Vous êtes sur la page 1sur 16

Resume : Metode Pembelajaran Problem Based Learning and Problem

Solving

Tujuan : Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Problem Based


Learning and Problem Solving dan Penerapannya sebagai dasar
pengetahuan calon pendidik

Tempat, waktu: Malang, April 2017

Nama Resumer
Metode : Shela Emilia
Pembelajaran Permatasari/150341603981
Problem Based Learning dan Problem Solving

A. Pengertian Problem-based Learning


Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah
itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis
Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik.
peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari
penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan
di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin
diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan
ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui
pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.

B. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah


1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik
hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.

C. Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya adalah :
a) Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b) Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c) Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d) Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil
pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
e) Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah


Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model
pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini
dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi
pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang
dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan


6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah
melalui kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji.
Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang
sedang dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh
manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan
dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data
yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan
prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data
yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai
tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah
dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya.

F. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
Tahap-1
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
Orientasi peserta didik
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
pada masalah
peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Guru membantu peserta didik untuk
Tahap-2
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
Mengorganisasi peserta
belajar yang berhubungan dengan masalah
didik untuk belajar
tersebut
Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
penyelidikan individual melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
maupun kelompok penjelasan dan pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik dalam
Tahap-4 merencanakan dan menyiapkan karya yang
Mengembangkan dan sesuai seperti laporan, video, dan model serta
menyajikan hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5 Guru membantu peserta didik untuk melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mengevaluasi proses mereka dan proses - proses yang mereka
pemecahan masalah gunakan.

G. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Keunggulan Kelemahan
1. Pemecahan masalah merupakan teknik 1. Manakala peserta didik tidak
yang cukup bagus untuk lebih memahami memiliki minat atau tidak
isi pelajaran. mempunyai kepercayaan
2. Pemecahan masalah dapat menantang bahwa masalah yang
kemampuan peserta didik serta dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka
memberikan kepuasan untuk menentukan akan merasa enggan untuk
pengetahuan baru bagi peserta didik. mencoba.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan 2. Keberhasilan strategi
aktivitas pembelajaran peserta didik. pembelajaran melalui problem
4. Pemecahan masalah dapat membantu solving membutuhkan cukup
peserta didik bagaimana mentrasfer waktu untuk persiapan.
pengetahuan mereka untuk memahami 3. Tanpa pemahaman mengapa
masalah dalam kehidupan nyata. mereka berusaha untuk
5. Pemecahan masalah dapat membantu memecahkan masalah yang
peserta didik untuk mengembangkan sedang dipelajari, maka
pengetahuan barunya dan mereka tidak akan belajar apa
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka ingin pelajari.
yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap
lebih menyenangkan dan disukai peserta
didik.
7. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan minat peserta didik
untuk secara terus menerus belajar.
2. Problem Solving
A. Pengertian model pembelajaran problem solving

Metode Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara
melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama sama (Alipandie, 1984:105). Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem
Solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk
menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang
ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai
dengan pertanyaan pertanyaan yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran
yang menerapkan metode pemecahan masalah. Dengan demikian problem solving adalah
suatu metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk
menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari
permasalahan itu.

B. Manfaat dan Tujuan dari Metode Problrm solving

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar
untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. metode problem solving
memberikan beberapa manfaat antara lain :

1. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan,


serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
2. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan
bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah

3. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang bener bener dihayati, diminati siswa serta dalam
berbagai macam ragam altenatif

4. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir
objektif mandiri, krisis analisis baik secara individual maupun kelompok

Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian


menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3. Potensi intelektual siswa meningkat.

4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan


penemuan

C. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving

Metode problem solving atau metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar
metode mengajar. Ia juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam problem solving
dapat digunakan metode-metode lain yang dimulai dengan mencari data sampai pada
penarikan kesimpulan. Langkah-langkah penggunaan metode ini sebagai berikut:

Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
sesuai dengan taraf kemampuannya.

Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, dan
berdiskusi.

Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu saja
didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.

Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin bahwa


jawaban tersebut betul-betul cocok.
Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi. (Bahri, 2006: 91-92)

D. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving


Kelebihan pembelajaran problem Merangsang perkembangan
solving antara lain sebagai berikut. kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
Mendidik siswa untuk berpikir
secara sistematis. Dapat membuat pendidikan
sekolah lebih relevan dengan
Melatih siswa untuk mendesain kehidupan,khususnya dunia
suatu penemuan. kerja
Berpikir dan bertindak kreatif. Mampu mencari berbagai jalan
keluar dari suatu kesulitan yang
Memecahkan masalah yang dihadapi.
dihadapi secara realistis
Belajar menganalisis suatu
Mengidentifikasi dan melakukan masalah dari berbagai aspek.
penyelidikan.
Mendidik siswa percaya diri
Menafsirkan dan mengevaluasi sendiri.
hasil pengamatan.

Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.

Memerlukan cukup banyak waktu.

Melibatkan lebih banyak orang.

Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif


E. Pelaksanaan Metode Problem Solving.

Dalam proses Problem Solving terdapat beberapa tahap yang harus disiapkan
mulai dari mempersiapkan masalah sampai cara memecahkan masalah atau solusi dari
masalah tersebut. Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap
strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut.

1. Saya mampu/ bisa (I can): tahap membangkitkan motivasi dan


membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

2. Mendefinisikan (Define): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui,
menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.

3. Mengeksplorasi (Explore): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-


pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan
yang dihadapi.

4. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk


menganalisis masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan
permasalahan yang dihadapi.

5. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkiraan


jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.

6. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali


jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.

7. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan


pertanyaan.(Wena, 2009:57)
Dalam pembelajaran problem solving harus disiapkan permasalahan yang akan
diberikan pada siswa untuk dipecahkan. Cara untuk mempersiapkan permasalahan yang
efektif menurut Alipandie (1984:106) yaitu: problema yang diajukan hendaknya benar-
benar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid,para murid hendaknya
terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta cara-cara
memecahkan masalah yang dimaksud, masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya
bersifat aktuil dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga
menimbulkan motivasi dan minat belajar para murid, disamping bimbingan guru secara
continue hendaknya tersedia sarana pembelajaran yang memadai serta waktu yang cukup
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Dalam pemecahan masalah maka guru harus mempersiapkan permasalahan yang


hendak dipecahkan sesuai dengan kemampuan siswa, yaitu guru harus selektif apakah
permasalahan yang diajukan dapat diselesaikan oleh siswa atau tidak. Sebelum siswa diberi
permasalahan hendaknya guru memberi penjelasan tentang tujuan dari penyelesaian
masalah serta cara-cara atau langkah yang harus dikerjakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Masalah-masalah yang diajukan oleh guru harus sesuai dengan dengan kehidupan
nyata sehingga siswa akan mudah dalam memecahkan masalah tersebut. Selain itu guru
harus menyiapkan sarana dan waktu yang cukup untuk berpikir dan berdiskusi dalam
pemecahan masalah tersebut.

Dengan metode problem solving diharapkan siswa dapat memecahkan masalah-


masalah dalam berbagai mata pelajaran. Metode ini juga dapat melatih siswa untuk bisa
memecahkan masalah yang erat dengan kehidupannya. Karena kemampuan untuk
memecahkan permasalahan sangat diperlukan setiap individu. Dalam proses pemecahan
masalah guru harus membantu siswa untuk memecahkan masalah. Cara yang paling efektif
yakni bila guru memberikan contoh kepada anak cara memecahkan suatu masalah, cara
yang lebih baik ialah memberikan instruksi kepada siswa verbal untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah itu, sedangkan cara yang terbaik adalah memecahkan masalah
itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan
itu maksudnya siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan dari
masalahnya. Dalam proses pemecahan masalah siswa harus memiliki kondisi belajar dalam
diri pelajar dan kondisi dalam situasi belajar. Kondisi dalam diri pelajar merupakan
kemampuannya untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya
yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu. Sedangkan kondisi dalam situasi belajar
merupakan bimbingan oleh anak itu sendiri kepada dirinya dalam hal belajar untuk
mendorong anak untuk mengingat kembali aturan yang diperlukan.

F. Sintak Pembelajaran Problem Solving .

Sintak pembelajaran langsung terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Merumuskan masalah: mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.

2. Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis


masalah dari berbagai sudut.

3. Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat


dan alternatif penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis:


Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram,
gambar atau tabel.

5. Pembuktian hipotesis: kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan


menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.

6. Menentukan Pilihan Penyelesaian: kecakapan membuat alternatif penyelesaian,


kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada
setiap pilihan. Dewey (Gulo, 2002:115)

Pertanyaan

1. Bagaimana penggabungan sekaligus dapat memisahkan dengan jelas


pembelajaran problem based learning dan problem solving?
2. Bagaimana cara meminimalisir kekurangan pembelajaran problem based
learning dan problem solving?
Referensi

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Edisi


Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri
Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo

Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.

Sudirman, dkk.1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya

Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Rineka Cipta
KRITERIA PENILAIAN RESUME
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017

No. Elemen Skor Penilaian


Maks Diri Teman Dosen
I. Identitas Resume
1 Judul resume 5
2 Keperluan ditulisnya resume 2
3 Nama penulis resume 2
4 Tempat dan waktu penulisan resume 1

II. Bagian Teks Utama Resume


5 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
Relevan dengan topik bahasan yang 15
dipaparkan pada RPS
Berisi point-point penting yang berkaitan 20
dengan topik bahasan
Beragam konsep dieksplor dari banyak 15
sumber (> 5 sumber bu-
ku atau artikel)
Menyajikan hasil eksplorasi berupa 15
konsep yang relevan dengan konsep yang
dipelajari
Gambar/diagram/foto yang disertakan 10
Memunculkan pertanyaan-pertanyaan 15
penting dari hasil resume

Jumlah Skor Maksimal 100

Vous aimerez peut-être aussi