Vous êtes sur la page 1sur 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasaNya kami bisa menyelesaikan
makalah Perpindahan Kalor Konveksi dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat atas
dasar pemicu PBL 2 dari mata kuliah Perpindahan kalor.
Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ilmiah ini, yaitu:
1 Dosen mata kuliah Kultur Sel, Ibu Dianursanti dan Ibu Tania yang telah membimbing
penulis selama proses penulisan laporan ini.
2 Asisten dosen mata kuliah Perpindahan Kalor, Kak Angelina. yang telah mengarahkan
kami selama proses penulisan makalah ini.
3 Seluruh rekan Teknologi Bioproses UI, seluruh angkatan, serta segala pihak yang telah
membantu penulis.
Kami menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, April 2017


Penulis
Tugas B
3. Gas panas dialirkan dalam tabung bersirip pada alat penukar kalor aliran silang, untuk
memanaskan 2,5 kg/detik air dari suhu 35C menjadi 85C. Gas panas tersebut (Cp = 1,09
kJ/kgC) masuk pada suhu 200C dan keluar pada suhu 93C. Koefisien perpindahan kalor
menyeluruh sebesar 180 W/m2.C. Hitunglah luas area perpindahan kalor dengan menggunakan
pendekatan : (a) LMTD, dan (b) NTU-efektivitas.
Diketahui:

Gambar 1: Cross-Flow Heat Exchanger (Fluids Unmixed)


Sumber: http://www.esru.srath.ac.uk/EandE/Web_sites/12/Domestic_flue_gas/images/EA60.png
Laju alir massa =2,5 kg/detik
t1 = 35C (suhu awal air)
t2 = 85C (suhu akhir air)
Cp = 1,09 kJ/kg C
T1 = 200C (suhu awal gas panas)
T2 = 93C (suhu akhir gas panas)
U = 180 W/m2C (koefisien perpindahan kalor konveksi menyeluruh)
Ditanya:
Luas Area Perpindahan Kalor dengan Pendekatan :
a LMTD; (b) NTU-Efektivitas
Jawaban:
Asumsi :
Steady State
Tidak ada perpindahan kalor ke lingkungan (sistem terisolasi sempurna)
Tipe heat exchanger adalah single pass cross-flow heat exchanger, both fluid unmixed
a) Metode LMTD
Log Mean Temperature Difference adalah suatu pendekatan untuk menentukan perbedaan
temperatur pada heat exchanger. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa perbedaan temperatur
antara fluida panas dan fluida dingin bervariasi di sepanjang heat exchanger. Penghitungan
dilakukan dengan mengasumsikan heat exchanger terisolasi sempurna, sehingga tidak ada kalor
yang keluar ke lingkungan. Pendekatan terhadap variasi suhu kemudian diwakilkan dengan .
Penghitungan LMTD diawali dengan penghitungan Tlm tersebut.

Menentukan T lm
ln( T 1 / T 2 )
T 1 T 2
T lm=
( 20085 ) ( 9335 )
T lm=
115
ln( )58
T lm=83,3

Grafik 1. Diagram Penurunan Suhu


(Sumber Holman, 2010)
Untuk cross-flow dan multipass shell-and-tube heat exchangers, diperlukan faktor koreksi (F)
yang bergantung pada bentuk dari heat exchanger serta perbedaan temperatur fluida panas dan
dingin pada inlet dan outlet. Faktor koreksi adalah besarnya penyimpangan dari Tlm pada kasus
counter-flow heat exchanger. Faktor koreksi untuk shell and tube heat exchanger
direpresentasikan pada grafik yang menyatakan hubungan P dan R, dimana P dan R adalah rasio
temperatur, sehingga langkah selanjutnya adalah menentukan nilai P dan R, kemudian membaca
grafik untuk menentukan nilai F.
Menentukan P, R dan F
t t 8535
P= 2 1 = =0,303
T 1 t 1 20035
T 1T 2 20093
R= = =2,14
t 2t 1 8535

Dari diagram heat exchanger untuk single-pass cross-flow, both fluid unmixed, dapat ditentukan
nilai F :

Grafik 2: Grafik F untuk Single Pass Cross-Flow Heat Exchanger (Fluids Unmixed)
Sumber: Holman, 2010
Sehingga, dapat diperkirakan nilai F adalah 0,92 untuk P = 0,303 dan R = 2,14.
Penghitungan luas area dengan metode LMTD
q=mC p air t=UAF T lm

q=( 2,5 ) ( 4175 ) ( 8535 )=( 180 ) A ( 0,92 )( 83,3 )


2
A=37,8 m
b) Metode Effectiveness-NTU Method
Metode Effectiveness-NTU Method merupakan metode pendekatan yang hampir serupa dengan
LMTD, namun lebih praktis digunakan apabila penghitungan memperhatikan ukuran dan tipe
heat exchanger. Metode ini menggunakan parameter tak berdimensi sebagai representasi heat
transfer effectiveness, yakni . Dalam penghitungannya, pertama kali kita harus menentukan nilai
dari Cmin dan Cmax, dimana Cmin merupakan nilai kapasitas panas fluida terkecil dan Cmax
adalah nilai kapasitas panas fluida terbesar.
Menentukan Cmin dan Cmax dengan Asas Black
mg c g ( 20093 )=( 2,5 ) ( 4175 )( 8535 )
mg c g =4877 kJ /=Cmin

Maka:
C 4877 4877
c= min = = =0,467
C max (2,5 . 4175 ) 10.437,5
Dan:
T h 1T h 2 20093
= = =0,648=64,8
T h 1T c 1 20035
Langkah selanjutnya adalah membaca grafik untuk menentukan nilai NTU

Grafik 3. Grafik untuk Cross-Flow Heat Exchanger (Fluids Unmixed)


(sumber : Holman, 2010)
Dengan = 64,8% dan c = 0,467 didapatkan perkiraan nilai NTU sebesar 1,4
Setelah didapatkan nilai NTU, langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai tersebut ke
UA s
rumus umum NTU, yakni NTU =
C min ,
sehingga didapatkan :
AU
=1,4
C min
( 1,4 )( 4877 ) 2
A= =37,9 m
180
4. 75.000 lb/jam etilen glikol dipanaskan dari suhu 100 oF menjadi 200 oF menggunakan uap
pada suhu 250 oF. Untuk tujuan tersebut, telah disediakan HE 1-2 dengan diameter dalam 17
inch. HE tersebut memiliki 224 tabung jenis 14 BWG dengan diameter luar tabung inch, dan
panjang 160. Tabung disusun dengan susunan triangular pitch 15/16-inch dan jarak antar
baffles 7 inch. Berapakah faktor pengotor dari HE tersebut?
Jawab:
Teori Terkait
Setelah beberapa lama permukaan perpindahan kalor beroperasi pada heat exchanger,
permukaan tersebut akan terlapisi dengan berbagai macam hal yang terkandung dalam sistem
aliran, atau akan mengalami karat sebagai hasil dari interaksi antara fluida dan material yang
digunakan untuk heat exchanger. Pelapisan ini, mengakibatkan resistansi tambahan pada aliran
panas yang terjadi, serta akan mengurangi efisiensinya. Kejadian seperti ini biasa disebut dengan
fouling factor (faktor pengotor) atau fouling resistance yang dilambangkan dengan Rf, yang
harus diperhitungkan dengan resistensi termal lainnya untuk mendapatkan koefisien perpindahan
kalor rata-rata.
Fouling factors didapatkan secara eksperimental dengan mencari nilai dari U untuk keadaan
bersih dan kotor pada heat exchanger. Rumus untuk mendefinisikan fouling factor adalah:
1 1
Rf =
U dirty U clean

Dimana, Udirty = Koefisien perpindahan panas (kotor)


Uclean = Koefisien perpindahan panas (bersih)
Rf = Fouling Factor
*Diketahui:

m
ethylene glycol = 75.000 lb/hr
Tc,in (ethylene glycol) = 1000F dan Tc,out (ethylene glycol) = 2000F
Th,in (steam) = 2500F dan T h,out (steam) = 2500F

*Karakteristik alat penukar kalor:


Diameter dalam shell (ID) = 17,25 inch
Diameter luar tube (OD) = 0.75 inch
Panjang tube (L) = 16 ft
Jarak antar baffles (B) = 7 inch
Jenis tube = 14 BWG
Pitch tube (Pt)= 15/16 inch
Jumlah tube (Nt) = 224
One passes shell
Two passes tube

*Asumsi:
Steam memiliki sifat yang sama dengan air untuk menentukan variabel intensifnya pada
suhu tertentu
Sistem terinsolasi sempurna (tidak ada kalor yang keluar ke lingkungan)
Steam (hot fluid) mengalir pada bagian tube, sedangkan ethylene glycol (cold fluid) pada
shell
Kalor yang dilepaskan oleh steam (yang dipindahkan ke ethylene glycol) hanya akan
merubah wujudnya menjadi cair (tidak menurunkan suhunya). Maka dari itu Th,in (steam) =
Th,out (steam)
Tidak ada penurunan tekanan pada aliran ethylene glycol maupun steam
Basis: 1 jam

*Solusi :
1 Langkah 1: Menentukan besarnya massa steam yang masuk dengan menggunakan
hukum Asas Black (kalor yang dilepas = kalor yang diterima)
cethylene glycol = 0,63 Btu/lb.0F
Lsteam = 900 Btu/lb
Qterima = m.c. T = 75.000 lb . (0,63 Btu/lb.0F) . (200-100)0F = 4.725.000 Btu
Qlepas (steam) = Qterima (ethylene glycol)
ms . L = me . c . T
ms. 900 Btu/lb = 4.725.000 Btu
msteam = 5.250 lb

2 Langkah 2: Menghitung Tm dengan metode LMTD


c ,
h ,T
T (T h , out T c ,out )

c ,
h ,T
T
( 250100 )(250200)
( (T h ,out T c ,out ) ) = =91,020 F
250100
( ln )
250200
ln

T 1 T 2
T m = =
T1
( ) ln
T2

3. Langkah 3: Mencari koefisien perpindahan kalor steam


Steam mengalir pada bagian tube, dan melalui tabel 10 pada buku Process Heat Transfer
karya D.Q.Kern kita bisa mendapatkan beberapa karakteristik untuk tube (OD tube = inch dan
14 BWG) yaitu:

Tabel 3. Data Heat Exchanger


(sumber : Kern, 1983)

Sehingga didapatkan at' (flow area per tube) = 0,268 in2 dan ID = 0,584 in = 0,049 ft

N t x at ' 224 x 0,268


at = = =0,2084 2 =0,00144 ft 2
144 x passestube 144 x 2
.
m
Gt = steam / at = (5.250 lb) / 0,00144 ft2 = 3.645.833,33 lb/ft2

0,049 ft x 3.645.833,33lb / ft 0,013cp x 2,42lb / ft


2

Re = ID . Gt / = = 5.678.507

Bisa dilihat melalui bilangan Reynoldnya bahwa aliran steam bersifat turbulen, sehingga
nilai koefisien perpindahan kalor steam (hio) adalah 1500 Btu/ft2.oF

4. Langkah 4: Mencari koefisien perpindahan kalor ethylene glycol


Ethylene glycol mengalir pada bagian shell, dan karena ada tube pitch (yaitu penjumlahan
dari diameter tube dan jarak ruangan (C)) maka:
15
16
C = pitch tube OD = = 0,1875 in

ID x C' x B 17,25 x 0,1875 x 7


as= = =0,1677 ft 2
Pt x 144 15
x 144
16

.
m
Gs = ethylene glycol / as = (75.000 lb)/ 0,1677 ft2 = 447.227,2 lb/ft2

= (5,5 cp) (2.42 lb/ft) = 13,31 lb/ft

0,55 12 ft x 447.227,2lb / ft 2
13,31lb / ft
Re = De.Gs/ = = 1540

Dengan demikian, nilai JH dapat ditentukan dengan membaca grafik berikut :


Grafik 1. Grafik JH vs Re
(sumber :Kern, 1983)

Dapat dilihat melalui bilangan Reynoldnya bahwa aliran ethylene glycol bersifat laminar,
sehingga untuk mencari koefisisen perpindahan kalornya, kita dapat menggunakan
persamaan:
k ethylene glycol c ethylene glycol x 13 0,1503 0,63 x 13,31 13
ho =JH ( De )( ) (
k ethylene glycol
=20 )(
0,55 /12 )
0,1503
=250,6 Btu /ft 2 . F

*Catatan : Nilai k ethylene glycol bisa didapat melalui tabel A.4 di bagian lampiran pada buku Heat
Transfer 10th edition, J.P.Holman

5. Langkah 5: Menghitung dirt factor

hio ho 1500 x 250,6


U clean= = =214,7 Btu /ft 2 . F
hio +h o 1500+ 250,6

A = Nt.L.a = 224. 16 ft . 0,1963 ft = 703.54 ft2

*Catatan : Nilai a bisa didapat melalui tabel 11 di bagian lampiran pada buku Process Heat
Transfer, D.Q.Kern
Q 4.725.000 Btu
73,79 Btu / ft 2 .o F
A . Tm 703,54 ft .91,02 F
2 o

U dirt =

Uclean Udirt 214,7 73,79


0,0089 ft 2 .o F / Btu
(Uclean )(Udirt ) 214,7 x 73,79
Rf =

Jadi nilai dirt factor dari alat penukar kalor ini adalah 0,0089 ft2 0F / Btu

Vous aimerez peut-être aussi