Vous êtes sur la page 1sur 114

LAPORAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I

PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI TERKAIT


DENGAN KESEHATAN
DI KABUPATEN JEMBER DAN KOTA SURABAYA - PASURUAN

Oleh :
KELOMPOK 14

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I

PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI TERKAIT


DENGAN KESEHATAN
DI KABUPATEN JEMBER DAN KOTA SURABAYA - PASURUAN

Oleh :
KELOMPOK 14

Ketua : Artma Nur Pradika A (122110101139)


Sekretaris : Fatimatus Zainiyah (122110101082)
Anggota :
1. Bhakti Priyontika (122110101014)
2. Risti Dirni (122110101018)
3. Puput Baryatik (122110101020)
4. Nahda Fadila Sari (122110101032)
5. Putri Suci W (122110101053)
6. Eti Maemuna (122110101092)
7. Umi Rofida (122110101104)
8. Arum Melati S. K (122110101107)
9. Nurika Amaliah (122110101108)
10. Dwi Kristanti (122110101124)
11. Sri Ulandari (122110101146)
12. Achmad Habibi (122110101157)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN I

PENGENALAN INSTANSI KESEHATAN DAN INSTANSI TERKAIT


DENGAN KESEHATAN
DI KABUPATEN JEMBER DAN KOTA SURABAYA - PASURUAN

Dosen Pendamping Dinas Kesehatan Dosen Pendamping


(Provinsi Jawa Timur) (Rumah Sakit Jember Klinik)

Rahayu Sri Pujiati,S.KM., M.Kes. Irma Prasetyowati,S.KM., M.Kes.


NIP. 19770828 200312 2 001 NIP. 19800516 200312 2 002

Mengetahui : Dosen Pendamping


Pembantu Dekan I (PT. PIER Pasuruan)

Abu Khoiri, S.KM., M.Kes. Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes.


NIP. 19790305 200501 1 002 NIP. 19720914 200812 1 002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan Pengalaman Belajar
Lapangan I yang berjudul, Pengenalan Instansi Kesehatan dan Instansi Terkait
dengan Kesehatan telah terselesaikan.
Tujuan penyusunan Laporan Pengalaman Belajar Lapangan I ini adalah
untuk mengenal dan memahami instansi kesehatan pada sistem manajemen
kesehatan di Provinsi Jawa Timur khusunya di Kabupaten Jember dan sekitarnya.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam kegiatan penyusunan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I
ini:
1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
2. Abu Khoiri S.KM, M.Kes Selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat
3. Dr. Isa Marufi, S.KM., M.Kes. selaku Ketua Koordinator Pengalaman Belajar
Lapang (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
4. Rahayu Sri Pujiati, S.KM.,M.Kes., Irma Prasetyowati,S.KM., M.Kes., dan Dr.
Isa Marufi, S.KM., M.Kes. selaku Dosen Pendamping Pengalaman Belajar
Lapang (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
5. Teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat semester VI yang telah
membantu dalam penyususnan proposal ini
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) 1.
Penyusunan laporan Pengalaman Belajar Lapangan I instansi telah kami
susun seoptimal mungkin, namun apabila masih terdapat kekurangan, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
Pengalaman Belajar Lapangan I instansi ini.
Jember, .. April 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRANBAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social,
tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (WHO). Untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan guna memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan kesehatan tersebut
dapat dilihat dari 2 aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu kuratif (pengobatan
penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau
cacat) sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu promotif
(peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit) dan saat ini
Indonesia sedang giat dalam mencapai pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia), dan keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1) Upaya
kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4)
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen dan informasi
kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan
memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan
ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama
lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat serta upaya promotif dan preventif.
Pembangunan nasional berwawasan kesehatan akan mencapai kesuksesan
dengan adanya komitmen dan kerjasama antara pemerintah, swasta, masyarakat,
serta tiap-tiap sektor pembangunan bangsa salah satunya sektor pendidikan.
Universitas Negeri Jember merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
melaksanakan upaya perwujudan pembangunan nasional dengan ikut berperan
serta dalam membentuk manusia modern yang dapat menghasilkan tenaga-tenaga
ahli dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi. Oleh karena itu,
Universitas Jember memiliki tiga fungsi yang dikenal sebagai Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Ketiga fungsi tersebut merupakan satu kesatuan, yang saling
menunjang satu sama lainnya dan tidak boleh ada pertentangan atau persaingan
serta ketiga dharma itu harus dikembangkan secara simultan.
Pengembangan kualitas Kompetensi Kesehatan Masyarakat harus
didukung oleh sistem-sistem yang berada diluar sistem kesehatan masyarakat
seperti: sistem pendidikan, sistem informasi dan teknologi. Sistem kesehatan dan
kualitas Kompetensi Kesehatan Masyarakat adalah sesuatu yang sangat ideal
bahwa sistem kesehatan masyarakat saat ini seharusnya selalu dapat di monitor
dan evaluasi agar mampu diperbaiki dan diarahkan menjadi suatu sistem
kesehatan masyarakat nasional yang mampu menjamin kesehatan masyarakat dan
selalu mengikuti perkembangan jaman.
Pemahaman terhadap sistem kesehatan masyarakat harus dipandang
sebagai suatu sistem yang memiliki kejelasan terhadap faktor lingkungan, faktor
masukan (input), pelaku dan prosedur, faktor keluaran sistem
baik output dan outcome serta alat ukur umpan balik sistem yang handal. Sistem
kesehatan masyarakat bukan sekedar sistem pelayanan kesehatan dari upaya
penyembuhan tetapi merupakan suatu sistem yang meliputi fungsi promosi,
pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi kesehatan sehingga peranan yang kuat
didalam tranformasi budaya sehat menjadi bagian yang penting menuju
masyarakat sehat sebagai sasaran utama sistem kesehatan masyarakat. Dengan
upaya promosi dan pencegahan terhadap bahaya penyakit, maka sistem kesehatan
masyarakat berupaya mengurangi jumlah kesakitan dan biaya kesehatan sekaligus
diharapkan meningkatkan produktifitas nasional.
Fakultas kesehatan masyarakat telah berdiri pada tahun 2002 dengan Visi
yaitu menjadi lembaga tinggi Kesehatan Masyarakat yang berkualitas dan
professional serta berwawasan lingkungan dan sasarannya yaitu menghasilkan
lulusan diarahkan untuk menghasilkan lulusan sarjana kesehatan masyarakat
dengan kualifikasi mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik, memiliki
kreativitas tinggi, mampu dan mandiri dalam kegiatan pemecahan masalah
kesehatan masyarakat secara terpadu dan multidisipliner, mempunyai etika profesi
yang positif dan berdaya saing tinggi sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar
kerja.
Salah satu perwujudan demi pencapaian visi tersebut dan dengan
berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, peran serta mahasiswa dalam
pembangunan kesehatan khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat adalah
dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat serta
mengembangkan dan menemukan konsep kesehatan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk penerapan dan pengembangan
ilmu kesehatan masyarakat adalah dengan mengikuti kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan I (PBL I) yang diselenggarakan oleh kurikulum bidang studi.
Kegiatan PBL merupakan proses belajar mahasiswa di luar perkuliahan
yang dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenal dan
memahami segala permasalahan di bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat
dan mengetahui instansi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) meliputi kegiatan kunjungan ke
instansi-instansi yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Melalui kunjungan tersebut, diharapkan mahasiswa
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di instansi-instansi terkait. Mahasiswa
juga dapat mengetahui tentang profil instansi (visi, misi, tujuan dan sasaran,
strategi, kebijakan), struktur organisasi, pembagian kerja di instansi dan unit-unit
pelayanan/kerja instansi, dan program kerja instansi. Hal-hal tersebut perlu
diketahui dan dipahami secara langsung oleh mahasiswa agar di masa yang akan
datang Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember dapat menghasilkan
sarjana yang bermutu dan unggul, yang pada akhirnya dapat berkompetisi dalam
lingkungan kerja.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang
(PT. PIER)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER).
b. Mengetahui profil R.S Jember Klinik, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate Rembang (PT.
PIER) meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan,
dan kinerja pelayanan masa kini.
c. Mengetahui struktur organisasi dan pembagian kerja di
R.S Jember Klinik ,Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT.
Pasuruan Industial Estate Rembang (PT. PIER).
d. Mengetahui evaluasi kerja R.S Jember Klinik, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER).

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang R.S Jember Klinik,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, PT. Pasuruan Industial Estate
Rembang (PT. PIER) dengan segala aktivitas di dalamnya.
b. Merupakan sarana pelatihan dan penerapan teori yang telah
didapatkan selama perkuliahan dengan praktek di lapangan.
1.3.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
a. Menjalin kerjasama antara Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
instansi-instansi yang terkait, baik bersifat akademis maupun
organisasi.
1.3.3 Manfaat Bagi Instansi-instansi terkait.
a. Sebagai sarana untuk menjembatani antara instansi
dengan lembaga pendidikan Universitas Jember, khususnya Fakultas
Kesehatan Masyarakat sebagai bentuk kerjasama lebih lanjut.
BAB II. HASIL KEGIATAN

2.1 Profil RS. Jember Klinik


2.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jember Klinik
Rumah sakit (RS) Jember klinik berdiri pada tahun 1910 dengan sebutan
"DJEMBER SCHEKLINIK" yang merupakan pusat pengobatan karyawan dari
sebuah perusahaan perkebunan milik Belanda yang bernama Landbouw
Maatschappij Oup Djember atau kerap disingkat LMOD. Nama resmi RS Jember
Klinik sekarang yaitu RS. Perkebunan Jember PT. Nusantara Medika Utama yang
terletak ditengah-tengah kota tepatnya di Jl. Bedadung 2 Jember. RS Perkebunan
Jember merupakan Unit Usaha Pelayanan Kesehatan milik PT. Perkebunan
Nusantara X (Persero) yang berfungsi sebagai rumah sakit yang melayani
perusahaan dan masyarakat umum.
Sejarah RS. Perkebunan Jember tidak lepas dari sejarah berdirinya perusahaan
Perkebunan Belanda LMOD (Landbouw Maatschappij Oup Djember) sebelum di
nasionalisasi pada tahun 1956 yang merupakan asal dari PT. Perkebunan XXVII,
PT. Perkebunan XXVI dan PT. Perkebunan XXIII di kabupaten Jember. Setelah
masa nasionalisasi RS Perkebunan menjadi bagian dari PPN Baru Pra Unit
Tembakau. Setelah PPN mengalami beberapa kali Reorganisasi dari tahun 1957
hingga menjadi Unit Kesehatan PT. Perkebunan XXVII.
Berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 terjadi
peleburan semua PT. Perkebunan diantara PT. Perkebunan XXVII, PT.
Perkebunan XIX dan PT. Perkebunan XXI-XXII yang mengelola lebih dari satu
komuditas yang tatacara niaganya berbeda dijadikan satu menjadi PT. Perkebunan
Nusantara X. Berdasarkan Surat Direksi No XX-PBUMN/03.056 tentang
pembentukan Strategi Bisnis unit yang disetujui Menteri Negara BUMN dan SK
Direksi PT. Perkebunan Nusantara X Nomor XX-SURKP/03.149 tentang
Penetapan Rumah Sakit sebagai Strategi Bisnis Unit (SBU) terhitung mulai 07
Oktober 2003. Berdasarkan Akte Notaris No. 14 tanggal 19 Januari 2013 SBU
Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang membawahi 3 (tiga)
Rumah Sakit (RS Gatoel-Mojokerto, RS Toeloengredjo-Pare-Kediri, dan Rumah
Sakit Perkebunan-Jember), telah resmi menjadi Anak Perusahaan PTPN X
(Persero) dengan nama PT. Nusantara Medika Utama (PT.NMU).
2.1.2 Identitas RS Jember Klinik

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Perkebunan

Jl. Bedadung 2 Jember


Alamat Rumah Sakit :
No.Telp.0331-487104, Fax:485912

Kelas Rumah Sakit : Madya ( C )

Status Kepemilikan : PT. Nusantara Medika Utama

Surat Ijin RS : 188.45/320/012/2012


Tanggal : 10-08-2012 s/d 10-08-2017
Oleh : Bupati Jember
Sifat : Tetap
Telah ter-akreditasi penuh tingkat
Akreditasi dasar, Nomor KARS-SERT/293/I/
:
2012
tanggal 12 Januari 2012

2.1.3 Budaya Perusahaan

Untuk mencapai Visi dan Misi RS Perkebunan Jember, perusahaan


membangun budaya perusahaan secara terus-menerus yang disosialisasikan
kepada seluruh karyawan, meliputi : disiplin dan loyalitas, teamwork yang solid,
kreatif dan inovatif. Selain itu RS Jember Klinik menerapkan 5 (lima) S yaitu:
Senyum, Sapa, Salam, Saying, Santun dan 5(ima) C, yaitu: Cepat, Cekatan,
Cerdas, Cermat, Citra.

2.1.4 Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang mengutamakan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
2.1.5 Misi
1. Menyediakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi melebihi harapan
pelanggan dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia.
3. Mengembangkan fasilitas rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat.
4. Memotivasi karyawan untuk berkeja dalam tim dengan dedikasi tinggi dan
inovasi.
5. Menyediakan lingkungan rumah sakit yang aman dan menunjang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
6. Mewujudkan rumah sakit berwawasan lingkungan.
2.1.6 Motto
Pelayanan profesional sepenuh hati
2.1.7 Nilai-Nilai Perusahaan
1. Team Work
2. Integrity
3. Profesionalisme
4. Respect
5. Innovation
6. Social Responsibility
2.1.8 Tujuan
2.1.8.1 Tujuan Umum
Berhasil memberikan layanan kesehatan yang bermutu tinggi bagi
masyarakat dengan memperhatikan asas manfaat dan mengutamakan
keselamatan pasien.
2.1.8.2 Tujuan Khusus
1. Tercapainya mutu pelayanan medis dengan asuhan keperawatan.
2. Terciptanya SDM yang profesional dibidangnya dalam era Globalisasi.
3. Terbentuknya Team Layanan yang efektif dan efisien untuk
penyelenggaraan Rumah Sakit yang terbaik.
2.1.9 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja
DIREKTUR

KOMITE SPI

DIVISI PELAYANAN DIVISI PENUNJANG DIVISI KEPERAWATAN DIVISI PEMASARAN DIVISI ADMINISTRASI
MEDIK MEDIK DAN PENGEMBANGAN KEUANGAN DAN SDM
BISNIS

KEUANGAN
POLIKLINIK FARMASI RAWAT INAP I
UMUM RAWAT JALAN PEMASARAN
AKUNTANSI
SPESIALIS RAWAT INAP II
FARMASI HUMAS PELAYANAN
SEKRETARIAT
RAWAT INAP RAWAT INAP III PELANGGAN DAN
UGD DAN UMUM
HUKUM
RAWAT INAP IV
HEMODIALISA GUDANG SUMBER DAYA
FARMASI SISTEM INFORMASI
RAWAT INAP V MANUSIA (SDM)
POLI GIGI MANAJEMEN
LABORATORIUM RAWAT INAP VI IPS-RS
RESIKO DAN K3
REKAM MEDIK
RADIOLOGI RAWAT INTENSIF
REHABILITASI
MEDIK GIZI
OPERASI
LINEN DAN
TATA GRAHA KEBIDANAN
KANDUNGAN
2.1.10 Unit-Unit Pelayanan
1. Unit Gawat Darurat

RS Perkebunan Jember telah dilengkapi dengan mobil ambulans


modern untuk menstabilkan pasien selama dalam perjalanan ke RS
Perkebunan Jember. Semua staf klinis RS Perkebunan Jember terlatih dalam
pengobatan darurat dan protokol untuk jantung, stroke dan perawatan
trauma. Jumlah ambulan sebanyak 2 buah. 1 ambulan biasa dan 1 ambulan
yang dilengkapi dengan fasilitas UGD.

2. Unit Rawat Jalan


a Poliklinik Umum
b Poli Gigi
c Poli Akupuntur
d Poli Tumbuh Kembang Anak
e Poli Laktasi
f Poli Alergi
g Haemodialisa
h Klinik bedah plastik
i Poli Gizi
3. Unit Rawat Inap

Fasilitas Kamar Jumlah TT Tarif

1. Super VIP A 3 TT 1.200.000


2. Super VIP B
1 TT 750.000
3. VIP A
4. VIP B 8 TT 590.000
5. VIP C
13 TT 490.000
6. Utama
7. Kelas 1 15 TT 400.000
8. Kelas 2
12 TT 260.000
9. Kelas 3
10. ICU 8 TT 240.000
11. Ruang Isolasi
8 TT 210.000
12. Intermediate
13. R. Bayi 15 TT 110.000

5 TT 260.000

3 TT 260.000

7 TT 475.000

2 TT 50.000

Jumlah 100 TT

4. Unit Penunjang
a Laboratorium (24 jam)
b Radiologi (24 jam):
CT-Scan
C-Arm
USG 4 Dimensi
C-R
c Fisioterapi :
Pijat Bayi
Baby Spa
d Apotik (24 jam)
e Konsultasi Gizi
f Kamar Operasi (24 jam)

2.1.10.1 Produk Layanan Unggulan RS Jember Klinik


1. Trauma Center
2. Brain and Spine
3. Operasi Bedah Mikro
4. Kosmetik Gigi dan Laboratorium Gigi
5. Medical Check Up
6. Baby Spa
7. Poli Tumbuh Kembang Anak

2.1.10.2 Pelayanan yang Lain


1. Senam hamil
2. Senam belly dance
3. Senam Osteoporosis
4. PKMRS/penyuluhan kesehatan
5. Home Visit
6. Home Care
7. Layanan Lingkungan
8. Limbah cair IPAL
9. Limbah padat Incenerator

2.1.10.3 Poli Spesialis (Layanan Medis)


1. Spesialis Penyakit Dalam
2. Spesialis Anak
3. Spesialis Kandungan
4. Spesialis Syaraf
5. Spesialis Mata
6. Spesialis THT
7. Spesialis Gigi/Bedah mulut & rahang
8. Spesialis Gigi Anak
9. Spesialis Kulit & Kelamin
10. Spesialis Radiologi
11. Spesialis Bedah Umum
12. Spesialis Bedah Tulang
13. Spesialis Bedah Syaraf /Kepala
14. Spesialis Jantung
15. Spesialis Rehabilitasi Medik
16. Spesialis Urologi
17. Spesialis Anaesthesi
18. Spesialis Penyakit Jiwa
19. Spesialis Bedah Plastik

2.1.11 Uraian Topik Unit Linen Rumah Sakit Jember Klinik


Unit Linen adalah bagian dari rumah sakit yang mengelola bahan/kain
yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling
dan alat instrument steril lainnya. Unit Linen di Rumah Sakit Jember Klinik
merupakan subbagian dari bagian Rumah Tangga. Unit ini berlokasi di samping
unit dapur dengan luas bangunan sekitar 26x15 m. Unit linen dipimpin oleh Ibu
Sudarma bersama seorang asisten dari rumah sakit dan tujuh pekerja yang terdiri
dari satu wanita dan enam pria dari PT UMKM (Unggul Mandiri Karya Makmur)
yang berpusat di kota Malang Jawa Timur. Kriteria pegawai yang diterima di unit
linen berdasarkan aturan yang dibuat oleh PT. UMKM. Pembagian shift kerja
dalam unit ini hanya ada satu shift yaitu mulai pukul 06.30 sampai pukul 13.30
WIB dan jika melebihi waktu tersebut akan dihitung sebagai jam lembur. Setiap
pagi sebelum melakukan pekerjaan, semua pekerja di unit linen diberikan extra
feeding berupa segelas susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, namun pada
jam makan siang para pekerja tidak mendapatkan jatah makan siang dari Rumah
Sakit melainkan mengkonsumsi bekal makanan yang dibawa dari rumah. Sumber
air yang digunakan pada unit linen berasal dari sumur bor yang ditampung dalam
sebuah tandon air. Fasilitas yang disediakan rumah sakit di unit linen berupa tiga
buah mesin cuci (dua layak pakai dan satu dalam perbaikan) dan delapan buah
setrika siap pakai.

Tugas pokok dari unit/sub bagian ini yaitu:


1. Merencanakan kebutuhan linen
2. Merencanakan kebutuhan bahan pencuci
3. Menjaga kebersihan linen
4. Mengatur sistem distribusi untuk kalancaran pelayanan linen
5. Memelihara peralatan laundry
6. Menyusun laporan kegiatan unit dan laundry
7. Mengawasi kegiatan unit linen dan laundry
8. Melaksanakan stok opname secara periodik
9. Melaksanakan tugas kepegawaian

2.1.11.1 Pemantauan dan Monitoring

Pengertian Mengawasi atau memonitoring keadaan dan kualitas linen


setelah proses pencucian dengan melihat kemampuan
detergent dalam factor kebersihan ( tidak ada noda,
cemerlang ) dan factor kelayakan ( tidak sobek, tidak
berkerut, tidak pudar )

Tujuan Sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan keadaan


dan kualitas linen dan detergent atas produk yang
dihasilkan oleh unit Laundry

Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medik

Pelaksana Dilaksanakan oleh staf Pelayanan Medik

Prosedur - Melakukan pemantauan detergent dengan melihat dan


mencatat jumlah linen yang bersih/ bernoda, sobek,
berkerut dan pudar dilakukan setiap hari seminggu
- Melakukan pemantauan kualitas linen dengan melihat
dan mencatat jumlah linen yang pudar, berkerut, dan
sobek dilakukan setiap hari seminggu

2.1.11.2 Pendistribusian dan Pencatatan Linen

Pengertian Persiapan dan proses pencatatan (administrasi) dalam


melakukan pendistribusian linen bersih kepada user

Tujuan Sebagai pedoman dalam melakukan pencatatan


(administrasi) linen bersih yang siap didistribusikan ke user
atau ruangan
Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medik

Pelaksana Dilaksanakan oleh staf Pelayanan Medik

Prosedur - Mencatat macam dan jumlah barang, tanggal


pengirirman/pengambilan, tujuan
pengirirman/pengambilan di buku yang telah
disediakan
- Penerima/pengambil menandatangani buku
pengirirman/pengambilan apabila barang sudah
sampai tujuan atau barang sudah diterima.
- Menunggu buku pengirirman/pengambilan yang telah
dikembalikan dan mengecek kembali
- Catatan:
1. Pengiriman linen hanya dilakukan untuk IRNA oleh
petugas yang telah ditunjuk
2. Unit lain yang membutuhkan linen bersih diambil oleh
petugas masing-masing

2.1.11.3 Penerimaan Linen Kotor

Pengertian Persiapan dalam melakukan penerimaan linen kotor dan


melakukan pencatatan secara administrasi di unit laundry

Tujuan Sebagai pedoman dalam menerima linen kotor dan


mencatatnya secara administrasi di unit laundry

Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medik

Pelaksana Semua ruangan dan unit yang membutuhkan linen bersih


dan staf pelayanan laundry

Prosedur - Mencatat macam dan jumlah barang, tanggal


pengiriman/pengambilan, menerima linen kotor
melalui kereta linen kotor
- Mencatat di buku penerimaan barang dan linen kotor
sesuai dengan linen yang diterima
- Menandatangani buku penerimaan dan nama terang
apabila barang sudah sesuai

2.1.11.4 Tata Tertib Petugas Laundry

Pengertian Tata tertib staf/petugas merupakan ketentuan yang harus


dipenuhi oleh semua staf atau petugas yang bekerja di sub
pelayanan laundry

Tujuan Sebagai pedoman untuk melindungi diri, khususnya petugas


dan barang-barang yang akan di proses pencucian dan
kontaminan bahan yang dikerjakan dan hal yang tidak
diinginkan

Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medik

Pelaksana Dilaksanakan oleh staf pelayanan laundry

Prosedur - Sebelum bekerja tubuh harus dalam keadaan sehat


jasmani dan rohani
- Dilarang membawa benda-benda yang tidak diperlukan
ke tempat kerja (tas, makanan, minuman)
- Ruangan harus selalu dalam keadaan bersih
- Sebelum bekerja bersihkan ruangan dan apabila perlu
lakukan desinfeksi
- Sebelum masuk ke ruangan kerja:
1. Membersihkan tubuh
2. Mencuci tangan dengan air dan sabun
3. Mengenakan pakaian kerja, penutup kepala, masker
(bila perlu)
- Dilarang merokok, makan atau minum di dalam ruang
kerja
- Setelah semua pekerjaan selesai:
1. Mematikan mesin dan aliran listrik yang tidak
diperlukan
2. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada
tempat semula
3. Membersihkan ruangan termasuk bila ada bahan
yang tercecer
- Memastikan pintu sudah dalam keadaan terkunci,
sebelum meninggalkan tempat kerja

2.1.11.5 Penyiapan Pencucian, Penyetrikaan dan Pelipatan Linen

Pengertian Proses penyipan linen mulai dari kotor sampai bersih yang
dimulai dari penerimaan linen, pencucian, penyetrikaan, dan
pelipatan hingga siap untuk didistribusikan
Tujuan Sebagai pedoman dalam melakukan persiapan dalam proses
pencucian, penyetrikaan, hingga pelipatan linen
Kebijakan - UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
- SK Menkes No 436 tahun 1993 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medik
Pelaksana Dilaksanakan oleh staf pelayanan laundry
Prosedur - Menerima linen kotor dari ruangan dimulai pukul 06.00
WIB 08.00 WIB
- Menghitung dan mencatat jumlah, jenis, dan sub bagian
pemakai linen
- Memisahkan menurut tingkat kekotorannya (infeksius
dan non infeksius)
- Melaksanakan pencucian
1. Menggunakan sikat cuci
2. Linen yang sangat kotor direndam selama 24 jam
3. Linen yang tidak terlalu kotor direndam selama 1-2
jam
4. Untuk menghilangkian noda darah digunakan
clorin dan sabun batangan
5. Linen yang sangat kotor direndam dengan
desinfektan ukuran 1 liter klorin dan dicampur
dengan 5 liter air selama 24 jam
- Melakukan pengeringan dengan menggunakan mesin
cuci
- Melakukan penyetrikaan dengan menggunakan mesin
setrika
- Melakukan pelipatan linen yang telah disetrika dengan:
1. Memeriksa flek (kotor) atau bersih
2. Memeriksa kualitas linen baik atau robek
3. Memeriksa adanya lether (lether ada tapi tidak
terbaca/tidak jelas) atau tidak ada lether
- Untuk linen bernoda selain darah yang sulit dibersihkan
menggunakan bayclean dengan perbandingan 10 cc
bayclean dicampur dengan 4 cc air (tergantung banyak
noda pada linen)

2.1.11.6 Penerima Telepon

Pengertian Menjawab penelepon dengan ramah dan focus


Tujuan - Untuk menghindari kesalahan persepsi antara
penelepon dengan penerima telepon
- Meningkatkan pelayanan
Kebijakan Kebijakan rumah sakit

Pelaksana Dilaksanakan oleh semua karyawan

Prosedur 1. Menerima linen kotor dari ruangan dimulai pukul


06.00 WIB Angkat gagang telepon dengan tangan
kiri ( jangan sampai jatuh dan memutus sambungan),
letakkan pada telinga kiri sementara tangan kanan
siap denganh alat tulis dan kertas
2. Segera ucapkan salam,Assalamualaikum /selamat
.. sebutkan nama, Dengan .. sebutkan lokasi
dan sampaikan kata bantuan Ada yang bisa saya
bantu?
3. Dengarkan baik baik penelepon dan apabila ada
sesuatu yang belum jelas harap konfirmasi Maaf
dengan ini, dari mana, apa yang bisa kami lakukan
Bapak/Ibu?
4. Catat pesan penelepon pada kertas yang sudah
tersedia
5. Ulangi pesan dengan membacanya untuk verifikasi
6. Sampaikan ucapan, Terimaksih telah menghubungi
kami dan ucapkan salam
7. Tutup pelan-pelan gagang telepon
Denah Lokasi Sub Bagian Linen

B D E
C

F
A

Ket: A: Kantor Linen

B: Tempat Menjemur Pakaian

C: Tempat Mencuci Pakaian

D: Tempat Menyetrika dan Menyimpan Pakaian Bersih

E: Gudang

F: Halaman Parkir Alat Pengangkut & Menjemur Pakaian


2.2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
2.2.1 Profil Instansi
2.2.1.1 Visi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari
penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi : Masyarakat Jawa
Timur Mandiri untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana
masyarakat Jawa Timur menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah
dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan
kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak
mendukung untuk hidup sehat.

2.2.1.2 Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata, dan terjangkau.
4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan.
5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan.

2.2.1.3 Tujuan
1. Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan, maka ditetapkan tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan yang
lebih sehat, pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Untuk mewujudkan misi Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, maka ditetapkan tujuan: Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
3. Untuk mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, maka ditetapkan
tujuan:
a. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan
melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya.

b. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status


gizi masyarakat.

c. Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan


obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan.

d. Mengembangkan kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen


pembangunan kesehatan.

4. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan


penanggulangan masalah kesehatan, maka ditetapkan tujuan: Mencegah
menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta
masalah kesehatan lainnya.

5. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya


kesehatan, maka ditetapkan tujuan: Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan
penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar.

2.2.1.4 Sasaran

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan


hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara
operasional. Rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan
fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang
bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai.

Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir


tahun 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menetapkan sasaran dengan
rincian sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan tujuan Mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat,
pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan maka ditetapkan
sasaran: Meningkatkan kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi
makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan dan pengendalian
faktor risiko dampak pencemaran lingkungan di masyarakat, dengan indikator
keberhasilan pencapaian sasaran:

a. Minimal 70% Kabupaten/Kota mempunyai akses sanitasi dasar


memenuhi syarat.

b. Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan kualitas air


bersih dan air minum sesuai standar.

c. Minimal 70% sanitasi dasar pondok pesantren yang diawasi


memenuhi syarat.

d. Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan


pengelolaan makanan dan tempat-tempat umum.

e. Minimal 50% Kabupaten / Kota menerapkan program


Kabupaten/Kota sehat.

f. Minimal 80% rumah tinggal penduduk yang diawasi memenuhi


syarat kesehatan.

g. Minimal 70% Kabupaten/Kota melakukan pembinaan pengamanan


limbah cair dan padat.

h. Minimal 50% Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap


keracunan pestisida.

i. Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program Sanitasi


Total Berbasis Masyarakat.
j. Minimal 20% desa memiliki forum kelompok masyarakat
pengguna air.

2. Untuk mewujudkan tujuan Memberdayakan individu, keluarga, dan


masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM), maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan
masyarakat ke arah kemandirian, dengan indikator keberhasilan pencapaian
sasaran :
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat sesuai
target.
b. Minimal 25 % pondok pesantren di Kabupaten / Kota mempunyai Pos
Kesehatan Pesantren sesuai standar.
c. Minimal 40 % dari kecamatan di Kabupaten/Kota membentuk dan
membina Saka Bhakti Husada Kwartir Ranting.
d. 100% Kabupaten/Kota menyusun profil kegiatan promosi kesehatan dan
pengembangan UKBM sesuai pedoman.
e. Minimal 52% posyandu di semua Kabupaten/Kota berstrata Purnama
Mandiri (PURI).
f. Minimal 75% desa siaga di semua Kabupaten/Kota dengan pada tahap
Tumbuh Kembang dan Paripurna.
3. Untuk mewujudkan tujuan Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas
pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan
jaringannya, maka ditetapkan sasaran:
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja
dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi, dengan indikator keberhasilan
pencapaian sasaran:
1) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan pemeriksaan penjaringan
kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga
terlatih/guru UKS/dokter kecil mencapai target provinsi.
2) Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan pelayanan kesehatan
peduli remaja sesuai standar.
3) Minimal 30% Kabupaten/Kota, melaksanakan pelayanan kesehatan
pralansia dan lansia sesuai target provinsi.
4) Minimal 90% Kabupaten/Kota cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan mencapai target SPM.
5) Minimal 84% Kabupaten/Kota dengan cakupan Kunjungan Neonatal
(KN) lengkap mencapai target minimal 90%.
6) Minimal 65% Kabupaten/Kota dengan cakupan kunjungan bayi
mencapai target SPM.
7) Minimal 50% Kabupaten/Kota dengan cakupan pelayanan kesehatan
pada anak balita sesuai target SPM.
8) Minimal 50% Kabupaten/Kota mencapai cakupan pelayanan KB aktif
> 70%.
9) Minimal 25% Kabupaten/Kota melakukan pelayanan konseling
PMTCT/HIV pada ibu hamil yang ANC sesuai target provinsi.
b. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
dan jaringannya serta pelayanan kesehatan penunjang, dengan indikator
keberhasilan pencapaian sasaran:
1) Minimal 45% Puskesmas yang ada menjadi puskesmas rawat inap
standar.
2) Minimal 25% Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas
Plus.
3) Minimal 10% Puskesmas Pembantu yang ada menjadi Puskesmas
Pembantu Layani Gawat Darurat dan Observasi.
4) Minimal 50% Puskesmas yang menyelenggarakan PONED memenuhi
standar mutu.
5) Minimal 60 % Puskesmas mempunyai UGD 24 jam.
6) Minimal 20% Kabupaten/Kota menerapkan sistem keuangan di
Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja.
7) Minimal 30% Kabupaten/Kota menerapkan standar pelayanan minimal
berdasarkan citizens charter atau kontrak pelayanan.
8) 50% Polindes berkembang menjadi Pondok kesehatan desa
(Ponkesdes).
9) Minimal 25% Puskesmas terlayani mobil bengkel service kesehatan.
10) Minimal 25% Unit Transfusi Darah (UTD) memenuhi standar mutu.
11) Minimal 80% keluhan masyarakat miskin yang berobat gratis di
Puskesmas seluruh Kabupaten/Kota tertangani.
12) Minimal 50% puskesmas di daerah tertinggal dan terpencil melakukan
pembinaan keluarga rawan.
13) Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan jiwa.
14) Minimal 80% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan
kerja.
15) Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan
olahraga.
16) Minimal 60% Kabupaten/Kota melaksanakan program kesehatan
indra.
17) Minimal 60% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pembinaan
pengobat tradisional sesuai standar.
18) Minimal 90% success rate bagi penderita TB yang berobat di BP4.
19) Minimal 80 % tercapai angka konversi penderita TB yang berobat di
BP4.
20) Maksimal 5% error rate dari spesimen penderita TB yang berobat di
BP4.
21) Minimal 90% Kabupaten/Kota melaksanakan program PGPK
(Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan).
22) Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan
kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses
masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit
khusus, dan balai kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian
sasaran:
23) Minimal 80% keluhan masyarakat miskin yang berobat gratis di
Rumah Sakit Pemerintah seluruh Kabupaten/Kota tertangani.
24) Minimal 75% Rumah Sakit Pemerintah terakreditasi 5 pelayanan
dasar.
25) 80% RSUD Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam.
26) Minimal 80% Rumah Sakit Provinsi memiliki tenaga dokter sub
spesialis.
27) Minimal 90% Rumah Sakit Kabupaten/Kota memiliki jejaring dengan
Puskesmas untuk penanggulangan masalah kesehatan.
28) Minimal 10% Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyusun standar
pelayanan minimal berdasarkan citizens charter atau kontrak
pelayanan.
29) Minimal 15% Rumah Sakit pelaksana program DOTS mencapai angka
kesembuhan 85%.
30) Minimal 70 % Rumah Sakit Pemerintah yang memberikan pelayanan,
dukungan dan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.
31) Minimal 25 % Rumah Sakit Pemerintah mampu melayani kasus
pandemi influenza sesuai standar.
32) Minimal 90% Rumah Sakit Kabupaten/Kota mampu dalam
penatalaksanaan gizi buruk sesuai standar.
33) 90% RSUD Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat level 1 sesuai standar.
34) Minimal 80% Rumah Sakit Pemerintah memiliki sarana penunjang
medis sesuai standar.
35) Angka kematian penderita DBD di Rumah Sakit Pemerintah maksimal
1%.
36) Minimal 90% success rate bagi penderita TB yang berobat di Rumah
Sakit Paru.
37) Minimal 80 % tercapai angka konversi kenderita TB yang berobat di
Rumah Sakit Paru.
38) Maksimal 5 % error rate dari spesimen penderita TB yang berobat di
Rumah Sakit Paru.
39) 100% pasien kusta mendapat Multi Drug Therapi (MDT) dan
Prevention of disability (POD) di Rumah Sakit Khusus Kusta.
40) Minimal 80% penderita kusta dengan reaksi Erytematus Nodusum
Leprosum (ENL) di Rumah Sakit khusus terhindar dari cacat.
41) Untuk mewujudkan tujuan Meningkatkan kesadaran gizi keluarga
dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat, maka ditetapkan
sasaran: Meningkatkan keluarga sadar gizi dan perbaikan gizi
masyarakat, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran:
42) 100% Kabupaten/Kota memiliki data prevalensi gizi kurang sebagai
dasar penanggulangan balita KEP dan gizi buruk.
43) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan upaya penanggulangan masalah
gizi (KEP, anemia, gizi besi, GAKY, KVA).
44) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan program kadarzi (keluarga sadar
gizi).
45) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans dan audit KLB gizi
buruk.
46) 100% petugas pelaksana gizi mampu melaksanakan penanganan gizi
masyarakat sesuai standar.

b. Untuk mewujudkan tujuan Menjamin ketersediaan, pemerataan,


pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta
pembinaan mutu makanan, maka ditetapkan sasaran: Meningkatkan
pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan, dengan indikator
keberhasilan pencapaian sasaran:
1) Minimal 50% tersedia obat buffer stock dan alat kesehatan habis pakai
untuk pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Propinsi.Minimal
80% tersedia obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan
kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Provinsi.
2) Minimal 90% tersedia obat untuk penanggulangan bencana dan KLB.
3) Minimal 95% obat sesuai kebutuhan tersedia di semua
Kabupaten/Kota.
4) Minimal 60% sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan
pelayanan kefarmasian sesuai standar.
5) 100 % Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring, pembinaan dan
pelaporan secara berkala penggunaan obat secara rasional di
Puskesmas dengan menerapkan software monitoring penggunaan obat
secara rasional.
6) Minimal 85 % sarana produksi dan distribusi obat, alat kesehatan
(ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan
kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar.
7) Minimal 90% permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi
obat, alat kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), dan kosmetika terlayani sesuai standar.
8) Minimal 80% Kabupaten/Kota menerapkan sistem pelaporan
narkotika-psikotropika.
9) Minimal 45% Sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar.
10) Minimal 60% permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi
obat tradisional dan kosmetika terlayani sesuai standar.
11) Minimal 40% dari kebutuhan tersedia buffer bahan kimia dan
laboratorium.
12) Minimal 70% Industri Makanan Rumah Tangga yang diawasi tidak
menggunakan bahan tambahan yang dilarang untuk makanan.
13) Minimal 70% tanaman obat asli Indonesia di UPT Materia Medica
Batu dapat dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan kesehatan.
d. Untuk mewujudkan tujuan Mengembangkan kebijakan, sistem
pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan, maka ditetapkan
sasaran: Mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan,
sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan
kesehatan, dengan indikator keberhasilan sasaran:
1) 100% standar tentang pembinaan, pengendalian dan pengawasan
program prioritas kesehatan tersusun.
2) 100% Laporan Hasil Pemeriksaan ditindaklanjuti tepat waktu.
3) Minimal 75% pengelolaan administrasi keuangan sesuai dengan SAI
(Sistem Akuntansi Instansi).
4) 100% dokumen perencanaan dan anggaran tersusun sesuai standar.
5) 100% Kerjasama antar daerah dan luar negeri terdokumentasi.
6) Termanfaatkannya aplikasi e-reporting (pelaporan elektronik) di 38
Kabupaten/Kota.
7) Tersusunnya profil kesehatan Jawa Timur sesuai standar.
8) Terdokumentasinya laporan pencapaian SPM bidang kesehatan
Kabupaten/Kota.
9) 100% Kabupaten/Kota yang memanfaatkan laporan berbasis WEB
sesuai standar.
10) Tersedianya minimal 15 dokumen hasil kajian/penelitian program
kesehatan.
11) 60% UPT melaksanakan budaya kerja.
12) Minimal 80% UPT memiliki analisa jabatan sesuai standar.
13) Minimal 70% penduduk mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan.
e. Untuk mewujudkan tujuan Mencegah, menurunkan dan mengendalikan
penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya,
maka ditetapkan sasaran: Menurunkan angka kesakitan dan kematian
penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem
kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi
serta bencana, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran:
1) Minimal 50% Kabupaten/Kota dengan angka kesakitan DBD
maksimal 20/100.000 penduduk.
2) Minimal 60% Kabupaten/Kota dengan angka kematian DBD maksimal
1%.
3) Minimal 50 % Kabupaten/Kota yang melaksanakan program
pemberantasan penyakit menular mencapai target indikator utama
program.
4) Minimal 80% korban akibat bencana skala provinsi tertangani sesuai
standar.
5) Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan program pengendalian
pneumonia balita sesuai standar.
6) Minimal 50% Kabupaten/Kota melaksanakan program pengendalian
Penyakit Tidak Menular tertentu sesuai petunjuk teknis.
7) Minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan program pemberantasan
diare sesuai standar.
8) Minimal 50% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program
Pemberantasan Penyakit bersumber binatang mencapai target indikator
utama program.
9) Minimal 50% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program P2 filaria
memenuhi indikator sesuai standar.
10) Minimal 80% Kabupaten/Kota mencapai UCI Desa sesuai dengan
target.
11) Minimal 80% KLB skala provinsi tertanggulangi < 48 jam.
12) Minimal 80% pasca bencana skala provinsi tidak diikuti KLB
penyakit.
13) Minimal 70% laporan STP sentinel tepat dan lengkap.
14) Minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan surveilans Pandemi
Influenza sesuai standar.
15) Minimal 80% Kabupaten/Kota melaksanakan program pelayanan
kesehatan haji sesuai standar.
16) Minimal 70 % Kabupaten/Kota mencapai 90 % penderita kusta telah
menyelesaikan pengobatan sesuai standar.
17) 100% Kabupaten/Kota mencapai angka keberhasilan pengobatan TB
minimal 90%.
18) Minimal 70 % Kabupaten/Kota memiliki layanan komprehensif
HIV/AIDS.
19) Minimal 70% Kabupaten/Kota yang melaksanakan program malaria
mampu mencapai API (Annual Parasite Index malaria ) 1.
20) 100% Kabupaten/Kota yang ditemukan penderita pes telah
melaksanakan program pemberantasan pes mencapai indikator utama.
f. Untuk mewujudkan tujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan
penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, maka ditetapkan sasaran:
Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai
standar, dengan indikator keberhasilan sasaran:
1) 100% bidan di desa PTT mengikuti pelatihan pratugas dan mendapat
sertifikat.
2) Minimal 80% RSU Kelas C mempunyai spesialis obgyn, anak, interna,
bedah, anestesi, radiologi dan patologi klinik.
3) Minimal 10% Puskesmas memiliki jadwal kunjungan dokter spesialis
tertentu dari Rumah Sakit Kabupaten/Kota.
4) Minimal 10% ponkesdes mempunyai perawat.
5) Semua desa dan kelurahan mempunyai Bidan di Desa.
6) Provinsi dan minimal 25% Kabupaten/Kota menyelenggarakan
pelatihan bidang kesehatan sesuai stndar.
7) Minimal 25% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pengelolaan tenaga
kesehatan sesuai standar.
8) 100 % tenaga kesehatan yang lulus uji kompetensi berizin.
9) Penyelenggaraan pemilihan tenaga kesehatan (medis, paramedis,
kesehatan masyarakat dan nutrisionis) Puskesmas teladan sesuai
tujuan.
10) Minimal 60% tenaga kesehatan yang bekerja di instansi pemerintah
menduduki jabatan fungsional kesehatan.
11) 100% Lulusan Akper Madiun lulus uji kompetensi.
12) Minimal 90% lulusan Akzi Surabaya mempunyai IPK 3.
13) Terwujudnya kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat

2.2.1.5 Strategi

Strategi pencapaian tujuan dan sasaran adalah merupakan strategi


organisasi, yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berisi rencana
menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara
operasional dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya organisasi. Sebagai
satu cara untuk mewujudkan tujuan dan sasaran, maka strategi yang ditetapkan
terdiri atas :

1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM.

3. Penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatan sistem surveilans


monitoring dan informasi kesehatan.

4. Pemberdayaan masyarakat.

5. Pengembangan sistem pembiayaan.

6. Peningkatan manajemen kesehatan.

7. Peningkatan koordinasi dan kemitraan terhadap pelaku pembangunan


kesehatan.

2.2.1.6 Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009-


2014 dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai
dirumuskan sebagai berikut:
1. Dalam rangka mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan, maka ditetapkan kebijakan: Pemantapan pembangunan
berwawasan kesehatan.
2. Dalam rangka mewujudkan misi Mendorong terwujudnya kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat, maka ditetapkan kebijakan:
a. Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Peningkatan lingkungan sehat.

3. Dalam rangka mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan


meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau, maka ditetapkan kebijakan:

(a) Percepatan penurunan kematian ibu dan anak.

(b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi


masyarakat miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan.

(c) Pemenuhan ketersediaan dan pengendalian obat, perbekalan kesehatan


dan makanan.

(d) Peningkatan pembiayaan kesehatan dan pengembangan kebijakan


dan manajemen kesehatan.

4. Dalam rangka mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalian


penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan, maka ditetapkan
kebijakan :

a. Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada bayi, anak
balita,ibu hamil dan menyusui.

b. Peningkatan pencegahan, surveilans, deteksi dini penyakit menular,


penyakit tidak menular, penyakit potensial KLB/wabah dan ancaman
epidemi yang dikuti dengan pengobatan sesuai standar serta
penanggulangan masalah kesehatan lainnya dan bencana.

5. Dalam rangka mewujudkan misi Meningkatkan dan mendayagunakan


sumberdaya kesehatan, maka ditetapkan kebijakan: Penyedian tenaga
kesehatan di rumah sakit, balai kesehatan, puskesmas dan jaringannya
serta mendayagunakan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan.

2.2.2 Program Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

2.2.2.1 Program Pokok

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, mengamanatkan setiap
lembaga/dinas untuk menyusun rencana strategis secara rinci sebagai acuan
pembangunan dalam periode 5 tahun.

Rencana strategis sebagaimana dimaksud telah disusun sebagai satu


dokumen perencanaan indikatif yang memuat program-program pembangunan
kesehatan yang akan dilaksanakan. Dalam rangka mewujudkan sasaran organisasi
dengan indikator sasaran sebagai tolok ukur keberhasilannya, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur menetapkan program operasional dan kegiatan pokok
organisasi. Secara garis besar program-program operasional tersebut dapat
diuraikan berdasarkan orientasi misi sebagai berikut :

1. Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan


kesehatan dan Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat , dirumuskan program-program :
a. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan indikatif :
1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
2) Penyehatan Lingkungan
3) Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat
4) Pengembangan SABPL melalui pendekatan participatory
b. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan, dengankegiatan indikatif:
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidupsehat
b. Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan BerbasisMasyarakat)
c. Pengembangan posyandu dan desa siaga
2. Untuk mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara danmeningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, danterjangkau , dirumuskan
program-program:
a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
a. Peningkatan kesehatan anak, remaja dan lanjut usia
b. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balitadan anak pra
sekolah
c. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana
d. Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatandasar di
Puskesmas dan jaringannya
e. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan penunjang(laboratorium,
darah, radiomedik, bengkel alat kesehatan)
f. Peningkatan kesehatan penduduk miskin, daerah terpencil,tertinggal
dan kepulauan di Puskesmas dan jaringannya
g. Peningkatan pelayanan kesehatan khusus (indra, jiwa,olahraga, batra
dan kesehatan kerja)
h. Perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (polindes),dari
hanya melayani pasien bersalin menjadi PondokKesehatan Desa
(ponkesdes) yang juga melayani kesehatandasar dengan menempatkan
tenaga perawat.
i. Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Madiun
j. Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Pamekasan
k. Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Surabaya
l. Peningkatan pelayanan kesehatan di BKMM Surabaya
b. Program Upaya Kesehatan Perorangan, dengan kegiatanindikatif:
a. Pelayanan bagi penduduk miskin di Rumah Sakit dan atauRumah Sakit
khusus serta pengembangan kesehatan rujukan
b. Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit
c. Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dankegawatdaruratan di
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakitkhusus
d. Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Paru
e. Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kusta
c. Program Perbaikan Gizi Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
a.Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
b. Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, KVA dan zatgizi
mikro lainnya
c.Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi
d. Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi
e.Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentangpenanganan masalah
gizi
d. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatanindikatif:
a. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
b. Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
c. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan RumahSakit
d. Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan PerbekalanKesehatan
e. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika danZat Adiktif
lainnya (Napza)
f. Pengembangan Tanaman Obat dan Peningkatan PromosiPemanfaatan
Obat Bahan Alam Indonesia
g. Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium
h. Peningkatan Mutu Makanan dan Minuman
i. Peningkatan dan Pengembangan UPT Materia Medika Batu
e. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan,dengan
kegiatan indikatif :
a. Pengembangan dan fasilitasi program kesehatan
b. Pengembangan manajemen perencanaan bidangkesehatan
c. Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalambidang
kesehatan
d. Pengembangan sistem informasi kesehatan
e. Pengembangan kajian/penelitian program kesehatan
f. Peningkatan manajemen dan fungsi kelembagaan UPT
g. Pengembangan pembiayaan kesehatan secara pra upaya
3. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalianpenyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan , dirumuskan program-program :
a. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, dengankegiatan
indikatif :
a. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
b. Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menulardan wabah
c. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalahbencana
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit serta tata laksana penderita
e. Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML)
f. Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)
g. Peningkatan imunisasi
h. Peningkatan surveillance epidemiologi dan pengamatanpenyakit serta
penanggulangan KLB
i. Pengendalian Penyakit Kusta
j. Pengendalian Penyakit TB
k. Pengendalian Penyakit HIV/AIDS
l. Pengendalian Penyakit Malaria
m. Pengendalian Penyakit Pes
4. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya
kesehatan , dirumuskan program-program :
a. Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan, dengan kegiatan
indikatif:
a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmasdan
jaringannya serta Rumah Sakit
b. Penempatan, pengembangan dan pemenuhan tenagakesehatan di
tempat pelayanan (Puskesmas, Rumah Sakitdan jaringannya)
c. Peningkatan profesionalisme dan pengembangan tenagakesehatan
d. Peningkatan pengembangan Akper Madiun
e. Peningkatan pengembangan Akzi Surabaya
f. Peningkatan pengembangan UPT Pelatihan KesehatanMasyarakat

2.2.2.2 Program Pengembangan (Inovatif)

Kegiatan-kegiatan inovatif dalam programPengendalian Penyakit Kusta :

1. Urban Leprosy di Kota Surabaya sejak tahun 2010.


2. Uji coba kegiatan Semi Active Surveillance (SAS) di Kabupaten Pasuruan
sejak tahun 2010.
3. Uji coba pengobatan kusta subklinis pada penderita anak sekolah dasar di
Pulau Raas Kabupaten Sumenep dan Puskesmas Nguling Kabupaten Pasuruan
sejak tahun 2010.
4. Uji coba pengobatan kemoprofilaksis Kabupaten Sampang dengan pemberian
obat pencegahan single doses (Rifampicin) pada kontak serumah, tetangga dan
sosial sejak tahun 2012.
5. Rehabilitasi sosial dalam kelompok perawatan diri (KPD) dan Self Help
Group (SHG) untuk memandirikan penderita Kusta dan OYPMK dalam
perawatan kecacatannya dan meningkatkan ekonomi. Sampai dengan tahun
2012, KPD yang terbentuk sebanyak 31 kelompok di 16 kabupaten/kota,
sedangkan SHG yang terbentuk sebanyak 15 kelompok di 10 kabupaten/kota.
2.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
2.2.3.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur

2.2.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,


rnengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum,
kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program, keuangan, hubungan
masyarakat (humas) dan protokol.
Fungsi :
a Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan perizinan; pengelolaan
administrasi kepegawaian;
b Pengelolaan administrasi keuangan;
c Pengelolaan administrasi perlengkapan;
d Pengelolaan urusan rumah tangga, humas dan protokol;
e Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundang-
undangan;
f Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;
g Pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas;
h Pelaksanaan monitoring dan evaluasi organisasi dan tata laksana;
i Pelaksanaan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepal Dinas.
Susunan Organisasi Sekretariat, terdiri atas:
a Sub Bagian Tata Usaha
b Sub Bagian Penyusunan Program
c Sub Bagian Keuangan
Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
a Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas:
1) Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat-surat,
penggandaan naskah-naskah dinas, kearsipan dan perpustakaan Dinas;
2) Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian;
3) Menyelenggarakan urusan rumah tangga dan keprotokolan;
4) Melaksanakan tugas di bidang hubungan masyarakat;
5) Mempersiapkan seluruh rencana kebutuhan kepegawaian mulai
penempatan formasi, pengusulan dalam jabatan, usulan pensiun,
peninjauan masa kerja, pemberian penghargaan, kenaikan pangkat,
DP-3, DUK, Sumpah/Janji Pegawai, Gaji Berkala, kesejahteraan,
mutasi dan pemberhentian pegawai, diklat, ujian dinas, izin belajar,
pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai, menyusun standar
kompetensi pegawai, tenaga teknis dan fungsional.
6) Melakukan penyusunan kebutuhan perlengkapan, pengadaan dan
perawatan peralatan kantor, pengamanan, penghapusan aset serta
menyusun laporan pertanggungjawaban atas barang-barang inventaris;
7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.
b. Sub Bagian Penyusunan Program, mempunyai tugas:
a Menyiapkan bahan perencanaan sistem penganggaran dan kebijakan
pembangunan kesehatan;
b Melaksanakan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis prosedur tetap
mengenai sistem penganggaran dan kebijakan pembangunan
kesehatan;
c Menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan sistem
penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan;
d Melaksanakan fasilitasi sistem penganggaran dan kebijakan
pembangunan kesehatan;
e Menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
sistem penganggaran dan kebijakan pembangunan kesehatan;
f Menyiapkan bahan evaluasi sistem penganggaran dan kebijakan
pembangunan kesehatan;
g Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.

c. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas:


a Melaksanakan pengelolaan keuangan termasuk pembayaran gaji
pegawai;
b Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan
c Menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan
keuangan
d Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

2 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas menyusun perencanaan,


kebijakan teknis operasional, standard pelayanan, pedoman teknis, pembinaan,
bimbingan dan pengendalian program pelayanan kesehatan dasar dan penunjang,
rujukan dan khusus serta kesehatan keluarga.

Fungsi:
a pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian Kesehatan
Dasar dan penunjang, rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
b penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta
prosedur tetap Kesehatan Dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan
khusus serta Kesehatan Keluarga;
c penyelenggaraan kebijaksanaan program kesehatan dasar dan penunjang,
kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
d pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program kesehatan
dasar dan penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan
Keluarga;
e pelaksanaan fasilitasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
f pelaksanaan koordinasi pelaksanaan program kesehatan dasar dan
penunjang, kesehatan rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
g pelaksanaan evaluasi program kesehatan dasar dan penunjang, kesehatan
rujukan dan khusus serta Kesehatan Keluarga;
h pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.
Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri atas:
i. Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang;
ii. Seksi Kesehatan Rujukan dan khusus;
iii. Seksi Kesehatan Keluarga.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
a Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang, mempunyai tugas:
a menyiapkan bahan perencanaan pelayanan kesehatan dasar penunjang;
b menyiapkan bahan pedoman teknis dan standart pelayanan kesehatan
dasar dan penunjang;
c menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan
pelayanan kesehatan dasar dan penunjang yang dilakukan pemerintah
maupun swasta;
d melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian upaya
kesehatan dasar dan penunjang pada daerah perbatasan, terpencil,
rawan dan kepulauan;
e melaksanakan registrasi dan akreditasi sarana kesehatan dasar baik
Pemerintah maupun Swasta;
f melaksanakan fasilitasi pelayanan kesehatan dasar dan penunjang;
g menyiapkan bahan evaluasi program pelayanan kesehatan dasar dan
penunjang;
h menyiapkan bahan koordinasi lintas program dan lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya
masyarakat tentang pelayanan kesehatan dasar dan penunjang;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

b Seksi Kesehatan Rujukan dan khusus, mempunyai tugas:


a menyiapkan bahan perencanaan pelayanan kesehatan rujukan dan
khusus;
b menyiapkan bahan penyusunan dan penjabaran standart pelayanan
kesehatan rujukan dan khusus;
c menyiapkan bahan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan
Rujukan dan khusus;
d menyiapkan bahan penerbitan rekomendasi perizinan RS Pemerintah
kelas B Pendidikan dan RS Khusus, RS Swasta serta sarana kesehatan
penunjangnya;
e menyiapkan bahan penerbitan perizinan sarana kesehatan tertentu;
f menyiapkan bahan bimbingan registrasi dan akreditasi rumah sakit
pemerintah dan swasta;
g menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelayanan kesehatan rujukan dan khusus;
h melaksanakan fasilitasi peningkatan pelayanan kesehatan rujukan dan
khusus;
i menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang
terkait dengan pelayanan kesehatan rujukan dan khusus;
j menyiapkan bahan evaluasi program pelayanan kesehatan rujukan dan
khusus;
k melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

c Seksi Kesehatan Keluarga mempunyai tugas:


a menyiapkan bahan Perencanaan Program dan kebijaksanaan teknis
operasional pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak,remaja dan usia
lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga
Berencana;
b menyiapkan bahan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis,
prosedur tetap, manual pelaksanaan mengenai kesehatan ibu, kesehatan
anak, remaja dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis
pelayanan Keluarga Berencana;
c menyiapkan bahan penyusunan, menjabarkan dan sosialisasi, standard
pelayanan dan pengelolaan program kesehatan ibu, kesehatan anak,
remaja dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis
pelayanan Keluarga Berencana;
d menyiapkan bahan penerbitan rekomendasi perizinan kesehatan
keluarga;
e melaksanakan pembinaan, pemantauan dan pengendalian penerapan
kebijakan, pelaksanaan pedoman, standart dan pengelolaan program
kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja dan usia lanjut, kesehatan
reproduksi serta teknis medis pelayanan Keluarga Berencana;
f melaksanakan fasilitasi program kesehatan ibu, kesehatan anak, remaja
dan usia lanjut, kesehatan reproduksi serta teknis medis pelayanan
Keluarga Berencana;
g menyiapkan bahan koordinasi dan sinkronisasi dengan lintas program,
lintas sektor, organisasi profesi, institusi pendidikan dan lembaga
swadaya masyarakat;
h menyiapkan bahan evaluasi pelaksanaan program kesehatan ibu,
kesehatan anak, remaja dan usia lanjut serta kesehatan reproduksi
termasuk teknis medis pelayanan Keluarga Berencana;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah


Kesehatan
Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan mempunyai tugas
menyusun perencanaan, merumuskan kebijaksanaan teknis operasional,
melaksanakan kegiatan pembinaan pengawasan dan pengendalian dalam kegiatan
pencegahan masalah kesehatan, surveilans epidemiologi, pemberantasan penyakit,
penyehatan air serta penyehatan lingkungan.

Fungsi:

a pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian


pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah kesehatan,
kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
b penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta
prosedur tetap program pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit,
masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
c penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini terhadap penyebaran penyakit
dan faktor resiko yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa /
Wabah dan bencana;
d penilaian cepat kesehatan (rapid healt assesment) dan melakukan tindakan
darurat di bidang Pencegahan Pemberantasan penyakit, masalah kesehatan
dan penyehatan lingkungan;
e pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program
pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit, masalah kesehatan,
kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
f pelaksanaan fasilitasi program pencegahan, pengamatan, pemberantasan
penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
g pelaksanaan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan pihak
swasta program pencegahan, pengamatan, pemberantasan penyakit,
masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
h pelaksanaan evaluasi program pencegahan, pengamatan, pemberantasan
penyakit, masalah kesehatan, kesehatan matra dan penyehatan lingkungan;
i pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas

Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan terdiri atas:


a Seksi Pemberantasan Penyakit;
b Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah
Kesehatan;
c Seksi Penyehatan Lingkungan

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
a Seksi Pemberantasan Penyakit, mempunyai tugas:
1) menyiapkan bahan perencanaan program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor binatang perantara penyakit;
2) menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan yang terkait dengan
program pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor binatang
perantara penyakit;
3) melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit;
4) menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
pemberantasan penyakit dan pengamatan vektor-binatang perantara
penyakit;
5) melaksanakan fasilitasi program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor-binatang perantara penyakit;
6) menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat
dan pihak swasta program pemberantasan penyakit dan pengamatan
vektorbinatang perantara penyakit;
7) menyiapkan bahan evaluasi program pemberantasan penyakit dan
pengamatan vektor-binatang perantara penyakit melaksanakan tugas
tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
b Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah
Kesehatan, mempunyai tugas:
a menyiapkan bahan perencanaan program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
b menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan program imunisasi,
surveilans epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa,
wabah, bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
c menyelenggarakan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap penyebaran
penyakit dan faktor resiko yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa/wabah bencana serta penanggulangannya;
d melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit;
e menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan dan pengendalian program
imunisasi, surveilans epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian
Luar Biasa, wabah, bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan
pelabuhan;
f melaksanakan fasilitasi program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana,
kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
g menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program imunisasi, surveilans epidemiologi,
penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah, bencana,
kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
h menyiapkan bahan evaluasi program imunisasi, surveilans
epidemiologi, penyakit tidak menular, Kejadian Luar Biasa, wabah,
bencana, kesehatan matra, karantina dan kesehatan pelabuhan;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

c Seksi Penyehatan Lingkungan, mempunyai tugas:


a menyiapkan bahan perencanaan program penyehatan makanan
minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan
pengamanan limbah;
b menyiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap pelayanan program penyehatan
makanan minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasandan
pengamanan limbah;
c melakukan penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment) dan
melakukan tindakan darurat di bidang penyehatan lingkungan;
d menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
penyehatan makanan minuman, air, kualitas lingkungan, perumahan,
kawasan dan pengamanan limbah;
e melaksanakan fasilitasi program penyehatan makanan minuman, air,
kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah;
f menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat
dan pihak swasta program penyehatan makanan minuman, air, kualitas
lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah;
g menyiapkan bahan evaluasi program penyehatan makanan minuman,
air, kualitas lingkungan, perumahan, kawasan dan pengamanan limbah;
h melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengembangan Sumber Daya


Kesehatan
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas
menyusun perencanaan, merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang
pendayagunaan tenaga kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta
pembiayaan kesehatan.

Fungsi :

a pelaksanaan perencanaan program pengembangan dan pemberdayaan


sumber daya manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan,
serta pembiayaan kesehatan;
b penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta
prosedur tetap program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta
pembiayaan kesehatan;
c penyelenggaraan, pemantauan, pembinaan dan pengendalian program
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan,
kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta pembiayaan kesehatan;
d pelaksanaan registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu;
e pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta
pembiayaan kesehatan;
f penyiapan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor organisasi
profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan pihak
swasta pengembangan dapemberdayaan sumber saya manusia kesehatan,
kefarmasian dan perbekalan kesehatan serta pembiayaan kesehatan
pelaksanaan evaluasi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta
pembiayaan kesehatan pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepala
dinas

Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan terdiri atas :

a Seksi Perencanaan Pendayagunaan dan Pengembangan Sumber Daya


Manusia Kesehatan;
b Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan;
c Seksi Pembiayaan Kesehatan.

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

a Seksi Perencanaan, Pendayagunaan dan Pengembangan Sumber Daya


Manusia Kesehatan mempunyai tugas :
1) menyiapkan bahan perencanaan kebutuhan, distribusi, pendayagunaan,
pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta
tenaga kesehatan tertentu;
2) menyiapkan bahan pedoman teknis, standart kebutuhan
tenagakesehatan dan diklat fungsional dalam rangka peningkatan mutu
Sumber Daya Manusia Kesehatan;
3) melaksanakan registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan
tertentu sesuai peraturan perundang-undangan;
4) menyiapkan rekomendasi izin tenaga kesehatan asing dan
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan;
5) melaksanakan pembinaan, bimbingan dan pengendalian
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan;
6) melaksanakan akreditasi pelatihan tenaga kesehatan dan institusi
pendidikan tenaga kesehatan;
7) melaksanakan fasilitasi kebutuhan, distribusi, pendayagunaan,
pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta
tenaga kesehatan tertentu;
8) menyiapkan bahan evaluasi kebutuhan, distribusi, pendayagunaan,
pengembangan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis serta
tenaga kesehatan tertentu;
9) melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

b Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan, mempunyai tugas


a menyiapkan bahan perencanaan program pembinaan dan pengendalian
obat, obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika,
pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi
keracunan;
b menjabarkan kebijakan operasional di bidang obat, obat tradisional,
narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat kesehatan, perbekalan
kesehatan rumah tangga, dan kosmetika;
c menyiapkan bahan penyusunan pedomah, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis serta prosedur tetap program pembinaan dan
pengendalian obat, obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif
lainnya, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga,
kosmetika, pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan
informasi keracunan;
d menyiapkan rekomendasi izin prinsip usaha industri obat tradisional,
izin usaha industri obat tradisional, industry farmasi, industri alat
kesehatan, industri perbekalan kesehatan rumah tangga, pedagang
besar farmasi, penyalur alat kesehatan, izin pedagang besar farmasi
cabang, sub dan cabang penyalur alat kesehatan, izin prinsip dan izin
usaha industri kecil obat tradisional;
e menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan di
bidang obat, obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif
lainnya, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan
obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi keracunan;
f melaksanakan fasilitasi program pembinaan dan pengendalian obat,
obat tradisional, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika,
pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi
keracunan;
g menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, asosiasi, lembaga swadaya masyarakat,
dan pihak swasta program pembinaan dan pengendalian obat, obat
tradisional, narkotika.psikotropika, zat adiktif lainnya, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika, pengelolaan obat dan
alat kesehatan serta pelayanan informasi keracunan;
h menyiapkan bahan evaluasi program pembinaan dan pengendalian
obat, obat tradisional, narkotika.psikotropika, zat adiktif lainnya, alat
kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, kosmetika,
pengelolaan obat dan alat kesehatan serta pelayanan informasi
keracunan;
i melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

c Seksi Pembiayaan Kesehatan, mempunyai tugas :


a menyiapkan bahan perencanaan pengembangan Pembiayaan
Kesehatan;
b menyiapkan bahan pedoman standar petunjuk pelaksanaan, teknis,
protab, pelayanan program Pembiayaan Kesehatan;
c menyiapkan bahan pembinaan, pemantauan dan pengawasan program
Pembiayaan Kesehatan;
d melaksanakan fasilitasi program Pembiayaan Kesehatan;
e menyiapkan bahan koordinasi lintas program, lintas sektor, organisasi
profesi, institusi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan pihak
swasta, program Pembiayaan Kesehatan;
f menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan program Pembiayaan
Kesehatan;
g melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan


Kesehatan Masyarakat
Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
mempunyai tugas menyusun perencanaan, merumuskan kebijakan teknis
operasional, melaksanakan kegiatan pembinaan pengawasan dan pengendalian
dalam kegiatan Promosi kesehatan, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), Gizi Masyarakat, Sistem Informasi dan Penelitian Pengembangan
Kesehatan.

Fungsi :

f. pelaksanaan perencanaan program bimbingan dan pengendalian promosi


kesehatan, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi
masyarakat, system informasi dan penelitian pengembangan kesehatan;
g. penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis serta
prosedur tetap pelayanan Promosi Kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat, sistem informasi
dan penelitian pengembangan kesehatan;
h. penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini terhadap gizi masyarakat;
i. pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengendalian program promosi
kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
gizi masyarakat , sistem informasi dan penelitian pengembangan
kesehatan;
j. pelaksanaan fasilitasi program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat , sistem informasi
dan penelitian pengembangan kesehatan;
k. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan program promosi kesehatan dan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat,
sistem informasi dan penelitian pengembangan kesehatan;
l. pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), gizi masyarakat, sistem informasi
dan penelitian pengembangan kesehatan;
m. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat terdiri atas:


a Seksi Gizi
b Seksi Promosi Kesehatan
c Seksi Informasi & Litbang Kesehatan

Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

a Seksi Gizi, mempunyai tugas:


1) menyiapkan bahan perencanaan program gizi masyarakat;
2) menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis serta
prosedur tetap pelayanan program gizi masyarakat;
3) menyelenggarakan sistem kewaspadaan dini terhadap gizi masyarakat;
4) menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
gizi masyarakat;
5) menyiapkan bahan fasilitasi program gizi masyarakat;
6) menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program dan gizi masyarakat;
7) menyiapkan bahan evaluasi program gizi masyarakat;
8) melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
b Seksi Promosi Kesehatan mempunyai tugas :
a menyiapkan bahan perencanaan program kegiatan promosi kesehatan
dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
b menyiapkan bahan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis serta
prosedur tetap pelayanan program promosi kesehatan dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
c menyiapkan bahan pembinaan, pengendalian dan pengawasan program
promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM);
d melaksanakan fasilitasi program promosi kesehatan dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
e menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program promosi kesehatan dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
f menyiapkan bahan evaluasi program promosi kesehatan dan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM);
g melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

c Seksi Informasi dan Penelitian Pengembangan Kesehatan mempunyai


tugas:
a menyiapkan bahan perencanaan program kajian data Informasi,
evaluasi dan pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan;
b Mentiapkan bahan penyusunan pedoman, petunjuk pelaksanaan, teknis
serta prosedur tetap pelayanan program kajian data Informasi, evaluasi
dan pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan;
c melaksanakan bimbingan pengawasan dan pengendalian program
kajian data Informasi , evaluasi dan pelaporan serta penelitian
pengembangan kesehatan;
d melaksanakan fasilitasi program kajian data Informasi, evaluasi dan
pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan;
e menyiapkan bahan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, institusi pendidikan, lembaga swadaya masyarakat
dan pihak swasta program kajian data Informasi , evaluasi dan
pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan;
f menyiapkan bahan evaluasi program kajian data Informasi , evaluasi
dan pelaporan serta penelitian pengembangan kesehatan;
g melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

6. UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

1 Rumah Sakit Kusta Kediri


2 Rumah Sakit Kusta Sumberglagah, Mojokerto
3 Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
4 Rumah Sakit Paru Jember
5 Rumah Sakit Paru Batu
6 Balai Kesehatan Mata Masyarakat Surabaya
7 Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Madiun
8 Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Pamekasan
9 Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Surabaya
10 UPT Materia Medika Batu
11 UPT Akademi Gizi Surabaya
12 UPT Akademi Keperawatan Madiun
13 UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati, Lawang Malang

2.2.4 Rencana Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


Timur 2009-2014

Dalam rangka mewujudkan sasaran organisasi dengan indikator sasaran


sebagai tolok ukur keberhasilannya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
menetapkan program operasional dan kegiatan pokok organisasi. Secara garis
besar program-program operasional tersebut dapat diuraikan berdasarkan orientasi
misi sebagai berikut :
1. Untuk mewujudkan misi Menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan dan mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat, dirumuskan program-program :
a. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan indikatif :
1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
2) Penyehatan Lingkungan
3) Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat
4) Pengembangan SABPL melalui pendekatan participatory
b. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan, dengan kegiatan
indikatif:
1) Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
2) Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
3) Pengembangan posyandu dan desa siaga
2. Untuk mewujudkan misi Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau , dirumuskan
program-program :
a. Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
1) Peningkatan kesehatan anak, remaja dan lanjut usia
2) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak
pra sekolah
3) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana
4) Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya
5) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan penunjang (laboratorium,
darah, radiomedik, bengkel alat kesehatan)
6) Peningkatan kesehatan penduduk miskin, daerah terpencil, tertinggal
dan kepulauan di Puskesmas dan jaringannya
7) Peningkatan pelayanan kesehatan khusus (indra, jiwa, olahraga, batra
dan kesehatan kerja)
8) Perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (polindes), dari
hanya melayani pasien bersalin menjadi Pondok Kesehatan Desa
(ponkesdes) yang juga melayani kesehatan dasar dengan
menempatkan tenaga perawat.
9) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Madiun
10) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Pamekasan
11) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Surabaya
12) Peningkatan pelayanan kesehatan di BKMM Surabaya
b. Program Upaya Kesehatan Perorangan, dengan kegiatan indikatif:
1) Pelayanan bagi penduduk miskin di Rumah Sakit dan atau Rumah
Sakit khusus serta pengembangan kesehatan rujukan
2) Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit
3) Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dan kegawatdaruratan di
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit khusus
4) Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Paru
5) Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kusta
c. Program Perbaikan Gizi Masyarakat, dengan kegiatan indikatif:
1) Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
2) Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, KVA dan zat gizi
mikro lainnya
3) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi
4) Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi
5) Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan
masalah gizi
d. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan kegiatan indikatif:
1) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
2) Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
3) Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
4) Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
5) Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (Napza)
6) Pengembangan Tanaman Obat dan Peningkatan Promosi Pemanfaatan
Obat Bahan Alam Indonesia
7) Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium
8) Peningkatan Mutu Makanan dan Minuman
9) Peningkatan dan Pengembangan UPT Materia Medika Batu
e. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan, dengan
kegiatan indikatif :
1) Pengembangan dan fasilitasi program kesehatan
2) Pengembangan manajemen perencanaan bidang kesehatan
3) Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang
kesehatan
4) Pengembangan sistem informasi kesehatan
5) Pengembangan kajian/penelitian program kesehatan
6) Peningkatan manajemen dan fungsi kelembagaan UPT
7) Pengembangan pembiayaan kesehatan secara pra upaya

3. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan


penanggulangan masalah kesehatan , dirumuskan program-program :
a. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, dengan kegiatan
indikatif :
1) Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
2) Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
3) Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit serta tata laksana penderita
5) Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML)
6) Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)
7) Peningkatan imunisasi
8) Peningkatan surveillance epidemiologi dan pengamatan penyakit serta
penanggulangan KLB
9) Pengendalian Penyakit Kusta
10) Pengendalian Penyakit TB
11) Pengendalian Penyakit HIV/AIDS
12) Pengendalian Penyakit Malaria
13) Pengendalian Penyakit Pes
4. Untuk mewujudkan misi Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya
kesehatan , dirumuskan program-program :
a. Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan, dengan kegiatan
indikatif:
1) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya serta Rumah Sakit
2) Penempatan, pengembangan dan pemenuhan tenaga kesehatan di
tempat pelayanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan jaringannya)
3) Peningkatan profesionalisme dan pengembangan tenaga kesehatan
4) Peningkatan pengembangan Akper Madiun
5) Peningkatan pengembangan Akzi Surabaya
6) Peningkatan pengembangan UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat

2.2.5 Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk


mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi dan merupakan syarat penting
untuk menetapkan rencana kinerja sebagai penjabaran dari RPJMD. Secara rinci,
penetapan indikator kinerja program pembangunan Dinas Kesehatan Provinsi
Tahun 20092014 sebagai berikut:
1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
a. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan ketersediaan obat, tanaman obat dan
alat kesehatan habis pakai, pemerataan, keamanan, mutu obat dan perbekalan
kesehatan termasuk pelayanan informasi keracunan serta pencegahan
penanggulangan penyalahgunaan napzaba.
b. Kegiatan pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerjanya meliputi:
1) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
a) Kelompok sasaran : pengelola obat dan perbekalan kesehatan,
pengelola program, dan mitra kerja
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : pengadaan obat buffer dan alat kesehatan
habis pakai untuk pelengkap kebutuhan di
UPT Dinkes Provinsi dan penanggulangan
bencana dan KLB terealisasi
100%;pengadaan obat dan alat kesehatan
habis pakai di UPT Dinkes Provinsi
terealisasi 100%.
Hasil : minimal 50% tersedia obat buffer stock dan
alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan
kesehatan di UPT Dinkes Provinsi; minimal
80% tersedia obat dan alat kesehatan habis
pakai untuk pelayanan kesehatan di UPT
Dinkes Prov. Jatim; minimal 90% tersedia
obat untuk penanggulangan bencana dan
KLB
2) Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan
a) Kelompok sasaran : petugas kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : proporsi petugas yang dilatih dan dibina
dalam melaksanakan pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan
Hasil : minimal 95% obat sesuai kebutuhan tersedia
di semua Kabupaten/Kota
3) Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
a) Kelompok sasaran : petugas kesehatan dan mitra kerja
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 70 % sarana pelayanan kesehatan di 38
Kabupaten/Kota dibina dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian
Hasil : minimal 60% sarana pelayanan kesehatan
yang diawasi menerapkan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
4) Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
a) Kelompok sasaran :petugas kesehatan, mitra kerja dan masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 38 Kabupaten/Kota melaksanakan
monitoring, pembinaan dan pelaporan secara
berkala penggunaan obat secara rasional di
puskesmas dengan menerapkan software
monitoring penggunaan obat secara rasional;
85% sarana produksi dan distribusi obat, alat
kesehatan (ALKES) dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (PKRT) mengajukan
permohonan sertifikasi
Hasil : 100 % Kabupaten/Kota melaksanakan
monitoring, pembinaan dan pelaporan secara
berkala penggunaan obat secara rasional di
Puskesmas dengan menerapkan software
monitoring penggunaan obat secara rasional;
minimal 85 % sarana produksi dan distribusi
obat, alat kesehatan (ALKES), Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan
kosmetika menerapkan cara produksi dan
distribusi sesuai standar; minimal 90%
permintaan sertifikasi, sarana produksi dan
distribusi obat, alat kesehatan (ALKES),
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), dan kosmetika terlayani sesuai
standar.
5) Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (Napza)
i. Kelompok sasaran :petugas kesehatan, mitra kerja dan
masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 38 Kabupaten / Kota dibina dalam mengelola
narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya
di wilayahnya
Hasil : minimal 80% Kabupaten / Kota menerapkan
sistem pelaporan narkotika-psikotropika
6) Pengembangan Tanaman Obat dan Peningkatan Promosi Pemanfaatan
Obat Bahan Alam Indonesia
a) Kelompok sasaran :petugas kesehatan, mitra kerja dan masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 125 industri obat tradisional dan kosmetika
yang mengajukan sertifikasi; 565 sarana
produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika yang dibina dalam memproduksi
dan mendistribusikan produk
Hasil : minimal 45% sarana produksi dan distribusi
obat tradisional dan kosmetika menerapkan
cara produksi dan distribusi sesuai standar;
minimal 60% permintaan sertifikasi, sarana
produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika terlayani sesuai standar
7) Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium
a) Kelompok sasaran :penanggungjawab perbekalan kesehatan,
penanggungjawab program, dan mitra kerja
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terealisasinya pengadaan bahan kimia dan
laboratorium
Hasil : minimal 40% dari kebutuhan tersedia buffer
bahan kimia dan laboratorium
8) Peningkatan Mutu Makanan dan Minuman
a) Kelompok sasaran :petugas kesehatan, mitra kerja dan masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terpantaunya industri makanan rumah tangga
dalam penggunaan bahan tambahan makanan
Hasil : minimal 70% Industri Makanan Rumah
Tangga yang diawasi tidak menggunakan
bahan tambahan yang dilarang untuk
makanan
9) Peningkatan dan Pengembangan UPT Materia Medika Batu
a) Kelompok sasaran : petugas kesehatan, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : diperolehnya 750 jenis tanaman obat asli
Indonesia
Hasil : minimal 70% tanaman obat asli Indonesia di
UPT Materia Medica Batu dapat
dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan
kesehatan

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat


a. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
ibu, bayi, anak, remaja, pasangan usia subur dan lanjut usia serta pelayanan
kesehatan dasar dan khusus bagi masyarakat miskin di puskesmas dan
jaringannya.
b. Kegiatan pokok , kelompok sasaran dan indikator kinerjanya meliputi :
1) Peningkatan kesehatan anak, remaja dan lanjut usia
a) Kelompok sasaran : pengelola program, lintas program, lintas
sektor, lembaga swadaya masyarakat, Tim
UKS, Kelompok Dukungan Sebaya, anak
usia sekolah, remaja dan lanjut usia
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlayaninya pelayanan kesehatan siswa kelas
1 SD dan setingkat, remaja dengan PKPR
(Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja),
pralansia dan lansia.
Hasil : minimal 100% Kabupaten / Kota
melaksanakan penjaringan siswa kelas 1 SD
dan setingkatnya mencapai target provinsi;
minimal 70% Kabupaten/Kota melaksanakan
pelayanan kesehatan peduli remaja sesuai
standar; minimal 30% Kabupaten /Kota
cakupan pelayanan kesehatan pralansia dan
lansia sesuai target provinsi
2) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita anak pra
sekolah
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas puskesmas,
tokoh masyarakat, kader, ibu hamil, ibu
bersalin , ibu nifas, ibu menyusui, bayi, anak
balita dan anakpra sekolah
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlayaninya pelayanan kesehatan ibu hamil,
ibu bersalin, bayi, anak balita dan apras (anak
prasekolah)
Hasil : minimal 90% Kabupaten/Kota dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
mencapai target SPM; minimal 84%
Kabupaten/Kota dengan cakupan Kunjungan
Neonatal (KN) lengkap mencapai target
SPM; minimal 65% Kabupaten/Kota dengan
cakupan kunjungan bayi mencapai target
SPM; minimal 50% Kabupaten/Kota dengan
cakupanpelayanan kesehatan anak balita
mencapai target SPM
3) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana
a) Kelompok sasaran : pengelola program, organisasi profesi, tokoh
masyarakat, lintas sektoral, LSM, Pasangan
Usia Subur, wanita/pria usia produktif
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlayaninya kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana yang berkualitas
Hasil : minimal 50% Kabupaten/Kota cakupan
pelayanan KB aktif > 70%, minimal 25%
Kabupaten/Kota memberikan pelayanan
konseling PMTCT/HIV bagi ibu hamil ketika
ANC sesuai target provinsi
4) Peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas dan jaringannya
a) Kelompok sasaran : petugas kesehatan, pengelolaprogram, lintas
sektor, organisasi profesi
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaa kegiatan
Keluaran : terlayaninya pelayanan kesehatan penduduk
di Puskesmas dan jaringannya
Hasil : minimal 45% Puskesmas yang ada menjadi
puskesmas rawat inap standar; minimal 25%
Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi
Puskesmas Plus; minimal 10% Puskesmas
Pembantu yang ada menjadi Puskesmas
Pembantu Layani Gawat Darurat dan
Observasi; minimal 50% Puskesmas yang
menyelenggarakan PONED memenuhi
standar mutu; minimal 60 % Puskesmas
mempunyai UGD 24 jam; minimal 20%
Kabupaten/Kota menerapkan sistem
keuangan di Puskesmas berdasarkan kapitasi
berbasis kinerja; minimal 30%
Kabupaten/Kota menerapkan standar
pelayanan minimal berdasarkan citizens
charter atau kontrak pelayanan; 50%
Polindes berkembang menjadi Pondok
kesehatan desa (Ponkesdes)
5) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan penunjang (laboratorium,
darah, radiomedik, bengkel alat kesehatan)
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, lintas
sektor
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya mutu pelayanan kesehatan
penunjang
Hasil : minimal 25% Puskesmas terlayani mobil
bengkel service kesehatan; minimal 25%
Unit Transfusi Darah (UTD) memenuhi
standar mutu.
6) Peningkatan kesehatan penduduk miskin, daerah terpencil, tertinggal
dan kepulauan di Puskesmas dan jaringannya
a) Kelompok sasaran : Pengelola program, petugas kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlayaninya pelayanan kesehatan penduduk
miskin daerah terpencil, tertinggal dan
kepulauan di Puskesmas dan jaringannya
Hasil : minimal 80% keluhan masyarakat miskin
yang berobat gratis di Puskesmas seluruh
Kabupaten / Kota tertangani; minimal 50%
puskesmas di daerah tertinggal dan terpencil
melakukan pembinaan keluarga rawan
7) Peningkatan kesehatan khusus (indra, jiwa, olahraga, batra dan
kesehatan kerja)
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan,
institusi swasta.
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya mutu pelayanan kesehatan
indra, jiwa, olahraga, batra dan kesehatan
kerja
Hasil : minimal 50 % Kabupaten / Kota
melaksanakan program kesehatan jiwa;
minimal 80 % Kabupaten / Kota
melaksanakan program kesehatan kerja;
miimal 50 % Kabupaten / Kota
melaksanakan program kesehatan olahraga;
minimal 60% Kabupaten/ Kota
melaksanakan program kesehatan indra;
minimal 60% Kabupaten/Kota
menyelenggarakan pembinaan pengobatan
tradisional sesuai standar.
8) Perluasan fungsi pelayanan Pondok Bersalin Desa (polindes), dari
hanya melayani pasien bersalin menjadi Pondok Kesehatan Desa
(ponkesdes) yang juga melayani kesehatan dasar dengan menempatkan
tenaga perawat.
a) Kelompok sasaran : perawat, pemegang keputusan di Kabupaten /
Kota
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : tersedianya sharing dana untuk gaji perawat
ponkesdes, tersedianya sarana prasarana
ponkesdes, terlaksananya pembekalan bagi
perawat ponkesdes
Hasil : minimal 50% Polindes berkembang menjadi
Pondok kesehatan desa (Ponkesdes)
9) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Madiun
a) Kelompok sasaran : masyarakat di wilayah kabupaten/kota
Madiun, koordinaotor di wilayah
kabupaten/kota Madiun, Magetan, Ponorogo
dan Pacitan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksanaanya pertemuan penyegaran kader
TB; pertemuan koordinasi daerah binaan
laboratorium cross check
Hasil : minimal 90% success rate bagi penderita TB
yang berobat di BP4; minimal 80 % tercapai
angka konversi penderita TB yang berobat di
BP4 dan maksimal 5 % error rate dari
spesimen penderita TB yang berobat di BP 4
10) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Pamekasan
a) Kelompok sasaran : masyarakat, tenaga kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya program pencegahan penyakit
TB dan pelayanan kesehatan
Hasil : minimal 90% success rate bagi penderita TB
yang berobat di BP4; minimal 80 % tercapai
angka konversi penderita TB yang berobat di
BP4 dan maksimal 5 % error rate dari
spesimen penderita TB yang berobat di BP 4
11) Peningkatan pelayanan kesehatan di BP4 Surabaya
a) Kelompok sasaran : masyarakat, petugas kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya program pencegahan penyakit
TB dan pelayanan kesehatan
Hasil : minimal 90% success rate bagi penderita TB
yang berobat di BP4; minimal 80 % tercapai
angka konversi penderita TB yang berobat di
BP4 dan maksimal 5 % error rate dari
spesimen penderita TB yang berobat di BP4
12) Peningkatan pelayanan kesehatan di BKMM Surabaya
a) Kelompok sasaran : masyarakat , petugas kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : penyelenggaran kesehatan mata sesuai
standar
Hasil : minimal 90 % Kabupaten / Kota
melaksanakan program PGPK
(Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan); angka operasi katarak (cataract
surgery rate) sebesar 526 per satu juta
penduduk di Jawa Timur.

3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Tujuan
Program ini bertujuan memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat
agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Kegiatan pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerjanya meliputi :
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader
dan swasta
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : tersusunnya pengembangan media promosi
dan informasi sadar hidup sehat sesuai target
Hasil : Pengembangan media promosi dan informasi
sadar hidup sehat sesuai target
b. Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
a) Kelompok sasaran : pengelola program, tenaga kesehatan,
petugas kesehatan, tokoh masyarakat, kader
dan masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya kegiatan pengembangan
UKBM di Provinsi dan Kabupaten/Kota
Hasil : minimal 25 % pondok pesantren di
Kabupaten / Kota mempunyai Pos Kesehatan
Pesantren sesuai standar; minimal 40 % dari
kecamatan di Kabupaten/Kota membentuk
dan membina Saka Bhakti Husada Kwartir
Ranting; 100% Kabupaten / Kota menyusun
profil kegiatan promosi kesehatan dan
pengembangan UKBM sesuai pedoman
c. Pengembangan posyandu dan desa siaga
a) Kelompok sasaran : pengelola program, tenaga kesehatan lintas
sektor, tokoh masyarakat, kader, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : meningkatnya strata Desa Siaga Bina,
menjadi Tumbuh, Kembang dan Paripurna
(Desi Aktif)
Hasil : minimal 52% posyandu di semua
kabupaten/kota berstrata PURI; minimal 75%
desa siaga di semua kabupaten/kota pada
tahap tumbuh kembang dan paripurna

4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan
balita, serta usia produktif.
b. Kegiatan pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerjanya meliputi :
a. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
a) Kelompok sasaran : petugas pelaksana gizi, petugas kesehatan
lainnya, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : tersedianya data prevalensi balita KEP
Hasil : 100% Kabupaten/Kota memiliki data
prevalensi gizi kurang sebagai dasar
penanggulangan balita KEP dan gizi buruk
b. Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, KVA dan zat gizi
mikro lainnya
a) Kelompok sasaran : petugas pelaksana gizi dan petugas kesehatan
lainnya, ibu hamil, balita, masyarakat, kader,
lintas sektor.
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran :Meningkatkan peran pelaksana gizi
Kabupaten/Kota, puskesmas, rumah sakit
dalam penanganan kasus gizi buruk, KEP,
KVA, GAKY, anemia gizi besi
Hasil : 100% Kabupaten/Kota melaksanakanupaya
penanggulangan masalah gizi (KEP, anemia,
gizi besi, GAKY, KVA)
c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi
a) Kelompok sasaran : petugas pelaksana gizi dan petugas
kesehatan lainnya, keluarga, balita
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kesehatan
Keluaran : meningkatkan peran pelaksana gizi
Kabupaten/Kota, puskesmas, Rumah Sakit
dalam memberdayakan kadarzi
Hasil : 100% Kabupaten/Kota melaksanakan kadarzi
d. Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi
a) Kelompok sasaran : petugas pelaksana
gizi dan petugas kesehatan lainnya, keluarga,
balita
b) Indikator kinerja:
Masukan : dana pelaksanaan kesehatan
Keluaran : meningkatkan surveilans/audit gizi buruk
Hasil : 100% Kabupaten/Kota melaksanakan
surveilans dan audit KLB gizi buruk
e. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan masalah
gizi
a) Kelompok sasaran : petugas pelaksana gizi dan petugas
kesehatan lainnya
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
teknis pelayanan gizi
Hasil : 100% petugas pelaksana gizi mampu
melaksanakan penanganan gizi masyarakat
sesuai standar.

5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat


a. Tujuan
Program ini bertujuan mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Kegiatan pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerjanya meliputi:
1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
a) Kelompok sasaran : pengelola program,
petugas kesehatan, lintas sektor, LSM, kader,
masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya pengembangan SAB
dansanitasi dasar di Pondok Pesantren di desa
tertinggal
Hasil : minimal 70% Kabupaten/Kota mempunyai
akses sanitasi dasar memenuhi syarat; minimal
75 % Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
kualitas air bersih dan air minum sesuai
standar; minimal 70% sanitasi dasar pondok
pesantren yang diawasi memenuhi syarat.
2) Penyehatan lingkungan
a) Kelompok sasaran : lintas sektor,
pengelola TTU-TPM, kader, dan masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya sosialisasi Kabupaten/ Kota
sehat; terstimulasinya masyarakat untuk
meningkatkan kualitas sanitasi sarana umum
dan hygiene sanitasi perumahan
Hasil : minimal 75 % Kabupaten/Kota melakukan
pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan
dan Tempat Tempat Umum sesuai standar;
minimal 50 % Kabupaten/Kota menerapkan
program Kabupaten/Kota sehat; minimal 80 %
rumah tinggal penduduk memenuhi syarat
kesehatan
3) Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat
a) Kelompok sasaran : institusi pelayanan kesehatan
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya pengamanan dan pengawasan
limbah cair dan padat
Hasil : minimal 70 % Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan pengamanan limbah cair dan padat;
minimal 50 % Kabupaten/Kota melakukan
pengawasan terhadap keracunan pestisida
4) Pengembangan SABPL melalui pendekatan participatory
a) Kelompok sasaran : pengelola program, lintas sektor
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksanakan pengembangan SABPL dengan
partisipatori masyarakat di Desa siaga
Hasil : minimal 50 % Kabupaten/Kota
melaksanakan program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat; minimal 20 % desa memiliki
forum kelompok masyarakat pengguna air
6. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
a. Tujuan
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular, penyakit tidak menular dan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi serta menanggulangi KLB, ancaman epidemi
dan masalah kesehatan akibat bencana .
b. Kegiatan pokok ,sasaran dan indikator kinerja
1) Pemberantasan penyakit DBD (Demam berdarah Dengue)
a) Kelompok sasaran : pengelola program,
petugas kesehatan, lintas sektor, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : seluruh Kabupaten / Kota menyelenggarakan
program Pencegahan demam berdarah
Hasil : minimal 50% Kabupaten/Kota dengan angka
kesakitan DBD < 55/100.000 penduduk;
minimal 60 % Kabupaten/ Kota dengan angka
kematian DBD< 1%
2) Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
a) Kelompok sasaran : pengelola program, lintas sektor, kader,
masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : Kabupaten/Kota melaksanakan program
pemberantasan penyakit menular dan wabah
Hasil : minimal 50 % Kabupaten/Kota yang
melaksanakan program pemberantasan
penyakit menular mencapai target indikator
utama program
3) Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana
a) Kelompok sasaran : petugas kesehatan,
lintas sektor, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya pelayanan dan penanggulangan
masalah bencana
Hasil : minimal 80% korban akibat bencana skala
provinsi tertangani sesuai standar
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit serta tata laksana penderita
a) Kelompok sasaran : pengelola program,
petugas kesehatan, lintas sektor, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : Kabupaten/Kota melaksanakan program
pencegahan penyakit dan tata laksana
penderita
Hasil : minimal 70 % Kabupaten/Kota
melaksanakan program pengendalian
pneumonia balita sesuai standar; minimal 50
% Kabupaten/Kota melaksanakan program
pengendalian Penyakit Tidak Menular tertentu
sesuai petunjuk teknis
5) Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML)
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, lintas
sektor, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 100% Kabupaten/Kota melaksanakan
program pemberantasan penyakit menular
langsung yaitu pnemonia dan diare.
Hasil : minimal 70% Kabupaten/Kota telah
melaksanakan program pengendalian
pnemonia mencapai indikator utama yaitu
minimal 80% dari penderita pnemonia balita
dilakukan tatalaksana sesuai standar;
minimal 70% Kabupaten / Kota
melaksanakan program pemberantasan diare
sesuai standar
6) Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2)
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, lintas
sektor, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran :seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur
melaksanakan program P2 flu burung, dan
minimal 76% Kabupaten/Kota melaksanakan
P2 filariasis
Hasil : 50% Kabupaten/Kota yang melaksanakan
program pemberantasan penyakit bersumber
binatang mencapai target indikator utama
program yaitu minimal 90% kasus Flu Burung
mendapatkan tatalaksana sesuai standar dan
minimal 50% Kabupaten/Kota yang
melaksanakan program P2 filaria
melaksanakan tatalaksana sesuai standar
7) Peningkatan imunisasi
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlayaninya pelayanan imunisasi pada semua
bayi, semua anak Sekolah Dasar/MI dan
semua Wanita Usia Subur
Hasil : minimal 80% Kab/Kota mencapai UCI Desa
sesuai dengan target
8) Peningkatan surveilans epidemiologi dan pengamatan penyakit serta
penanggulangan KLB
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksnanya surveilans epidemiologi dan
pengamatan penyakit serta penanggulangan
KLB
Hasil : minimal 80% KLB skala provinsi
tertanggulangi <48 jam; minimal pasca 80%
pasca bencana skala provinsi tidak diikuti
KLB penyakit; minimal 70% laporan STP
sentinel tepat dan lengkap; minimal 75%
Kabupaten/Kota melakukan surveilans
pendemi influensa sesuai standar; minimal
80% Kabupaten/Kota melaksanakan program
pelayanan kesehatan haji sesuai standar.
9) Pengendalian penyakit Kusta
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : semua Kabupaten/Kota melaksanakan
program pengendalian kusta
Hasil : minimal 70 % Kabupaten/Kota mencapai 90
% penderita kusta telah menyelesaikan
pengobatan sesuai standar
10) Pengendalian penyakit TB
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : semua Kabupaten/Kota melaksanakan
program pengendalian tuberkulosis
Hasil : 100% Kabupaten /Kota mencapai angka
keberhasilan pengobatan TB minimal 90%
11) Pengendalian HIV-AIDS
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terselenggaranya program pemberantasan
penyakit menular langsung yaitu penyakit
IMS, HIV DAN AIDS
Hasil : minimal 70 % Kabupaten/Kota memiliki
layanan komprehensif HIV/AIDS sesuai
standar
12) Pengendalian Penyakit Malaria
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : Kabupaten/Kota yang ditemukan penderita
malaria melaksanakan program pengendalian
penyakit malaria
Hasil : minimal 70% Kabupaten/Kota yang
melaksanakan program malaria mampu
mencapai Annual Parasite Incidence (API)
1.
13) Pengendalian penyakit Pes
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat, masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : Kabupaten/Kota yang ditemukan penderita
Pes melaksanakan program pengendalian Pes
Hasil : 100% Kabupaten/Kota yang ditemukan
penderita pes telah melaksanakan program
pemberantasan pes mencapai indikator utama
yaitu > 100% dari penderita pes dilakukan
tatalaksana sesuai standar

7. Program Upaya Kesehatan Perorangan


a. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas
pelayanan kesehatan perorangan.

b. Kegiatan pokok ,sasaran dan indikator kinerja


1) Pelayanan bagi penduduk miskin di RS dan atau RS khusus serta
pengembangan kesehatan rujukan
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan dan
lembaga terkait.
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya pelayanan kesehatan
masyarakat miskin sesuai standar
Hasil : minimal 80 % keluhan masyarakat miskin
yang berobat gratis di Rumah Sakit
Pemerintah seluruh Kabupaten/ Kota
tertangani.
2) Peningkatan kualitas pelayanan di Rumah Sakit
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan dan
manajemen rumah sakit dan lembaga terkait
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya peningkatan mutu RS
Hasil : 75% RS Pemerintah terakreditasi 5 pelayanan
dasar; 80% RSUD Kabupaten/Kota
menyelenggarakan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
24 jam; minimal 80% RS Provinsi memiliki
tenaga dokter sub spesialis; minimal 90% RS
Kab/Kota memiliki jejaring dengan Puskesmas
untuk penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat; minimal 10% Rumah Sakit
Kabupaten/Kota menyusun standar pelayanan
minimal berdasarkan citizens charter atau
kontrak pelayanan; minimal 15% RS
pelaksana program DOTS mencapai angka
kesembuhan 85%; minimal 70 % RS
Pemerintah yang memberikan pelayanan,
dukungan dan pengobatan bagi penderita
HIV/AIDS; 25 % RS Pemerintah mampu
melayani kasus pandemi influenza sesuai
standar; minimal 90% RS Kabupaten/Kota
mampu dalam penatalaksanaan gizi buruk
sesuai standar
3) Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dan kegawatdaruratan di
RSU dan RS Khusus
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan,
manajemen RS
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya fasilitasi, pertemuan, serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bagi petugas UGD
Hasil : 90% RSUD Kabupaten/Kota
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
level 1 sesuai standar; minimal 80% RS
Pemerintah memiliki sarana penunjang medis
sesuai standar; angka kematian penderita DBD
di RS Pemerintah < 1%
4) Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Paru
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan dan
masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya program pencegahan penyakit
TB dan pelayanan kesehatan
Hasil : minimal 90% success rate bagi penderita TB
yang berobat di RS Paru; minimal 80 %
tercapai angka konversi kenderita TB yang
berobat di TS Paru dan maksimal 5 % error
rate dari spesimen penderita TB yang berobat
di RS Paru
5) Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kusta
a) Kelompok sasaran : pengelola program, petugas kesehatan dan
masyarakat
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya program pencegahan penyakit
kusta dan pelayanan kesehatan
Hasil : 100% pasien kusta mendapat Multi Drug
Therapi (MDT) dan Prevention of disability
(POD) di RS Khusus Kusta; minimal 80%
penderita kusta dengan reaksi Erytematus
Nodusum Leprosum (ENL) di Rumah Sakit
Khusus terhindar dari cacat.
8. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
a. Tujuan
Program ini bertujuan mengembangkan kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
b. Kegiatan pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerja
1) Pengembangan dan fasilitasi program kesehatan
a) Kelompok sasaran : pengelola program
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terselenggaranya pengembangan dan
fasilitasi program kesehatan
Hasil : 100% standar tentang pembinaan,
pengendalian dan pengawasan program
prioritas kesehatan tersusun, 100% Laporan
Hasil Pemeriksaan ditindaklanjuti tepat waktu;
minimal 75% pengelolaan administrasi
keuangan sesuai dengan SAI (Sistem
Akuntansi Instansi)
2) Pengembangan manajemen perencanaan bidang kesehatan
a) Kelompok sasaran : pengelola program kesehatan Provinsi/
Kabupaten/Kota, stakeholder, lintas sektor
b) Indikator kinerja :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terselenggaranya manajemen perencanaan
kesehatan
Hasil : 100% dokumen perencanaan dan anggaran
tersusun sesuai standar
3) Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang
kesehatan
a) Kelompok sasaran : pengelola program, lintas sektor
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terselenggaranya kerjasama program, lintas
sektor dan antar daerah dalam bidang
kesehatan
Hasil : 100% kerjasama antar daerah dan luar negeri
terdokumentasi
4) Pengembangan sistem informasi kesehatan
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan, pengelola program,
masyarakat
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : tersedianya aplikasi e-reporting (pelaporan
elektronik), terfasilitasinya 38 Kabupaten/Kota
dalam penyusunan profil kesehatan sesuai
standar, tersedianya data SPM bidang
kesehatan 38 Kabupaten/Kota.
Hasil : Termanfaatkannya aplikasi e-reporting
(pelaporan elektronik) di 38 Kab/Kota,
tersusunnya profil kesehatan provinsi sesuai
standar; terdokumentasinya laporan
pencapaian SPM bidang kesehatan
Kabupaten/Kota; 100% Kabupaten/Kota yang
memanfaatkan laporan berbasis WEB sesuai
standar.
5) Pengembangan kajian/penelitian program kesehatan
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan, pengelola program,
masyarakat
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terselenggaranya kajian/penelitian program
kesehatan sesuai kaidah
Hasil : tersedianya minimal 15 dokumen hasil
kajian/penelitian program kesehatan
6) Peningkatan manajemen dan fungsi kelembagaan UPT
a) Kelompok sasaran : pengelola program, UPT
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terbinanya dan terfasilitasinya manajemen
dan fungsi kelembagaan UPT
Hasil : 60% UPT melaksanakan Budaya Kerja;
minimal 80% UPT memiliki analisa jabatan
sesuai standar.
7) Pengembangan pembiayaan kesehatan secara pra upaya
a) Kelompok sasaran : pengelola program, pemerintah, pemberi
kerja, masyarakat
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terseleranggaranya pembiayaan kesehatan
secara pra upaya
Hasil : minimal 70% penduduk mempunyai jaminan
pemeliharaan kesehatan

9. Program Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan


a. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran
tenaga kesehatan termasuk SDM kesehatan, serta pemberdayaan profesi
kesehatan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
b. Kegiatan
pokok, kelompok sasaran dan indikator kinerja
1) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas dan
jaringannya serta rumah sakit
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya pelatihan pratugas bagi Bidan
desa PTT
Hasil : 100% Bidan Desa PTT yang telah mengikuti
pelatihan pra tugas mendapat sertifikat.
2) Penempatan, pengembangan dan pemenuhan tenaga kesehatan di
tempat pelayanan (puskesmas, rumah sakit dan jaringannya)
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terdistribusinya tenaga kesehatan di tempat
pelayanan
Hasil : minimal 80% RSU Kelas C mempunyai
spesialis obgyn, anak, interna, bedah, anestesi,
radiologi dan patologi klinik; semua desa dan
kelurahan mempunyai bidan di desa; minimal
10% Puskesmas memiliki jadwal kunjungan
dokter spesialis tertentu dari Rumah Sakit
Kabupaten/Kota
3) Peningkatan profesionalisme dan pengembangan tenaga kesehatan
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terlaksananya akreditasi pelatihan nakes dan
institusi diknakes
Hasil : minimal provinsi dan minimal 25%
Kabupaten/Kota melakukan pelatihan bidang
kesehatan sesuai stndar; minimal 25%
Kabupaten/Kota menyelenggarakan
pengelolaan nakes sesuai standar; 100 %
tenaga kesehatan yang lulus uji kompetensi
berizin; penyelenggaraan pemilihan tenaga
kesehatan (medis, paramedis, kesehatan
masyarakat dan nutrisionis) Puskesmas teladan
sesuai tujuan; minimal 60% tenaga kesehatan
yang bekerja di instansi pemerintah
menduduki jabatan fungsional kesehatan
4) Peningkatan pengembangan Akper Madiun
a) Kelompok sasaran : mahasiswa Akper Madiun
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : terpenuhinya sarana prasarana kegiatan
belajar mengajar; meningkatnya jenjang
pendidikan dan profesionalisme dosen/
pengajar/staf Akper
Hasil : 100 % lulusan Akper Madiun lulus uji
kompetensi
5) Peningkatan pengembangan Akzi Surabaya
a) Kelompok sasaran : masyarakat, mahasiswa Akzi, tenaga
dosen/pengajar/ staf Akzi
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : sarana prasarana penunjang kegiatan belajar
mengajar terpenuhi; meningkatnya jenjang
pendidikan dan profesionalisme dosen /
pengajar / staf akzi; tersusunnya metode
pembelajaran sesuai standar mutu
Hasil :minimal 90 % lulusan Akzi Surabaya
mempunyai IPK 3
6) Peningkatan pengembangan Bapelkes
a) Kelompok sasaran : tenaga kesehatan
b) Indikator sasaran :
Masukan : dana pelaksanaan kegiatan
Keluaran : 100 % pelatihan bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh UPT Pelatihan
Kesehatan Masyarakat Murnajati terakreditasi;
minimal 50 % tingkat hunian UPT Pelatihan
Kesehatan Masyarakat Murnajati terpenuhi
Hasil : terwujudnya kualitas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2.3 Hasil Kegiatan PT. PIER (Pasuruan Industrial Estate Rembang)
2.3.1 Profil PT. PIER

PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang (Persero) didirikan pada tanggal


28 Februari 1974 untuk mengelola dan mengembangkan kawasan industri. Di
Indonesia, khususnya Jawa Timur, SIER merupakan area industri terbaik, terbesar
dan paling dikenal. Dikembangkan oleh PT. SIER berdasarkan master-plan yang
rapi untuk memenuhi kebutuhan yang nyata akan industri dan lingkungan hidup.
Dikelola dengan baik untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas termasuk
fasilitas pengolahan air limbah, kemudahan akses ke pelabuhan Tanjung Perak
dan Bandar udara Juanda. Berlokasi di kota madya Surabaya, kota terbesar ke-2 di
Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan penduduk
3,5 juta jiwa. Bisnis utama dari PT SIER adalah menjual tanah industri,
menyewakan pabrik/gedung, dan menyewakan perkantoran.
Pada tahun 1989, PT. SIER mengalami perluasan yang ketiga di daerah
Pasuruan dengan nama PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) yang
beralamatkan di Jl. SurabayaPasuruan Km. 50 Pasuruan. Pada awal
pembangunan PT. PIER memiliki luas lahan 500 Ha dan sedang di kembangkan
300 Ha dengan 53 investor dan jumlah pekerja kurang lebih 75.000 orang. Saat ini
ijin yang diperoleh oleh PT. PIER seluas 745 Ha dan baru dibebaskan seluas 511
Ha serta pada saat ini sedang diadakan perluasan 64 Ha.
Kepemilikan saham pada PT.PIER adalah 50% negara RI, 25% Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dan 25% oleh Pemerintah Kota Surabaya. Wilayah yang
termasuk dalam kawasan PT. PIER meliputi beberapa desa, antara lain Desa Raci,
Desa Pandean, Desa MJ Paron, Desa Perkuren, Desa Pejangkungan, Desa C
dukuh, Desa G. Waru, Desa K. Anyar, dan Kecamatan Kraton.
Prasarana yang di miliki PT. PIER meliputi jaringan jalan, sarana air
hujan, instalasi penyediaan air bersih, instalasi/jaringan distribusi dan pembangkit
tenaga listrik, jaringan distribusi telekomunikasi, saluran pengumpulan air limbah
indutri, instalasi pengolahan air limbah, penampungan sementara limbah padat,
penerangan jalan, unit pemadam kebakaran, dan pagar kawasan industri. Sarana
penunjang PT. PIER meliputi kantor pengelola, kantor pos, kantor pelayanan
telekomunikasi, kantin, sarana ibadah, pos keamanan, sarana kesegaran jasmani,
halte angkutan umum dan fasilitas penunjang lainya. Bidang usaha yang terdapat
di kawasan industri PT. PIER meliputi: persewaan ruang perkantoran, penyedian
air industri, penyediaan listrik, pengolahan limbah cair, perawatan lingkungan
(jalan, drainase, dan penerangan jalan), polikilinik, puja sera, sarana olah raga,
total logistik, dan lain lain.
2.3.2 Visi PT PIER

Menjadi kawasan industri modern di dukung unit bisinis strategi yang


berkesinambungan,terkemuka dan ramah lingkungan

2.3.3 Misi PT PIER


a. Memujudkan kawasan industri yang inovatif,berbasis teknologi informasi,
dalam lokasi, produk, pelayanan dan fasilitas pendukung kesemua pihak
yang berkepentingan.
b. Adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan rencana
pengembanagn regional, nasional, maupun internasional.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dalam penyediaan layanan
pejualan, persewaan, penyediaan fasilitas industri, dan saran penunjang
lainya dengan kulalitas terbaik guna mendukung proses bisnis.
d. Mewujudakan pengelolaan kawasan industri ramah lingkungan yang
bernilai tambah.

Secara umum kawasan industri PT.PIER memberi keuntungan dan


manfaat berupa pengembanagn wilayah, pemicu pertumbuhan ekonomi daerah,
dan meningkatkan daya tarik investasi di daerah. Selain tiga maanfaat tersebut
kawasan industri PT.PIER juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi
pemerintah, investor/pengusaha dan masyarakat. Adapun keuntungan dan manfaat
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bagi Pemerintah
Keuntungan dan manfaat kawasan industri PT. PIER bagi pemerintah adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan daerah
a. Deviden (apabila sebagai pemegang saham)
b. Pajak retribusi, dan lain-lain.
2. Efisien dan efektif bagi penyiapan infrastruktur dan utilitas
3. Memudahkan pengawasan kegiatan industri
2) Bagi Investor/Pengusaha
Bagi investor/pengusaha kawasan industri PT. PIER memiliki empat
keuntungan, yaitu:
1. Ada kepastian hukum, terutama status kepemilikan tanah.
2. Kemudahan dan kecepatan proses perijinan kegiatan industri.
a. Tidak diperlukan ijin lokasi
b. Tidak diperlukan Hinder Ordonantie
c. Tidak diperlukan AMDAL (cukup UKL dan UPL)
d. Adanya pelayanan perijinan dan pengelola kawasan industri
3. Kemudahan dan kecepatan dalam penyediaan infrastruktur dan utilitas.
a. Tanah sudah siap bangun
b. Tersedia jaringan jalan, saluran air hujan
c. Tersedia jaringan listrik, air, telepon dan gas
d. Tersedia unit pengolahan limbah cair terpusat
4. Keamanan dan kenyamanan
3) Bagi Masyarakat (khususnya sekitar kawasan)
Manfaat atau keuntungan adanya kawasanindustri PT. PIER bagi masyarakat
khususnya yang berada di sekitar kawasan adalah terciptanya peluang kerja
dan terciptanya peluang usaha pemondokan/kost-kostan, toko, jasa angkutan
dan lain-lain sebagai efek ganda (multiplier effect).

2.3.4 Program Kerja Pengendalian Lingkungan PT PIER

1. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) PT PIER


Wujud kepedulian PT PIER dalam melaksanakan Sistem
Managemen Lingkungan, yaitu tersedianya fasilitas IPAL. Hal ini
merupakan kewajiban dari setiap Kawasan Industri berdasarkan Keppres
No. 53/1989. Dengan adanya IPAL, maka target pencapaian baku mutu
kualitas limbah cair kedalam golongan II, sesuai dengan SK. Gubernur
No. 45 th 2002 akan terpenuhi, sehingga aman dibuang ke ABA/Air Badan
Air sungai kelas III. Atas dasar tersebut maka dibangunlah IPAL karena :
a. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan semakin tinggi.
b. Undang-undang atau Peraturan tentang lingkungan yang harus
diwujudkan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat.
c. Sebagai salah satu fasilitas pendukung yang ditawarkan kepada
Investor.
Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. PIER terdiri dari
influen, monitoring dan effluent. Sebelum air limbah industri memasuki
IPAL PT PIER terdapat tahap monitoring dengan tujuan pencegahan,
pengawasan, dan enforcement. Manfaat dari monitoring adalah
menghindari shock loading/kelebihan muatan, menghindari kondisi
lingkungan yang tidak terkendali, menghindari tertundanya waktu
pengolahan, dan melakukan langkah enforcement.
Saat memasuki IPAL, air limbah industri juga dilakukan pengawasan
oleh operator dengan melakukan sampling pada influent.Tujuannya adalah
menafsirkan pabrik yang membuang limbah melebihi ambang batas yang
telah ditentukan oleh PT SIER. Selain itu sampling influent juga berguna
untuk mengambil langkah penyesuaian dalam proses pengolahan.
Setelah dilakukan pengawasan pada saat air limbah industri
memasuki IPAL, analisa air limbah industri dilakukan pula pada saat air
limbah telah mengalami proses di IPAL. Tujuannya adalah mengetahui
kualitas effluent hasil proses IPAL yang ada, baik dalam prosentasi kinerja
IPAL, maupun kualitas parameter yang telah diolah dibandingkan dengan
parameter fisika dan kimia, sehingga dengan terkendalinya kualitas air
sesudah proses pengolahan yang dibuang ke badan air, maka masyarakat
sekitar dapat terhindar dari pencemaran. Tujuan lain dari pengawasan
sesudah air limbah di proses pada IPAL adalah dapat tercatat trend kualitas
rata-rata air limbah masuk, setelah pengolahan, dan standar kualitas air
buangan golongan II sesuai SK Gubernur Jawa Timur 45 Tahun 2002.

Proses IPAL PIER dilakukan secara fisika-biologis, diantaranya Bak


Equalisasi (Bak Pengendap Pertama), Grit Chamber (GC), Secondary
Settling Tank (SST), Ditribution Box (DB), Oxydation Ditch (OD), Final
Settling Tank/Clarifier, Open Channel Flow Monitor (OCFM),
Indicator/Control Pond (CP), Dewatering Filter Press (DFP), Sludge
Drying Bed (SDB). Dalam proses pengolahan limbah cair secara biologis
memiliki kelemahan yaitu harus menggunakan daya listrik yang tinggi
serta membutuhkan tempat yang luas. Pembuangan air limbah industri
(waste water disposal) dialirkan melalui pipa dari pabrik ke saluran pipa
bawah tanah yang dipasang sepanjang jalan di depan kavling pabrik yang
terletak di Kawasan Industri Rembang, kapasitas limbah yang masuk IPAL
PT. PIER 15000 m3 dari 76 industri. Fasilitas IPAL ini diwajibkan untuk
industri yang berada di kawasan PT. PIER. Industri harus membayar
sesuai dengan debit dan jenis kandungan limbah yang dihasilkan. Tetapi
ada beberapa ketentuan dalam membuang limbah pada sistem air limbah
kawasan industri PT. PIER sebagai berikut :
a. Air hujan, air tanah
b. Kalsium karbida
c. Bahan yang mudah terbakar
d. Limbah padat
e. Bahan radioaktif
f. Pestisida, fungisida, herbisida, insectisida, rodentisida, fumigants
g. Ragi, ter, aspal, minyak mentah, carbon disulfida, hydrosulfida,
polysulfide
h. Bahan pewarna yang tidak dapat diolah secara biologis
i. Bahan yang dapat merusak mesin/peralatan pengolahan limbah
j. Setiap limbah yang dapat menimbulkan pelapisan keras/endapan
k. Cairan, zat padat, atau gas karena jumlahnya sudah cukup untuk dapat
menimbulkan kebakaran, ledakan atau menyebabkan kerusakan pada
sistem saluran air limbah.
l. Bahan atau hal lain yang karena kondisinya atau reaksi dengan limbah
lain dapat menimbulkan gas, uap dan atau bahan sejenis yang dapat
membahayakan kehidupan manusia

Pihak PT PIER selalu mengawasi pengelolaan limbah industri yang


ada di kawasan ini dengan mengevaluasi beberapa hal yaitu:
a. Memperkirakan karakteristik limbah terhadap kemampuan sistem
IPAL.
b. Menentukan standar air limbah yang dapat diterima.
c. Menentukan cara pembuangan kedalam sistem pengolahan.
d. Membuat peraturan dan syarat pembuangan limbah.
e. Merancang sistem pentarifan biaya operasional IPAL.

Tahap-tahap pengolahan air limbah PT PIER adalah sebagai berikut:


a. Bak Kontrol
Air limbah dari pabrik dan perkantoran dialirkan ke dalam saluran air
limbah/manhole, yang terpasang sepanjang jalan di dalam kawasan
dan air limbah tersebut mengalir secara gravitasi menuju ke pusat
Instalasi Pengolahan Air Limbah. Pada bak kontrol memiliki
kedalaman 1 meter. Rumah pompa/bak kontrol sebagai tempat
penampungan awal, yang operasi pompanya menggunakan automatic
level control switch.

b. Bak Penampung Sementara/Equalisasi


Limbah dari bak kontrol yang sesuai baku mutu lingkungan akan
masuk ke bak equalisasi. Pada proses ini terjadi pemisahan partikel-
partikel endapan sesuai dengan massa jenis seperti lumpur, pasir, dan
lain-lain. Apabila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis air
maka akan mengendap ke drain butch. Apabila massa jenis benda lebih
kecil daripada massa jenis air maka akan terapung dan akan dialirkan
ke bak penampung sampah. Pada bak equalisasi terdapat sekat antara
bak equalisasi 1 dan bak equalisasi 2. Sekat tersebut berfungsi untuk
menahan arus air. Kedalaman bak equalisasi yaitu 3 meter dengan luas
10x6 meter. Untuk proses pembersihan bak equalisasi dari lumpur
dilakukan satu bulan sekali atau saat lumpur sudah tebal. Tujuan utama
dari proses ini adalah untuk mengurangi jumlah padatan, diperkirakan
penurunan kadar BOD-COD sebesar 20% 45 % (biasanya 45%) dan
padatan 50 75% serta zat terapungnya mendekati 100% dengan
waktu tinggal air limbah 2-5 jam yang berguna untuk memberi
kesempatan zat-zat yang mudah mengendap, dan selanjutnya endapan
dari zat-zat tersebut setiap 1 2 bulan akan dibuang dan dikeringkan di
bak pengering lumpur.
c. Pompa Sentrifugal
Pada pompa sentrifugal berfungsi untuk memompa lumpur yang
mengendap. Di pompa sentrifugal dilakukan pengecekan oleh tenaga
khusus yang turun ke dalam pompa sentrifugal yang merupakan
confined space. Sebelum masuk, confined space tersebut harus
dinetralkan terlebih dahulu.
d. Grit Chamber
Grit Chamber atau pengendap partikel grit (pasir) berfungsi untuk
memisahkan kandungan pasir dari aliran air limbah. Pengendapan
pasir pada grit chamber terjadi melalui kecepatan horizontal tetapi
kecepatan tersebut tidak terlalu pelan sehingga bahan lain (organik)
selain pasir tidak ikut mengendap.
e. Scondary Settling Tank
Scondary settling tank merupakan bak pengendap
f. Distribution Box
g. (Oxidation Ditch/ Bak Aerasi)
Oxidation ditch merupakan proses mengalirkan hasil dari pengolahan
pertama, yaitu secara overflow air limbah mengalir ke bak
aerasi/oxidation ditch atau kolam oksidasi untuk memulai proses aerasi
(Biological Treatment) selama 20 24 jam secara kontinyu. Proses
aerasi dilakukan dengan menggunakan alat mammoth rotor/cage rotor
dengan oxygenation capacity sebesar 30 kg O2/jam/rotor. Proses
biologis yang terjadi bertujuan untuk mengurangi bahan-bahan organik
melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Artinya,
mikroorganisme berperan aktif dalam dalam proses biodegradable
polutan menjadi senyawa yang lebih sederhana, pada kondisi tersebut
mikroorganisme tumbuh dan berkembang, membentuk biological flocs
dan sering disebut Activated Sludge (lumpur aktif). Pada proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat
kekotoran dan jenis kotoran yang ada.
h. Clarifier
Dalam proses ini, bakteri diperlukan untuk mengurangi bahan organik
yang ada dalam air limbah. Sehingga diperlukan jumlah bakteri yang
cukup untuk menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri ini akan
berkembang biak apabila jumlah makanan yang terkandung di
dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri dapat
dipertahankan secara konstan. Pada proses ini dilakukan penambahan
lumpur yang baru sehingga pengolahan air limbah dapat terus
berlangsung. Lumpur yang biasanya dipergunakan untuk penambahan
makanan ini disebut lumpur aktif dimana pemberiannya dilakukan
sebelum memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur dari bak
pengendapan kedua atau bak pengendapan lumpur terakhir.
Pada bak oksidasi ini dengan panjang 40 meter, lebar 10 meter dan
tinggi 3 meter, dengan waktu tinggal 16-24 jam. Dengan demikian
penurunan kadar BOD-COD 90-95 % kadar mercurinya < 0,1 ppm.
Kemudian ke bak pembagi lumpur dengan waktu tinggal 4-5 jam.
Kemudian ke bak indikator untuk mengetahui mutu dan kualitas hasil
pengolahan limbah.
Untuk mengetahui kandungan air limbah sudah aman atau belum
sesuai baku mutu lingkungan digunakan ikan sebagai indikator. Jika
jumlah ikan yang mati lebih dari 50% dari jumlah keseluruhan, maka
air limbah belum aman untuk dibuang ke lingkungan. Selain itu, juga
dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui secara
pasti kadar kandungan air limbah sebelum dibuag ke lingkungan.
Dalam keadaan tertentu apabila kadar biological flocs dalam air sudah
melebihi kadar optimal (Setting MLSS; 4 6 gr/liter), maka biological
flocs harus segera dibuang, melalui alat Dewatering Filter Press yang
disuplay dari alat Tickner, sebagian lainnya dikeringkan pada bak
pengering lumpur, dan dikeringkan di bawah sinar matahari.
Hasil dari pengolahan air limbah yang berupa lumpur akan
dikembalikan ke Oxydation Ditch sebagai lumpur aktif yang
diperlukan untuk proses biologis..
Lumpur hasil pengolahan air limbah Sludge yang sudah kering
kemudian dikirim ke PPLI (sesuai dengan PPRI No. 18 Tahun 1999
dan PPRI No. 85 Tahun 1999 tentan Pengelolaan LB3), di Cileungsi
Bogor, Jawa Barat.

2. Penghijauan di kawasan PT PIER


Program penghijauan di sepanjang jalan kawasan PT PIER dilakukan di
seluruh bagian jalan yang ada di kawasan industri PT PIER. Tujuan
utama dibangunnya jalur hijau ini adalah untuk mengurangi polusi dari
gas karbon monoksida (CO) yang banyak dihasilkan oleh kendaran
bermotor dan proses industri. Peraturan standard bangunan yang
berlaku di PT PIER adalah 70% kawasan tertutup dan 30% kawasan
terbuka. Dari 70% kawasan tertutup terdapat ketetapan 60% kawasan
untuk produksi dan 40% kawasan untuk pembangunan sarana prasarana
seperti tempat parkir, jalan akses apabila terjadi kebakaran dan lain-lain.
Hingga saat ini program penghijauan terus dilakukan karena pentingnya
hal tersebut dalam menunjang aktivitas di kawasan industri PT PIER
dan mewujudkan PT PIER sebagai kawasan industri yang ramah
lingkungan.
2.3.3 Struktur Organisasi PT SIER
2.3.5 Unit Kerja PT.PIER
2.3.5.1 Pemegang Saham
a. Pengertian
Pemegang Saham Perseroan pada saat ini adalah 100% Negara Republik
Indonesia,dengan modal ditempatkan yang telah disetor penuh oleh Negara Republik
Indonesia sebesar 50%, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebesar 25%, dan Pemerintah
KotaSurabaya sebesar 25%, serta berada di bawah pembinaan oleh Kementrian Negara
Badan Usaha Milik Negara, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah
KotaSurabaya, berdasarkan atas prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

b. Hak Pemegang Saham


Hak Pemegang Saham harus dilindungi agar Pemegang Saham dapat
melaksanakan hak-haknya sesuai dengan anggaran dasar dan perundang-undangan
yang berlaku. Hak-hak Pemegang Saham meliputi:
1) Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS termasuk mengajukan
usulkepada RUPS menurut cara yang diatur dalam Anggaran Dasar;
2) Meminta diadakan RUPS serta memanggil RUPS setelah mendapat izin dari Ketua
Pengadilan Negeri setempat, apabila Direksi dan/atau komisaris lalai
dalammenyelenggarakan suatu RUPS;
3) Memberi kuasa secara tertulis kepada Pemegang Saham lain atau orang lain
untukmewakilinya dalam suatu RUPS;
4) Memperoleh informasi mengenai Perseroan secara akurat, relevan, tepat waktu
danteratur, termasuk penjelasan atas laporan tahunan, perhitungan
tahunan,pelaksanaan RJPP dan RKAP, serta kinerja Perseroan;
5) Mengusulkan calon-calon anggota Direksi dan anggota Komisaris kepada
RUPS,pencalonan ini mengikat bagi RUPS;
6) Menerima pembagian keuntungan Perseroan dalam bentuk dividen dan lainnya;
7) Melihat Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus;
8) Mengambil bagian terlebih dahulu saham Perseroan yang dikeluarkan/dialihkan
secara proposional dengan jumlah saham yang dimiliki;
9) Menerima sisa lebih perhitungan hasil likuidasi secara proporsional dengan jumlah
saham yang dimiliki;
10) Memperoleh penjelasan penerapan good corporate governance di Perseroan;
11) Melaksanakan hak-hak lainnya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
c. Akuntabilitas Pemegang Saham
1) Pemegang Saham tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional
Perseroan yang menjadi tanggung jawab pengurusan Direksi;
2) Pemegang Saham dapat mengakses informasi mengenai Perseroan, kecuali apabila
Direksi memiliki alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk tidak
memberikan informasi tertentu;
3) Pemegang Saham tunduk pada Anggaran Dasar, keputusan RUPS, dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.

2.3.5.2 Komisaris
c. Pengertian
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melaksanakan pengawasan serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan pengurus Perseroan.
d. Keanggotaan
1) Persyaratan Komisaris
Anggota Komisaris harus memenuhi persyaratan berikut :
a) Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
c) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;
d) Memiliki keahlian, integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah
manajemen perusahaan guna memajukan/mengembangkan perseroan, memiliki
pengetahuan memadai di bidang usaha Perseroan, serta dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
e) Pengangkatan anggota Komisaris dilakukan melalui prosedur yang transparan
dan berdasarkan kriteria yang jelas;
f) Antara para anggota Komisaris maupun antara anggota Komisaris dan Direksi
tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik menurut
garis lurus maupun garis ke samping atau hubungan semenda (menantu/ipar);
g) Apabila hubungan keluarga dimaksud huruf f terjadi setelah menjabat
komisaris, maka untuk melanjutkan jabatan komisaris harus memperoleh
persetujuan RUPS.
2) Komposisi Komisaris
a) Komposisi Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat, dan cepat, serta mampu bertindak independen dan kritis;
b) Paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah anggota Komisaris berasal
dari kalangan di luar Perseroan dengan ketentuan :
(1) Tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi;
(2) Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen, lembaga, dan
kemiliteran dalam waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
(3) Tidak bekerja di Perseroan atau afiliasinya dalam waktu 3 (tiga) tahun
terakhir;
(4) Tidak mempunyai keterlibatan finansial baik langsung maupun tidak
langsung dengan perseroan atau perusahaan yang menyediakan jasa
dan/atau produk bagi perseroan dan afiliasinya;
(5) Bebas dari kepentingan bisnis atau hubungan lain yang dapat menghalangi
atau mengganggu kemampuan Komisaris dari kalangan di luar Perseroan
untuk bertindak dan berpikir secara bebas di lingkup perseroan;
(6) Komisaris terdiri dari paling sedikit 2 (dua) orang, seseorang diantaranya
diangkat sebagai Komisaris Utama;
(7) Pembagian kerja anggota Komisaris ditetapkan sendiri oleh komisaris
dalam bentuk uraian tugas yang mempertimbangkan keahlian dan
pengalaman masing-masing, dan untuk kelancaran tugasnya Komisaris
dibantu Sekretaris Komisaris yang diangkat oleh Komisaris berdasarkan
saran tertulis Pemegang Saham.
3) Tugas dan Kewajiban
a) Tugas Komisaris adalah melakukan pengawasan kebijakan Direksi dalam
menjalankan kepengurusanperseroan dan memberikan nasihat kepada Direksi
termasuk dalam pelaksanaanRJPP dan RKAP sesuai dengan Anggaran Dasar,
keputusan RUPS, serta peraturanperundang-undangan yang berlaku;
Memantau efektifitas pelaksanaan good corporate governance di Perseroan.
b) Kewajiban Komisaris
(1) Melakukan pengawasan kinerja Direksi dan Manajemen termasuk
pemantauankepatuhannya dalam menjalankan Anggaran Dasar serta
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(2) Melakukan kajian/evaluasi, serta memberikan rekomendasi/saran secara
tertulis kepada Direksi, mengenai:
(a) RJPP, RKAP, SCI dan rencana strategis lainnya
(b) Indikator kinerja kunci (KPI) dan targetnya;
(c) Laporan tahunan, perhitungan tahunan, dan laporan lainnya;
(d) Efektifitas sistem pengendalian internal termasuk pengelolaan risiko
danpelaksanaan audit intern/ekstern;
(e) Sistem remunerasi/kompensasi dan sistem nominasi si Perseroan;
(f) Usulan-usulan Direksi berkaitan dengan perubahan jumlah modal
perubahan anggaran dasar, rencana penggunaan laba, serta
penggabungan, peleburan,pengambil alihan, pembubaran, investasi
dan pembiayaan jangka panjang, kerjasama, pembentukan anak
perusahaan dan penyertaan, serta pengalihan aktiva, maupun tindakan
lainnya Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, untuk diminta persetujuan kepada
RUPS;
(3) Mengikuti perkembangan dan memberikan pendapat/sasaran mengenai
setiapmasalah yang dianggap penting bagi Perseroan;
(4) Melaporkan dengan segera kepada Pemegang Saham atau RUPS apabila
terjadigejala kemunduran kinerja Perseroan;
(5) Menjalankan untuk sementara waktu tugas Direksi dalam hal Perseroan
tidakmemiliki seorang oun Direksi, dan dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) harisetelah keadaan tersebut memanggil RUPS untuk
mengangkat Direksi;
(6) Melakukan pemantauan pelaksanaan good corporate governance di
Perseroan;
(7) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan/kerja Komisaris;
(8) Melakukan tugas-tugas pengawasan lainnya yang ditetapkan oleh RUPS
sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.3.5.3 Direksi
a. Pengertian
Direksi adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab atas pengurusan
Perseroanuntuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan di dalam
maupun diluar Pengadilan.

b. Keanggotaan
Anggota Direksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
2) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris
yangdinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
3) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya;
4) Memiliki keahlian, integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen
perusahaan guna memajukan/ mengembangkan perseroan;
5) Pengangkatan anggota Komisaris dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan
kepatutan;
6) Calon anggota Direksi wajib menandatangani Kontrak Manajemen sebelum
ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi;
7) Antara para anggota Komisaris maupun antara anggota Komisaris dan Direksi
tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik menurut
garislurus maupun garis ke samping atau hubungan semenda (menantu/ipar);
8) Apabila hubungan keluarga dimaksud angka 7) terjadi setelah menjabat
komisaris,maka untuk melanjutkan jabatan komisaris harus memperoleh
persetujuan RUPS.

c. Tugas dan Kewajiban


1) Tugas Direksi
a) Melaksanakan pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan
serta bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut;
b) Memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan;
c) Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus:
(1) Mencurahkan tenaga, pikiran, perhatian secara penuh pada tugas dan
pencapaian tujuan Perseroan;
(2) Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi,
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
kewajaran;
(3) Melaksanakan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
untukkepentingan dan usaha Perseroan dengan mengindahkan Peraturan
Perundang-undangan yang belaku;
2) Kewajiban Direksi
a) Mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan usaha Perseroan
sesuaidengan maksud dan tujuan Perseroan;
b) Menyiapkan RJPP, RKAP, SCI, dan usulan/rencana strategis lainnya kepada
Komisaris dan Pemegang Saham untuk memperoleh pengesahan/persetujuan
RUPS.
c) Memelihara risalah rapat dan menyelenggarakan pembukuan Perseroan
sesuaidengan kelaziman yang berlaku di Indonesia;
d) Menyusun sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yangberlaku serta prinsip-prinsip pengendalian intern yang memadai, terutama
fungsipengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan;
e) Memberikan pertanggungjawaban maupun segala keterangan mengenai
keadaandan jalannya Perseroan berupa laporan tahunan dan perhitungan
tahunan yangditandatangani bersama dengan komisaris untuk disampaikan
kepada RUPS;
f) Memberikan laporan lainnya menurut cara dan waktu sesuai dengan ketentuan
yangberlaku, termasuk pengungkapan pelaksanaan good corporative
governance diPerseroan, setiap kali minta oleh Pemegang Saham;
g) Memastikan bahwa aset, lokasi usaha, dan fasilitas Perseroan lainnya
memenuhipersyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan
denganpelestarian lingkungan maupun kesehatan dan keselamatan kerja;
h) Menjamin bahwa aset, lokasi usaha, dan fasilitas Perseroan lainnya
memenuhipersyaratanperaturan perundang-undangan yang berlaku kegiatan
denganpelestarian lingkungan maupun kesehatan dan keselamatan kerja;
i) Melindungikepentingan Pemegang Saham dan stakeholders lainnya
berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau perjanjian
yang dibuat olehPerseroan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur,
serta masyarakat disekitar tempat usaha Perseroan;
j) Menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk
tekanan/pelecehanyang mungkin timbul sebagai akibat perbedaan watak,
keadaan pribadi, dan latarbelakang kebudayaan;
k) Menyikapi susunan organisasi Perseroan lengkap dengan rincian tugasnya;
l) Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan Anggaran Dasar
dankeputusan RUPS serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3.5.4 Organ Pendukung


a. Sekretaris Perusahaan
1) Organisasi
(a) Dengan memperhatikan sifat khusus masing-masing perusahaan, Direksi
dapatmengangkat seorang Sekretaris Perusahaan;
(b) Fungsi Sekretaris Perusahaan dapat dijalankan oleh salah seorang Direksi;
(c) Sekretaris Perusahaan melaporkan kegiatannya dan bertanggung jawab
langsungkepada Direktur Utama.
2) Kualifikasi
(a) Memiliki kualifikasi akademis yang ditentukan oleh Perseroan;
(b) Memiliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan kesekretariatan;
(c) Memenuhi kriteria-kriteria lainnya yang ditentukan oleh Perseroan.
3) Fungsi
(a) Menjalankan peran sebagai pejabat penghubung (liaison officer) Perseroan
denganpihak-pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal;
(b) Memastikan bahwa Perseroan mematuhi aturan persyaratan keterbukaan
yangberlaku, dan wajib memberikan informasi tugasnya kepada Direksi
maupun apabila diminta Komisaris;
(c) Menjalankan peran sebagai administratur dokumen Perseroan;
(d) Mengkoordinasikan penerapan good corporate governance di Perseroan.

b. Satuan Pengawas Intern (SPI)


1) Oganisasi
(a) SPI dibentuk oleh Direksi sebagai aparat pengawasan intern Perseroan
untukmembantu Direksi dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang
baik;
(b) Kedudukan SPI adalah independen terhadap semua unit organisasi Perseroan;
(c) SPI dipimpin oleh seorang kepada serta melaporkan kegiatannya
denganbertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
2) Kualifikasi
(a) Memiliki pendidikan dan/atau pengetahuan yang memadai dibidang
akuntansi, keuangan, manajemen, dan operasional sesuai dengan bidang usaha
Perseroan;
(b) Memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman di bidang audit;
(c) Memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman di bidang usaha Perseroan;
(d) Memenuhi kriteria-kriteria lain yang ditentukan Perseroan.
3) Tugas, kewajiban dan Tanggung Jawab
(a) Menciptakan lingkungan pengendalian yang baik di Perseroan serta
memastikan
(b) Konsisten dalam penerapannya;
(c) Memfasilitasi dan mengkoordinasikan efektifitas pelaksanaan maupun hasil
tugasauditor eksternal;
(d) Menyusun peraturan di bidang pengawasan Perseroan maupun pedoman
yangberkaitan dengan prosedur dan pelaksanaan tugas auditor internal;
(e) Menyusun rencana audit tahunan secara komprehensif;
(f) Melaksanakan audit keuangan, audit operasional, dan audit lainnya sesuai
denganarahan Direksi;
(g) Memantau, mengevaluasi, dan menganalisis pelaksanaan tindak lanjut
hasilaudit/pengawasan auditor internal maupun auditor eksternal;
(h) Memfasilitasi penerapan good corporate governance di Perseroan.

Untuk mendukung efektifitas SPI, perlu dibuat suatu Internal Audit Charter
sebagaipedoman yang:
1)Menyatakan delegasi wewenang dari Direksi kepada SPI untuk melaksanakan
pengawasan internal yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Direksi;
2)Menjadi dokumentasi landasan hukum bagi SPI untuk menjalankan wewenangnya
terhadap seluruh unit organisasi Perseroan;
3)Menjabarkan kebijakan Perseroan mengenai audit internal sesuai dengan posisi
dan fungsi SPI dalam Perseroan;
4)Menjabarkan ruang lingkup pengawasan internal, wewenang, tanggung jawab
SPIserta standar mutu audit internal;
5)Mengatur hubungan kerja SPI dengan auditan maupun auditor eksternal;
6)Menghindari inkonsistensi pelaksanaan pengawasan internal serta mencegah
subyektifitas individu dari personal SPI dalam melaksanakan tugasnya.
Peningkatan Peran SPI antara lain:
1) Sejalan dengan perkembangan paradigma dalam audit intern, maka SPI
perlumeningkatkan perannya sebagai konsultan internal Perseroan;
2) Sebagai konsultan internal Perseroan, SPI dapat terlibat langsung dalam
prosesserta penyusunan kebijakan serta sistem dan prosedur, dengan
melakukankajian/reviu serta pemberian saran/rekomendasi setelah mengikuti
pembahasandengan unit organisasi Perseroan.

c. Komite Audit
1) Organisasi
a) Komite audit dibentuk oleh Komisaris untuk membentuk pelaksanaan tugas
pengawasan komisaris atas beban Perseroan;
b) Dalam menjalankan tugasnya, komite Audit bekerja kolektif dan
bertanggunglangsung kepada Komisaris;
c) Komite Audit dipimpin seseorang Komisaris yang berkedudukan sebagai ketua.
2) Keanggotaan dan kualifikasi
a) Komite Audit beranggotakan 3 (tiga) orang, dan seorang diantaranya
berasal dari anggota Komisaris yang sekaligus Ketua Komite Audit;
b) Dua anggota lainnya Komite Audit berasal dari luar Perseroan serta tidak
memiliki keterkaitan dengan kepemilikan, manajemen, dan/atau kegiatan
bisnis denganPerseroan;
c) Anggota Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh Komisaris;
d) Anggota Komite memiliki kualifikasi akademis yang ditentukan Perseroan
serta pengalaman yang memadai di bidang pengawasan, seorang di antaranya
harus mempunyai keahlian di bidang keuangan, akuntansi, dan audit;
e) Masa keanggotaan Komite Audit adalah 1 (satu) tahun, dengan tidak
mengurangi wewenang Komisaris memberhentikan sewaktu-waktu dan/atau
memperpanjang kembali.
3) Fungsi
Komite Audit membantu Komisaris dalam menjalankan tugas pengawasan
Komisarisserta memastikan efektif sistem pengadilan intern dan efektifitas
pelaksana tugas olehAuditor Eksternal.
4) Hubungan Kerja
a) Komite Audit memiliki hubungan kerja dengan serta bertanggung jawab
kepadaKomisaris;
b) Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit berkomunikasi Satuan
PengawasanIntern (SPI) dan Manajemen Perseroan, serta Auditor Eksternal;
c) Komisaris dan Direksi harus memastikan bahwa Komite Audit memiliki
aksesinformasi mengenai Perseroan yang diperlukan untuk menjalankan
tugasnya;
Hubungan kerja, tugas dan tanggung jawab, serta akses informasi oleh Komite
Auditperlu dituangkan dalam Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter).

d. Auditor Eksternal
1) Fungsi
Auditor Eksternal melakukan audit keuangan untuk memberikan pernyataan
pendapatmengenai kewajaran, ketat-azasan, dan kesesuaian laporan keuangan
Perseroan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia serta peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
2) Independensi
a) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi, dan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan Perseroan termasuk tidak memiliki
benturan kepentingan dengan Perseroan;
b) Auditor Eksternal dilarang memberikan jasa lain kepada Perseroan di luar
jasa audit keuangan;
c) Auditor Eksternal memiliki akses untuk memperoleh semua catatan akuntansi
dandata penunjang lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
3) Kewajiban dan Tanggung jawab
a) Auditor Eksternal melaksanakan audit terhadap audit terhadap laporan
keuangan Perseroan termasuk catatan akuntansi dan data penunjang untuk
memastikan kewajaran, ketatazasan, serta kesesuaian laporan keuangan
Perseroan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b) Auditor Eksternal melaksanakan audit sesuai dengan terms of reference
(TOR) yangdisepakati;
c) Auditor Eksternal melaksanakan audit sesuai dengan standar kode etik profesi
yangberlaku;
d) Auditor Eksternal mengkoordinasikan pelaksanaan dan hasil audit dengan
SPIdan/atau unit organisasi Perseroan yang ditunjuk;
e) Auditor Eksternal menerbitkan dan menyampaikan laporan hasil audit
kepadaPerseroan sesuai dengan batas waktu yang disepakati dalam perjanjian;
f) Auditor Eksternal bertanggung jawab atas hasil audit yang telah
dilaksanakannya.
4) Mekanisme penunjukan
a) Auditor Eksternal ditunjuk melalui proses lelang sesuai dengan ketentuan
yangberlaku;
b) Auditor Eksternal ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan Komisaris
denganmenyertakan alasan pencalonan dan besarnya honor/imbal jasa yang
diusulkanbagi Auditor Eksternal.

2.3.6 Spesifikasi Topik di PT.PIER


2.3.6.1 Sampling Limbah Udara (Gengset) Sebagai Persyaratan PROPER (Program Peringkat
Perusahaan) di PT.PIER

Program Peringkat Perusahaan(PROPER) tersebut diharapkan dapat meningkatkan


kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian sasaran
prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang diukur berdasarkan berbagai indikator utama yaitu meningkatnya pengawasan
ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi; menurunnya pencemaran lingkungan
pada air, udara, sampah, dan limbah B3; tersedianya kebijakan dibidang perlindungan atmosfir
dan pengendalian dampak perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup.
Pengawasan pengendalian pencemaran udara melalui mekanisme PROPER merupakan
satu dari Program Nasional yang dilaksanakan secara dekonsentrasi. Untuk menstandarkan
pelaksanaan dekonsentrasi tersebut perlu disusun petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan
dekonsentrasi bidang lingkungan hidup.
Pogram ini bertujuan untuk digunakan sebagai acuan bagi PT.PIER dalam melaksanakan
Pengelolaan Kualitas Udara yang hanya dihasilkan dari gengset di PT.PIER melalui Program
PROPER.
1. Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal mengenai upaya
pengendalian yang telah dilakukan PT.PIER, yang digunakan untuk menyusun strategi inspeksi
lapangan. Persiapan yang baik dengan informasi awal yang lengkap merupakan faktor penentu
utama pelaksanaan inspeksi yang efektif dan efisien. Pengumpulan data awal dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :
1) Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan
PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian sebelumnya.
2) Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL.
3) Laporan Pelaksanaan Izin.
4) Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat
perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya
pengendalian pencemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.
b. Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan kuisioner dan
menyampaikan hasil kusioner kepada Sekretariat PROPER.
Output:
Data kuisioner yang telah diisi oleh usaha dan/atau kegiatan.

2. Pengambilan Sampling Emisi Gengset


Pengambilan sampling emisi gengset dilakukan setiap 6 bulan sekali di PT.PIER tetapi
hanya dilaporkan setiap tahun.Cara pengambilan sampling dilakukan oleh laboratorium pihak
eksternal yaitu: BPDKL, Balai HIPERKES, dan PJT 1 Mojokerto yang sudah bekerjasama
dengan baik dengan PT.PIER sesuai dengan Pergub Jatim No 72 Tahun 2013 Laboratorium
yang ditunjuk adalah laboratorium lingkungan yangterakreditasi dan teregistrasi di Kementerian
Lingkungan Hidup.

Gambar : Pengambilan titik sampling emisi gengset di PT.PIER


Gambar Form Pengambilan Sampel
Sumber : http://pusdaling.jatimprov.go.id/peraturan/pusdakum/peraturan-gubernur-jawa-
timur/file/830-pergubjatim-72-2013.html?start=20

3. Pelaksanaan Inspeksi
Dalam rangka memastikan pengambilan data sekunder dan primer yang dilakukan
PT.PIER maka terdapat Tim Pelaksana PROPER melakukan inspeksi lapangan untuk
memastikan dengan ketentuan:
a. Setiap Tim Inspeksi terdiri dari:
1) Pengawas PROPER Provinsi : 2 (dua) orang untuk pengawasan Aspek Air, Udara
(Gengset) dan Pengelolaan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan(kegiatan
pertambangan).
2) Pengawas PROPER Kabupaten / Kota : 1 (satu) orang Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota atau staf teknis yang sudah mendapat pelatihan PROPER.
b. Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah atau
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi.

c. Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:
1) Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum dalam SK Tim
Inspeksi PROPER Provinsi.
2) Nama petugas yang menandatangani berita acara hasil Pengawasan PROPER harus
sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.
d. Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi
PROPER.

e. Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:


1) Tahap I : 5 Maret s/d 6 April 2015;
2) Tahap II : 16 April s/d 1 Juni 2015;
3) Tahap III : 11 Juni s/d 3 Agustus 2015

Output :
1. Rapor hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER;
2. Rekapitulasi status penaatan;
3. Berita Acara Penyusunan Peringkat ;
4. Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan
peringkat awal usaha dan atau kegiatan

Vous aimerez peut-être aussi