Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengertian Piutang
Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset lancar merupakan aset yang
paling diharapkan akan direalisasi dalam siklus aset operasi berjalan. Apabila ditinjau
dari sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi dua kategori, sebagai berikut:
1. Piutang usaha
Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena adanya penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang ini
seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam aset lancar, dengan syarat jangka waktu
penagihan kurang dari satu tahun atau satu siklus usaha normal.
2. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan.
Piutang ini diharapkan akan terealisasi dalam waktu satu tahun.
Apabila dasar yang digunakan adalah golongan umur piutang pada akhir periode,
maka pada akhir periode perusahaan harus membuat daftar umur piutang seperti contoh
berikut:
Dari data daftar umur piutang di atas kemudian diolah dan diklasifiksikan sesuai
persentase piutang tidak tertagih seperti contoh berikut:
Dari perhitungan tersebut, maka besarnya penyisihan piutang tidak tertagih perusahaan
sebesar Rp 3.050.000,00.
2. Atas Dasar Saldo Penjualan
Seperti cara sebelumnya, cara ini juga dilakukan dengan menetapkan persentase
tertentu terhadap penjualan. Dasar yang digunakan dapat menggunakan penjualan
kredit atau total penjualan. Sebagai contoh, total penjuala kredit tahun 2011 Rp
1.400.000,00. Persentase penyisihan yang ditetapkan perusahaan 2% dari penjualan.
Besarnya saldo penyisihan piutang tidak tertagih (2% x Rp 1.400.000,00) = Rp
2.800.000,00, sedangkan biaya piutang tak tertagih juga sama, yaitu (2% x Rp
140.000.000,00) = Rp 2.800.000,00.
Apabila cara ini yang digunakan, maka jumlah penyisihan sam dengan yang
dibebankan sebagai biaya.
Demikian pula sebaliknya apabila saldo debit akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih
sebesar Rp 1.000.000,00, maka ayat jurnal pnyesuaian yang dibuat adalah sebagai
berikut:
Bila dasar saldo penjualan yang digunakan, maka besarnya piutang tidak tertagih yang
dibebankan sama dengan penyisihannya, maka pembebanan dibuat adalah ayat jurnal
seperti berikut ini:
G. Penghapusan Piutang
Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dibentuk sebagai cadangan
kemungkinan rugi akibat piutang tidak tertagih. Kenyataan dalam periode tertentu
piutang perusahaan nyata-nyata tidak dapat ditagih karena pailit atau sebab lain, maka
piutang tersebut harus dihapuskan. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
Saldo Piutang Usaha per 31 Desember 2014 Rp 40.000.000,00
Saldo Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp 7.500.000,00
Pada bulan Januari tahun 2015 ternyata piutang kepada Tn. Yaman sebesar Rp
10.000.000,00 tidak dapat ditagih.
Ayat jurnal yang dibuat pada saat penghapusan piutang adalah sebagai berikut:
Pelu diperhatikan bahwa atas penghapusan piutang telah didebit pada akun
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dan tidak pada akun Biaya. Pembebanan akibat
piutang tidak dapat ditagih telah dilakukan pada waktu pembentukan penyisihan.
Bagaimana selanjutnya apabila piutang yang telah dihapuskan ternyata debitur
melunasi utangnya, maka dapat dibuat ayat jurnal sebanyak dua kali, yaitu sebagai
berikut:
1. Penyisihan dengan menimbulkan kembali saldi piutang
H. Akuntansi Pajak
Dalam pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang pajak penghasilan telah mengatur
pembebanan sebagai biaya atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau lebih
dikenal dengan penghapusan piutang dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya pada laporan laba rugi komersial
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau adanya
perjanjian tetulis mengenai penghapusan piutang /pembebasan utag antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dala perhitungan umum atau
khusus, atau adanya pengakuan dari debitu bahwa utangnya telah dihapuskan untuk
jumlah utang tertentu.
Batasan untuk debitur kecil lainnya yaitu diukur dengan jumlah yang tidak
melebihi Rp 5.000.000,00. Praktik-praktik akuntansi komersial tetap diikuti oleh
akuntansi pajak, tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam hal penyisihan misalnya sales
return and allowance, tidak diperkenankan untuk tujuan pajak. Pajak lebih menekankan
keadaan yang sebenarnya dan bukan antisipasi melalui pembentukan
cadangan/penyisihan. Demikian juga terhadap piutang yang diragukan untuk dapat
ditagih, sesuai ketentuan akuntansi komersial, jumlah piutang yang diragukan tersebut
akan dihapus dari pembukuan dan dibebankan kepada cadangan/penyisihan.
Pengecualian yang memperkenankan pembentukan atau pemupukan dana
cadangan pembentukan seperti:
1. Cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalur kredit, sewa dengan hak opsi, perubahan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
badan penyelenggara jaminan sosial;
3. Cadangan penjamin untuk lembaga penjamin simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk kehutanan;
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan Tempat Pembuangan Limbah Industri
untuk usaha pembuangan limbah industri.
Dalam hal cadangan piutang tidak tertagih atau seluruhnya dipakai untuk
menutupi kerugian, maka kelebihan cadangan diperhitungkan sebagai penghasilan.
Demikian pula sebaliknya apabila cadangan tidak mencukupi, maka kekurangan
diperhitungkan sebagai kerugian.