Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
KELOMPOK 14
Oleh :
KELOMPOK 14
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan Pengalaman Belajar
Lapangan I yang berjudul, Pengenalan Instansi Kesehatan dan Instansi Terkait
dengan Kesehatan telah terselesaikan.
Tujuan penyusunan Laporan Pengalaman Belajar Lapangan I ini adalah
untuk mengenal dan memahami instansi kesehatan pada sistem manajemen
kesehatan di Provinsi Jawa Timur khusunya di Kabupaten Jember dan sekitarnya.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam kegiatan penyusunan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I
ini:
1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
2. Abu Khoiri S.KM, M.Kes Selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat
3. Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes. selaku Ketua Koordinator Pengalaman Belajar
Lapang (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
4. Rahayu Sri Pujiati, S.KM.,M.Kes., Irma Prasetyowati,S.KM., M.Kes., dan Dr.
Isa Marufi, S.KM., M.Kes. selaku Dosen Pendamping Pengalaman Belajar
Lapang (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
5. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat semester VI yang telah
membantu dalam penyususnan proposal ini
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) 1.
Penyusunan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I instansi telah kami
susun seoptimal mungkin, namun apabila masih terdapat kekurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
Pengalaman Belajar Lapangan I instansi ini.
Jember, .. April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRANBAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social,
tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (WHO). Untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan guna memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan kesehatan tersebut
dapat dilihat dari 2 aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu kuratif (pengobatan
penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau
cacat) sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu promotif
(peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit) dan saat ini
Indonesia sedang giat dalam mencapai pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1) Upaya
kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4)
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen dan informasi
kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan
ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama
lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat serta upaya promotif dan preventif.
Pembangunan nasional berwawasan kesehatan akan mencapai kesuksesan
dengan adanya komitmen dan kerjasama antara pemerintah, swasta, masyarakat,
serta tiap-tiap sektor pembangunan bangsa salah satunya sektor pendidikan.
Universitas Negeri Jember merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
melaksanakan upaya perwujudan pembangunan nasional dengan ikut berperan
serta dalam membentuk manusia modern yang dapat menghasilkan tenaga-tenaga
ahli dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi. Oleh karena itu,
Universitas Jember memiliki tiga fungsi yang dikenal sebagai Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Ketiga fungsi tersebut merupakan satu kesatuan, yang saling
menunjang satu sama lainnya dan tidak boleh ada pertentangan atau persaingan
serta ketiga dharma itu harus dikembangkan secara simultan.
Pengembangan kualitas Kompetensi Kesehatan Masyarakat harus
didukung oleh sistem-sistem yang berada diluar sistem kesehatan masyarakat
seperti: sistem pendidikan, sistem informasi dan teknologi. Sistem kesehatan dan
kualitas Kompetensi Kesehatan Masyarakat adalah sesuatu yang sangat ideal
bahwa sistem kesehatan masyarakat saat ini seharusnya selalu dapat di monitor
dan evaluasi agar mampu diperbaiki dan diarahkan menjadi suatu sistem
kesehatan masyarakat nasional yang mampu menjamin kesehatan masyarakat dan
selalu mengikuti perkembangan jaman.
Pemahaman terhadap sistem kesehatan masyarakat harus dipandang
sebagai suatu sistem yang memiliki kejelasan terhadap faktor lingkungan, faktor
masukan (input), pelaku dan prosedur, faktor keluaran sistem
baik output dan outcome serta alat ukur umpan balik sistem yang handal. Sistem
kesehatan masyarakat bukan sekedar sistem pelayanan kesehatan dari upaya
penyembuhan tetapi merupakan suatu sistem yang meliputi fungsi promosi,
pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi kesehatan sehingga peranan yang kuat
didalam tranformasi budaya sehat menjadi bagian yang penting menuju
masyarakat sehat sebagai sasaran utama sistem kesehatan masyarakat. Dengan
upaya promosi dan pencegahan terhadap bahaya penyakit, maka sistem kesehatan
masyarakat berupaya mengurangi jumlah kesakitan dan biaya kesehatan sekaligus
diharapkan meningkatkan produktifitas nasional.
Fakultas kesehatan masyarakat telah berdiri pada tahun 2002 dengan Visi
yaitu menjadi lembaga tinggi Kesehatan Masyarakat yang berkualitas dan
professional serta berwawasan lingkungan dan sasarannya yaitu menghasilkan
lulusan diarahkan untuk menghasilkan lulusan sarjana kesehatan masyarakat
dengan kualifikasi mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik, memiliki
kreativitas tinggi, mampu dan mandiri dalam kegiatan pemecahan masalah
kesehatan masyarakat secara terpadu dan multidisipliner, mempunyai etika profesi
yang positif dan berdaya saing tinggi sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar
kerja.
Salah satu perwujudan demi pencapaian visi tersebut dan dengan
berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, peran serta mahasiswa dalam
pembangunan kesehatan khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat adalah
dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat serta
mengembangkan dan menemukan konsep kesehatan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk penerapan dan pengembangan
ilmu kesehatan masyarakat adalah dengan mengikuti kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan I (PBL I) yang diselenggarakan oleh kurikulum bidang studi.
Kegiatan PBL merupakan proses belajar mahasiswa di luar perkuliahan
yang dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenal dan
memahami segala permasalahan di bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat
dan mengetahui instansi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) meliputi kegiatan kunjungan ke
instansi-instansi yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Melalui kunjungan tersebut, diharapkan mahasiswa
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di instansi-instansi terkait. Mahasiswa
juga dapat mengetahui tentang profil instansi (visi, misi, tujuan dan sasaran,
strategi, kebijakan), struktur organisasi, pembagian kerja di instansi dan unit-unit
pelayanan/kerja instansi, dan program kerja instansi. Hal-hal tersebut perlu
diketahui dan dipahami secara langsung oleh mahasiswa agar di masa yang akan
datang Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember dapat menghasilkan
sarjana yang bermutu dan unggul, yang pada akhirnya dapat berkompetisi dalam
lingkungan kerja.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang
(PT. PIER)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER).
b. Mengetahui profil R.S Jember Klinik, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate Rembang (PT.
PIER) meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan,
dan kinerja pelayanan masa kini.
c. Mengetahui struktur organisasi dan pembagian kerja di
R.S Jember Klinik ,Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT.
Pasuruan Industial Estate Rembang (PT. PIER).
d. Mengetahui evaluasi kerja R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER).
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang R.S Jember Klinik,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER) dengan segala aktivitas di dalamnya.
b. Merupakan sarana pelatihan dan penerapan teori yang telah
didapatkan selama perkuliahan dengan praktek di lapangan.
1.3.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Menjalin kerjasama antara Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
instansi-instansi yang terkait, baik bersifat akademis maupun
organisasi.
1.3.3 Manfaat Bagi Instansi-instansi terkait.
a. Sebagai sarana untuk menjembatani antara instansi
dengan lembaga pendidikan Universitas Jember, khususnya Fakultas
Kesehatan Masyarakat sebagai bentuk kerjasama lebih lanjut.
BAB II. HASIL KEGIATAN
2.1.4 Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang mengutamakan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
2.1.5 Misi
1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi melebihi harapan
pelanggan dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia.
3. Mengembangkan fasilitas rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat.
4. Memotivasi karyawan untuk berkeja dalam tim dengan dedikasi tinggi dan
inovasi.
5. Menyediakan lingkungan rumah sakit yang aman dan menunjang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
6. Mewujudkan rumah sakit berwawasan lingkungan.
2.1.6 Motto
Pelayanan profesional sepenuh hati
2.1.7 Nilai-Nilai Perusahaan
1. Team Work
2. Integrity
3. Profesionalisme
4. Respect
5. Innovation
6. Social Responsibility
2.1.8 Tujuan
2.1.8.1 Tujuan Umum
Berhasil memberikan layanan kesehatan yang bermutu tinggi bagi
masyarakat dengan memperhatikan asas manfaat dan mengutamakan
keselamatan pasien.
2.1.8.2 Tujuan Khusus
1. Tercapainya mutu pelayanan medis dengan asuhan keperawatan.
2. Terciptanya SDM yang profesional dibidangnya dalam era Globalisasi.
3. Terbentuknya Team Layanan yang efektif dan efisien untuk
penyelenggaraan Rumah Sakit yang terbaik.
2.1.9 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja
DIREKTUR
KOMITE SPI
DIVISI PELAYANAN DIVISI PENUNJANG DIVISI KEPERAWATAN DIVISI PEMASARAN DIVISI ADMINISTRASI
MEDIK MEDIK DAN PENGEMBANGAN KEUANGAN DAN SDM
BISNIS
KEUANGAN
POLIKLINIK FARMASI RAWAT INAP I
UMUM RAWAT JALAN PEMASARAN
AKUNTANSI
SPESIALIS RAWAT INAP II
FARMASI HUMAS PELAYANAN
SEKRETARIAT
RAWAT INAP RAWAT INAP III PELANGGAN DAN
UGD DAN UMUM
HUKUM
RAWAT INAP IV
HEMODIALISA GUDANG SUMBER DAYA
FARMASI SISTEM INFORMASI
RAWAT INAP V MANUSIA (SDM)
POLI GIGI MANAJEMEN
LABORATORIUM RAWAT INAP VI IPS-RS
RESIKO DAN K3
REKAM MEDIK
RADIOLOGI RAWAT INTENSIF
REHABILITASI
MEDIK GIZI
OPERASI
LINEN DAN
TATA GRAHA KEBIDANAN
KANDUNGAN
2.1.10 Unit-Unit Pelayanan
1. Unit Gawat Darurat
5 TT 260.000
3 TT 260.000
7 TT 475.000
2 TT 50.000
Jumlah 100 TT
4. Unit Penunjang
a Laboratorium (24 jam)
b Radiologi (24 jam):
CT-Scan
C-Arm
USG 4 Dimensi
C-R
c Fisioterapi :
Pijat Bayi
Baby Spa
d Apotik (24 jam)
e Konsultasi Gizi
f Kamar Operasi (24 jam)
Pengertian Proses penyipan linen mulai dari kotor sampai bersih yang
dimulai dari penerimaan linen, pencucian, penyetrikaan, dan
pelipatan hingga siap untuk didistribusikan
Tujuan Sebagai pedoman dalam melakukan persiapan dalam proses
pencucian, penyetrikaan, hingga pelipatan linen
Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medik
Pelaksana Dilaksanakan oleh staf pelayanan laundry
Prosedur - Menerima linen kotor dari ruangan dimulai pukul 06.00
WIB 08.00 WIB
- Menghitung dan mencatat jumlah, jenis, dan sub bagian
pemakai linen
- Memisahkan menurut tingkat kekotorannya (infeksius
dan non infeksius)
- Melaksanakan pencucian
1. Menggunakan sikat cuci
2. Linen yang sangat kotor direndam selama 24 jam
3. Linen yang tidak terlalu kotor direndam selama 1-2
jam
4. Untuk menghilangkian noda darah digunakan
clorin dan sabun batangan
5. Linen yang sangat kotor direndam dengan
desinfektan ukuran 1 liter klorin dan dicampur
dengan 5 liter air selama 24 jam
- Melakukan pengeringan dengan menggunakan mesin
cuci
- Melakukan penyetrikaan dengan menggunakan mesin
setrika
- Melakukan pelipatan linen yang telah disetrika dengan:
1. Memeriksa flek (kotor) atau bersih
2. Memeriksa kualitas linen baik atau robek
3. Memeriksa adanya lether (lether ada tapi tidak
terbaca/tidak jelas) atau tidak ada lether
- Untuk linen bernoda selain darah yang sulit dibersihkan
menggunakan bayclean dengan perbandingan 10 cc
bayclean dicampur dengan 4 cc air (tergantung banyak
noda pada linen)
B D E
C
F
A
E: Gudang
2.2.1.2 Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata, dan terjangkau.
4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan.
5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan.
2.2.1.3 Tujuan
1. Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan, maka ditetapkan tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan yang
lebih sehat, pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Untuk mewujudkan misi Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, maka ditetapkan tujuan: Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
3. Untuk mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, maka ditetapkan
tujuan:
a. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan
melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya.
2.2.1.4 Sasaran
2.2.1.5 Strategi
4. Pemberdayaan masyarakat.
a. Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada bayi, anak
balita,ibu hamil dan menyusui.
Fungsi:
a pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian Kesehatan
Dasar dan penunjang, rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
b penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta
prosedur tetap Kesehatan Dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan
khusus serta Kesehatan Keluarga;
c penyelenggaraan kebijaksanaan program kesehatan dasar dan penunjang,
kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
d pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program kesehatan
dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan
Keluarga;
e pelaksanaan fasilitasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
f pelaksanaan koordinasi pelaksanaan program kesehatan dasar dan
penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
g pelaksanaan evaluasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
h pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.
Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri atas:
i. Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang;
ii. Seksi Kesehatan Rujukan dan khusus;
iii. Seksi Kesehatan Keluarga.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
a Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang, mempunyai tugas:
a menyiapkan bahan perencanaan pelayanan kesehatan dasar penunjang;
b menyiapkan bahan pedoman teknis dan standart pelayanan kesehatan
dasar dan penunjang;
c menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
pelayanan kesehatan dasar dan penunjang yang dilakukan pemerintah
maupun swasta;
d melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian upaya
kesehatan dasar dan penunjang pada daerah perbatasan, terpencil,
rawan dan kepulauan;
e melaksanakan registrasi dan akreditasi sarana kesehatan dasar baik
Pemerintah maupun Swasta;
f melaksanakan fasilitasi pelayanan kesehatan dasar dan penunjang;
g menyiapkan bahan evaluasi program pelayanan kesehatan dasar dan
penunjang;
h menyiapkan bahan koordinasi lintas program dan lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya
masyarakat tentang pelayanan kesehatan dasar dan penunjang;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
Fungsi:
Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
a Seksi Pemberantasan Penyakit, mempunyai tugas:
1) menyiapkan bahan perencanaan program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor binatang perantara penyakit;
2) menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan yang terkait dengan
program pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor binatang
perantara penyakit;
3) melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit;
4) menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor-binatang perantara
penyakit;
5) melaksanakan fasilitasi program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor-binatang perantara penyakit;
6) menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat
dan pihak swasta program pemberantasan penyakit dan pengamatan
vektorbinatang perantara penyakit;
7) menyiapkan bahan evaluasi program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor-binatang perantara penyakit melaksanakan tugas
tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
b Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah
Kesehatan, mempunyai tugas:
a menyiapkan bahan perencanaan program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
b menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan program imunisasi,
surveilans epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa,
wabah, bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
c menyelenggarakan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyebaran
penyakit dan faktor resiko yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa/wabah bencana serta penanggulangannya;
d melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit;
e menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan dan pengendalian program
imunisasi, surveilans epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian
Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan
pelabuhan;
f melaksanakan fasilitasi program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana,
kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
g menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana,
kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
h menyiapkan bahan evaluasi program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
Fungsi :
Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Fungsi :
Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
1) Bagi Pemerintah
Keuntungan dan manfaat kawasan industri PT. PIER bagi pemerintah adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan daerah
a. Deviden (apabila sebagai pemegang saham)
b. Pajak retribusi, dan lain-lain.
2. Efisien dan efektif bagi penyiapan infrastruktur dan utilitas
3. Memudahkan pengawasan kegiatan industri
2) Bagi Investor/Pengusaha
Bagi investor/pengusaha kawasan industri PT. PIER memiliki empat
keuntungan, yaitu:
1. Ada kepastian hukum, terutama status kepemilikan tanah.
2. Kemudahan dan kecepatan proses perijinan kegiatan industri.
a. Tidak diperlukan ijin lokasi
b. Tidak diperlukan Hinder Ordonantie
c. Tidak diperlukan AMDAL (cukup UKL dan UPL)
d. Adanya pelayanan perijinan dan pengelola kawasan industri
3. Kemudahan dan kecepatan dalam penyediaan infrastruktur dan utilitas.
a. Tanah sudah siap bangun
b. Tersedia jaringan jalan, saluran air hujan
c. Tersedia jaringan listrik, air, telepon dan gas
d. Tersedia unit pengolahan limbah cair terpusat
4. Keamanan dan kenyamanan
3) Bagi Masyarakat (khususnya sekitar kawasan)
Manfaat atau keuntungan adanya kawasanindustri PT. PIER bagi masyarakat
khususnya yang berada di sekitar kawasan adalah terciptanya peluang kerja
dan terciptanya peluang usaha pemondokan/kost-kostan, toko, jasa angkutan
dan lain-lain sebagai efek ganda (multiplier effect).
2.3.5.2 Komisaris
c. Pengertian
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melaksanakan pengawasan serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan pengurus Perseroan.
d. Keanggotaan
1) Persyaratan Komisaris
Anggota Komisaris harus memenuhi persyaratan berikut :
a) Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
c) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;
d) Memiliki keahlian, integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah
manajemen perusahaan guna memajukan/mengembangkan perseroan, memiliki
pengetahuan memadai di bidang usaha Perseroan, serta dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
e) Pengangkatan anggota Komisaris dilakukan melalui prosedur yang transparan
dan berdasarkan kriteria yang jelas;
f) Antara para anggota Komisaris maupun antara anggota Komisaris dan Direksi
tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik menurut
garis lurus maupun garis ke samping atau hubungan semenda (menantu/ipar);
g) Apabila hubungan keluarga dimaksud huruf f terjadi setelah menjabat
komisaris, maka untuk melanjutkan jabatan komisaris harus memperoleh
persetujuan RUPS.
2) Komposisi Komisaris
a) Komposisi Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat, dan cepat, serta mampu bertindak independen dan kritis;
b) Paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah anggota Komisaris berasal
dari kalangan di luar Perseroan dengan ketentuan :
(1) Tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi;
(2) Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen, lembaga, dan
kemiliteran dalam waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
(3) Tidak bekerja di Perseroan atau afiliasinya dalam waktu 3 (tiga) tahun
terakhir;
(4) Tidak mempunyai keterlibatan finansial baik langsung maupun tidak
langsung dengan perseroan atau perusahaan yang menyediakan jasa
dan/atau produk bagi perseroan dan afiliasinya;
(5) Bebas dari kepentingan bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi
atau mengganggu kemampuan Komisaris dari kalangan di luar Perseroan
untuk bertindak dan berpikir secara bebas di lingkup perseroan;
(6) Komisaris terdiri dari paling sedikit 2 (dua) orang, seseorang diantaranya
diangkat sebagai Komisaris Utama;
(7) Pembagian kerja anggota Komisaris ditetapkan sendiri oleh komisaris
dalam bentuk uraian tugas yang mempertimbangkan keahlian dan
pengalaman masing-masing, dan untuk kelancaran tugasnya Komisaris
dibantu Sekretaris Komisaris yang diangkat oleh Komisaris berdasarkan
saran tertulis Pemegang Saham.
3) Tugas dan Kewajiban
a) Tugas Komisaris adalah melakukan pengawasan kebijakan Direksi dalam
menjalankan kepengurusanperseroan dan memberikan nasihat kepada Direksi
termasuk dalam pelaksanaanRJPP dan RKAP sesuai dengan Anggaran Dasar,
keputusan RUPS, serta peraturanperundang-undangan yang berlaku;
Memantau efektifitas pelaksanaan good corporate governance di Perseroan.
b) Kewajiban Komisaris
(1) Melakukan pengawasan kinerja Direksi dan Manajemen termasuk
pemantauankepatuhannya dalam menjalankan Anggaran Dasar serta
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(2) Melakukan kajian/evaluasi, serta memberikan rekomendasi/saran secara
tertulis kepada Direksi, mengenai:
(a) RJPP, RKAP, SCI dan rencana strategis lainnya
(b) Indikator kinerja kunci (KPI) dan targetnya;
(c) Laporan tahunan, perhitungan tahunan, dan laporan lainnya;
(d) Efektifitas sistem pengendalian internal termasuk pengelolaan risiko
danpelaksanaan audit intern/ekstern;
(e) Sistem remunerasi/kompensasi dan sistem nominasi si Perseroan;
(f) Usulan-usulan Direksi berkaitan dengan perubahan jumlah modal
perubahan anggaran dasar, rencana penggunaan laba, serta
penggabungan, peleburan,pengambil alihan, pembubaran, investasi
dan pembiayaan jangka panjang, kerjasama, pembentukan anak
perusahaan dan penyertaan, serta pengalihan aktiva, maupun tindakan
lainnya Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, untuk diminta persetujuan kepada
RUPS;
(3) Mengikuti perkembangan dan memberikan pendapat/sasaran mengenai
setiapmasalah yang dianggap penting bagi Perseroan;
(4) Melaporkan dengan segera kepada Pemegang Saham atau RUPS apabila
terjadigejala kemunduran kinerja Perseroan;
(5) Menjalankan untuk sementara waktu tugas Direksi dalam hal Perseroan
tidakmemiliki seorang oun Direksi, dan dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) harisetelah keadaan tersebut memanggil RUPS untuk
mengangkat Direksi;
(6) Melakukan pemantauan pelaksanaan good corporate governance di
Perseroan;
(7) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan/kerja Komisaris;
(8) Melakukan tugas-tugas pengawasan lainnya yang ditetapkan oleh RUPS
sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2.3.5.3 Direksi
a. Pengertian
Direksi adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab atas pengurusan
Perseroanuntuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan di dalam
maupun diluar Pengadilan.
b. Keanggotaan
Anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yangdinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
3) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;
4) Memiliki keahlian, integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen
perusahaan guna memajukan/ mengembangkan perseroan;
5) Pengangkatan anggota Komisaris dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan
kepatutan;
6) Calon anggota Direksi wajib menandatangani Kontrak Manajemen sebelum
ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi;
7) Antara para anggota Komisaris maupun antara anggota Komisaris dan Direksi
tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik menurut
garislurus maupun garis ke samping atau hubungan semenda (menantu/ipar);
8) Apabila hubungan keluarga dimaksud angka 7) terjadi setelah menjabat
komisaris,maka untuk melanjutkan jabatan komisaris harus memperoleh
persetujuan RUPS.
Untuk mendukung efektifitas SPI, perlu dibuat suatu Internal Audit Charter
sebagaipedoman yang:
1)Menyatakan delegasi wewenang dari Direksi kepada SPI untuk melaksanakan
pengawasan internal yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Direksi;
2)Menjadi dokumentasi landasan hukum bagi SPI untuk menjalankan wewenangnya
terhadap seluruh unit organisasi Perseroan;
3)Menjabarkan kebijakan Perseroan mengenai audit internal sesuai dengan posisi
dan fungsi SPI dalam Perseroan;
4)Menjabarkan ruang lingkup pengawasan internal, wewenang, tanggung jawab
SPIserta standar mutu audit internal;
5)Mengatur hubungan kerja SPI dengan auditan maupun auditor eksternal;
6)Menghindari inkonsistensi pelaksanaan pengawasan internal serta mencegah
subyektifitas individu dari personal SPI dalam melaksanakan tugasnya.
Peningkatan Peran SPI antara lain:
1) Sejalan dengan perkembangan paradigma dalam audit intern, maka SPI
perlumeningkatkan perannya sebagai konsultan internal Perseroan;
2) Sebagai konsultan internal Perseroan, SPI dapat terlibat langsung dalam
prosesserta penyusunan kebijakan serta sistem dan prosedur, dengan
melakukankajian/reviu serta pemberian saran/rekomendasi setelah mengikuti
pembahasandengan unit organisasi Perseroan.
c. Komite Audit
1) Organisasi
a) Komite audit dibentuk oleh Komisaris untuk membentuk pelaksanaan tugas
pengawasan komisaris atas beban Perseroan;
b) Dalam menjalankan tugasnya, komite Audit bekerja kolektif dan
bertanggunglangsung kepada Komisaris;
c) Komite Audit dipimpin seseorang Komisaris yang berkedudukan sebagai ketua.
2) Keanggotaan dan kualifikasi
a) Komite Audit beranggotakan 3 (tiga) orang, dan seorang diantaranya
berasal dari anggota Komisaris yang sekaligus Ketua Komite Audit;
b) Dua anggota lainnya Komite Audit berasal dari luar Perseroan serta tidak
memiliki keterkaitan dengan kepemilikan, manajemen, dan/atau kegiatan
bisnis denganPerseroan;
c) Anggota Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh Komisaris;
d) Anggota Komite memiliki kualifikasi akademis yang ditentukan Perseroan
serta pengalaman yang memadai di bidang pengawasan, seorang di antaranya
harus mempunyai keahlian di bidang keuangan, akuntansi, dan audit;
e) Masa keanggotaan Komite Audit adalah 1 (satu) tahun, dengan tidak
mengurangi wewenang Komisaris memberhentikan sewaktu-waktu dan/atau
memperpanjang kembali.
3) Fungsi
Komite Audit membantu Komisaris dalam menjalankan tugas pengawasan
Komisarisserta memastikan efektif sistem pengadilan intern dan efektifitas
pelaksana tugas olehAuditor Eksternal.
4) Hubungan Kerja
a) Komite Audit memiliki hubungan kerja dengan serta bertanggung jawab
kepadaKomisaris;
b) Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit berkomunikasi Satuan
PengawasanIntern (SPI) dan Manajemen Perseroan, serta Auditor Eksternal;
c) Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa Komite Audit memiliki
aksesinformasi mengenai Perseroan yang diperlukan untuk menjalankan
tugasnya;
Hubungan kerja, tugas dan tanggung jawab, serta akses informasi oleh Komite
Auditperlu dituangkan dalam Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter).
d. Auditor Eksternal
1) Fungsi
Auditor Eksternal melakukan audit keuangan untuk memberikan pernyataan
pendapatmengenai kewajaran, ketat-azasan, dan kesesuaian laporan keuangan
Perseroan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia serta peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
2) Independensi
a) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi, dan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan Perseroan termasuk tidak memiliki
benturan kepentingan dengan Perseroan;
b) Auditor Eksternal dilarang memberikan jasa lain kepada Perseroan di luar
jasa audit keuangan;
c) Auditor Eksternal memiliki akses untuk memperoleh semua catatan akuntansi
dandata penunjang lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
3) Kewajiban dan Tanggung jawab
a) Auditor Eksternal melaksanakan audit terhadap audit terhadap laporan
keuangan Perseroan termasuk catatan akuntansi dan data penunjang untuk
memastikan kewajaran, ketatazasan, serta kesesuaian laporan keuangan
Perseroan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b) Auditor Eksternal melaksanakan audit sesuai dengan terms of reference
(TOR) yangdisepakati;
c) Auditor Eksternal melaksanakan audit sesuai dengan standar kode etik profesi
yangberlaku;
d) Auditor Eksternal mengkoordinasikan pelaksanaan dan hasil audit dengan
SPIdan/atau unit organisasi Perseroan yang ditunjuk;
e) Auditor Eksternal menerbitkan dan menyampaikan laporan hasil audit
kepadaPerseroan sesuai dengan batas waktu yang disepakati dalam perjanjian;
f) Auditor Eksternal bertanggung jawab atas hasil audit yang telah
dilaksanakannya.
4) Mekanisme penunjukan
a) Auditor Eksternal ditunjuk melalui proses lelang sesuai dengan ketentuan
yangberlaku;
b) Auditor Eksternal ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan Komisaris
denganmenyertakan alasan pencalonan dan besarnya honor/imbal jasa yang
diusulkanbagi Auditor Eksternal.
3. Pelaksanaan Inspeksi
Dalam rangka memastikan pengambilan data sekunder dan primer yang dilakukan
PT.PIER maka terdapat Tim Pelaksana PROPER melakukan inspeksi lapangan untuk
memastikan dengan ketentuan:
a. Setiap Tim Inspeksi terdiri dari:
1) Pengawas PROPER Provinsi : 2 (dua) orang untuk pengawasan Aspek Air, Udara
(Gengset) dan Pengelolaan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan(kegiatan
pertambangan).
2) Pengawas PROPER Kabupaten / Kota : 1 (satu) orang Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota atau staf teknis yang sudah mendapat pelatihan PROPER.
b. Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah atau
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi.
c. Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:
1) Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum dalam SK Tim
Inspeksi PROPER Provinsi.
2) Nama petugas yang menandatangani berita acara hasil Pengawasan PROPER harus
sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.
d. Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi
PROPER.
Output :
1. Rapor hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER;
2. Rekapitulasi status penaatan;
3. Berita Acara Penyusunan Peringkat ;
4. Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan
peringkat awal usaha dan atau kegiatan