Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN KARDIOMIOPATI

A. Konsep dasar

1. Defenisi

Kardiomiopati adalah setiap penyakit atau cedera pada jantung yang tidak
berhubungan dengan penyakit arteri koroner, hepertensi, atau malformasi
congenital. Kardiomiopati dapat terjadi setelah suatu infeksi jantung, akibat penyakit
otoimun, atau setelah individu terpajan toksin tertentu, termasuk alcohol dan banyak
obat anti kanker. Kardiomiopati dapat terjadi secara idiopatik. (Corwin, 2009).
Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokardium yang menyerang otot jantung
(miokard) dan penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, hampir pada setiap
penyakit, miokardium jantung dapat turut berubah secara berangsur-angsur. Begitu
juga pada penyakit jantung bawaan atau yang didapat, bisa menyebabkan
terjadinya hipertrofi otot jantung. Berbagai keadaan ekstrakardial, misalnya: anemia,
tirotoksikosis, beri-beri, infeksi, dan berbagai penyakit sistemik seperti lupus
eritematosus diseminata, dan periarteritis nodosa dapat mempengaruhi
miokard. (Muttaqin, 2009).

2. Klasifikasi

1. Menurut Goodwin, berdasarkan kelainan pathofisiologinya, terbagi atas


terbagi atas kardiomiopati kongestif/dilatasi, kardiomiopati hipertrofik ,
dan kardiomiopati restriktif. (Mansjoer, et.al 2000).
2. Kardiomiopati dilatasi/kongsetif
3. Penyakit miokard yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung
dan gagal jantung kongestif akibat berkurangnya fungsi pompa sistolik
secara progresif serta meningkatkan volume akhir diastolic dan sistolik.
4. Kardiomiopati hypertrofi
5. Suatu penyakit dimana terjadi hypertrofi septum interventrikular secara
berlebihan aliran darah keluar dari ventrikel kiri terhambat.
6. Kardiomiopati restriktif
7. Suatu penyakit dimana terjadi kelainan komposisi miokardium sehingga
menjadi lebih kaku sehingga pengisian kapiler kiri terganggu, mengurangi
curah jantung, dan meningkatkan tekanan pengisian ventrikel kiri.

3. Etiologi

a. Kardiomiopati Dilatasi / Kongestif


Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan
ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol berlebihan,
graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan
fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa
tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati
dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk,
terutama bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari pasien yang
dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah
kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa
penyebab yang pasti serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam
beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan
penyebab kardiomiopati dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada
banyak penyakit distrofi muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang
berbeda dan unik, ini terdiri dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial
kanan dengan rasio R / S lebih dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q
yang dalam di daerah ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada
bentuk distrofi muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan
kardiomiopati dilatasi seperti derivat antrasiklin, khususnya doksorubisin
(adriamnyan) yang diberikan dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2 untuk
doksorubisin) dapat menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis
tinggi dapat menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.

b. Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada
amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia,
fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis
endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui
yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi
fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel

c. Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar,
rangsanga katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang
menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan
kolagen.

4. Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Sedangkan kardiomiopati merupakan sekelompok


penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.
Kardiomiopati digolongkan berdasarkan patologi, fisiologi dan tanda klinisnya.
Penyakitnya ini dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. kardiomiopati dilatasi atau kardiomiopati kongestif
2. kardiomiopati hipertropik
3. kardiomiopati restriktif.

Kardiomiopati yang sering terjadi adalah kardiomiopati kongestif. Penyakit ini


ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan
penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.
Pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen
kontratil serat otot. Penyebab kardiomiopati jenis ini adalah konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Kardiomiopati hipertropi jarang terjadi. Pada kardiomiopati ini, masa otot jantung
bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan ukuran septum
yang dapat menghambat aliran darah darim atrium ke ventrikel. Kategori ini dapat
dibagi menjadi jenis obstruktif dan nonobstruktif.
Kardiomiopati restriktif adalah jenis terakhir dan kategori yang paling jarang terjadi.
Bentuk ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan volumenya. Kelainan ini
dapat dihubungkan dengan amiloidosis(amiloid suatu protein tertimbin dalam sel)
dan penyakit infiltratif lain.
Tanpa memperhatikan perbedaanya masing-masing, fisiologi kardiomiopati
merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya
gangguan pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin
berkurang, maka terjadi stimulasi syaraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan
tahanan vasular sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung dengan berbagai
penyebabnya, ventrikel kiri akan membesar untuk mengakomodasi kebutuhan yang
kemudian juga akan mengalami kegagalan. Biasanya yang menyertai proses ini
adalah kegagalan ventrikel kiri.

5. Manifestasi klinis

Secara umum kardiomiopati dapat terjadi pada semua umur baik pria maupun
wanita. Kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini pertama kali datang dengan
gejala dan tanda gagal jantung. Gejala yang pertama kali timbul adalah: dispneu
saat beraktifitas, paroksismal nocturnal dispneu(PND), batuk dan mudah lelah.
Kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian tubuh
bawah, pembesaran hepar dan takikardi adalah hal-hal yang biasanya ditemukan
pada pemeriksaan fisik.

1. Manifestasi klinis pada kardiomiopati kongestif/dilatasi


Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gejala gagal
jantung kanan. Dapat terjadi nyeri dada karena peningkatan kebutuhan oksigen.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gagal jantung kongestif. Biasanya
terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.

2. Manifestasi klinis pada kardiomiopati hipertrofik


Pasien mengeluh nyeri dada yang tak berhubungan dengan aktivitas. Sinkop dan
dispnea dapat terjadi setelah beraktivitas. Terdapat gejala-gejala gagal jantung
kongestif.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran jantung ringan dan bising ejeksi
sistolik yang berubah-ubah, bisa hilang atau berkurang bila pasien berubah posisi
dari berediri lalu jongkok.

3. Manifestasi klinis pada kardiomiopati restriktif


Biasanya ditemukan gejala dan tanda gagal jantung kanan dan kiri.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Dilatasi Restriktif Hipertrofi
Rontgen Pemeriksaan jantung sedang-Ringan. Ringan sampai
besar (kar-diomegali) terutama Hipertensi vena pul-monal. sedang terutama
ventrikel kiri pembesaran atrium
Hipertensi vena pul-monal. kiri.
EKG Kelainan ST-T Voltase rendah. Kelainan ST-T,
Sinus takikardia Defek konduksi hiper-trofi ventrikel
Aritmia atrial dan ventrikel. kiri, Q abnormal.
Echokardio-gram Hipertrofi septal-asimetrikPenebalan dinding ventrikelHipetrofi septum
dilatasi dalam dan disfungsikiri sistolik normal. asi-metris (ASH)
ventrikel kiri. Gerakan katup
mitral ke muka saat
sistolik (SAM)
Radio nuklir Dilatasi dan dis-Fungsi sistolik nor-mal (RVG) Fungsi sistolik kuat
fungsi ventrikel kiri (RVG) Infiltrasi otot jan-tung (RVG, ASH, (RVG
atau T1)) ventrikel
kiri ingeal atau
normal.

Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsiFungsi sistolik nor-mal atauFungsi sistolik


ventrikel kiri. peningka-tan tekanan pengi-Obstr. Saluran /
Elevasi tekanan ven-trikel sian kanan dan kiri. aliran ventrikel kiri.
kanan dan kiri. Elevasi tekanan
Curang jantung me-nurun. ven-trikel kanan
dan kiri.

7. Penatalaksanaan

Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan kardiomiopati adalah sebagai berikut:


1) Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Dilatasi/Kongestif
Tidak ada pengobatan spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai
penyebab. Namun jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif.
Yang terbaik adalah transplantasi jantung.

2) Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Hipertrofik


Yang utama adalah penggunaan penghambat beta adrenergik, misalnya propanolol,
yang memiliki efek menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel dan mencegah aritmia.
Golongan antagonis kalsium, seperti verapamil, dapat pula dipakai meski harus
berhati hati pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan
peace-maker.
Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya,
terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena
dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.

3) Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Restriktif


Sulit diobati, tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Dapat diberikan obat
sistematik berupa diuretik untuk mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama
diberikan obat anti aritmia.
8. Komplikasi

Menurut Brunner & Suddarth, komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:


- Gagal jantung.
- Syok kardiogenik.
- Disritmia

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan untuk pasien dengan riwayat yang lengkap sehubungan


dengan tanda dan gejala yang ada.karena masalahnya bersifat kronis, maka riwayat
psikososial amt bersifat penting.sistem dukungan keluarga harus diidentifikasi sedini
mungkin dan dilihatkan dalam pentalaksanaan pasien. Pengkajian fisik yang
dilakukan harus ditujukan untuk gejala dan gagal jantung kongestif. Evaluasi status
volume cairan yang cermat, tanda vital (mencakup perhitungan tekanan nadi) dan
askultasi adanya S3 sangat penting sebagai dasar pengkajian. Dokter
menempatkan pasien di ruangan monitor jantung.namun bila diagnosa sudah
ditegakan atau disritmia yang terjadi tidak terlalu berat maka pasien tidak perlu
dipantau. Beratnya gagal jatung akan menetukan apakah pasien perlu dirawat di
unit perawatan kritis.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan patofisiologi dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan


utama untuk klien ini adalah:
a. Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru
b. Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik
d. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan
e. Resiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan
tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai

3. Intervensi keperawatan

Tujuan utama mencakup mencegah mengurangi resiko penurunan curah jantung,


meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah
paham terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi
program perawatan dini dan mencegah komplikasi
1) Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru
sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal16-20 kali/menit,
respon batuk berkurang
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi napas Indikasi udema paru sekunder akibat
(kreakles) dekompensasi jantung

2. Kaji adanya udema Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume cairan


3. Ukur intake dan output Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urine
4. Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan
gangguan keseimbangan cairan
5. Pertahankan pemasukan Memenuhi kebutuhan tubuh orang dewasa, tetapi
total cairan 2000 ml/24 jam memerlukan pembatasan dengan adanya
dalam intoleransi dekompensasi jantung
kardiovaskuler
6. Kolaborasi: Natrium meningkatkan retensi cairan dan
a. Berikan diet tanpa garam meningkatkan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
b. Berikan diuretic, Contoh; Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
furosemide, sprinolakton, plasma dan menurunkan retensi cairan di
hidronolakton. jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya
udema paru
c. Pantau data laboratorium Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
elektrolit kalium

2) Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan


dengan menurunnya curah jantung
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria : Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3
detik, urine > 600 ml/ hari
Intervensi Rasional
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi
lengan, ukur dalam keadaan ventrikel. Hipertensi juga fenomena umum
berbaring, duduk, atau berdiri bila yang berhubungan dengan nyeri cemas,
memungkinkan sehingga terjadi pengeluaran katekolamin
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui derajat hipoksemia dan
nadi perifer, dan diaforesis secara peningkatan tahanan perifer.
teratur.
3. Kaji kualitas peristaltik, jika Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap
diperlukan pasang sonde fungsi saluran cerna serta dampak
penurunan elektrolit.
4. Kaji adanya kongesti hepar pada Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika
abdomen kanan atas berat, akan ditemukan adanya tanda
kongestif
5. Pantau urine output Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya produksi urine, pemantauan
yang ketat pada produksi urine < 600 ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik

6. Catat murmur Menunjukan gangguan aliran darah dalam


jantung, kelainan katub, kerusakan septum,
atau fibrasi otot papilar.
7. Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukan komplikasi distritmia
8. Berikan makanan kecil /mudah makanan besar dapat meningkatkan kerja
dikunyah, batasi asupan kafein. miokard. Kafein dapat merangsang langsung
ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
9. Kolaborasi: Jalur yang paten penting untuk pemberian
Pertahankan cara masuk heparin obat darurat.
IV) sesuai indikasi.
3) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuha sekunder akibat penurunan curah jantung.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klian terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas.
Kriteria : Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa
gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi Rasional
1. Catat frekuensi jatung, irama; serta Respon klien terhadap aktivitas dapat
perunahan tekanan darah selama mengindikasikan penurunan oksigen
dan sesudah aktivitas miokard.
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, Menurunkan kerja miokard / konsumsi
dan berikan aktivitas senggang yang oksigen
tidak berat.
3. Anjurkan klien untuk menghindari Dengan mengejan dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan abdomen, bradikardi, menurunkan curah jantung
misalnya: mengejan saat defekasi. takikardi, serta peningkatan TD
4. Jelaskan pola peningkatan bertahap Aktivitas yang maju memberikan control
dari tingkat aktivitas. Contoh: Bangun jantung, meningkatkan regangan, dan
dari kursi bila tak ada nyeri, mencegah aktivitas berlebihan.
ambulasi,dan istirahat selama 1 jam
setelah makan.
5. Pertahankan klien tirah baring Untuk mengurangi beban jantung.
sementara sakit akut.
6. Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan aliran vena balik
tinggikan kaki klien
7. Pertahankan rentang gerak pasif Meningkatkan kontraksi otot sehingga
selama sakit kritis membantu aliran vena balik.
8. Evaluasi tanda vital saat kemajuan mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan
aktivitas terjadi. dengan aktivitas.
9. Berikan waktu istirahat diantara waktu Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi
aktivitas tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung.
10. Pertahankan penambahan O2 sesuai. Untuk meningkatkan oksigen jaringan.
11. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, Melihat dampak dari aktivitas terhadap
sianosis, kerja dan frekuensi napas, fungsi jantung.
serta keluhan subyektif
12. Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan
( pembatasan air dan Na) udema akibat penurunan kontraktilitas
jantung
13. Rujuk ke program rehabilitasi jantung Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidaknyamanan karena
iskemia.

4) Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,


ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Kriteria : Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal
perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang
mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi Rasional
1. Bantu klien mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan
marah, kehilangan, dan takut. dampak serangan jantung
selanjutnya.
2. Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/non verbal dapat
kecemasan, damping klien, dan lakukan menunjukan rasa agitasi, marah, dan
tindakan bila menunjukan perilaku gelisah.
merusak.
3. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerjasama dan
mungkin memperlambat
penyembuhan.
4. Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tidak perlu.
yang tenang dan suasana penuh istirahat.
5. Tingkatkan control sensasi klien Kontrol sensasi klien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang
keadaan klien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumber-
sumber koping ( pertahanan diri) yang
positif, membantu latihan relaksasi
dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respon umpan balik yang
positif

6. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat emnurunkan


dan aktivitas yang diharapkan. kecemasan
7. Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan keteganggan
mengungkapkan ansietasnya. terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
8. Berikan privasi untuk klien dan orang Memberi waktu untuk
terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan perilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih klien
melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
9. Kolaborasi: Meningkatkan relaksasi dan
Berikan anti cemas sesuai indikasi: menurunkan kecemasan
Diazepam

5) Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan


aturan terapeutik, tidak mau menerima pola hidup yang sesuai.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam klien mengenal fakto-faktor yang
menyebabkan peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria: Klien secara subyektif menyatakan bersedia dan termotivasi
untuk melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima
perubahan pola hidup yang evektif, klien mampu mengulangi factor-
faktor resiko kekambuhan
Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor yang Keluarga terdekat apakah suami/istri atau anak
mendukung pelaksanaan yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi
terapeutik pengawas klien dalam menjalankan pola hidup
yang efektif selama klien di rumah dan memiliki
waktu yang optimal dalam menjaga klien
2. Berikan penjelasan Setelah mengalami serangan akut, perawat perlu
penatalaksanaan terapeutik menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan
lanjutan tujuan dapat:
Membatasi progresivitas kegagalan jantung ;
Meningkatkan perawatan diri;
Menurunkan kecemasan
Mencegah aritmia dan komplikasi.
3. Menyarankan kepada Memudahkan klien dalam memonitor status
keluarga agar memanfaatkan kesehatannya
sarana kesehatan di
masyarakat
4. Ajarkan strategi menolong diri Peningkatan berat badan merupakan factor yang
sendiri meningkatkan beban jantung dalam melakukan
- Anjurkan untuk kontrasi
memantau berat badan
pada saat bangun tidur
sebelum makan
pagi,dengan pakaian
yang sama dan dengan
timbangan yang sama.
- Melaporkan peningkatan
berat badan yang
melebihi 1,5 kg dalam 1
minggu ( tanpa
perubahan pola makan)

5. Mengikuti latihan fisik rutin Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan
adaptasi pada ventrikel kiri dalam melakukan
kompensasi kebutuhan suplai darah otot rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan dapat menjadi
presipitasi serangan angina kembali. Klien
dianjurkan untuk megurangi kualitas dan kuantitas
kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan
sebelum keluhan gagal jantung.
6. Beri penjelasan tentang
- Pemakaian obat Minum obat nitrogliserin( venodilatasi perifer dan
nitrogliserin koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5
menit sebelum melakukan aktivitas dengan tujuan
untuk mengantisipasi serangan angina. Klien
dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut
setiap keluar rumah walaupun klien tidak
merasakan gejala dari angina.
- Hindari merokok Merokok akan meningkatkan adhesi trombosit
yang merangsang pembentukan thrombus pada
arteri koroner.
Hemoglobin lebih mudah berikatan dengan
karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen,
sehingga akan menurunkan asupan oksigen
secara umum.
Nikotin dan tar mempunyai respon terhadap
sekresi hormone vasokonstriktor, sehingga akan
meningkatkan beban kerja jantung
- Pendidikan kesehatan Konsumsi banyak makan garam merupakan salah
diet satu factor presipitasi serangan sesak napas dan
edema ekstremitas.
Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang
cukup banyak dapat meningkatkan resiko angina.
Klien dianjurkan agar beraktifitas setelah paling
kurang 1 jam setelah makan. Pemberian makan
sedikit tapi sering akan mempermudah saluran
pencernaan dalam mencerna makanan sangat
dianjurkan pada klien setelah mengalami
serangan angina
- Manuver dinamik Klien dianjurkan untuk menghindari manuver
dinamik seperti: berjongkok, mengejan, dan terlalu
lama menahan napas yang merupakan factor
presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan
defekasi klien dianjurkan pemberian laxantia agar
dapat mempermudah pola defekasi klien.
- Pendidikan kesehatan Jika berhubungan sex merupakan salah satu
sex factor presipitasi angina pada klien,maka sebelum
amlakukan aktivitas seksual klien dianjurkan untuk
meminum obat nitrogliserin atau sedative atau
keduanya. Pengaturan sedikit aktivitas fisik pada
klien dalam melakukan aktifitas seksual dapat
dijelaskan pada pasangannya.
- Stres emosional Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih
sering terjadi pada klien yang mengalami
kecemasan, ketegangan,serta eforia atau
kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat
sedatif ringan seperti diazepin dapat mengurangi
respon lingkungan yang member dampak stress
emosional. Klien dianjurkan untuk melakukan
curah pendapat dengan perawat dengan
tujuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan.
7. Beri dukungan secara Dapat membantu meningkatkan motivasi klien
psikologis dalam mematuhi apa yang telah diberikan
penjelasan.

Vous aimerez peut-être aussi