Vous êtes sur la page 1sur 9

LAPORAN KASUS KDP

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN


PADA PASIEN DENGAN VOMITING DAN THYPOID DI RUANG/UNIT
ANGGREK RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:

Alifia Rizqi Pratama Darnoto, S.Kep


NIM 122311101025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berikut dibuat oleh:


Nama : Alifia Rizqi Pratama Darnoto, S.Kep
NIM : 122311101025
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN PADA PASIEN DENGAN VOMITING DAN DEMAM
THYPOID DI RUANG/UNIT ANGGREK RUMAH SAKIT BALADHIKA
HUSADA JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, ......................... 2016

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

NIP.............................................. NIP............................................
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Cairan


Keseimbangan air mengacu pada ekuilibrium yang dipertahankan antara masukan
(intake) dan haluaran (output) (Horne, 2000). Gangguan keseimbangan volume cairan meliputi
kekurangan volume cairan dan kelebihan volume cairan. Kekurangan volume cairan adalah
penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel (NANDA, 2014). Kelebihan volume
cairan adalah peningkatan retensi cairan isotonic (NANDA, 2014). Masukan air berasal dari
cairan yang diminum,air dalam makanan, dan air hasil oksidasi bahan makanan. Air digunakan
dalam proses metabolism tubuh dan diperlukan untuk mengangkut produk limbah untuk
diekskresi melalui urine, kulit, paru, dan tinja. Komposisi cairan tubuh diatur oleh ginjal dan
paru, yang mendapat masukan dari jantung dan kelenjar-kelenjar tubuh.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu, cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
yang jumlahnya pada orang dewasa kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh. Cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel yang jumlahnya pada orang dewasa adalah 15 L dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu, cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler dengan jumlah rata-rata
5-6 L, 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma dan sisanya sel darah merah yang mentranspor
oksigen, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel seperti cairan limfe dengan
jumlah 8 L, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Horne, 2000).

Hormon yang mengatur komposisi plasma dan cairan tubuh adalah aldosterone dan ADH.
Air merupakan 60% dari berat tubuh orang dewasa. Jumlah air yang diperlukan pada orang
dewasa sekitar 1500 ml/hari dan jumlah haluaran urine minimal 300-500 ml/24 jam. Gangguan
keseimbangan cairan adalah kekurangan air (dehidrasi) atau kelebihan air (Tambayong, 1999).
Kekurangan volume cairan adalah penurunan adalah kekurangan cairan intravaskuler, interstitial,
dan atau intraselular, mengacu pada dehidrasi dan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
sodium (NANDA, 2014)

B. Epidemiologi
Gangguan keseimbangan cairan antara lain dehidrasi dan hipovolemik. Dehidrasi adalah
kehilangan cairan tubuh yang berlebihan karena penggantian cairan yang tidak cukup akibat
asupan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dan terjadi peningkatan pengeluaran air (Tarwaka,
2004 dalam Andayani 2013). Angka kejadian dehidrasi dapat disebabkan karena diare atau
demam tinggi. The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) menyatakan bahwa 42,5%
orang dewasa mengalami kurang air tingkat ringan (Budi, 2011 dalam Andayani, 2013).
Penelitian di Australia pada buruh tambang bawah tanah dengan suhu lingkungan kerja 36,2 oC
menunjukkan bahwa 60% pekerja memulai shift bekerja dalam keadaan dehidrasi. Penelitian lain
di Australia pada pekerja outdoor menunjukkan bahwa 79% pekerja mengalami dehidrasi.
Penelitian pada pekerja laundry di Semarang menunjukkan bahwa 50 dari 70 sampel atau 71,1%
mengalami clinically dehydrated (Andayani, 2013).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan tahun
2000-2010 terlihat kecenderungan peningkatan insiden yaitu 301/1000 penduduk pada tahun
2000, 374/1000 penduduk pada tahun 2003, naik menjadi 423/1000 penduduk pada tahun 2006,
dan mencapai 411/1000 penduduk pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan, 2011). Di Sulawesi
Selatan angka morbiditas diare adalah 7,19/1000 penduduk dan 23,3% diantaranya di bawah
umur 5 tahun (Hira, 2002 dalam Mupidah dkk). Selama diare akan terjadi peningkatan
kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Kehilangan cairan yang terus berlangsung dan
tidak diimbangi dengan penggantian yang cukup, maka akan berakhir menjadi dehidrasi. Dan
jika keadaan ini berlangsung terus maka dapat terjadi dehidrasi berat dan bahkan kematian
(WHO, 2005).

C. Etiologi
Etiologi gangguan keseimbangan cairan antara lain: Kehilangan cairan tubuh melalui
muntah, diare, perdarahan, melalui pipanasogastric, melalui ginjal (penggunaan diuretic, diuresis
osmotik, salt wastingnephropathy, hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran nafas
(insensiblewater losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada
obstruksi usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut), latihan berat, diabetes insipidus (Horne, 2000).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kekurangan volume cairan adalah
1. perubahan status mental;
2. perubahan turgor kulit dan lidah;
3. penurunan pengeluaran urine;
4. kulit dan membrane mukosa kering;
5. penurunan pengisian vena;
6. hematocrit mengingkat;
7. suhu tubuh meningkat;
8. peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan
nadi;
9. konsentrasi urine meningkat;
10. penurunan berat badan;
11. kelemahan (NANDA, 2014).

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya
cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Kondisi yang dapat terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan volume cairan adalah
dehidrasi. Dehidrasi disebabkan oleh berkeringat berlebih, kehilangan cairan melalui
gastrointestinal sehubungan dengan diare, muntah, atau pengisapan gastrointestinal atas, diabetes
insipidus, asites, fase diuretic dari gagal ginjal. Kehilangan cairan dari tubuh menurunkan
volume vaskuler yang menghasilkan aliran balik vena. Penurunan curah jantung, tekanan darah
menurun dan perfusi jaringan berkurang (Tambayong, 1999)
Kuman Shalmonella Lolos dari asam Bakteri masuk ke Masuk ke pembuluh Peredarah darah
typhi masuk ke lambung usus halus limfe (bacteremia primer)
saluran GIT

Pembesaran Rongga usus halus pada Masuk ke empedu Masuk kealiran darah Masuk retikulo
limfe kelenjar limfoid halus (bacteremia endothelia(RES)
sekunder) terutama hati dan limfa

peningkatan mobilitas Peningkatan Peningkatan asam Anoreksia mual


usus peristaltic usus lambung muntah

Hipoalbuminemia
Penurunan asupan protein Osmolaritas cairan
ekstrasel menurun
Gangguan permeabilitas
dan keseimbangan osmotik
Kelebihan volume Dehidrasi Output cairan berlebih
Perpindahan cairan cairan
intravaskuler ke
ekstravaskuler Regulasi cairan tidak
seimbang

Cairan terkumpul di tungkai, Edema


lengan, wajah,abdomen, peri-
Kekurangan volume
orbital, skrotal
cairan
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada kekurangan volume cairan adalah
1. Rehidrasi parenteral
Cairan fisiologis (salin normal) atau ringer laktat (10-20 cc/kg) harus diberikan
dalam waktu 1 jam. Jumlah ini harus diluar jumlah kebutuhan cairan perharinya.
Keuntungan normal salin dan ringer laktat adalah untuk mengisi ruangan intravaskuler
secara cepat.
2. Rehidrasi oral
Rehidrasi oral diberikan pada dehidrasi ringan/sedang. Pemberian rehidrasi oral
diberikan sedikit demi sedikit sampai mencapai dosis 75cc/kg selama 4-6 jam untuk
dehidrasi ringan/sedang. Jika sudah membaik dilanjutkan dengan 100cc/kg perhari.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif yang
ditandai dengan output cairan berlebih dan penurunan urine menurun.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan yang
ditandai dengan edema
b. Perencanaan/Nursing Care Plan
No Diagnosa NOC NIC
1 Kekurangan volume cairan 1. Hidrasi (0602) 1a. Monitor cairan
berhubungan dengan - Intake cairan - Tentukan faktor resiko penyebab
kehilangan volume cairan tidak terganggu ketidakseimbangan cairan
aktif yang ditandai dengan - Output urin tidak - Periksa turgor kulit
output cairan berlebih dan terganggu - Monitor asupan dan pengeluaran
penurunan urine menurun - Tidak ada haus - Monitor membrane mukosa
1b. Resusitasi cairan
- Kolaborasi dengan tim medis
pemasangan IV untuk pemberian
cairan terbaik, baik kristaloid
(normal saline & ringer laktat)
dan koloid (hesban &
plasmanate)

2. Nafsu makan 2a. Manajemen Mual


(1014) - Dorong klien untuk belajar
- Keinginan untuk strategi mengatasi mual sendiri
makan tidak - Dorong pola makan dengan porsi
terganggu sedikit tapi sering
- Intake makanan - Timbang BB secara teratur
tidak terganggu
2. Kelebihan volume cairan 1. Keseimbangan 1a. Monitor cairan
berhubungan dengan cairan (0601) - Tentukan jumlah dan jenis intake
gangguan mekanisme serta kebiasaan eliminasi
pengaturan yang ditandai
- Monitor berat badan
dengan edema
- Monitor tanda-tanda acites
- Batasi dan alokasikan asupan
cairan
H. Daftar Pustaka
Andayani, K. 2013. Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada Pekerja Industri
Laki-Laki.Semarang: Universitas Diponegoro

Bulechek et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford: Elsevier

Carpenito, L. J. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Horne, M.M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela dan Info
Kesehatan

Moorhead et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elsevier

Mupidah, P dkk. (tanpa tahun). EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI


UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT. Makassar: Universitas
Hassanudin

NANDA. 2014. Nursing Diagnose: Definitions and classification 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell

Tambayong, J. 1999. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC

World Health Organization. 2005. The Treatment Of Diarrhea: A Manual For Physicians And Other
Senior Health Worker. Swiss: Jenewa

Vous aimerez peut-être aussi