Vous êtes sur la page 1sur 34

MAKALAH USIA LANJUT

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup.Pada tahun1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk.Pada tahun1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau8,9persen. Jumlah ini meningkat
di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari
seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang
atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat
secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada
tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 :58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12
tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap social
ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi
ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan
dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap
penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut.
Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan usia
lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti
bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7
orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015
sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang
berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang
lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis,artinya mereka
mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah
pada perubahan yang negatif.Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah
memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa perubahan :
(1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,
(2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa,
hati,
(3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan
(4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar
keterampilan baru.Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada
kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga
pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.Masalah umum yang dialami
lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap
berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
pengaruh dari luar. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih
tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia55 tahun ke
atas sebesar 25,7 persen. Berdasarkan ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995
adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995
sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang
berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk
produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas.
Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak
mengalami kemunduran fisik maupun psikis,artinya mereka mengalami
perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan
yang negatif.Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :
1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,
2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati,
3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan
4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar

keterampilan baru.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
aktivitas kehidupan sehari hari.Masalah umum yang dialami lanjut usia yang
berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit
karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar.
Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih tinggi. SKRT tahun
1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia55 tahun ke atas sebesar 25,7
persen. Berdasarkan rumit Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas
di luar rumah kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak
Meninggalnya pasangan hidup Anak-anak yang meninggalkan rumah karena
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak yang meninggalkan rumah
untuk bekerja Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Beberapa
masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi oranglanjut
usia.Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak
mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang
Mandiri Kondisi kesehatan mental lanjut usia di Kecamatan Badung Bali
menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia di daerah tersebut tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari, mereka mengeluh mengalami gangguan tidur
Mereka merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya,karena berbagai
kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir
terhadap keadaan lingkungannya. Dalam sosialisasi dalam urusan di masyarakat
kurang aktif (Suryani, 1999). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
beberapa kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi
lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi,yang menyebabkan orang lanjut usia
tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi social yang
menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat
Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang pangan,
perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang
menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang
produktif. Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya,seperti
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin
perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi.
Sedangkan penghasilan mereka antara lain dari pensiun, tabungan, dan
bantuan keluarga. Bagi lanjut usia yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak
terlalu banyak masalah. Tetapi bagi lanjut usia yang tidak memiliki jaminan hari
tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk
memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan
yang diperoleh mereka dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang
lain.Dengan demikian maka status ekonomi orang lanjut usia pada umumnya
berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan tersebut akan mengakibatkan orang
lanjut usia tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga atau
masyarakat bahkan pemerintah Banyak lanjut usia dengan sia-sia mencari suatu
bentuk pekerjaan Upaya untuk mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami
kesulitan, karena berbagai lowongan pekerjaan di berbagai media masa selalu
menghendaki tenaga kerja dengan pendidikan tinggi, penampilan menarik,energik,
loyalitas tinggi, dan usia maksimal yang dikehendaki pada umumnya 25 30
tahun.Jika hal ini dikaitkan dengan pencari kerja yang sudah lanjut usia yang pada
umumnya berpendidikan rendah,menurut Wirakartakusumah (2000) sekitar 52,5
persen dari 13,3 juta lansia tidak pernah sekolah, tidak tamat SD sekitar 27,8
persen atau 3,7 juta orang sehingga dengan demikian 80 persen lansia
berpendidikan SD ke bawah dan tidak memenuhi beberapa persyaratan yang
dikehendaki perusahaan/industry maka membuat tenaga kerja lanjut usia semakin
tersingkir dari dunia kerja yang diharapkan. Kurangnya pasaran kerja, membuat
mereka tidak mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dan
berpendidikan. Disamping itu menurunnya kondisi fisik yang tidak mungkin dapat
menyesuaikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang memegang prinsip efektifitas dan
kualitas serta kuantitas yang tinggi ikut berpengaruh. Dengan demikian
pengangguran usia lanjut akan semakin banyak, dan lanjut usia semakin berada
pada garis kemiskinan dan semakin tergantung pada generasi muda Di jaman
modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakinrenggang. Kesibukan
yang melanda kaum muda hampir menyita seluruhwaktunya, sehingga mereka
hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini
menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya
perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua.
Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan
kekayaan banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi
penduduknya yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang
besifat individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga
penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.Untuk memperbaiki kualitas
sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu
dan masa sekarang sehingga orang lansia tidak pernah sekolah, tidak tamat SD
sekitar 27,8 persen atau 3,7 juta orang sehingga dengan demikian 80 persen lansia
berpendidikan SD ke bawah dan tidak memenuhi beberapa persyaratan yang
dikehendaki perusahaan/industry maka membuat tenaga kerja lanjut usia semakin
tersingkir dari dunia kerja yang diharapkan. Kurangnya pasaran kerja, membuat
mereka tidak mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dan
berpendidikan. Disamping itu menurunnya kondisi fisik yang tidak mungkin dapat
menyesuaikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang memegang prinsip efektifitas dan
kualitas serta kuantitas yang tinggi ikut berpengaruh. Dengan demikian
pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia semakin berada
pada garis kemiskinan dan semakin tergantung pada generasi muda
Di jaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin
renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya,
sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua.
Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak,
kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua Kondisi
perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak
menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan,ketakutan, bagi penduduknya yang
dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat
individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk
merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan Untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusia lanjut usia perlu
mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang

Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan lanjut usia tersebut maka rumusan
masalah dari pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan
kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia adalah :
1.Apakah faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan ondisi hubungan
sosial berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian oranglanjut usia?
2.Faktor yang manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap kemandirian
oranglanjut usia?
Tujuan Penelitian
1.Menganalisis pengaruh faktor-faktor kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial
terhadap kemandirian orang lanjut usia
2.Menganalisis faktor yang manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap
kemandirian orang lanjut usia.
Manfaat Penelitian
1.Mengembangkan penelitian tentang lanjut usia.
2 hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi lanjut usia untuk mengatasi
persolan-persoalan hidup lanjut usia agar mereka dapat hidup mandiri.
3Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pra lansia untuk mempersiapkan
diri sebelum masa lanjut usia tiba agar mereka bias mandiri di usia lanjut.
4Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lanjut usia berikutnya

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian lanjut usia


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa
tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu
kelompok social sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata
sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap
sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya
hubungan social yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut
usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda
(Suara Pembaharuan 14 Maret 1997)
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua
dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan social
sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa
kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . usia tua dialami
dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti
penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang
memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad
berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang
berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan , penolakan, dan
keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan
demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka
sendiri.Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari
pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia
seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek
pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia
kronologis,karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena
informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data
kependudukan.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu :usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly)
60 -74 tahun,lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun.Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan
bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 56 tahun ke atas,tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983)
berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang
mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian
akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut
usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian
bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan
adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-
undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke
atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia
seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduklanjut usia. Dalam
penelitan ini digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut
usia.
Kebutuhan Hidup Orang Ianjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri.Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara
(1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi
(1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan,
sandang, papan, seks dan sebagainya.
(2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan
dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan
hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya
(3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri
(esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya,
dan
(5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup,dan berperan dalam
kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang
lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri oranglanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang
lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikislanjut usia .Faktor
kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap
serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi
lanjut usia.
Kesehatan Fisik
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia .Keadaan
fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan
fisik,pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-
tahap tertentu ( Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus
menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik
ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah,
persendian,sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental.
Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan
saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) mengatakan untuk menkaji
fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti
menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon
yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi pemahaman,pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat.Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang
cekatan.
Kesehatan Psikis
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara
otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab
menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan
menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka
banyak dari mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain
sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang
percaya diri.
Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi
kognitif.Zainudin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi
kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa
kepribadian lanjut usia sebagai berikut :
(1) Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami
gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua
(2) Tipe Kepribadian Mandiri , pada tipe ini ada kecenderungan mengalami
post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan
yang memberikan otonomi pada diriny
(3) Tipe Kepribadian Tergantung , pada tipe ini sangat dipengaruhi
kehidupan keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut
usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus
kedukaan
(4) Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa
lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya.Banyak keinginan yang
kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonomi rusak
(5) Tipe Kepribadian Kritik Diri,tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya
Faktor Ekonomi
Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang
produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono,
1997).Golongan mantap adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat
menikmati kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia
lanjut dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang
mantap lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi ,tetapi sempat
mengadakan investasi pada anak-anaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke
jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya.
Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal
yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purna tugas datang akan
mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan Pemenuhan kebutuhan
ekonomi dapat ditinjau dari pendapatan lanjut usia dan kesempatan kerja.
Pendapatan
Pendapatan orang lanjut usia berasal dari berbagai sumber. Bagi mereka
yang dulunya bekerja mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lanjut usia
yang sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji atau upah. Selain itu
sumber keuangan yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan
dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga (Kartari, 1993 ;
Yulmardi, 1995). Upah/gaji sebagai imbalan dari hasil kerja para lanjut usia
tidaklah tinggi.
Data hasil Sensus Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) tahun 1996
memperlihatkan bahwa upah yang diterima orang lanjut usia antara Rp.50.000,-
sampai dengan Rp.300.000,- per bulan (Wirakartakusuma,2000). Di perkotaan
upah/gaji para lanjut usia yang bekerja relatif lebih tinggi daripada di perdesaan.
Namun hal ini tidak berarti lanjut usia perkotaan lebih sejahtera daripada lanjut
usia perdesaan.Adanya upah lanjut usia yang sangat minim jika tidak ditunjang
dengan dukungan finansial dari pihak lain baik anggota keluarga maupun orang
lain tidak dapat berharap bahwa lanjut usia tersebut akan hidup dalam kondisi yang
menguntungkan.Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal
ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh
juga semakin kecil. Menurut Sedarmayanti (2001) pekerjaan yang disertai dengan
pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha. Dengan
kemajuan maka akan meningkatkan pendapatan, baik pendapatan
individu,kelompok maupun pendapatan Nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
sumber utama kinerja yang efektif yang mempengaruhi individu adalah kelemahan
intelektual, kelemahan psikologis, kelemahan fisik . Jadi jika lanjut usia dengan
kondisi yang serba menurun bekerja sudah tidak efektif lagi ditinjau dari proses
dan hasilnya.
Kesempatan Kerja
Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan
sesuatu (Sumarjo, 1997).Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan dan
penghasilan sering dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Untuk itu agar dapat
tetap hidup manusia harus bekerja. Dengan bekerja orang akan dapat member
makan dirinya dan keluarganya, dapat membeli sesuatu, dapat memenuhi
kebutuhannya yang lain Saat ini ternyata diantara lanjut usia banyak yang tidak
bekerja. Tingkat pengangguran lanjut usia relatif tinggi di daerah perkotaan, yaitu
2,2%. Dengan makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan
pengangguran lanjut usia akan semakin banyak . Partisipasi angkatan kerja makin
tinggi di perdesaan daripada di kota. Lanjut usia yang masih bekerja sebagian besar
terserap dalam bidang pertanian. Di perkotaan lebih banyak yang bekerja di sektor
perdagangan yaitu 38,4% sedangkan yang bekerja disektor pertanian 27,0% ,
sisanya berada disektor jasa 17,3%, industri 9,3% angkutan 3,3%,bangunan 2,8%
dan sector lainnya relatif kecil 1%.Seringkali mereka menemukan kenyataan
bahwa sangat sedikit kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun
mereka ingin bekerja dan sanggup untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena
pendidikan yang dimiliki lanjut usia tidak lagi terarah pada pasar tenaga kerja tidak
dimasukkan dalam kebijakan kebijakan pendidikan yang berkelanjutan.
Pembinaan ketrampilan dan pelatihan yang dilakukan terus-menerus hanya berlaku
bagi orang-orang muda . Hal inilah yang menyebabkan sulitnya lanjut usia
bersaing di pasaran kerja, sehingga banyak orang lanjut usia yang tidak bekerja
meskipun tenaganya masih kuat dan mereka masih berkeinginan untuk bekerja.
Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja lanjut
usia( Hurlock, 1994) :
(1) Wajib Pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan
mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi
merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun,karena waktu, tenaga dan
biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif mahal
(2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para
lanjut usia sulit mendapatkan pekerjaan
(3) Sikap sosial . Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena
kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik
modern merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan
orang lanjut usia (4) Fluktuasi dalam Daur Usaha. Jika kondisi usaha suram maka
lanjut usia yang pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang
yang lebih muda apabila kondisi
usaha sudah membaik
Faktor Hubungan Sosial
Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara orang lanjut usia
dengan keluarga, teman sebaya/ usia lebih muda, dan masyarakat. Dalam
hubungan ini dikaji berbagai bentuk kegiatan yang diikuti lanjut usia dalam
kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi Pada Masa Lanjut Usia
Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan
hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman sekerja yang biasanya
menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari.Lebih-lebih
lagi ketika teman sebaya/sekampung sudah lebih dahulu meninggalkannya.
Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan masyarakat yang
relatif berusia muda .Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut
usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori
pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan
sosial.
Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang
lain.Pekerjaan yang dilakukan seorang diripun dapat menimbulkan kebahagiaan
seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya, karena
pengalaman-pengalaman tadi dapat dikomunikasikan dengan orang lain.
Menurut Sri Tresnaningtyas Gulardi (1999) ada dua syarat yang harus
\dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial :
(1) Perilaku tersebut berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai
melalui interaksi dengan orang lain
(2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai dapat berupa imbalan intrinsik, yaitu imbalan dari
hubungan itu sendiri, atau dapat berupa imbalan ekstrinsik, yang berfungsi sebagai
alat bagi suatu imbalan lain dan tidak merupakan imbalan bagi hubungan itu
sendiri. Jadi pada umumnya kebahagiaan dan penderitaan manusia ditentukan oleh
perilaku orang lain. Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan
kesenangan disatu pihak dan ketidak
senangan di pihak lain.Lebih lanjut dikatakan oleh Soerjono Soekamto ( 1997)
bahwa interaksi social tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu :
(1) Adanya kontak sosial. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini kontak sosial
dapat dilakukan melalui, surat, telepon radio dan sebagainya.
(2) Adanya komunikasi. Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari
dilakukan . Akan tetapi komunikasi bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai
contoh salah paham merupakan hasil dari komunikasi yang tidak efektif dan sering
terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal lebih sulit lagi. Hal
ini disebabkan lanjut usia memiliki ciri yang khusus dalam perkembangan
usianya.Ada dua sumber utama yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi
denganlanjut usia, yaitu penyebab fisik dan penyebab psikis. Penyebab fisik,
pendengaran lanjut usia menjadi berkurang sehingga orang lanjut usia sering tidak
mendengarkan apa yang dibicarakan. Secara psikis, orang lanjut usia merasa mulai
kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi seorang yang lebih sensitif ,mudah
tersinggung sehingga sering menimbulkan kesalah pahaman. Simulasi yang
bersifat simultif/merangsang lanjut usia untuk berpikir, dan kemampuan berpikir
lanjut usia akan tetap aktif dan terarah
Tradisi di Indonesia
Di Indonesia umumnya memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan.Mereka
cukup aman karena anak atau saudara-saudara yang lainnya masih merupakan
jaminan yang baik bagi orang tuanya. Anak berkewajiban menyantuni orang tua
yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai ini masih berlaku, memang
anak wajib memberikan kasih sayangnya kepada orang tua sebagaimana mereka
dapatkan ketika mereka masih kecil.. Para usia lanjut mempunyai peranan yang
menonjol sebagai seorang yang dituakan, bijak dan berpengalaman, pembuat
keputusan , dan kaya pengetahuan. Mereka sering berperan sebagai model bagi
generasi muda, walaupun sebetulnya banyak diantara mereka tidak mempunyai
pendidikan formal Pengalaman hidup lanjut usia merupakan pewaris nilai-nilai
sosal budaya sehingga dapat menjadi panutan bagi kesinambungan kehidupan
bermasyarakat dan berbudaya. Walaupun sangat sulit untuk mengukur berapa besar
produktivitas budaya yang dimiliki orang lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut
dapat dirasakan manfaatnya oleh para generasi penerus mereka (Yasa,1999). Salah
satu produktivitas budaya yang dimiliki lanjut usia adalah sikap suka memberi .

BAB III
KESIMPULAN

Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak


mengalami kemunduran fisik maupun psikis,artinya mereka mengalami
perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan
yang negatif.Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :
1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,
2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati,
3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan
4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar

keterampilan baru.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
aktivitas kehidupan sehari hari.Masalah umum yang dialami lanjut usia yang
berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit
karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar.
Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih tinggi. SKRT tahun
1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun ke atas sebesar 25,7
persen. Berdasarkan rumit Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas
di luar rumah kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak
Meninggalnya pasangan.
PENGANGGURAN : PENGERTIAN, PENYEBAB, DAMPAK DAN
PERAN PEMERINTAH DALAM MENGATASINYA (TULISAN
TIGA)
12 September 2016 Oleh Denni Hidayat

Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran

Di atas telah dijelaskan dampak negatif dari adanya pengangguran dalam perekonomian.Untuk
mengatsi dampak negatif tersebut pemerintah perlu secara terus menerus berusaha mengatasi
masalah pengangguran. Ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah diantaranya:

1. Tujuan bersifat ekonomi: kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah


berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi.
Dalam hal ini ada tiga pertimbangan utama:

2. Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah untuk mengatasi


pengangguran merupakan usaha yang terus-menerus. Dengan perkataaan
lain, ini merupakan usaha dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena
jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan
tenaga kerja yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari masalah
pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongan pekerjaan yang
cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun.

Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku
kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja
bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini
usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.

1. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, kenaikan kesempatan kerja


dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan dengan pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja
menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Perkembangan ini
selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat. Ukuran kasar dari
kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh
dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk.
Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan
pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan
nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan
ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.

2. Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin tinggi


menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka
semakin besar penganguran,semakin banyak golongan tenaga kerja yang
tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar
cenderung untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah.
Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntuan kenaikan upah akan
semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa
usaha menaikkan kesempatan kerja dapat dapat juga digunakan sebagai alat
untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.

3. Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan
politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa
kesetabilan sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah
ekonomi tidak akan dapat dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan politik:

4. Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga, ditinjau dari segi


mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. apabila kebanyakan
anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja, berbagai masalah akan
timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk
melakukan pembelanjaaan. Maka secara langsung pengangguran
mengurangi taraf kemakmuran keluarga. Kedua pengangguran mengurangi
kemampuan keluarga dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Sehingga
perlunya ada perluasan kesempatan kerja. Efek psikologi ke atas rumah
tangga seperti merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan
perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang ditimbulkan oleh
pengangguran.

5. Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak pengangguran menyebabkan


para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan
pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya tabungan maupun
penghasilan lain pengangguran semakin meningkatkan tindak kejahatan,
dimana motif kejahatan sebagian besar adalah faktor ekonomi, dengan
demikian usaha mengatasi pengangguran berarti juga mengurangi tingakat
tindakan kejahatan.

6. Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan ekonomi dan pertumbuhan


ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat kemakmuran masyarakat
memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu
negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan terus
menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari
ketidak stabilan politik karena pengangguran membuat masyararakat tidak
merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak
melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian
yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melakukan
demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada pemimpin-pemimpin
pemerintah. Hal-hal seperti ini akan menimbulkan halangan untuk melakukan
investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Senagai akibatnya
perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat melakukan
tinfakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Dua kebijakan pemerintah yaitu :


1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan pemerintah untuk mengatur pengeluaran pemerintah serta mengatur besarnya tarif
pajak..

Masalah pengangguran muncul karena pengeluaran agregat (AE 1) berada di bawah pengeluaran
agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (AE 2). Jarak
antara AE1 dan AE2 dinamakan jurang deflasi, jurang deflasi adalah jumlah kekurangan
pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh. Dalam
grafik a. dimisalkan keseimbangan asal di capai di titik E 1. keseimbangan ini menunjujukan
pendapatan nasional adalah Y1 dan dalam dalam keseimbangan ini pengangguran berlaku.untk
mengatasinya pemerintah menambah pengeluaran pemerintah sebanyak G dan pertambahan
pengeluaran ini memindahkan pengeluaran pemerintah dari AE1 KE AE1. Perubahan tersebut
berarti keseimbangan bergeser pula dari E1 ke E2. Perubahan in akan akan menambah
kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.

Dalam grafik b, yang menunjukan efek pengurangan pajak pada keseimbangn pendapatan
nasional, juga dimisalkan keseimbangan yang asal adalah di E1. Pengurangan pajak sebesar T
(yang sama nilainya dengan G) akan menambah pendapatan disposibel rumah tangga sebesar
=T. Perubahan disposibel itu akan adalah kuarang dari G, yaitu hanya sebesar:
C=MPC.G. Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan memindahkan pengeluaran agregat
menjadi A dan keseimbangan menjadi . Maka pendapatan nasional bertambah dari ke dan
oleh sebab itu kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.

2. Kebijakan moneter

Kebijakan pemerintah untuk mengatur tingkat suku bunga.

Pengeluaran agregat yang mula-mula berlaku dalam perekonomian ditunjukan oleh A dan
pendapatan nasional di . Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakan kegiatan ekonomi
bank sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan menggalakan
para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar . Pertambahan investasi tersebut
memindahkan pengeluaran agregat dari A ke A dan memindahkan keseimbangan dari ke A .
Dengan demikian pendapatan nasional meningkat menjadi . Peningkatan ini menambah
kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran, akan tetapi kegiatan ini berlaku pada harga
yang tidak mengalami perubahan.

Solusi Mengatasi Pengangguran

1. Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary


2. Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan mendirikan
industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.

3. Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.

4. Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang


agraris dan sektor lain.

5. Cara mengatasi pengangguran konjungtural

6. Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan
meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian, perusahaan harus
meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.

7. Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga para investor lebih
suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.

8. Cara mengatasi pengangguran struktural

9. Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga kerja di


sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang mengalami perubahan sektor
ekonomi.

10.Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.

11.Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.

12.Cara mengatasi pengangguran musiman

13.Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah digeluti. Hal tersebut
dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan lain pada saat musim musim
tertentu (biasanya saat petani meninggu panen).

14.Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada


masyarakat.

15.Cara mengatasi pengangguran deflasionar

16.Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga kerja yang akan
dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya menjadi tenaga kasar,
tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan tenaga ahli.

17.Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran lain, menarik


investor baru sangat perlu dilakukan.

18.Cara mengatasi pengangguran teknologi


19.Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi pada
sekolah-sekolah.

20.Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.

21.Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru yang harus


disampaikan pada anak.

Demikianlah sedikit pemaparan dari persoalan pengangguran yang terjadi semoga dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca yang berminat terhadap pengkajian
masalah-masalah diatas,

Faktor Masalah Pengangguran dan cara mengatasinya


BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Ada bermacam macam masalah pokok pembangunan di Indonesia,diantaranya adalah :

1. Dualisme peraturan

2. Kependudukan dan kemiskinan


3. Iklim dan geografis

4. Pemerataan pembangunan

Macam-macam penyebab diatas sangat mempengaruhi pembangunan pada Negara, Negara


Indonesia adalah termasuk dalam Negara berkembang, oleh karena itu masalah masalah diatas
harus segera diselesaikan. Kependudukan di Indonesia tidak merata sehingga kepadatan di
beberapa kota besar sangat mempengaruhi pembangunan. Dengan kepadatan penduduk tersebut
maka persaingan untuk mencari lapangan kerja sangat sulit, dan mengakibatkan pengangguran
dan Kemiskinan.

Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat
pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan
masyarakat akan merosot. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula
pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari.

Pengangguran berdampak besar terhadap pembangunan nasional.

Rumusan masalah

Apa faktor utama penyebab pengangguran di Indonesia ?

Apa dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional ?

Bagaimana cara mengantasi penggangguran di Indonesia ?

Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua. Dan dapat lebih memahami tentang persepektif teori
pembangunan,begitu juga masalah-masalah pembangunan, seperti :

1. mengetahui faktor penyebab terjadinya pengangguran.

2. mengetahui dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional.


3. mengetahui cara mengatasi pengangguran.

Bab II

Pembahasan

Faktor utama penyebab pengangguran di Indonesia.

pengangguran yaitu orang yang berada pada usia produktif/usia kerja yang tidak bekerja.
Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibedakan 5 macam yaitu:

1. Pengangguran struktural yaitu : pengangguran yang terjadi akibat adanya


perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan
ekonomi.

2. Pengangguran siklus/konjungtur yaitu : pengangguran yang terjadi akibat


adanya perubahan-perubahan dalam tingkat perekonomian.misalnya
perusahan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksi sehingga
sebagian tenaga kerja diberhentikan.

3. Pengangguran friksional yaitu : pengangguran yang terjadi pada saat


perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full
employment),di mana tenaga kerja berusaha mengganti pekerjaan atau
pergeseran tenaga kerja atau mogok sementara untuk menuntut kenaikan
upah.

4. Pengangguran musiman yaitu : pengangguran yang terjadi akibat perubahan


permintaan terhadap tenaga kerja yang sifatnya berkala,misalnya
menganggur pada saat selang antara musim tanam dan musim panen

5. Pengangguran karena perubahan teknologi(technological unemployment)


yaitu pengangguran yang terjadi akibat perubahan teknologi misalnya
mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin.

Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran, yang tidak
pernah teratasi setiap tahunnya. Faktor pengangguran bisa beragam macamnya, dan ini tidak
boleh di abaikan oleh pemerintah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban
pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia di harapkan partisipasinya untuk mengatasi
masalah ini. Tanpa kerjasama pemerintah dan masyarakat mustahil dapat mengatasi
pengangguran di Indonesia. Berikut adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi
di Indonesia.

1. Pendidikan rendah. Pendidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang


kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan
membutuhkan pegawai seminimal SMA.

2. Kurangnya keterampilan. Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang


sudah mempunyai kriteria dalam bekerja,namun dalam teknisnya
keterampilannya masih kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.

3. Kurangnya lapangan pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia memiliki


jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat
besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang di
sediakan oleh pemerintah maupun swasta.

4. Kurangnya tingkat EQ masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan


seseorang dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh terhadap
keterampilan berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan
sifat lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang
pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi lebih mudah mendapatkan
pekerjaan di banding orang yang selalu pendiam dan tidak berani
mengeksplor potensi diri.

5. Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain. Misalnya ada
seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka
menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah
menikah. Ia termasuk pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk
menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain.

6. Tidak mau berwirausaha. Umumnya sesorang yang baru lulus


sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan
yang sangat mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih besar di
bandingkan membuat suatu usaha.

Itulah beberapa faktor pengangguran yang banyak terjadi di Indonesia. Cukup sulit untuk
mengatasi pengangguran di Indonesia dengan tingkat jumlah penduduk yang begitu besar dan
masih banyaknya korupsi di negeri ini, sehingga laju pengangguran semakin naik per tahunnya.

Dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional

Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat
pendapatan masyarakat akan merosot. Sehingga menghambat beberapa faktor pembangunan
nasional, seperti :
1. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita.

2. Beban psikologis

3. Biaya sosial

4. Penerimaan negara

Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita.

Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan nasional. Apabila tingkat
pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian,
nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Oleh karna itu, nilai
pendapatan nasional yang semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai pendapatan
per kapita.

Beban psikologis

Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung.
Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh
terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak psikologis ini mempunyai
efek domino di mana secara sosial, orang menganggur akan merasa minder karena status sosial
yang tidak atau belum jelas.

Biaya sosial

Dengan semakin besarnya jumlah pengangguran, semakin besar pula biaya sosial yang harus
dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya
keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.

Penerimaan negara

Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak
penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat
pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang.
Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.

Beberapa faktor di atas dapat menghambat pembangunan nasional yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat. Baik berupa penbangunan sistem sosial, politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.

Cara mengatasi pengangguran di Indonesia

Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan lapangan
pekerjaan.

Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi mengemukakan
cara-cara mengatasi pengangguran yaitu sebagai berikut:

1. Memperbaiki pasar tenaga kerja

2. Menyediakan program pelatihan

3. Menciptakan program padat karya

Selain hal tersebut di atas, sesuai dengan GBHN 1999, pemerintah Indonesia hendaknya:

Mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan
kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan

Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang di kelola secara
terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

Ada berbagai cara dalam mengatasi pengangguran,yaitu :

1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Modal

2. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja


3. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja

4. Menggalakkan program transmigrasi

5. Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan

6. Mengintensifkan program keluarga berencana

7. Menekan impor dan memperbanyak ekspor

Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Modal

Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja
yang kosong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi
di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industri (padat
karya) ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk
mengatasi msalah pengangguran struktural.

Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja

Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat
mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran
dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau
perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah
persoalan informasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan sistem informasi yang
memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. Sistem seperti itu antara lain dapat berupa
pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bisa juga berupa pengenalan profil
perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.

Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja

Meningkatkan program pendidikan dengan cara wajib belajar 12 tahun dan memberikan
pendidikan gratis bagi warga yang kurang mampu, sehingga mengurangi pengangguran yang
tidak terdidik. Memberikan pelatihan kerja untuk mencari kerja, sehingga menjadi pekerja yang
terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan
atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
Menggalakkan program transmigrasi

Program transmigrasi bukan saja merupakan cara efektif meratakan pembangunan dan jumlah
penduduk, tetapi juga merupakan cara mengatasi pengangguran yang tepat. Yaitu tidak semua
berbondong bondong mencari pekerjaan di ibukota yang dapat memadatkan ibu kota. Oleh
karena itu, transmigrasi adalah solusi terbaik untuk mengatasi pnegangguran juga dengan
memberikan pelatihan dan pemberian modal untuk membuka usaha di wilyah transmigrasi
sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan.

Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan

Meningkatkan jumlah wiraswasta dengan adanya UKM dengan pemberian modal yang di
berikan oleh pemerintah dan kerjasama dengan pihak swasta. Menumbuhkan jiwa wirausaha
sejak sekolah sehingga merubah paradigma dari mencari pekerjaan menjadi memberi pekerjaan.
Hal ini yang mesti di dukung oleh pemerintah. Mendukung kegiatan wirausaha sekecil apapun
skala usaha tersebut dan memberikan pelatihan pelatihan wirausaha hingga memberikan
pinjaman pinjaman tanpa anggunan dan tanpa bunga bagi perintis usaha ( masih pemula ).
Wirausaha bukan saja mengatasi pengangguran di tanah air tetapi juga bentuk usaha untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia.

Mengintensifkan program keluarga berencana

Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi
penduduk terbanyak di dunia. Jadi apabila masalah keluarga berencana ini tidak dijalankan
secara efektif, dapat dipastikan pengangguran di Indonesia akan semakin bertambah. Pemerintah
harus berusaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan mengawasi program ini dengan
sebaik baiknya agar program ini berjalan dengan sangat baik. Karena masih belum terlihat
keberhasilan dari program KB.

Menekan impor dan memperbanyak ekspor

Pemerintah harus menekan impor sebanyak mungkin dan memajukan produk produk dalam
negeri yang di hasilkan dari petani dan para wirausaha. Sehingga para usahawan tidak kesulitan
dalam mencari pasar dalam menjual usahanya. Dan berusaha untuk mengekspor produk dalam
negeri yang laku dalam pasaran luar negeri yang dapat menghasilkan devisa negara. Sehingga
para pengangguran yang berusaha untuk mengembangkan bisnis usahanya tidak kesulitan
mencari pasar untuk menjual hasil dari usahanya.

Hal hal di atas adalah beberapa cara yang dapat di gunakan pemerintah dalam mengurangi
pengangguran di Indonesia dan dapat memperkuat ekonomi Indonesia. Namun pemerintah tidak
akan bisa menjalankan program program tersebut jika tanpa adanya kerjasama dengan pihak
swasta dan masyarakat.

Bab III

Penutup

Kesimpulan

Pengangguran merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Pengangguran harus segera di atasi agar ekonomi indonesia bisa lebih
baik dan mampu bersaing dengan luar negeri. Pemerintah diharapakan dapat mengatasi
pengangguran dengan menyediankan lapangan pekerjaan atau program-program bina usaha
untuk masyarakat kecil.

Saran

Pemerintah harus lebih mengawasi program KB dan usaha transmigrasi.

Pemerintah harus dapat bekerja sama dengan swasta dan masyarakat dalam
mengatasi pengangguran.
Mengadakan sosialisasi pada masyarakat tentang usaha mandiri.

BAB IV

Daftar pustaka

Atih, Ani. Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional. Diakses dari


http://aniatih.blogspot.com/2012/09/dampak-pengangguran-terhadap.html. pada tanggal
07/01/2013.

Badruddin, Syamsiah., Teori dan Indikator Pembangunan, diakses dari


http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/. Pada tanggal
07/01/2013.

Mardianti, Laila. Pengangguran dan Cara Mengatasinya. Diakses dari


http://laillamardianti.wordpress.com/2011/04/17/pengangguran-dan-cara-mengatasinya/. Pada
tanggal 07/01/2013.
Tika, Raran. Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional. Diakses dari
http://citrarantika-gunadarma.blogspot.com/2012/06/dampak-pengangguran-terhadap.html. pada
tanggal 07/01/2013.

Ultari, Riskasuci. Masalah Pokok Dalam Pembangunan


Indonesia. Diakses dari
http://senimanberbicara.blogspot.com/2011/05/masalah-pokok-
dalam-pembangunan.html. pada tanggal 07/01/2013.

http://www.anneahira.com/faktor-pengangguran.htm

http://www.anneahira.com/cara-mengatasi-pengangguran.htm

http://usahamodalkecil31.blogspot.com/2012/06/solusi-untuk-mengurangi-pengangguran-di.html

http://www.ekonomikabisnis.com/1883/permasalahan-pembanguna-indonesia.html

Vous aimerez peut-être aussi