Islam sebagai agama yang dirahmati Allah Swt. memiliki tiga komponen pokok yang terstruktur dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain yaitu: 1. Akidah atau Iman. Merupakan keyakinan akan adanya Allah Swt. serta Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat melalui malaikat yang dituangkan dalam Al-Quran, yang mengajarkan tentang berbagai hal terkait dengan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Keyakinan mendorong seseorang untuk konsisten dan berpegang teguh (menyerahkan segenap hidupnya kepada Allah Swt.). Jika dikaji lebih lanjut, maka akidah berasal dari kata aqada, yaqidu- aqdan yang berarti mengikatkan atau meyakini. Jadi akidah artinya ikatan keyakinan. Akidah akan menuntun seorang muslim untuk selalu berperilaku baik, terutama dalam kegiatan berbisnis. Akidah yang tertanam dalam jiwa muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah, karena itu perilaku yang tidak dikehendaki Allah Swt. akan selalu dihindarkannya. Keyakinan terhadap akidah akan tergambar pada diri seorang muslim melalui: a. Tiada kekuatan diluar Allah. b. Keyakinan terhadap Allah menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat, karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar perintah Allah. c. Keyakinan tersebut akan membentuk rasa optimis menjalani kehidupan, karena keyakinan tauhid menjamin hasil yang terbaik, yang akan dicapainya secara rohaniah, karena itu seorang muslim tidak pernah gelisah dan putus asa. 2. Syariah. Merupakan aturan Allah tentang pelaksanaan penyerahan diri secara total melalui proses ibadah dalam hubungan dengan sesama makhluk. Secara garis besar syariah meliputi dua hal pokok, yaitu ibadah dalam arti khusus atau ibadah mahdah dan ibadah dalam arti umum atau muamalah atau ibadah ghair mahdah. Ibadah mahdah adalah ibadah yang pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw., sedangkan ghair mahdah adalah yang tidak dicontohkan sepenuhnya oleh Rasulullah Saw., misalnya hubungan antar manusia, tata negara, dan lain sebagainya. Secara etimologis syariah berarti jalan, aturan, ketentuan, atau undang-undang Allah Swt. Jadi ada aturan perilaku hidup manusia dalam berhubungan dengan Allah Swt., sesama manusia, dan alam sekitarnya untuk mencapai keridhaan Allah Swt. yaitu keselamatan dunia akhirat. 3. Akhlak. Akhlak dapat dipahami sebagai perangai, tabiat dan adat, ini merupakan sistem perilaku yang dibuat. Akhlak berkaitan dengan pelaksanaan ibadah kepada Allah Swt. dan bermuamalah dengan penuh keikhlasan. Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal yang berkaitan dengan hablumminallah (tidak syirik dan taqwa) serta hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia dan lingkungan). Lebih rinci lagi mencakup: 1. Hubungan manusia dengan Allah, mentauhidkan Allah, menghindari syirik, bertaqwa, memohon kepada-Nya, berdoa dan berdzikir. 2. Pola hubungan manusia dengan Rasulullah Saw., menegakkan sunnah. 3. Pola hubungan manusia dengan dirinya sendiri, seperti menjaga kesucian diri, tidak mengumbar hawa nafsu, selalu menyampaikan kebenaran, memberantas kedzaliman, kebodohan dan sebagainya. 4. Pola hubungan dengan keluarga, berbakti kepada kedua orang tua, tutur kata yang baik dan sebagainya. 5. Pola hubungan dengan masyarakat seperti menegakkan keadilan, berbuat ihsan dan sebagainya. 6. Pola hubungan manusia dengan alam seperti menjaga kelestarian alam, tidak serakah dan sebagainya. B. Kepemimpinan Rasulullah Saw. Kepemimpinan Rasulullah Saw dalam berbisnis sudah tidak diragukan lagi. Rasul merupakan pebisnis yang ulung dan menanamkan nilai-nilai luhur. Beberapa karakter Rasulullah dalam berbisnis adalah: 1. Siddiq (Righteousness). Siddiq artinya benar, nilai dasarnya adalah integritas dalam pribadi, selalu berkata benar, tidak berbohong dan pikiran jernih. Nilai bisnisnya yaitu selalu berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, keseimbangan emosi, berusaha dalam komoditi yang halal, tidak memperjualbelikan barang yang haram, atau yang asal usul barangnya tidak jelas. 2. Amanah (Trustworthiness). Nilai dasarnya adalah terpercaya, bisa memegang amanah, tidak mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri di atas kebenaran. Nilai bisnisnya adalah adanya keprcayaan, bertanggung jawab, transparan, tepat waktu dan memberikan yang terbaik. 3. Fathanah (Intelligent). Nilai dasarnya adalah memiliki pengetahuan yang luas, cekatan, terampil, dan memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialah memiliki visi, misi, cerdas, menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa, serta selalu belajar dan mencari pengetahuan baru. 4. Tabligh (Communicative). Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi publik, bisa berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bisa mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya yaitu supel, penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bisa bekerja dengan tim, koordinasi ada kendali dan supervisi. 5. Berani (Sajaah). Sajaah artinya berani. Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data, tepat dalam mengambil keputusan, dan responsif. C. Rukun Iman 1. Iman Kepada Allah. Inti dari beriman kepada Allah adalah La Ilaha Ilallah (Tidak ada tuhan selain Allah). Kalimat tersebut menyatakan dirinya beriman kepada Allah, hanya menyembah-Nya semata-mata tidak menyekutukan-Nya dengan sembahan yang lain. Mereka menerima syariah yang ditetapkan Allah, baik perintah-Nya maupun larangan- Nya. Apabila seorang muslim telah beriman sedemikian kokohnya, maka ia akan merasa nikmat, tentram, dan akan diperoleh berbagai hikmah lainnya seperti: a. Adanya perasaan bebas dalam jiwa, terhindar dari belenggu ketergantungan dan dominasi apa dan siapapun. b. Menumbuhkan keberanian, sehingga senang berjuang menegakkan keadilan, kebenaran dan tidak takut mati. c. Menumbuhkan keyakinan bahwa Allah lah yang memberi rezeki, manakala rezeki telah diberikan, tidak ada seorang pun dapat menghalanginya, walaupun orang lain itu tamak dan benci. d. Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa. e. Dapat menumbuhkan kekuatan moral yaitu bahwa Allah adalah sumber kebaikan, keindahan dan kesempurnaan. 2. Iman Kepada Malaikat. Hikmah beriman kepada malaikat adalah akidah menjadi bersih dari noda syirik, karena orang kafir menganggap para malaikat ini anak- anak Allah. Orang beriman bukan disuruh menyembah malaikat, tapi mengimani bahwa malaikat itu ada dan merupakan makhluk yang suci. 3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah. Kaum muslim yakin akan Kitab yang diturunkan kepada para Nabi, Zabur kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa dan Injil kepada Nabi Isa. Namun kitab-kitab tersebut tidak ada yang asli lagi karena sudah dikotori oleh tangan-tangan manusia, selain isinya belum menyeluruh seperti Al-Quran. Agar manusia selamat, Allah Swt. menurunkan kitab yang terakhir dan paling sempurna yaitu Al-Quran. Allah menjamin keaslian isi Al- Quran ini sepanjang masa, luput dari tangan jahil manusia yang ingin mengubahnya. 4. Iman Kepada Rasul. Rasul diutus oleh Allah untuk memberi petunjuk yang benar kepada manusia. Semua Nabi dan Rasul utusan Allah merupakan mata rantai sejak Nabi pertama hingga Nabi terakhir. Oleh karena itu, bila mengingkari salah seorangnya berarti telah memutuskan mata rantai kenabian. Bila mendustakan salah satunya, berarti mendustakan semuanya, dan orang ini adalah kafir. 5. Iman Kepada Hari Akhir. Manusia selalu mempertanyakan mengapa ada sejumlah orang yang hidup tamak, zalim, sementara di depan pengadilan mereka dimenangkan, mengapa ada orang yang kebal hukum, padahal pekerjaannya menindas orang lain. Mengapa banyak pelaku bisnis yang curang, menipu orang lain, dan mengapa banyak orang yang beramal, secara ikhlas, apa yang mereka harapkan? Jawaban pertanyaan itu akan ditetapkan pada hari akhir, dimana betul-betul akan berlaku hukum yang sangat adil dari Allah Swt. 6. Iman Kepada Qada dan Qadar. Qada dan Qadar adalah ketentuan Allah bagi manusia yang menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menentukan nasib manusia. Allah Swt. memiliki kuasa dalam menentukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Jika Allah, menghendaki, maka Allah maha kuasa mengubah nasib makhluk-Nya, jika makhluk-Nya berusaha untuk mengubahnya.