mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara
atmosfer dan setiap kelompok alveolus.4

Pleura merupakan membran serosa intratoraks yang membatasi rongga


pleura, secara embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrionik; terdiri dari
pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral dan parietal merupakan jaringan
berbeda yang memiliki inervasi dan vaskularisasi berbeda pula. Pleura secara
mikroskopis tersusun atas selapis mesotel, lamina basalis, lapisan elastik
superfisial, lapisan jaringan ikat longgar, dan lapisan jaringan fibroelastik dalam.
Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas menimbulkan tekanan transpulmoner
yang memengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura
dalam jumlah tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua pleura
tanpa hambatan selama proses respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur
melalui mekanisme hukum Starling dan sistem penyaliran limfatik pleura.rongga
pleura merupakan rongga potensial yang dapat mengalami efusi akibat penyakit
yang mengganggu keseimbangan cairanp leura.5
Gambar III. Pleura dan Rongga Pleura
Permukaan pleura mengeluarkan cairan intrapleura encer, yang

membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu


sama lain saat gerakan bernapas. Dinding yang satu dengan dinding lainnya hanya
dipisahkan oleh satu film cair yang memungkinkan mereka menggelinding
satusama lain. Ruang yang terdapat di antara lapisan ini disebut rongga pleura.4
Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat golongan utama: (1) ventilasi
paru-paru, yang berarti pemasukan dan pengeluaran udara di antara atmosfir dam
12

alveolus paru, (2) difusi oksigen dan karbon dioksida di antara alveolus dan darah,
(3) transport oksigen dan karbon dioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel, dan (4) pengaturan ventilasi dan segi-segi respirasi lainnya.3

Paru-paru dapat dikembangkan dan dikempiskan dalam dua cara (1)


gerakan turun dan naik difragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga
dada dan (2) elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan dan menurunkan
diameter anteroposterior rongga dada.3

Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang


untuk mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang,
tekanan intraalveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini
menempati volume paru yang lebih besar. Pada inspirasi biasa, tekanan intra-
alveolus menurun 1mmHg menjadi 759 mmHg. Karena tekanan intra-alveolus
sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru
mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah.3,4
Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat
pengembangan toraks. Peningkatan gradien tekanan transmural yang terjadi
selama inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga toraks
yang mengembang. Sebaliknya selama ekspirasi normal, tekanan intra-alveolar
meningkat menjadi hampir +1 mmHg, yang menyebabkan aliran udara keluar
melalui saluran pernafasan. Selama usaha ekspirasi maksimum dengan glottis
tertutup, tekanan intar-alveolar dapat meningkat menjadi lebih dari 100 mmHg
pada pria sehat dan kuat selama usaha inspirasi maksimum ia dapat berkurang
menjadi serendah -80 mmHg.3
C. Patofisiologi

a. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga


pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, agar paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumothoraks dapat terjadi secara
spontan ataupun traumatic dan dapat dibedakan berdasarkan fistulanya.6

1) Pneumothoraks spontan adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan suatu pneumothoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan

tak terduga dengan atau tanpa penyakit paru yang mendasarinya.

Pneumothoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder. 6


13

a) Pneumothoraks spontan primer (PSP) adalah suatu pneumothoraks

yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari

sebelumnya. PSP terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat

pleura viseralis. Pneumothoraks spontan sekunder adalah suatu

pneumothoraks yang terjadi akibat komplikasi penyakit paru yang

mendasarinya (tuberculosis, PPOK, asma bronchial, pneumonia

supuratif, pneumonia P. carinii, tumor paru, fibrosis kistik).


2) Pneumothoraks traumatik adalah pneumothoraks yang terjadi akibat

suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan

robeknya pleura maupun paru. Pneumothoraks traumatic tidak harus

disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi terbuka. Trauma

tumpul atau kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan

pneumothoraks. Beberapa penyebab trauma penetrasi pada dinding dada

adalah luka tusuk, luka tembak, akibat tusukan jarum maupun pada saat

kanulasi vena sentral. Berdasarkan kejadiannya pneumothoraks dibagi 2

jenis yaitu:
a) Pneumothoraks traumatic non-iatrogenik merupakan pneumothoraks

yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding

dada baik terbuka maupun tertutup, barotraumas.


b) Pneumothoraks traumatic iatrogenic merupakan pneumothoraks

yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumothoraks

jenis inipun masih dibedakan menjadi 2, yaitu:


Pneumothoraks traumatic iatrogenic aksidental, adalah

pneumothoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena

kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan

parasentesis dada, biopsy pleura, biopsy transbronkia, biopsy

aspirasi paru perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotraumas

(ventilasi mekanik)
Pneumothoraks traumatic iatrogenic artificial (deliberate) adalah

pneumothoraks yang sengaja dilakukan dengan mengisi udara


14

ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat

Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberculosis (sebelum era

antibiotic) atau untuk menilai permukaan paru.


3) Berdasarkan jenis fistulanya, pneumothoraks dapat dibagi menjadi 3

yaitu:
a) Pneumothoraks tertutup (simple pneumothoraks) yaitu suatu

pneumothoraks dengan tekanan udara di rongga pleura yang sedikit

lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemithoraks

kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan

atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka dari

dinding dada.
b) Pneumothoraks terbuka (open pneumothoraks) terjadi karena luka

terbuka pada dinding dada sehingga pada saat inspirai udara dapat

keluar melalui luka tersebut. Pada saat inspirasi mediastinum dalam

keadaan normal tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser

kearah sisi dinding dada yang terbuka (sucking wound).


c) Tension pneumothoraks terjadi karena mekanisme check valve yaitu

pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada

saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin

lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan meningkat dan

melebihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga

pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbukan gagal

napas. Pneumothoraks ini juga disebut pneumothoraks ventil. 6

b. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura

yang diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari

permukaan pleura. Akumulasi jumlah cairan pleura didlaam rongga pleura

dapat terjadi jika terdapat peningkatan tekanan hidrostatik kapiler darah

seperti gagal jantung, atau terjadi penurunan tekanan osmotic cairan darah
15

seperti pada hipoalbuminemia, juga dapat terjadi jika tekanan didalam rongga

pleura bertambah negative (turun) seperti pada atelektasis. Semua kelainan ini

dapat menimbulkan efusi pleura transudatif.7 Sedangkan penimbunan cairan

pleura eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat

peningkatan permeabilitas kapiler dan atau gangguan absorpsi getah bening. 8

Efusi pleura juga dapat berupa cairan darah, yang dapat disebabkan oleh

trauma tertutup atau terbuka, infark paru, dan karsinoma paru9

Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema.

Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan

dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, atau perforasi

karsinoma ke dalam rongga pleura. Empiema yang tak ditangani dengan

drainase yang baik dapat membahayakan rangka toraks. Eksudat akibat

peradangan akan mengakibatkan perlekatan fibrosa antara pleura parietalis

dan viseralis. Keadaan ini dikenal dengan nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks

meluas, maka akan terjadi hambatan mekanis yang berat pada jaringan-

jaringan yang terdapat di bawahnya.8


16

Tanda dan Gejala Efusi Pleura dan Pneumothoraks

Efusi Pleura Pneumothoraks

Dispnea berfariasi Dispnea (jika luas)

Nyeri pleuritik biasanya

mendahului efusi jika penyakit Nyeri pleuritik hebat

pleura

Trakea bergeser menjauhi sisi yang Trakea bergeser menjauhi sisi yang

mengalami efusi mengalami pneumothoraks

Pergerakan dada berkurang dan


Pergerakan dada berkurang dan
terhambat pada bagian yang
terhambat pada bagian yang terkena
terkena

Perkusi meredup Perkusi hipersonor

Suara nafas berkurang di atas efusi Suara nafas berkurang atau tidak ada

pleura pada sisi yang terkena

Fremitus vocal dan raba berkurang Fremitus vocal dan raba berkurang

c. Hemothorax

Hemotoraks adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan

timbulnya darah di ruangan antara dua pleura (rongga pleura).

Penyebab utama hemothoraks ialah laserasi paru atau laserasi pembuluh

darah interkostal atau arteri mamaria interna akibat adanya trauma

tembus maupun trauma tumpul. Dislokasi fraktur tulang belakang


17

torakal juga berhubungan dengan hemothorax. Perdarahan biasanya

bersifat self limited dan tidak memerlukan intervensi operatif.10

d. Hidropneumothoraks

Hidropneumothoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan

cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.

Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini dinamakan

dengan piopneumothoraks.

Kejadian hidropneumothoraks dapat ditangani dengan pemasangan

WSD (Water Seal Drainage) yang bertujuan untuk mengeluarkan udara dan

cairan yang terdapat pada rongga pleura sehingga paru dapat berfungsi

kembali.11

F. Radiologi

a. Thorax Normal

Foto thoraks pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang thoraks

termasuk tulang-tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula dan

jaringan lunak dinding thoraks.10

Toraks terbagi dua oleh mediastinum di tengah-tengah. Di sebelah kanan dan

kiri mediastinum terdapat paru-paru yang memberikan gambaran radiolusen karena

mengandung udara, dinding thoraks dan bagian atas abdomen memberikan

gambaran radioopak.10
18

Berikut ini adalah gambaran radiologi thoraks normal.

Gambar IV. Foto Thoraks Normal

b. Pneumothoraks

Adanya udara yang berada di rongga pleura disebut dengan pneumothoraks.

Gambaran radiologi dari pneumothoraks yaitu adanya bayangan radiolusen yang

tanpa struktur jaringan paru (avaskuler pattern) dengan batas paru berupa garis

radioopak tipis berasal dari pleura viseral.12

Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru

menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorang mediastinum ke arah

kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Bila udara berasal dari paru

melalui suatu robekan yang berupa katup (ventil) maka tiap kali menarik napas

sebagian udara yang masuk kedalam rongga pleura tidak dapat keluar lagi, kejadian

ini bila lama akan menyebabkan semakin banyak udara yang terkumpul dalam

rongga pleura sehingga kantong udara pleura mendesak mediastinum dan paru yang

sehat. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernapasan sangat terganggu yang

disebut tension pneumothoraks. Sedangkan jika pada pneumothoraks dimana


19

kantong udara pleura tidak mendesak mediastinum dan paru yang sehat maka

keadaan ini disebut dengan simple pneumothoraks.12

Gambar V. Tension Pneumothoraks

Hiperlusen avaskuler

Pleura white line

Kolaps paru

Gambar VI. Simple Pneumothoraks

c. Efusi Pleura
1. Rontgen thorak

Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah


250- 300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak.
Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi
20

lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi
samping bawah. 13

- Posisi tegak posteroanterior (PA)

Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak


berupa perselubungan homogeny yang menutupi struktur paru bawah yang
biasanya relative radioopak dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral
atas ke medial bawah. Karena cairan mengisi ruang hemithorak sehingga
jaringan paru akan terdorong ke arah sentral / hilus, dan kadang-kadang
mendorong mediastinum kearah kontralateral.14

Gambar VII. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul


karena efusi pleura

Gambar VIII. Efusi


pleura dextra
Gambar IX. Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum
terdorong kontralater

Gambar X. Efusi pleura bilateral


Gambar XI. Loculated pleural effusion. Tampak berbatascukup tegas dan
biconvex. Sering disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura

- Posisi lateral

Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada penelitian mengenai
model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml dari
cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral tegak lurus
dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan subpulmonic di posterior sulcus costophrenic,
tetapi hanya dengan adanya pneumoperitoneum yang terjadi sebelumnya. 13

Gambar XII. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral


- Posisi Lateral Decubitus

Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun untuk


mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml),
dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana
caran akan berkumpul disisi samping bawah.13

Gambar XIII. Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus


(penumpukan cairan yang ditunjukkan dengan panah biru).

Gambar XIV. Efusi pleura pada posisi left lateral


decubitus
2. Computed Tomography Scan

CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan


jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai
daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemithorax yang
terkena. Permukaan efusi pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena tendensi
recoil dari paru-paru. Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan dalam posisi
terlentang, cairan mulai menumpuk di posterior sulkus kostofrenikus. Pada efusi
pleuran yang banyak, cairan meluas ke aspek apikal dan anterior dada dan
kadang- kadang ke fisura tersebut. Dalam posisi tengkurap atau lateral, cairan
bergeser ke aspek yang tergantung dari rongga pleura. Pergeseran ini
menegaskan sifat bebas dari efusi tersebut. 13

Gambar XV. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen
thoraks PA)
Gambar XVI . CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan
limfoma non-Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah

Gambar XVII .CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-
Hodgkin menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama
dengan air dan margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura.
Perhatikan pergeseran lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan
radiografi dada posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum
dapat dilihat di mediastinum tengah dan posterior (panah)
d. Hidropneumothoraks

Diagnosis pasti dari hydropneumothoraks ditegakkan dengan pemeriksaan

rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks PA akan terlihat garis penguncupan

paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumothoraks disertai dengan adanya

cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak gambaran garis datar yang

merupakan batas udara dan cairan. Sebaiknya foto toraks dibuat dalam keadaan

ekspirasi maksimal.

Pada hidropneumothoraks cairan pleura selalu bersama-sama udara, cairan

tersebut mengakibatkan sinus costofrenicus tidak terlihat. Pada foto tegak terlihat

garis mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada

hidropneumothoraks ini terlihat ruang pleura hiperlusen dengan tidak terlihatnya

gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih tegas yang membatasi

pleura visceralis dengn pleura.

Parietal, tampak gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah, dan

penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus costofrenikus

menumpul.

Gambar XVIII. Hydropneumothorax


G. Diferensial Diagnosis

Abses paru

Pada hidropneumothoraks salah satu gambaran radiologis yang tampak

adalah gambaran pembentukan air fluid level akibat adanya udara dan cairan

yang memberikan tampilan densitasnya masing-masing. Diagnosis banding

dari hidropneumothoraks yang sama berdasarkan gambaran pembentukan air

fluid level yaitu abses paru.12

Abses paru merupakan proses supurasi yang berlokalisir pada parenkim paru.

Gambaran radiologis dari abses paru yang terutama yaitu air fluid level,

dimana syarat dikatakan abses paru harus didapatkannya empat hal yaitu:

1) Adanya cavitas

2) Membentuk air fluid level, yang memberikan densitas udara yang mengisi

ruang atas cavitas dan densitas cairan yang menempati bagian bawah

ruang cavitas.

3) Memiliki dinding tebal (thick wall) yang mengililingi cavitas atau

membatasi cavitas (jaringan paru yang sakit) dengan jaringan paru yang

sehat. Dinding ini memberikan gambaran densitas opak

4) Reguler Border, yaitu dinding luar dari kavitas yang beraturan atau rata

(smooth).

Abses paru dapat disebabkan baik oleh proses infeksi (seperti

Tuberculosis) maupun proses keganasan yaitu carsinoma paru, dimana yang

membedakan keduanya yaitu dilihat dari inner margin atau dinding dalam

cavitas, dimana pada infeksi biasanya mulus (smooth) dan carsinoma paru

nodular (kasar atau rough) yang dapat dilihat pada gambar.12

Air fluidGambar XIX Abses paru yang disertai gambaran air fluid level
Pyopneumothorax
Infected hydropneumothorax yang dimana cairan pada rongga pleura
berisi udara nanah (pus) dan yang menandkan terjadinya infeksi. Gambaran
khas yang didapatkan pada penyakit ini sama dengan hydropneumothorax
namun yang membedakan hanya cairannya saja. Pada gmbaran radiologinya
sendiri terdapat air-fluid level, dan hal ini yang membuat susah untuk
dibedakan dengan hydropneumothorax tapi pada pyopneumothorax biasanya
ada pleural thick line yang mendukung diagnosis penyakit ini.

Gambar XX. Pyopneumothorax

Haemopneumothorax
Haemopneumothorax atau darah yang ada dalam paru-paru, istilah ini
biasanya digunakan pada efusi pleura yang erakumulasi dengan darah. Apabila
haemothorax terjadi disertai dengan pneumothorax maka disebut juga dengan
haemopneumothorax. Penyakit ini biasanya karena adanya kejadian trauma
dan jarang sekali terjadi pada kejadian non-trauma. Gambaran radiologi dari
penyakit ini juga sama dengan hydropneumothorax namun biasanya pada foto
thorax disertai dengan gambaran fraktur tulang yang menandakan adanya
trauma dan bisa mencurigai gambaran cairan yang memenuhi ruang pleura itu
adalah darah.

Gambar XXI. Haemopneumothorax dengan rib fracture

H. Komplikasi

- Emfisema

Emfisema merupakan suatu perubahan anatomi paru yang ditandai dengan

perubahan abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang

disertai kerusakan dinding alveolus.16

Empisema yang terjadi merupakan emfisema kompensasi yang merupakan

usaha tubuh secara fisiologik untuk menggantikan jaringan paru yang tidak

berfungsi.12

- Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena

tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital

tubuh akibat disfungsi otot jantung.17


J. Prognosis

Dubia ad malam (tidak tentu, cenderung buruk)

K. Kasus

1) Anamnesis : Pasien datang dengan keluhan sesak yang dialami sejak kurang
lebih 1 bulan yang lalu sebelum dirujuk kerumah sakit RSWS. Riwayat
kecelakaan lalu lintas kurang lebih 1 bulan yang lalu dan tidak sadarkan diri,
riwayat pernah batuk darah, demam, dan nyeri dada setelah kecelakaan. Sesak
dan batuk darah menghilang setelah pemasangan WSD. Pasien merupakan
rujukan dari RS Bhayangkara Kendari. Pada awal pemasangan WSD di RS
Bhayangkara cairan yang keluar berwarna merah dan disertai udara, setelah 2
minggu kemudian cairan berubah warna menjadi putih kehijauan (nanah) dan
kemudian pasien dirujuk ke RSWS dengan paru tidak mengembang disertai
adanya empiema. Riwayat merokok (+)
2) Pemeriksaan Laboratorium : Kesan: Trombositosis dan Hipoalbuminemia

Gambar 2.8 (03/05/2016) Pleur


Gambar 2.9 (16/05/2016) Hiperlusen
Hiperlusen al Avaskuler
Hiperlusen
avaskuler Whit
avaskuler
e

Air fluid level Air fluid level


Kolaps paru

Perselubung
an homogen Perselubung
an homogen

Pada kasus ini, akan dijelaskan lebih mendalam pada hidropneumothoraks yang

terjadi. Tanda-tanda hidropneumothoraks pada foto di atas adalah:

a. Hiperlusen avaskuler merupakan gambaran air density akibat adanya udara

bebas dalam cavum pleura yang meyebabkan kolaps bagian paru yang
berada dibawah pleura sehingga tidak terlihat corakan bronchovaskular

pada bagian tersebut.

b. Perselubungan homogen merupakan gambaran semi opak atau intermediet

yang menutupi bagian paru. Tanda ini biasanya didapatkan akibat adanya

penumpukan cairan dalam cavum pleura yang memberikan tampilan

densitas cairan pada pemeriksaan radiologis.

c. Air fluid level merupakan gambaran radiologi dimana terlihat penampakan

densitas udara dan densitas cairan yang terpisah dimana densitas udara (air

density) selalu menampati bagian atas dan densitas cairan (fluid density)

menempati ruang dibawahnya. Pada kasus hidropneumothoraks terjadi

pembentukan air fluid level yang dapat dilihat pada pemeriksaan radiologis

akibat adanya udara dan cairan secara bersamaan dalam cavum pleura. Pada

umumnya penumpukan cairan dalam cavum pleura akan membentuk

meniscus sign pada tampilan radiologi, namun pada hidropneumothoraks

selain adanya cairan juga terdapat udara yang memberikan tekanan diatas

permukaan cairan sehingga pada hidropneumothoraks tidak terbentuk

meniscus sign seperti pada efusi pleura biasanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asril Bahar, 1999, Penyakit penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid

II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta


2. Dorlan. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2011; Hal. 1257.
3. Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:
EGC.2013; Hal. 343-371.

4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sisitem Edisi 6. Jakarta:


EGC. 2011; Hal. 411-458.
5. Pratomo IP, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura.Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia. 2013. Hal. 407-412.
6. Sudoyo Aru W, Setiohadi B, dkk. 2012. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
V. Jakarta: InternaPublishing

7. Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp. P, FCCP (2014). Respirologi (respiratory

Medicine). Jakarta : EGC.

8. A. Price Sylvia, M.Wilson Lorraine. 2012 . Patofisiologi : Konsep Klinik

Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

9. Boer, A, 2005. Ultrasonografi. Dalam: Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik

Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

10. American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma

Life Support Seventh Edition.Indonesia: Ikabi

11. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius

12. Rasad Sjahriar. 2015. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit

FKUI

13. Ewingsa. 2009. Efusi Pleura. Diakses dari


http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/efusipleura.pdf
14. Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta.
15. Omar Lababede, dkk. 2011. Pleural Effsion
Imaging, www.emedicine.medscape.com

16. Boka kamran, dkk. 2014. Empysema. Medicine.medscape


17. R.Reynolds Harmony, dkk. 2008 . Contemporary Reviews in Cardiovaskuler

Medicine, Cardiogenic Shock. American Heart Association.

Vous aimerez peut-être aussi