Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

THYPOID ABDOMINALIS

A. PENGERTIAN

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan
mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-
duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. ETIOLOGI
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia,
nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus,
perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b
dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)
C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu,
buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi
penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan
kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru
S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan
orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara
garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai
penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput
kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono,
dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran anak
tangga. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss
& Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal) 100%
- Kurang enak di perut 50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
- Berak-berak 50%
- Muntah 50%
Gejala:
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik 60%
- Letargik 60%
- Lidah tifus (kotor) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri


Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella
typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri

Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri

Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan


secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol


dan 80 mg trimetoprim)

4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan
selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6. Golongan Fluorokuinolon

Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan
dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti
S, 2001)

G. KOMPLIKASI

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,


bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita
demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan
umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan
denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi
seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella.
Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi
pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada
penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Data

1. Nama kepala keluarga : Tn. D

2. Umur : 38 Tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Jl.Mangga No.7, Parepare

5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Wiraswasta

7. Komposisi keluarga : 5 orang

No Nama L/P Hubumga Umur Pendidikan Pekerjaa Keteranga


. n n n

1 Ny.K P Istri 40 SMA IRT Sehat

2 An.Z L Anak 17 SMA Siswa Sehat

3 An.S P Anak 15 SLTP Siswa Sehat

4 An.L L Anak 10 SD Siswa Sehat

GENOGRAM

GI

GII

GIII
Ket : Lkh = Laki-laki = Meninggal

= Perempuan = Garis keturunan

= Klien ---- = Tinggal serumah

8. Tipe keluarga : Keluarga inti

9. Suku : Bugis

10.Agama : Islam

11. Status social : Rp 1.500.000,- / bulan. Menurut keluarga tidak


cukup

12.Rekreasi : Nonton TV

B.RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Riwayat perkembangan keluarga saat ini adalah tahap mengasuh anak

2. Keluarga ini terbentuk kurang lebih 20 tahun yang lalu

3. Keluarga ini dikaruniai 3 anak. Semua anggota keluarga sehat kecuali TnD
yang menderita Typoid abdominalis. Dahulu hingga sekarang, bila ada anggota
keluarga yang sakit.keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas .
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan.

4.

C.STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi dalam keluarga yaitu musyawarah.

2. Struktur peran, Tn R merasa tetap sebagai kepala keluarga.


3. Nilai-nilai dalam keluarga adalah kejujuran dan keterbukaan, tidak ada konflik
nilai dalam keluarga

4.

D. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi efektif

Anggota keluarga bekerja sama satu sama lain

2. Fungsi sosialisasi

Anggota keluarga yang paling berperandalam mengasuh anak adalah ibu di bantu
dengan kepala keluarga

3. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga yakin akan kesehatan, jika ada anggota keluarga yang sakit mereka
menggunakan fasilitas kesehatan baik puskesmas ataupun rumah sakit.

4. Fungsi reproduksi

Tidak ingin punya anak lagi, ikut KB, hubungan suami istri masih tetapi jarang

5. Fungsi ekonomi

Penghasilan tidak tetap, saat ini keluarga dicukupi dari penghasilan lain.

E.STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor yang dimiliki

Sejak 5 hari yang lalu TnD tidak beraktifitas seperti biasanya.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Pasrah terhadap keadaan sekarang

3. Strategi koping yang dilakukan

Keluarga menerima apa adanya


F. KEADAAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah

a. Jenis rumah yaitu permanen

b. Luas rumah lebar 10 m ,panjang 6 m, terdiri dari 4 kamar tidur

c. Status kepemilikan rumah adalah milik sendiri

d. Atap rumah menggunakan genteng

e. Ventilasi cukup

f. Cahaya matahari yang masuk dapat menerangi rumah

g. Lantai keramik

2. Kebersihan rumah

a. Halaman

Jarak antara rumah dengan jalan setapak kira-kira 3 m

b. Ruang tamu

Tertata dengan baik dan teratur

c. Ruang tidur

Teratur dan bersih

d. Ruang makan

Tertata rapih

e. Kamar mandi ada yang terletak di samping rumah

3. Pemakaian air

a. Keluarga menggunakan air dari PAM

b. Keadaan fisik air : jernih

4. Pembuangan limbah keluarga


a. Tempat pembuangan limbah keluarga melalui pipa dan mengalir keluar ke
saluran air yang ada disamping rumah

b. Keadaan saluran (selokan / parit) lancar

5. Pembuangan sampah terakhir

Sampah dimasukkan kedalam kantong plastic lalu di bungkus dan dibuang di bak
penampungan sampah

6. Hewan ternak

Keluarga tidak memiliki hewan ternak

7. Denah rumah

Kamar Kamar R. Makan

Kamar

R. keluarga

Kamar R. tamu Dapur

G. PENGKAJIAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

1. Riwayat kesehatan medis anggota keluarga

a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yaitu influensa,


batuk, dan demam

b. Keluhan anggota keluarga yang mengalami masalah yaitu klien TnD


mengalami cedera kepala sejak 5 hari yang lalu, karakteristik nyeri hilang
timbul. Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
bawah dan klien mengatakan napsu makan kurang

c. Upaya keluarga dalam mengatasinya adalah keluarga segera membawa


klien ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan

2. Riwayat tumbuh kembang balita

a. Perkembangan balita dalam keluarga ini mengikuti perkembangan sesuai


dengan tahap perkembangan balita pada umumnya sesuai dengan umurnya
b. Perkembangan motorik halus mulai pada umur 2 bulan

c. Perkembangan sosialisasi bayi pada umur 6 bulan

d. Status gizi bayi cukup

e. Waktu pemberian makanan tambahan pada umur 4 bulan

f. Status imunisasi

N NAM UMU BC DP HP.B POLI CAMPAK KET


O A R G T O

1 AnZ 17 1x 3x 3x 4x 1x Puskesma
s

2 AnS 15 1x 3x 3x 4x 1x Puskesma
s

3 AnL 10 1x 3x 3x 4x 1x Puskesma
s

3. Keluarga berencana

NyK menggunakan alat kontrasepsi yaitu suntikan setiap 3 bulan

4. Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga yang bermasalah

Anggota keluarga yang menderita typoid abdominalis

a. Keadaan umum klien

KU = lemah

Kesadaran = composmentis

GCS = 15

Respon membuka mata : 5


Respon motorik :6

Respon verbal :4

b. Tanda-tanda vital

TD = 120 / 70 mmHg N = 80 x / menit

S = 36,6 C P = 20 x / menit

c. Kulit

Inspeksi : tampak sawo matang

Palpasi : turgor kulit baik

d. Kepala

Inspeksi : rambut berwarna hitam, penyebaran rambut merata

Palpasi : tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

e. Muka

Inspeksi : klien tampak lesu, ekspresi wajah tampak meringis

Palpasi : tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

f. Mata

Inspeksi : palpebra tidak tampak oedema

sclera tidak ikterus

konjungtiva tidak anemis

pergerakan bola mata mengikuti perintah

Palpasi : tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

g. Hidung

Inspeksi : tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya polip
Palpasi : tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

h. Telinga

Inspeksi : tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya


serumen

Palpasi : tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

i. Mulut

Inspeksi : lidah tampak kotor

j. Leher

Inspeksi : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan thyroid

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe dan thyroid

k. Thorax

Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan

pergerakan dada mengikuti pernapasan

tipe pernapasan vasikuler

Palpasi : vocal premitus kiri dan kanan seimbang

tidak teraba adanya massa / nyeri tekan

Perkusi : sonor di kedua paru-paru

Auskultasi : tidak terdengar adanya suara tambahan

l. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada ics IV dan V

Perkusi : pekat pada jantung

Auskultasi : BJ I dan BJ II murni


m. Abdomen

Inspeksi : permukaan abdomen datar

pengembangan diafragma mengikuti irama pernapasan

Palpasi : teraba adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah

Perkusi : tympani pada abdomen

Auskultasi : peristaltik usus 5 x / menit

n. Genetalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

o. Ekstermitas

a) Atas

Motorik : pergerakan kedua lengan baik

kekuatan otot baik

tonus otot baik

Refleks : bisep kiri dan kanan normal

( fleksi sebagian dan pronasi pada otot bisep)

trisep kiri dan kanan normal

(ekstensi bila diketok pada otot trisep)

Sensorik : kedua ekstermitas atas dapat merasakan nyeri

dapat merasakan suhu panas / dingin

dapat membedakan kasar / halus

b) Bawah
Motorik : pergerakan kedua kaki sama

kekuatan otot baik

tonus otot baik, tidak ada atropi otot

Refleks : gerakan ekstensi dari lutut, gerakan flantar fleksi kaki

Sensorik : kedua ekstermitas bawah dapat merasakan nyeri

dapat merasakan suhu panas / dingin

dapat membedakan kasar / halus

p. Status neurologi

a) nervus I ( olfaktorius)

klien bisa membedakan bau yang diberikan

b) nervus II (optikus)

klien mampu mengikuti gerakan benda yang digerakkan

c) nervus III, IV, VI( okulamotorius, toklearis, abducen)

reaksi pupil terhadap cahaya mengecil

dapat menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah

d) nervus V (trigeminus)

refleks kornea normal, mengedip bila dilakukan rangsangan

e) nervus VII (facialis)

mampu mengikuti gerakan wajah yang diberikan

f) nervus VIII (acustikus)

klien mampu mendengar dengan baik

g) nervus IX dan X (glussfaringes dan vagus )

refleks menelan baik, refleks muntah ada


h) nervus XI (accesorius)

mampu memalingkan wajah kiri dan kanan, mampu mengangkat bahu

i) nervus XII (hipoglosus)

lidah tampak kotor

KLASIFIKASI DATA

DATA KESEHATAN KLIEN

Typoid abdominalis

a) Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah

Klien mengatakan napsu makan kurang

b) Data objektif

Ekpresi wajah tampak meringis

Lidah tampak kotor

Refleks muntah ada

Nyeri tekan pada perut bagian bawah

Observasi TTV

TD = 120 / 70 mmHg N = 80 x / menit

S = 36.6 C P = 20 x / menit

ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah

1 DS: Invasi salmonella typasa Perubahan


nutrisi kurang
Klien mengatakan nyeri dari kebutuhan
pada daerah perut bawah
Masuk melalui mulut
Klien mengatakan napsu
makan kurang

DO: merangsang saluran cerna


bagian atas (mulut &
Ekpresi wajah tampak lambung)
meringis

Lidah tampak kotor


muncul bau mulut #sedap
(lidah kotor), tertutup
Refleks muntah ada selaput putih

Nyeri tekan pada perut


bagian bawah
fungsi pengecap pada lidah
Observasi TTV menurun

TD = 120 / 70 mmHg

S = 36,6 C anoreksia

N = 80 x / menit

P = 20 x / menit intake kurang

perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan

PRIORITAS MASALAH KESEHATAN


NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN
1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan memerlukan
Ancaman tindakan yang mungkin untuk
mencegah komplikasi
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 2 Keluarga menggunakan sarana
diuabah kesehatan bila ada anggota
Mudah keluarga yang sakit
3 Potensi masalah untuk dicegah 3/3 x 1 1 Terjadinya masalah dapat di
Tinggi cegah atau diatasi dengan terapi
dan berobat secara teratur
4 Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Anggota keluarga merasa
Harus segera ditangani masalah tersebut harus segera
diatasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DATA MASALAH MASALAH TUJUAN INTERVENSI KRITERIA
O KESEHATAN KEPERAWATAN HASIL
1 DS: Trauma capitis 1)Ketidakmampua 1. Tujuan umum 1.kaji pola 1.dengan
n keluarga dalam Menunjukkan makan klien mengkaji
Klien melakukan kebutuhan nutrisi klien
mengata tindakan yang tepat teratasi sehingga
kan nyeri karena kurang dapat
pada memahami tentang 2.Tujuan khusus menentukan
daerah penyakit trauma Klien dan intervensi
perut capitis keluarga dapat selanjutnya
bawah memenuhi
2)ketidakmampuan kebutuhan nutrisi 2.beri bubur 2.untuk
Klien keluarga saring TKTP memenuhi
mengata memutuskan suatu kebutuhntri
kan keputusan yang nusi bagi
napsu tepat untuk tubuh &
makan mengatasi masalah untuk
kurang kesehatan menghidari
komplikasi
DO: perdarahan
usus
Ekpresi
3.anjurkan 3.menguran
wajah
klien makan gi
tampak
sedikit tapi kejenuhan
meringis
sering dan
kesempatan
Lidah
usus untuk
tampak absorsi
kotor makanan
dengan
Refleks banyak
muntah
ada 4.jelaskan 4.untuk
tentang memenuhi
Nyeri pentingnya kebutuhan
tekan makanan untuk nutrisi serta
pada proses membantu
perut penyembuhan penyembuh
bagian an
bawah

Observa
si TTV 5.kalaborasi 5.untuk
dengn dokter memenuhi
TD = pemberian kebutuhan
120 / 70 suplemen nutrisi &
mmHg vitamin menambah
napsu
S = makan
36,6 C
6.HE pada 6.meminim
N = 80 klien tentang alisir &
x / menit penyebab mengurangi
thypoid kecemasan
P = 20 klien
x / menit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI / TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


DX

1. Jumat/23 juni 2005 09.35 1.mengkaji pola makan klien


Hasil:-Diit lunak (bubur)
-Porsi makanan yang diberikan tidak dihabiskan

09.50 2.memberi bubur saring TKTP


Hasil:Keluarga memberi makan klien dengan bubur saring & mau
melaksanakan semua anjuran perawat

10.00 3.menganjurkan klien makan sedikit tapi sering


Hasil: Kliem mau melaksanakan anjuran yang diberikan oleh perawat

10.10 4.Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan


Hasil:Klien mengerti & mau melaksanakan anjuran yang diberikan oleh
perawat

10.12 5.berkalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin


Hasil : -

10.20 6.HE pada klien tentang penyebab thypoid


Hasil :Klien mengerti dengan HE yang diberikan oleh perawat

2. Sabtu/24 juni 2005 09.30 1.mengkaji pola makan klien


Hasil:-Diit lunak (bubur)
-Porsi makanan yang diberikan tidak dihabiskan

10.00 2.memberi bubur saring TKTP


Hasil:Keluarga tampak memberi makan klien dengan bubur saring

10.10 3.menganjurkan klien makan sedikit tapi sering


Hasil: Klien melaksanakan anjuran yang diberikan oleh perawat

10.20 4.Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan


Hasil:Klien mengerti & melaksanakan anjuran yang diberikan oleh
perawat

10.30 5.berkalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin


Hasil : -
10.40 6.HE pada klien tentang penyebab thypoid
Hasil :Klien mengerti dengan HE yang diberikan oleh perawat

3. Minggu /25 juni 09.00 1.mengkaji pola makan klien


2005 Hasil:-Diit lunak (bubur)
-Porsi makanan yang diberikan tidak dihabiskan

09.20 2.memberi bubur saring TKTP


Hasil:Keluarga masih memberi makan klien dengan bubur saring

09.40 3.menganjurkan klien makan sedikit tapi sering


Hasil: Kliem melaksanakan anjuran yang diberikan oleh perawat

10.00 4.Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan


Hasil:Klien melaksanakan anjuran yang diberikan oleh perawat

5.berkalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin


10.10 Hasil : -

6.HE pada klien tentang penyebab thypoid


10.20 Hasil :Klien mengerti dengan HE yang diberikan oleh perawat
EVALUASI KEPERAWATAN

NO HARI / TANGGAL JAM EVALUASI KEPERAWATAN


DX
1 Jumat 12:10 S : Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah
23 Juni 2005
Klien mengatakan napsu makan kurang

O: Ekpresi wajah tampak meringis

Lidah tampak kotor

Refleks muntah ada

Nyeri tekan pada perut bagian bawah

Diit lunak TKTP

Observasi TTV :

TD = 120 / 70 mmHg S = 36,6 C

N = 80 x / menit P = 20 x / menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji pola makan klien


2. Beri bubur saring TKTP
3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
4. Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses
penyembuhan
5. Kalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin
6. HE pada klien tentang penyebab thypoid

2. Sabtu / 24 juni 12.00 S : Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah
2005 Klien mengatakan napsu makan kurang sudah ada

O: Ekpresi wajah masih tampak meringis


Nyeri tekan pada perut bagian bawah

Diit bubur TKTP

Observasi TTV :

TD = 120 / 70 mmHg S = 36,6 C

N = 80 x / menit P = 20 x / menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji pola makan klien


2. Beri bubur saring TKTP
3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
4. Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses
penyembuhan
5. Kalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin
6. HE pada klien tentang penyebab thypoid

S : Klien mengatakan napsu makan kurang


O: Ekpresi wajah tampak rileks

3. Minggu / 25 juni 12.00 Diit bubur TKTP


2005
Observasi TTV :

TD = 120 / 70 mmHg S = 36,6 C

N = 80 x / menit P = 20 x / menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan

1. Kaji pola makan klien


2. Beri bubur saring TKTP
3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
4. Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses
penyembuhan
5. Kalaborasi dengn dokter pemberian suplemen vitamin
6. HE pada klien tentang penyebab thypoid

Vous aimerez peut-être aussi