Vous êtes sur la page 1sur 32

Asuhan Keperawatan Kolostomi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor (Harahap,
2006). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991). Kolostomi adalah suatu operasi
untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding
perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer
Schrock, MD, 1983).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan lubang di
dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara ataupun
permanen.
Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun
kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau
menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat,
sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy pada bayi dan anak
biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep
diri pasien.
1. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses
sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali.
Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang
disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa
mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih
terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi
biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi
sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat
harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika
balutan terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen.
Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting
untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar
stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika
pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin
perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan
untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon
sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen
biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
a. Berdasarkan lubang kolostomi di bagi menjadi 3 :
1) Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2) Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui
dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma
proksimal mengalirkan feses.
3) Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass
rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat
dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.

B. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai sindrom
poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolon
(dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding sebelah
dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan akhirnya
berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa mengembangkan
polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. kanker biasanya terjadi
sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan dalam keluarga.
faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-hal berikut :
1. Kolitis useratif atau penyakit chron (blik, 2000)
2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
3. obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar
4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis ulceratif,
penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang
dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ). Lubang tersebut ada yang
bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara,
sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan.
2. Manifestasi Klinis
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Obstipasi/diare
4. Perut kembung
5. Kejang hilang timbul

3. Komplikasi
a. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
1) Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.
2) Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
3) Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak
sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan
tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.
b. Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim
pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah
memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
c. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya
normal.
d. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal
feses.

e. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui
celah.
f. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses
yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu
diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
g. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi
pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan
tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk
mencegah infeksi.
h. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena
adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
i. Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma.
j. Perdarahan stoma
k. Hernia Paracolostomy
l. Pendarahan Stoma
m. lnfeksi luka operasi
n. Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
o. Sepsis dan kematian

Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca
bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

4. Klasifikasi Kolostomi
a. Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi
1) Loop Colostomy
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi tersebut akan
ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di kolon
transversal, dan bersifat sementara.
2) End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran GI
dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong Hartman) dan dibiarkan didalam rongga
abdomen, end colostomy merupakan hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.
3) Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal yang
tidak berfungsi.
b. Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi
1. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritoritis yang telah
dilakukan reseksi sebagian kolon.
2. Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut quenu-milles berupa
anus preternaturalis

D. Penatalaksanaan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

E. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI


1. Pengkajian
a. Keadaan stoma :
1) Warna stoma (normal warna kemerahan).
2) Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
3) Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
4) Posisi stoma.
b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
1) Konsistensi, bau, warna feces.
2) Apakah ada konstipasi / diare ?
3) Apakah feces tertampung dengan baik ?
4) Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
1) Keluhan nyeri ada/ tidak.
2) Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
3) Kualitas nyeri.
4) Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
5) Apakah pasien gelisah atau tidak.
d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
1) Tidur nyenyak/ tidak.
2) Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
3) Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
4) Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
e. Bagaimana konsep diri pasien ?
1) Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.

f. Apakah ada gangguan nutrisi :


1) Bagaimana nafsu makan klien.
2) BB normal atau tidak.
3) Bagaimana kebiasaan makan pasien.
4) Makanan yang menyebabkan diare.
5) Makanan yang menyebabkan konstipasi.
g. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
1) Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.
2) Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

F. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2) Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3) Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4) Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6) Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat

G. Intervensi keperawatan
DIAGNOS TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL
A
Gangguan TUJUAN: 1. Kaji keluhan dan skala 1.Untuk mengetahui sifat
rasa Diharapkan nyeri dan tingkat nyeri
nyaman nye rasa nyeri 2. Motivasi untuk melaku sehingga memudahkan
ri berkurang/hilan kan tekhnik pengaturan dalam memberikan
berhubunga g nafas dan mengalihkan tindakan
n KH: perhatian 2. Relaksasi dan
dengan trau- Skala nyeri 0-10 3. Hindari sentuhan semin retraksi dapat
ma jaringan - Wajah tampak imal mungkin untuk mengurangi
rilek mengurangi rangsangan nyeri
rangsangan nyeri 3. Sentuhan dapat
4. Pertahankan puasa meningkatkan
5. Berikan analgetik rangsangan nyeri
sesuai dengan program 4. Untuk
medis mengistirahatkan usus
5. Analgesik
membantu memblok
jaras nyeri
Kerusakan Tujuan : 1. Jelaskan 1. Meningkatkan
intregitas dapat pentingnya merawat pengetahuan pasien
kulit mempertahanka luka pada pasien tentang kondisinya dan
berhubunga n integritas kulit kolostomi tindakan yang akan
n dengan Kriteria hasil : 2. Observasi luka, dilakukan
pemasangan - Iritasi catat karakteristik 2. Perdarahan pasca
kolostomi berkurang drainase operasi terjadi selama
- Luka 3. Kosongkan 48 jam pertama,
kering . irigasi dan bersihkan dimana infeksi dapat
kantong kolostomi terjadi
secara ritun 3. Menghilangkan
4. Kolaborasi bakteri dan mengurangi
pemberian antibiotik resiko infeksi
4. Mengurangi
resiko infeksi
Gangguan Tujuan : 1. Catat perilaku 1. Dengan masalah
konsep Menyatakan menarik diri, pada penilaian yang
diri/citra penerimaan diri peningkatan dapat memerlukan
diri sesuai situasi ketergantungan, evaluasi lebih lanjut
berhubunga manipulasi/tidak dan terapi lebih dekat
n dengan Kriteria hasil : terlibat dalam 2. Menyentuh stoma
perubahan - Menerim perawatan menyakinkan
anatomis a perubahan 2. Berikan pasien/keluarga bahwa
kedalam konsep kesempatan pada hal itu tidak mudah
diri tanpa harga pasien atau orang rusak dan gerakan pada
diri yang terdekat untuk stoma merupakan
negative memandang atau peristaltic yang normal
- Menunju menyentuh stoma, 3. Ketergantungan
kkan gunakan kesempatan pada perawatan diri
penerimaan untuk memberikan membantu untuk
dengan tanda positif tentang memperbaiki
melihat / penyembuhan kepercayan diri dan
menyentuh penampilan normal penerimaan situasi
stoma dan dsb. Tingkatkan pasien 4. Meningkatkan
berpartisipasi bahwa penerimaan rasa control dan
dalam memerlukan waktu, memberikan pesan
perawatan diri baik secara fisik dan pada pasien bahwa ia
- Menyatak emosi dapat menangani
an perasaan 3. Berikan masalah tersebut,
tentang stoma / kesempatan pasien meningkatkan harga
penyakit menerima kolostomi diri
Mulai menerima melalui partisipasi
situasi secara perawatan diri
konstruktif 4. Jadwalkan
aktivitas perawatan
dengan pasien
Gangguan Tujuan : 1. Jelaskan perlunya 1. Pasien lebih dapat
istirahat Kebutuhan pengawasan fungsi mentoleransi gangguan
tidur istirahat dan usus dalam operasi dari staf bila ia
berhubungn tidur terpenuhi. awal memahami alas
a dengan Kriteria 2. Berikan system an/pentingnya
luka insisi Evaluasi : kantong adekuat, perawatan
akibat - KIien kosongkan kantong 2. Flatus/feses
tindakan dapat tidur sebelum tidur, bila berlebihan terjadi
colostomy tenang (6-8 jam perlu pada jadwal yang meski diintervensi,
sehari). teratur pengosongan pada
- Tidak 3. Biarka pasien jadwal teratur
ada faktor mengetahui bahwa meminimalkan
lingkungan dan stoma tidak akan kebocoran
psikologis yang cedera bila tidur 3. Pasien akan
mempersulit 4. Dukung mampu beristirahat
tidur. kelanjutan kebiasaan lebih baik bila merasa
- Klien ritual sebelum tidur aman tentang
kelihatan segar 5. Kolaborasi kolostomi stomanya
(tidak berikan analgesic, 4. Nyeri
mengantuk). sedative saat tidur mempengaruhi
kemampuan pasien
untuk jatuh/tetap tidur.
Obat yang tepat waktu
dapat meningkatkan
istirahat/tidur selama
periode awal pasca
operasi. Catat jaras
nyeri pada otak ada
dipusat tidur dan dapat
memmpengaruhi
pasien menjadi
terbangun
Intoleransi Tujuan : 1. Jelaskan 1. Gerakan
aktivitas Diharapkan pentingnya mengurangi spasme
berhubunga pasien dapatgerakan/aktivitas bagi otot akibat bedrest
n dengan melaukan pasien 2. Meningkatkan
adanya luka aktivitas sesuai2. Bantu dan latih rasa kepercayaan dan
pasca bedah kondisinya pasien untuk meminimal resiko
di abdomen KH: melakukan dekubitus
- Px aktivitas/gerakan 3. Perubahan posisi
mampu mika- 3. Ubah posisi menurunkan insiden
miki tanpasecara periodic sesuai komplikasi kulit
bantuan kondisi pasien 4. Meningkatkan
- Px dapat4. Motivasi pasien rasa percaya diri dan
duduk sendiri untuk tetap melakukan untuk semangat
latihan sembuh
Nutrisi Tujuan : 1. Jelaskan 1. Nutrisi dapat
kurang dari Diharapkan pentingnya nutrisi pada mempercepat
kebutuhan nafsu makan pasien penyembuhan luka
berhubunga pasien 2. Jelaskan 2. Mencegah
n dengan meningkat makanan yang kondisi yang buruk
asupan KH: dianjurka dan yang pada pasien
nutrisi tidak - Bebas dipantangkan 3. Menurunkan
adekuat tanda malnutrisi 3. Monitor makanan resiko mual, muntah
- Pola dalam porsi sedikit tapi 4. Mencegah
makan 3 kali sering timbulnya keracunan
sehari 4. Monitor makanan atau kondisi
makanan-makanan pasien yang buruk
yang dikonsumsi 5. Membantu
5. Kolaborasi mengkaji kebutuhan
dengan ahli gizi nutrisi pasien dalam
perubahan pencernaan
dan funngsi usus

H. Evaluasi
hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Informasi kesehatan terpenuhi
2. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi
4. Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi
6. Kecemasan berkurang
7. Peningkatan konsep diri atai gambaran diri
8. Peningkatan aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 2.


Jakarta: EGC
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC
Hariana, Drs H. Arif. 2005. Resep Mengobati Penyakit Swadaya

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian pada anak-anak dengan orang dewasa memiliki beberapa


perbedaan.

Identitas

1. Nama pasien

2. Nama Ortu

3. Pendidikan (pasien atau orang tua)

4. TTL

5. Umur : bayi-anak-anak

6. Jenis Kelamin : laki-laki >> perempuan

7. Alamat
8. Agama

9. Tanggal Masuk RS

10. Diagnosa Medis : Atresia Ani

Riwayat kesehatan

11. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan atresia ani : perut
kembung, muntah-muntah, dan tidak bisa BAB
1. Riwayat penyakit terdahulu

Antenatal : nutrisi ibu yang kurang, ibu mengkonsumsi obat-obatan saat


trimester 1 kehamilan, ibu jarang tidak melaukan atau jarang melakukan
control (ring ANC), dan trauma fisik ibu.

Intenatal : bayi lahir dengan premature dengan kondisi kaki, badan lalu
kepala yang keluar.

Post natal : pemberian makanan yang kasar dan kurang serat bisa
memperparah kondisi pasien yang mengalami atrsia ani. Karena kondisi
anus dengan lubang yang kecil atau bahkan tidak ada lubang akan
menyebabkan meconium keras.
1. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang dulunya pernah mengalami penyakit yang


dapat meningkatkan terjadinya atresia ani. Kejadian atresia ani akan
meningkat pada pasien yang memiliki saudara yang sebelumnya
mengalami atresia ani.
1. Riwayat Imunisasi : riwayat imunisasi pada kejadian atresia ani
kemungkinan besar tidak berpengaruh karena atresia ani biasanya
berhubungan genetic yang terjadi pada anak sejak dia dalam
kandungan.

2. Riwayat tumbuh kembang : untuk anak yang mengalami atresia ani


akan mengalami gangguan pada tahap tumbuh kembang toileting.
3. Riwayat Tumbang : anak yang mengalami atresia ani akan
mengalami gangguan pada fase anal yang berlangsung pada umur 1-
3 tahun. Pengeluaran feses yang ditandai dengan berkembangan
kepuasan (katesis dan ketidakpuasan (antikateksis) di sekitar fungsi
eliminasi. Dengan buang air besar akan timbul perasaan lega,
nyaman, dan puas. Kepuasan tersebut bersifat egosentrik, artinya
anak mampu mengendalikan sendiri fungsi tubuh. Namun, pada
penderita atresia ani tidak akan merasakan lega, nyaman, dan puas.
(Sunaryo, 2004: 39)

4. Genogram : tidak ada anggota keluarga yang menderita atresia ani


sebelumnya

Generasi I: meninggal tidak diketahui penyebabnya oleh klien.

Generasi II: meninggal tanpa sakit.

Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan.

Pola fungsi kesehata

Pola GORDON
1. Pola persepsi terhadap kesehatan

Pasien belum bisa mengucapkan secara verbal apa yang dirasakan saat
ini, namun saat bayi merasa sakit atau nyeri biasa akan menangis.
1. Pola aktifitas kesehatan/latihan

Bayi akan terlihat lemah dan cemas karena atresia ani.

1. Pola istirahat/tidur

Karena pasien bisa mengalami konstipasi dan perut kembung pola


istirahatnya akan terganggu. Terutama pos operasi yang bisa
menimbulkan rasa nyeri pada anak ataupasien. Informasi bisa diperoleh
dari keterangan keluarga jika pasiennya bayi
1. Pola nutrisi metabolik

Pasien mengkonsumsi ASI eksklusif atau susu pendamping ASI atau


makanan yang dikonsumsi anak.
1. Pola eliminasi

Klien tidak dapat buang air besar dan atau dalam urin ada mekonium.
1. Pola kognitif perseptual

Pasien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi


dengan baik pada orang lain karena usianya yang masih bayi. Jika
pasiennya anak-anak yang sudah mampu berkomunikasi, bagaimana
cara dia mengungkapkan rasa tidak nyamannya atau nyeri yang
dirasakan.
1. Pola konsep diri

Pola ini terdiri dari identitas diri, ideal diri, gambaran diri, peran diri
dan harga diri.
1. Pola seksual Reproduksi

pasien masih bayi dan belum menikah


1. Pola nilai dan kepercayaan

Bayi tidak bisa dikaji pola nilai dan kepercayaannya karena masih ana-
anak.
1. Pola peran hubungan

Pasien bayi akan memiliki hubungan yang dekat dengan ibunya.


Sehingga saat berada didekat ibunya pasien akan merasa lebih tenang.

mandiri
1. Pola koping

Pasien anak-anak akan menangis untuk menunjukan apa yang dirasakan


supaya mendapat bantuan atau pertologan dari sekitarnya.
Head to toe
1. Tanda-tanda vital

Nadi

Respirasi

Suhu axila

2. Kepala

Kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, , tidak ada caput
succedanium, dan tidak ada chepal hematom.
3. Mata

Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan pada


subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, pada
pasien atresia ani biasanya conjungtiva agak pucat.
4. Hidung

Simetris, bersih, tidak ada luka atau secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut

Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak


Cheilochisis.
6. Telinga

Telinga simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.


7. Leher

Tidak ada webbed neck.


8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal.
9. Jantung

Tidak terdengarmur-mur atau suara abnormal lainnya saat auskultasi


dan frekuensi jantung teratur .
10. Abdomen

Simetris, tidak ada massa atau tumor , tidak terdapat perdarahan pada
umbilicus, terdengar suara hiperperistaltik. Pada pemeriksaan palpasi
pada daerah usus akan terdengar pekak (konstipasi).
11. Genitalia

Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis, tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis. Pada penderita
atresia ani bisa terjadi meconium keluar bersamaan dengan urin.
12. Anus

Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang


tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahan oleh jaringan.
13. Ektrimitas atas dan bawah

Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki
dan

kukunya tampak agak pucat.


14. Punggung

Tidak ada penonjolan spina gifid.


15. Pemeriksaan Reflek

Suching +

Rooting +
Moro +

Grip +

Plantar +

Diagnosa

Gangguan eleminasi urine b.d dysuria

Inkontenensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rectal

Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

Resiko infeksi b.d perawatan tidak adequat, trauma jaringan


post operasi

Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, dysuria,


trauma jaringan post operasi

Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual muntah.

Ansietas b.d pembedahan dan kurangnya pengetahuan dari


keluarga tentang penyakit.

Resiko kekurangan volume. cairan b.d. intake yang tidak


adekuat, muntah.

Kontipasi b.d. penyakit atresia ani.

Diskontinuitas pemberian ASI b.d. atresia ani


Perencanaan

No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan Tujuan : setelah dilakukan 1. Penilaian


eleminasi perawatan 224 jam fungsi urine yang berfokus
urine b.d eleminasi urine berjalan baik pada inkonteninsia
dysuria ( output urine, pola
Kriteria hasil : berkemih)

1. Kandung kemih kosong 2. Memantau


sempurna penggunaan obat
dengan sifat
2. Tidak ada residu urine > antikolinergik atau
100-200 c properti alpha
agonis
3. Intek cairan dalam
rentang normal 3. Memonitor
efek dari obat-
4. Tidak ada spasme bladder obatan yang
diresepkan
5. Balance cairan seimbang.
4. Memasang
kateter

5. Catat input
dan output urin

6. Instruksikan
cara-cara
menghindari
konstipasi

7. Pantau
asupan dan
keluaran

8. Pantau
tingkat distensi
kandung kemih
9. Menerapkan
katerisasi
intermitten

2. Inkontenensia Tujuan : setelah dilakukan Bowel inkontinen


defekasi b.d perawatan 324 jam pasien care
abnormalitas tidak kesulitan BAB.
sfingter rectal 1. Perkirakan
(post operasi) Kriteria hasil : penyebab fisik atau
psikologi dari
1. BAB teratur inkontinensia fekal

2. Defekasi lunak 2. Jelaskan


penyebab maslah
3. Penurunan dan rasional dari
inkontenensia tindakan kepada
pasien atau
4. Status nutrisi dan keluarga
minuman adequat
3. Jelaskan
5. Integritas tujuan managemen
jaringan kulit membran bowel pada pasien
mukosa baik atau keluarga.

4. Diskusikan
dan kriteria hasil
yang diharapkan
bersama pasien
atau keluarga

5. Kolaborasi
pemberian
supositoria jika
memungkinkan

6. Monitor efek
samping obat yang
diberikan

7. Evaluasi
status BAB secara
rutin.

3. Nyeri akut Tujuan : setelah dilakukan Pain management


berhubungan perawatan 224 jam nyeri
dengan bisa berkurang 1. Lakukan
trauma pengkajian nyeri
jaringan Kriteria hasil :Bayi tidak secara
rewel komprehensif
dengan PQRST

2. Observasi
reaksi non verbal
dari nyeri

3. Bantuan
pasien dan keluarga
untuk menemukan
dukungan dalam
mengurangi nyeri

4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri

5. Lakukan
kontor nyeri

6. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri

Analgesic
administration

1. Cek obat
dengan 6 benar

2. Cek apa
punya alergi
dengan obat

3. Tentukan
pilihan obat
analgesic sesuai
tingkat nyeri

4. Monitar TTV
sebelum dan
sesudah pemberian
obat

5. Evaluasi
keefektifan
pemberian obat

Infection control

1. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan berkunjung
b.d perawatan
perawatan 1x 24 jam dapat
tidak adequat,
menunjukan penurunan 2. Pertahan
trauma
4. resiko infeksi pada pasien. lingkungan aseptik
jaringan post
operasi
Kriteria hasil : Bebas dari 3. Monitor
tanda dan gejala infeksi tanda dan gejala
infeksi

4. Batasi
pengunjung

5. Dorong
nutrisi yang cukup

5. Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Anxiety reduction


rasa nyaman perawatan 324 jam pasien
b.d gejala bisa tidur nyenyak dan tidak 1. Gunn
pendekatan yang
rewel menenangkan

Kriteria hasil : 2. Jelaskan


semua prosedur
terkait 1. Pasien tidak dan apa yang akan
penyakit, terlihat cemas terjadi setelah
dysuria, tindakan pada
trauma 2. Status pasien atau
jaringan post lingkungan nyaman keluarga
operasi
3. Kualitas tidur 3. Identifikasi
dan istirahat adequat tingkat kecemasan

4. Ciptakan
suasana yang
nyaman dan tenang

6. Kerusakan Tujuan : setelah dilakukan Pressure


integritas kulit perawatan 724 jam management
b.d kolostomi integritas kulit pasien
membaik. 1. Anjurkan
pasien menggukan
Kriteria hasil : pakain longgar

1. Integritas kulit 2. Hindari


yang baki bisa dipertahankan kerutan pada
tempat tidur
2. Tidak ada lesi
3. Jaga
3. Perfusi jaringan kebersihan kulit
baik agar tetap bersih
dan kering

4. Monitor
adanya kemerahan

Insision site care

1. Monitor
tanda infeksi
2. Monitor
proses kesembuhan
area insisi

3. Bersihkan
area bekas jahitan

4. Ganti
balutan sesuai
interval waktu

7. Ketidak Tujuan : setelah dilaukan Nutition


seimbangan perawatan 124 jam pasien management
nutrisi kurang menunjukan nutrisi
dari terpenuhi. 1. Kaji
kebutuhan kemampuan pasien
tubuh Kriteria hasil : untuk menelan dan
berhubungan menguyah
dengan mual 1. BB normal makanan
muntah.
2. Tidak ada tanda- 2. Kolaborasi
tanda malnutrisi dengan ahli gizi
untuk menentukan
3. Tidak terjadi jumlah kalori dan
penurunan BB yang berarti nutrisiyang
dibutuhkan pasien

3. Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
pasien kepada
pasien atau
keluarga

Nutrition
monitoring

1. Monitor
adanya penurunan
BB

2. Monitor
interaksi anak dan
orang tua selama
makan atau
menyusu

3. Monitor
turgor kulit

4. Monitor
mual muntah

5. Monitor
intake nutrisi dan
kalori

8. Ansietas b.d Tujuan: setelah dilakukan Anxiety Reduction


pembedahan perawatan selama 124 jam (penurunan
dan pasien menunjukkan ansietas kecemasan) :
kurangnya hilang.
pengetahuan 1. Gunakan
dari keluarga Kreteria hasil: pendekatan yang
tentang menenangkan.
penyakit. 1. Klien mampu
mengidentifikasi dan 2. Nyatakan
mengungkapkan gejala dengan jelas
cemas. harapan prilaku
pasien
2. Mengidentifikasi,
menunjukkan dan 3. Jelaskan
mengungkapkan tehknik semua prosedur
untuk mengontrol cemas. dan apa yang
dirasakan selama
3. Tanda-tanda vital prosedur.
dalam batas normal.
4. Pahami
4. Postur tubuh, prespektif pasien
ekspresi wajah, bahasa tubuh terhadap situasi
dan tingkat aktivitas stress.
menunjukkan berkurangnya
kecemasan. 5. Temani
pasien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut.

6. Dorong
keluarga untuk
menemani anak.

7. Lakukan
back/neck rub.

8. Dengarkan
dengan penuh
perhatian.

9. Identifikasi
tingkat kecemasan.

10. Bantu pasien


mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan.

11. Dorong pasien


untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.

12. Intruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi.

13. Berikan obat


untuk mengurangi
kecemasan.

9. Resiko Tujuan: setelah dilakukan Fluid Management


kekurangan perawatan selama 124 jam
volume cairan menunjukkan keseimbangan 1. Timbang
b.d. intake cairan, intake, dan status popok jika
diperlukan.
nutrisi yang baik.
2. Pertahankan
catatan intake dan
Kriteria hasil:
output yang akurat.
1. Mempertahankan
3. Monitor
urine output sesuai dengan
status hidrasi
usia dan BB.
(kelembaban
yang tidak
membrane mukosa,
adekuat, 2. Tekanan nadi,
nadi adekuat),
muntah. darah, suhu tubuh dalam
batas normal.
4. Monitor
tanda-tanda vital.
3. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi.
5. Monitor
status nutrisi.
4. Elastisitas turgor
kulit baik, mukosa lembab,
6. Dorong
dan tidak ada rasa haus yang
masukan oral
berlebih.
7. Monitor
berat badan.

10. Kontipasi b.d. Tujuan: setelah 124 jam 1. Monitor


penyakit pasien mampu tanda dan gejala
atresia ani. memperliatkan bowel kontipasi.
elimination yang baik.
2. Monitor
Kriteria hasil: feses: frekuensi,
konsistensi dan
1. Mempertahankan volume.
bentuk feses lunak setiap 1-3
hari. 3. Jelaskan
etiologi dan
2. Bebas dari rasionalisasi
ketidaknyamanan kontipasi. tindakan terhadap
pasien
3. Feses lunak dan
berbentuk. 4. Dukung
intake cairan
4. Kolaborasi
5. Pantau
tanda-tanda dan
pemberian laksatif gejala kontipasi.

6. Timbang
pasien secara
teratur

Tujuan: setelah dilakukan


perawatan 1x24jam pasin 1. Pantau berat
menunjukan menyusu badan bayi jika
dengan baik. diperlukan

Diskontinui- Kriteria hasi: 2. Beri


tas pemberian dorongan untuk
ASI b.d. 1. Pertumbuhan dan tetap melanjutkan
11. atresia ani perkembangan bayi dalam menyusui sepulang
batas normal kerja.

2. Berat badan 3. Monitor atau


bayi=masa tubuh evaluasi refleks
menelan sebelum
3. Tanda-tanda vital memberikan susu.
bayi dalam batas normal

A. Pengertian Atresia Ani


Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna.Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun
tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Jadi, Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu
anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk
membuat saluran seperti keadaan normalnya.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari
peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

B. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.

C. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

D. Manifestasi Klinis
1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6) Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal.
7) Perut kembung.
(Betz. Ed 7. 2002)

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
(Ngustiyah, 1997 : 248)

F. Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
(Wong, Whaley. 1985).

G. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan.Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.Untuk kelainan
dilakukan kolostomi, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan
pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada
otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat
badan dan bertambah baik status nutrisnya.

b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi
sekaligus (pembuat anus permanen)
(Staf Pengajar FKUI. 205)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada
gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya
kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai
keujung kantong rectal.
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai
melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek
tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus
dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus.
Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki
diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak
dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI

A. Pengkajian
1) Biodata klien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat psikologis: Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4) Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5) Riwayat social: Hubungan sosial
6) Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Konstipasi Penurunan 1. Lakukan enema atau Evaluasi bowel
berhubungan distensi abdomen. irigasi rectal sesuai order meningkatkan kenyaman
dengan Meningkatnya pada anak.
aganglion kenyamanan.
2. Kaji bising usus dan Meyakinkan berfungsinya
abdomen setiap 4 jam usus

3. Ukur lingkar abdomen Pengukuran lingkar


abdomen membantu
mendeteksi terjadinya
distensi
2 Risiko Output urin 1-2 1. Monitor intake output Dapat mengidentifikasi
kekurangan ml/kg/jam cairan status cairan klien
volume cairan Capillary refill 3-5
berhubungan detik 2. Lakukan pemasangan Mencegah dehidrasi
dengan Turgor kulit baik infus dan berikan cairan
menurunnya Membrane IV
intake, mukosa lembab
muntah 3. Pantau TTV Mengetahui kehilangan
cairan melalui suhu tubuh
yang tinggi
3 Cemas orang Klien tidak lemas 1. Jelaskan dengan istilah Agar orang tua mengerti
tua yang dimengerti oleh kondisi klien
berhubungan orang tua tentang anatomi
dengan dan fisiologi saluran
kurang pencernaan
pengetahuan normal. Gunakan alay,
tentang media dan gambar
penyakit dan
prosedur 2. Beri jadwal studi Pengetahuan tersebut
perawatan diagnosa pada orang tua diharapkan dapat
membantu menurunkan
kecemasan

3. Beri informasi pada Membantu mengurangi


orang tua tentang operasi kecemasan klien
kolostomi
Post Operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Kerusakan Klien tidak 1. Gunakan kantong
integritas ditemukan tanda- kolostomi yang baik
kulit tanda kerusakan
berhubungan kulit lebih lanjut. 2. Kosongkan kantong
dengan ortomi setelah terisi atau
terdapat 1/3 kantong
stoma
sekunder dari 3. Lakukan perawatan luka
kolostomi. sesuai order dokter
2 Kurang Orang tua dapat 1. Ajarkan pada orang tua
pengetahuan meningkatkan tentang pentingnya
berhubungan pengetahuannya pemberian makan tinggi
dengan tentang perawatan kalori tinggi protein
perawatan di di rumah.
rumah 2. Ajarkan orang tua
tentang perawatan
kolostomi.

C. Evaluasi

Pre Operasi Post operasi


1. Tidak terjadi konstipasi 1. Kerusakan integritas kulit tidak
2. Defisit volume cairan tidak terjadi terjadi
3. Lemas berkurang 2. Klien memiliki pengetahuan
perawatan di rumah

Vous aimerez peut-être aussi