Vous êtes sur la page 1sur 56

grade 0: no radiographic features of OA are present

grade 1: doubtful joint space narrowing (JSN) and possible osteophytic lipping
grade 2: definite osteophytes and possible JSN on anteroposterior weight-bearing
radiograph
grade 3: multiple osteophytes, definite JSN, sclerosis, possible bony deformity
grade 4: large osteophytes, marked JSN, severe sclerosis and definite bony deformity

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan menjasi:


1) Grade 0 : Normal
2) Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
3) Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit
asimetris.
4) Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi
menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
5) Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit,
sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.
- See more at: http://aretnasih.blogspot.co.id/2013/11/osteoarthritis-radang-
sendi.html#sthash.e9Z1Ezbr.dpuf
5 menit
30 menit

45 menit
Post void
Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi. Cedera ini
dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui batas normal anatomisnya. Pindahnya
ujung tulang yang incomplete disebut dislokasi tidak sempurna atau subluxation. Karena fungsi
ligament adalah juga untuk mencegah perpindahan atau pergerakan sendi yang abnormal,semua
sprains menghasilkan beberapa derajat subluxation. Dislokasi yang komplit, atau luxation, terjadi
saat ada pemisahan yang komplit dari ujung tulang.
Teknik Radiografi Antegrade Pyelography (APG)

Pengertian
Teknik atau prosedur pemeriksaan sinar-X sistem urinaria dengan menggunakan media kontras
yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi
percutan.

Tujuan
Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi tractus urinarius bagian proximal.
Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang informatif/kurang
akurat/metode RPG tidak memungkinkan.
Untuk menunjukkan terutama gambaran renal pelvic dan ureter.
Menujukkan obstruksi ureter akibat batu.Indikasi
Nephrolitiasis
Urethrolitiasis
Nephritis
Pyelonephritis
Trauma akut tractus urinarius
Hydroneprosis

Persiapan Pemeriksaan
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil atau tidak.
Hasil ureum dan creatinin normal
Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya
bubur kecap.
12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar
Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi
udara dalam usus.
Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
Penandatanganan Informed Consent. Venipuncture adalah prosedure invasive yang dapat
menyebabkan komplikasi pada saat injeksi media kontras. Petugas harus hati-hati dan selalu
memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed consent. Untuk
pasien anak-anak harus diberikan penjelasan pada anak dan orang tua anak tersebut.

Persiapan Alat dan Bahan


Media kontras iodium 50 cc, cairan NaCl 100 cc
Spuit dissposible 50 cc
Needle 19 G
Handscoen
Clamp
Plester
Alkohol dan betadine
Haas
Pesawat sinar-x, kaset dan film 24 x 30 dan 30 x 40

Prosedur Pemeriksaan
Kateter yang telah terpasang diklem kemudian selang yang terhubung dengan urine dicabut
Kontras medis disiapkan dengan mencampur media kontras dan NaCl dengan perbandingan 1 :
3
Sebelum pemasukan media kontras dilakukan, lakukan plain foto dengan kaset 30 x 40
orientasi ginjal
Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung terhubung
dengan pelviocalyces .

Terdapat 3 seri pemotretan dengan menggunakan film 30 x 40


1. Foto 1 fokus pada renogram dan pelviocalyceal system
2. Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan pelviocalyceal system
3. Foto 3 fokus pada ureter distal dan vesika urinaria.
4. Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal

Proyeksi Antegrade Pyelography

a. AP
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
Kedua tangan di samping tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
MSP setinggi crista iliaca

FFD
40 inci (100 cm)

Catatan
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron
sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.

b. AP Oblique

Posisi Pasien
Semisupine

Posisi Obyek
Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 450 terhadap meja pemeriksaan.
Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja
pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala,
yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1 inci (3,8 cm) di atas crista illiaca

FFD
40 inci (100 cm
Radiologi Sistem Urogenitalia
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis yang cermat untuk
memperoleh sebanyak mungkin informasi dari keluhan dan gejala yang diderita. Setelah itu
harus dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengcrosscheckan antara gejala yang dikeluhkan
dengan tanda yang ditemukan. Setelah itu bila perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk menunjang penegakan diagnosis penyakit yang diderita. Radiologi merupakan salah satu
sarana untuk menunjang penegakan diagnosis suatu penyakit. Radiologi dapat berperan untuk
memberikan gambaran pada organ dalam pasien tanpa untuk dinilai apakah sedang mengalami
suatu kelainan (keadaan patologis) atau tidak

Di dalam system urogenitalia terdapat cukup banyak peran Radiologi untuk menegakkan kasus
di dalamnya. Adapun macam pemeriksaan Radiologi yang biasa dilakukan pada pasien dengan
kasus urologi antara lain :
1. Foto Polos Abdomen (FPA)

Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (FPA) pada kasus urogenitalia bertujuan untuk melihat
adanya batu radioopaq yang akan terlihat putih karena densitas batulebih tinggi daripada
jaringan di sekitarnya. Gambaran adanya batu radioopaq ini menunjukkan adanya batu
kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat. Sedangkan batu urat jika dilakukan FPA akan
Nampak sebagai batu radioluscent. Untuk melakukan FPA perlu dilakukan persiapan terlebih
dahulu, yakni pasien dipuasakan minimal 8 jam untuk mengosongkan isi perut (diberi
pencahar bila perlu) sehingga faeces yang ada di dalam usus tidak menjadi pengganggu dalam
imaging. Foto dilakukan saat pasien ekspirasi sehingga posisi ginjal sejajar dengan film.

Yang dapat dinilai dari hasil FPA adalah Ginjal.Ginjal kita nilai bentuk, letak, ukuran dan
posisi. Normalnya ginjal berbentuk seperti kacangpermukaannya licin dan terletak di bagian
lumbal setinggi VL 2. Selain itu juga bisa dilihat apakah terdapat gambaran batu radioopaq
baik pada ginjal, ureter maupun Vesica Urinaria (VU). Adapun gambaran batu besar yang
terdapat dalam PCS dan berbentuk seperti tanduk rusa yang disebut staghorn. Selain itu
juga dapat dinilai adakah kelainan congenital (aplasia ginjal, Ginjal ektopik, Horshoe
Kidney, Agenesis Ginjal) ataupun tumor/ massa pada organ urologi. (Ginjal polikistik,
ginjal multikistik)
2. Intra Venous Pielografi (IVP) / Ureterografi Intra Vena
Pemeriksaan IVP atau UIV membutuhkan persiapan yang sama seperti pada pemeriksaan
FPA. Pemeriksaan IVP sejatinya hampir sama dengan pemeriksaan FPA, namun yang
membedakan adalah pemeriksaan IVP dilakukan menggunakan kontras berupa Iodine dan
dilakukan foto secara berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.
Pemberian kontras dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Adapun dosis
kontras yang diberikan adalah 1 cc/kgBB pada pasien dengan kadar Kreatinin <1,6mg% dan
2 cc/ kgBB pada pasien dengan kadar kreatinin 1,6-3mg%. Pada pasien dengan kadar
kreatinin diatas 3mg% tidak boleh dilakukan IVP sehingga perlu dipilihkan sarana
penunjang radiologis yang lain yakni USG dan FPA,Oleh karena itu, IVP lebih peka dan
perlu persiapan yang lebih daripada FPA. Pemeriksaan IVP ini bertujuan untuk melihat fungsi
ekskresi (ginjal), melihat anatomi tractus urogenitalia, dan mencari adakah kelainan pada
trctus urogenitalia.

IVP dilakukan atas indikasi : infeksi tractus urogenitalia, tumor tractus urogenitalia,
trauma pada daerah abdomen (lumbal dan suprapubis), batu pada tractus urogenitalia,
serta mencari kausa kolik abdomen. Adapun kontraindikasi Absolut IVP yakni pada
pasien Alergi. Sedangkan kontraindikasi relative yakni pada pasien Diabetes Insipidus,
Hipotensi, Multiple Mieloma, Diabetes Melitus, Gagal Ginjal, Kadar Kreatinin >4mg%.

Adapun cara pemeriksaan IVP yakni : Pertama lakukan FPA pada


pasien. Kemudian pasang infuse dan suntikkan kontras. Kemudian lakukan pengambilan
foto pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.
a. Pada fase nefrogram (foto pada menit ke 5) kita nilai fungsi ekskresi ginjal, kontur ginjal
dan system PCS nya. Normalnya kontras akan Nampak mengisi PCS sehingga Nampak
gambaran radioopaq (putih) dan tidak didapatkan ekstravasasi kontras ke jaringan
sekitar yang menunjukkan adanya ruptur ginjal.

b. Pada fase pielogram (foto pada menit ke 15) kontras akan mengisi PCS dan
ureter sehingga ureter tampak radioopaq (putih). Jika terdapat batu pada ureter radioopaq
ataupun radioluscent, maka akan Nampak kontras yang tidak mengalir dan kemudian
papillae renalis nampai cubbing (berbentuk seperti mangkok). Hal ini menunjukkan telah
terjadi hidronefrosis.
c. Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram. Pada saat
ini kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU kita nilai
dindingnya apakah permukaannya rata (Normal) atau bergelombang (Sistitis/ Radang
VU), adakah filling defect yang Nampak sebagai area radioluscent saat VU terisi kontras
(menunjukkan adanya batu radioluscent jika filling defect permukaan nya licin dan ikut
bergerak saat berpindah posisi, atau adanya tumor atau massa pada dinding VU jika filling
defect permukaannya tidak rata dan tidak ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi,
additional shadow (menunjukkan adanya batu/ massa), dan ekstravasasi kontras yang
menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU intraperitoneal : kontras masuk ke cavum
peritoneum dan mengalir mengikuti kontur usus, menyebar ke sulcus paracolica, mengumpul di
daerah subfrenik dextra, subhepatika, inframesokolika dextra-sinistra. Karena urin mengikuti
kontur usus maka akan nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2 usus halus,
sedangkan pada ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi ekstravasasi kontras ke jaringan
lunak sekitar shg nampak seperti bulu di daerah retropubicum kemudian menyebar ke
dinding anterior abdomen dan mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di jaringan lemak
anterior m.psoas dan naik secara retrograd ke sampai setinggi ginjal.
d. Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih
(kencing). Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU. Apakah terdapat kelainan
dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH dll. Pada kasus injury
diaphragma UG kontras akan masuk ke scrotum.

e. Apabila sampai menit ke 120 tidak Nampak adanya eskkresi kontras, maka diagnosis
pasien adalah Non Visualized Kidney. Kemudian bisa dilakukan RPG dan jika RPG
tetap gagal, bisa dilakukan APG.

3. Retrograd Pielografi (RPG)


Pemeriksaan dengan memasukkan alat melalui OUE sampai ke pelvis renalis lalu
dimasukkan kontras untuk menilai keadaan ureter, VU dan fungsi pengosongan nya.

4. Antegrad Pielografi (APG)


Pemeriksaan dengan langsung memasukkan kontras ke pelvis renalis melalui dinding
abdomen.
5. Sistografi

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai Vesica Urinaria. Dapat merupakan lanjutan
dari IVP atau dengan memasukkan kontras ke VU secara anterograd (kontras
dimasukkan langsung dari VU) maupun retrograde (dimasukkan alat melalui OUE sampai
ke VU lalu dimasukkan kontras). Penilaian terhadap hasilnya sama dengan penilaian pada
VU.

6. Retrograd Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium melalui OUE untuk memeriksa keadaan VU dan
urethra. Jika terdapat striktura uretra akan Nampak adanya penyempitan lumen urethra dan
elongasi. Pada kasus rupture urethra komplit (gejala : tidak keluarnya urin) akan
didapatkan media kontras yang terhalang untuk mengisi VU. Kemudian kontras akan
mengumpul di spatium retropubikum, jaringan paraprostatika, dan spatium retroprostatikum.
7. Miksi Uretrosistografi
Dengan memasukkan kontras iodium langsung ke VU melalui dinding depan abdomen.
Hal ini bertujuan untuk menilai VU dan urethra. Setelah di suntikkan kontras pasien
disuruh untuk berkemih dan dinilai juga fungsi pengosongan VU nya. Jika terdapat
gangguan dalam pengosongan VU dapat terjadi refluks vesicoureter.

8. Bipoler Uretrosistografi
Merupakan pemeriksaan untuk menilai VU dan urethra. Pemeriksaan ini merupakan
gabungan dari miksi uretrosistografi dan retrograde uretrosistografi yakni kontras
dimasukkan secara langsung baik dari VU maupun melalui OUE. Hal ini dapat menilai
letak dan panjang striktura urethra yang terjadi.

9. USG

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) juga merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang
cukup banyak dilakukan pada kasus di bidang urologi. USG merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang radiologis yang relative aman, karena USG tidak menggunakan sinar radioaktif untuk
sarana imaging nya, namun menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi / ultrasonic (1-
10MHz). Selain itu, pemeriksaan USG juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain : lebih
cepat, tidak perlu persiapan khusus (hanya saja pasien diminta untuk banyak minum dan
menahan BAK sehingga VU terdistensi), aman, non invasive dan tidak sakit, fleksibel dan
relative lebih murah. Selain itu, USG juga memiliki kelemahan, antara lain : kesulitan pada
orang gemuk karena jaringan lemak yang tebal menyebabkan bias pada imaging, USG
tidak dapat mencitrakan organ yang berisi udara dan organ yang tertutupi oleh tulang di
depannya, USG tidak dapat menilai fungsi suatu organ, Operator dependen (bergantung
pada kemampuan dari operator USG itu sendiri), pada luka / infeksi dapat menimbulkan
rasa sakit.

Organ ginjal jika dilakukan pemeriksaan USG normalnya akan berbentuk seperti biji kopi,
berukura aksis 8-12cm, gambaran parenkim ginjal lebih hipoekoik (gelap) dibanding
hepar atau lien, sedangkan pada bagian medulla akan Nampak lebih hipoekoik dibanding
bagian korteks, dan sinus nya akna Nampak lebih hipoekoik. Pada kasus hidronefrosis
akibat batu akan Nampak adanya gambaran pelebaran dari PCS yang gelap karena terisi
cairan (urin). Sedangkan pada pasien dengan kasus Nefrolitiasis (Batu Ginjal) apabila
dilakukan pemeriksaan USG akan Nampak gambaran hiperekoik (putih) dengan acustic
shadow yang biasanya disertai dengan hidronefrosis.
Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk menampilkan ada tidaknya cairan perivesical
abnormal yang Nampak sebagai area anekoik yang terdapat di Morrison pouch (antara ginjal
kanan dan hepar), recessus splenorenal (antara ginjal kiri dan lien) atau di suprapubica

Pada trauma ginjal dengan hematom subkapsuler jika dilakukan pemeriksaan USG akan
Nampak adanya gambaran hipoekoik. Sedangkan pada laserasi ginjal jika dilakukan USG akan
ampak adanya gambaran diskontinuitas parenkim berupa garis pita2.

10. Computed Tomografi Scan (CT-Scan)


CT-Scan merupakan salah satu alat penunjang radiologis yang sensitive untuk menilai adanya
kelainan pada traktus urogenitalia terutama pada rupture organ yang melibatkan organ
disekitarnya. Persiapan sebelum melakukan CT-Scan sama dengan persiapan pada FPA.
Keunggulan lainnya yakni CT-Scan dapat mendeteksi organ sekitar dan juga dapat
mencitrakan gas dan tulang. Namun kelemahan dari CT-Scan ini ia menggunakan sinar
sehingga dapat memicu adanya radiasi dan juga harganya yang masih relative mahal.
CT-Scan merupakan Gold Standard dari kasus Trauma Ginjal, hal ini dikarenakan dengan
menggunakan CT-Scan dapat memberikan gambaran trauma secara lebih akurat baik dari
sisi ukuran laserasi, lokasi dan hubungan dengan organ sekitar. Pada kasus Kontusio
ginjal akan nampak adanya gambaran sedikit enhancement pada pemberian
kontras dibanding dengan daerah normal. Pada kasus hematom didapatkan adanya
gambaran hipodens dan lokasinya bisa pada intrarenal, subkapsuler, perirenal dan
pararenal. Pada kasus laserasi ginjal akan nampak diskontinuitas jaringan ginjal. Sedangkan
pada kasus infark ginjal, area yang mengalami infark akan nampak berbentuk seperti
kapak akibat terjadinya nekrosis parenkim.

Sumber :
Pemeriksaan Radiologi Traktus Urinarius, dr. Titik Yuliastuti, Sp.Rad.
Imaging Trauma Traktus Urinarius, dr. Bambang Satoto, Sp.Rad(K).
APG
ANTEGRADE PYELOGRAPHY

APG (Antegrade Pylografi) merupakan teknik pemerikasaan khusus radiografi dari tactus
urinarius dengan cara memasukkan kontras media melalui kateter yang telah di pasang oleh ahli
urologi dengan cara nefrostomy percutan (pembedahan langsung)

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Ginjal

Ginjal, merrill's volume two.


Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah sangat banyak (sangat vaskuler) yang
fungsi dasarnya adalah "menyaring/membersihkan" darah. Volume aliran darah ke ginjal adalah
1,2 liter/menit atau 1700 liter/hari yang kemudian disaring menjadi cairan filtrate sebanyak 120
ml/menit (170liter/hari) ketubulus. Cairan filtrate ini di proses dalam tubulus. Cairan filtrate ini
di proses dalam tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke 2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2
liter/hari.
Ginjal berukuran dengan panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm kira-kira sebesar
kepalan tangan. Ginjal di bentuk oleh unit-unit yang di sebut nephron yang jumlahnya mencapai
1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Unit nephron dimulai pembuluh darah halus/kapiler, bersifat
sebagai saringan disebut glomerulus, darah melewati glomerulus atau kapiler tersebut disaring
sehingga berbentuk filtrate (urin yang masih encer) yang jumlahnya kira-kira 170 liter/hari,
kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke
saluran saluran ureter, kandung kencing, kemudian keluar melalui uretra.

Fungsi ginjal adalah bertugas sebagai system filter/ saringan dan membuang sampah, menjaga
keseimbangan cairan tubuh, produksi hormone erthropoietin yang membantu pembuatan sel
darah merah dan mengaktifkan vitamin D unruk memelihara kesehatan tulang.

(Manajemen Hidup Sehat oleh Dr.Nico A Lumenta dkk.)

2. Ureter

Setiap Ureter memiliki panjang 10 sampai 12 Inchi (25 samapi 30 cm) yang terletak menuju
kebawah (desenden) di belakang peritoneum dan di depan otot psoas dan processus tranversus
vertebra lumbalis, melewati inferior dan postertior di depan sayap sakral, dan kemudian kurva
anterior dan medial untuk memasuki permukaan podterolateral dari tingkat spina iskiadika.
Ureter menyampaikan urin dari pelves ginjal ke kandung kemih dengan lambat, kontraksi
peristaltik ritmis. Ureter berfungsi sebagai jalannya urin dan ginjal ke vesical urinaria.

(Merrilis Atlas of Radiographic Position Volume 2 Edition Tenth)

3. Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah kantung yang terbentuk dari musculo membranous yang berfungsi
sebagai reservoir (tempat penyimpanan sementara) untuk urine. Kandung kemih terletak di dekat
posterior dan superior ke simfisis pubis dan menuju anterior ke ructum pada pria dan anterior ke
kanal vagina pada wanita. Puncak kandung kemih adalah pada aspek anterosuperior dan
berdekatan dengan aspek superior dari simfisis pubis. Bagian yang paling tetap kandung kemih
adalah leher, yang bertumpu pada prostat pada pria dan pada diafragma panggul pada wanita.

Kandung kemih bervariasi dalam ukuran, bentuk dan posisi sesuai dengan isisnya. Hal ini secara
bebas bergerak dan diadakan di posisi oleh lipatan peritoneum. Ketika kosong, kandung kemih
terletak pada daerah rongga panggul. Saat kandung kemih terisi, secara bertahap mengasumsikan
bentuk oval sementara memperluas superior dan interior kedalam rongga perut. Kandung dewasa
dapat menahan sekitar 500 ml cairan ketika benar-benar penuh. Keinginan untuk berkemih
(buangair kecil) terjadi ketika sekitar 250 ml urin dalam kandung kemih.

Ureter memasuki dinding posterior kandung kemih pada margin lateral bagian superior dari basis
dan lulus miring melalui dinding ke lubang internal yang masing-masing (Seperti gambar diatas).
Kedua buakaan sekitar 1 inchi (2,5 cm) terpisah saat kandung kemih kososng dan sekitar 2 inchi
(5 cm) terpisah ketika kandung kemihyang buncit. Bukaan yang berjarak sama dari lubang uretra
internal, yang terletak dileher (bagian terendah) dari kandung kemih. Daerah segitiga antara tiga
lubang disebut trigonum. Mukosa lebih trigonum selalu mulus, sedangkan sisa lapisan
mengandung lipatan, yang disebut rugae, saat kandung kemih kosong.

(Merrilis Atlas of Radiographic Position Volume 2 Edition Tenth)

B. TEKNIK PEMERIKSAAN APG

1. APG (Antegrade pyelography)

Menurut Buku Principles of Genitourinsry Radiology Oleh Zoran L Barbaric


APG merupakan teknik pemeriksaan kontras dimasukkan kedalam system pengumpulan (system
urinaria) melalui selang (kateter) yang sudah di lakukan nefrostomy (pembedaan nefron) atau
bisa dapat dilakukan dengan menyuntikan kontras melalui perkutan secara tunggal.
APG biasanya dilakukan untuk menentukan ada atau tidak adanya penyebab, menentukan letak
keabnnormalan, dan tingkat keparahan obstruksi ureter. sedangkan menurut Merill's Atlas Of
Radiographic Positions and Radiologic Procedures ten editions(volume two)

Teknik pemeriksaan APG adalah teknik pengisian secara antegrade yang memungkinkan media
kontras untuk masuk ke ginjal melalui aliran darah normal. pada pasien khusus dilakukan dengan
memberiksan bahan kontras langsung ke ginjal melalui puncture percutaneous dari pelvis ginjal,
teknik ini disebut percutaneous antegrade urography. jauh lebih umum digunakan adalah teknik
fisiologis, dimana agen kontras umumnya dimasukkan kedalam intravena, teknik ini disebut
exctretory atau intravena urografi (IVU)

2. Tujuan Pemerikasaan APG


Seperti juga pada RPG, teknik APG ini dapat memperlihatkan anatomi, fungsi dan lesi-
lesi tractus urinari pada bagian atas.
Bertujuan untuk mengevaluasi gambaran ureter dan ginjal.
Dilakukan setelah pemeriksaan IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang informatif
atau diagnosa yang di hasilkan kurang akurat dan metode RPG tidak mungkin dilakukan.
Untuk memperlihatkan tractus urinarus, terutama pada bagian pelvic renal sampai dengan
ureter.
Memperlihatkan adanya obstruksi pada ureter yang disebabkan oleh batu.
3. Indikasi Pemerikasaan
Neprolithiasis (adanya batu ginjal)
Uretrolothiasis (adanya batu ureter)
Nephritis
Trauma akut tractus urinari
Hydronephrosis

4. Persiapan Pasien

Persiapan yang harus dilakukan untuk pasien APG adalah seperti pada pasien yang akan
dilakukan operasi (pembedahan) antara lain dengan puasa atau dilakukan clisma (dimasukkan
cairan hangat lewat anus) sebelum operasi.

5. Persiapan Alat dan Bahan


Kontras Media
Spuit dispossible
Handscoon
Clamp
Pleaster
Betadine
Alkohol
NaCL / Aquadestilata
Haas
6. Teknik Pemeriksaan
1. Kateter yang telah terpasang diklem, kemudian selang yang menghubungkan dengan
urine bag di cabut.
2. Kontras media disiapkan dengan cara mencampurkan bahan kontras (Urografin) dengan
NaCl dengan perbandingan 1:3, dan banyaknya kontras yang dilarutkan adalah 5-20ml.
3. Sebelum kontras media dimasukkan, terlebih dahulu di buat plan foto.
4. Suntikan kontras media yang sudah diencerkan melalui keteter yang sebelumnya telah di
buka klemnya.
5. Kateter yang dipasang oleh ahli urologi harus telah mencapai pelvicalyceal (pelvis renal),
maka APG dapat dilakukan.
6. Film digunakan adalah 35 x 35 cm seri 3
Foto I di fokuskan pada renogram dan pelvic calyses sistem
Foto II difokuskan pada ureter bagian proximal dan pelvic calises sistem.
Foto III difokuskan pada ureter bagian distal dan vesica urinaria
7. Foto terakhir di buat untuk melihat sekresi ginjal.
8. Menurut Genitourinary Radiology ( The Requisites) oleh Ronald J. Zagoria
teknik pemasukan bahan kontras Antegrade Pyelography dilakukan setelah menusukan
jarum halus kedalam sistem pengumpul intra renal 21 atau 22 gauge pada dinding tipis
dengan jarum yang sesuai untuk prosedur ini. tusukan jarum halus pada ginjal
dihubungkan dengan bagian yang beresiko cedera rendah pada pembuluh darah dan
sepsis. banyak tusukan di trasrenal dengan jarum 21-22 gauge dapat dilakukan dengan
impunitas relatif karena resiko komplikasi rendah yang signifikan.

Gambar teknik pemasukan bahan kontras melalui nefrostomy


8. Proyeksi Pemeriksaan

a. Plan foto AP abdomen (tujuan: untuk melihat persiapan pasien apakah bagus atau tidak) dan
untuk menetukan faktor eksposi selanjutnya.
Posisi pasien : Supine di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek Pasien :

MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada pada MLT (Mid Line Table)

Kedua lengan berada disamping tubuh


Kedua bahu diatur sama tinggi agar berada pada bidang transversal yang sama

Diatas bawah kaset mencangkup atas sympisis pubis dengan batas atas pada xypoid
- CR : Vertical kaset

- CP : Pertengahan film setinggi L-3 atau pada umbilicus

- Kaset : ukuran 35 x 43 cm memanjang

- Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah ekspirasi penuh

Kriteria Evaluasi

Tampak gambaran Abdomen dengan batas bawah film mencangkup tepi atas sympisi
pubis
Foto simetris ditandai dengan columna vertebrae lumbalis terproyeksi pada pertengahan
film
Tampak kontur ginjal kiri dan kanan
Kedua dinding lateral Abdomen tidak terpotong
Bila bisa mencangkup kedua diafragma
b. Oblique
Pada film 35 x 35 cm dibvuat segitiga, pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga
objek yang dituju dapat terlihat. Untuk mendapatkan objek tersebut proyeksi yang paling sering
digunakan adalah adalah oblique (dimonitor oleh fluoroscopy)
Posisi pasien : dari keadaan supine, tubuh pasien (salah satu sisi) diangkat kira-kira 30 -
45 derajat.
Posisi objek :

Sisi tubuh yang lain di ganjal dengan spon


Lutut agak difleksikan
Ginjal yang akan di periksa diletakkan dekat dengan film
Daerah upper tract urinary, di pusatkan pada pertengahan film
Central Point (CR) : Tertuju kedaerah renal yang diperiksa
Eksposi : pada saat tahan nafas.
Kriteria Evaluasi
Pelvic calises tampak terisi kontras
Posisi oblique ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kondisi patologis
pada ureter dengan perubahan posisi
7. Kelainan-Kelainan Patologi
Antegrade pyelogram depicting distal ureteric structure
A partial obstruction in the distal ureter is caused by a small calculus (seen as afilling
defect) followed by a stricture.

Observation stone manipulation dan obstruksi


C. KESIMPULAN

Teknik pemeriksaan APG yaitu teknik pemeriksaan secara khusus padah sistem traktus urinarius
dengan cara memasukkan memasukkan bahan kontras media melalu kateter yang di pasang oleh
ahli urologi melalui intrarenal 21-22 gauge dilakukan secara nefrostomy percutan (pembedahan
secara langsung pada nefron. APG memiliki tujuan apabila pada saat dilakukan IVP dan RPG
kurang informatif, dapat memeprlihatkan anatomi, fungsi, lesi-lesi pada nefron ureter dan vesica
urinasia serta dapat memperlihatkan adanya obstruksi pada ureter. apabila setelah dilakukan
pemasukan bahan kontras sebanyak 5-20 ml maka diambil proyeksi AP dan Oblique didapatkan
kriteria gambaran sesuai proyeksi masing-masing serta dapat memperlihatkan kelainan patologis
yang tergambar pada proyeksi tersebut.
TEKNIK PEMERIKAAN RPG
1. Pendahuluan

Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.

Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui
sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter.

Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang
bedah.

Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.

2. Pengertian
Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X
dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria)
untuk menegakkan diagnosa.
3. Indikasi

Stricture uretra

Batu uretra

Uretris injuri

Renal pelvic neoplasm

Renal calculi

Ureteric fistule

Accidential ureteric ligation

4. Kontraindikasi

Urethritis

o Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada


tractus urinari distal dan proximal.

o Peradangan yang terjadi akan sulit untuk diobati.

Stricture urethra
o Bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah
keadaan.

5. Komplikasi yang mungkin terjadi

INJURI URETRA

o Penggunaan cystoscopy dengan ukuran besar dan tidak digunakannya lubricant


(jelly) memungkinkan injuri terjadi.

BLADDER INJURI

o Jarang terjadi. Apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi
bladder mungkin terjadi.

PARAPHIMOSIS

o Mungkin terjadi pada pasien yang tdk dicircumsisi

STRICTURE URETHRA

o Tidak digunakannya lubricant yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture
kemudian.

MEATAL STRICTURE :

o Ada stricture urethra

CYSTITIS :

o Jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan

6. Persiapan Pasien
Sama seperti persiapan pada pemeriksaan BNO-IVP, yakni :

1. Hasil ureum dan creatinin normal

2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat,
misalnya bubur kecap.

3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.

4. Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan


5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk
meminimalisasi udara dalam usus

6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass

7. Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :

1. Penjelasan pada pasien

2. Dorongan mental dan emosional

8. Penandatanganan Informed consent.

7. Persiapan Alat dan Bahan

Pesawat sinar-X

Media kontras iodium 20 cc

Spuit 20 cc

Needle 19 G

Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40

Grid atau bucky

Marker R/L

Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)

Desinfektan
8. Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy,
secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sblm pemeriksaan mulai
dilakukan.
9. Prosedur Pemeriksaan

1. Lakukan Plain Foto (Abdomen polos)

1. Untuk memastikan letak kateter (untuk dokter urologis)

2. Radiografer : mengetahui ketepatan teknik dan posistioning.

2. Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis, pada
ginjal yang diperiksa.
1. Diambil dengan menggunakan film 24x 30

2. Kontras dimasukkan kembali 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto,


menggunakan film 30x40 cm untuk melihat daerah ureter.

3. Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis, dan
keteter dilepas. Foto diambil dengan menggunakan fim 30x40.

1. Definisi
Teknik atau prosedur pemeriksaan urinary bladder (blass) setelah memasukkan media kontras
melalui kateter dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.
2. Indikasi (Klinis)

Trauma

Calculi

Tumor

Inflamantory urinary bladder

3. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus, hanya pasien harus mengosongkan bulinya terlebih dahulu
sebelum pemasangan kateter dilakukan.
Pasien Melepaskan benda2 logam yang dapat menggangu gambaran.

4. Persiapan Alat dan Bahan

Media kontras iodium 50 cc

Aqua steril 100 cc

Poly cateter 16 G

Spuit 50 cc (spuit kaca 200cc)

Needle 19 G

Pesawat sinar-X, kaset dan film 24x30 cm

5. Prosedur Pemeriksaan

Bahan kontras dicampur dengan aqua steril dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4 (1


kontras dan aqua steril).

Plain foto khusus daerah blass (setelah pasien kencing).

Pasang kateter , menuju blass melalui uretra

Masukkan kontras yang telah dicampur aqua 150 500 cc

6. Teknik Pemotretan
Proyeksi Foto AP

o Posisi pasien : Supine, kedua kaki lurus, MSP // pertengahan bucky (meja
pemeriksaan)

o Central Ray : 10 - 15 ke caudad (agar blass tdk superposisi symphisis pubis)

o CP : 2 inchi (5 cm) superior symphisis pubis.

o Eksposi : ekspirasi tahan nafas.

o Kriteria gambar : Urinary blader tidak superimposisi dengan symphisis pubis

Proyeksi Oblique bilateral (kanan dan kiri)

o Semi supine (bagian posterior menempel meja)

o Rotasikan tubuh 45- 60

o Tekuk lutut yang jauh dari ET,luruskan kaki yang dekat dengan ET, tangan yang
dekat dengan ET gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari ET diletakkan
di depan tubuh.

o CR : tegak lurus IR

o CP : 2 inchi superior symphisis pubis dan 2 inchi medial SIAS


o Eksposi : ekspirasi tahan nafas

o CATATAN : digunakan untuk menunjukkan bagian posterolateral blass,


khususnya UV junction.

o Kriteria gambar : Urinari blader tidak superimposisi dengan bagian kaki yang
ditekuk

Proyeksi Lateral

o Proyeksi ini tidak umum dilakukan.

o Proyeksi ini umumnya dilakukan dengan klinis : fistel vesicorectal atau


vesicouteral .

o Posisi pasien : True lateral (lateral recumbent), kedua tangan digunakan sebagai
bantalan kepala, kedua lutut ditekuk, dan letakkan bantal diantara lutut.

o CR : tegak lurus IR

o CP : 2 inchi superior dan posterior symphisis pubis.

o Eksposi : ekspirasi tahan nafas.


o Kriteria gambar : Hip dan femur superimposisi.

Teknik Pemeriksaan Radiografi Intra Vena Urografi (IVU)

Pemeriksaan radiografi Intravenous Urethrography (IVU) atau biasa juga disebut Intravenous
Pyelography (IVP) merupakan suatu pemeriksaan secara radiologi dari saluran perkemihan
dengan menggunakan media kontras positif yang disuntikkan melalui pembuluh darah vena,
dengan tujuan untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari organ-organ saluran kemih yang
terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Indikasi

Pembesaran prostat jinak


Batu kandung kemih
Radang ginjal
Batu ginjal
Hidronefrosis
Penyakit ginjal polisistik
Karsinoma sel ginjal
Pielonefritis

Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap media kontras
Tumor ganas
Penyakit hati atau liver
Kegagalan jantung
Anemia
Kegagalan ginjal
Penyakit kencing manis
Pheochrocytoma
Multipel myeloma

Persiapan Pasien

Tahapan persiapan yang harus dilakukan pasien antara lain sebagai berikut :

1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan makan makanan rendah serat,
misalnya bubur kecap.
2. Pada malam hari yaitu 12 jam sebelum pemeriksaan penderita diberi obat pencahar yang
berupa sulfas magnesium atau garam ingris sebanyak 30 gram atau dulkolax tablet sebanyak
6 butir.
3. Dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan dilakukan
4. Pada pagi hari kalau perlu pasien diberi dulkolax suposutoria sebanyak 2 butir yang
dimasukkan ke dalam dubur guna lavement.
5. Pasien dilarang merokok dan banyak bicara karena dapat meningkatkan produksi cairan
dalam lambung dan volume udara pada usus.
6. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk buang air kecil. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi dilution / percampuran media kontras dengan urin dan agar vesica urinaria
tidak terlalau penuh karena dapat terjadi ruptur, apalagi jika pemeriksaan lama dan
menggunakan teknik kompresi.
7. Pasien diwajibkan melakukan tes darah di laboratorium guna mengukur kadar ureum
serta kreatininnya. Pemeriksaan UIV baru bisa dilakukan bila kadar ureum dan kreatinin
pasien normal. Kadar normal ureum adalah 8 25 mg/100 ml dan kadar kreatinin normal
adalah 0,6 1,5 mg/100ml.

Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan untuk pemeriksaan IVU yang harus dipersiapkan antara lain : pesawat roentgen
siap pakai, kaset dan film, grid, marker, pengatur waktu, tensi meter, tabung oksigen, baju
pasien, media kontras, gonad shields.
Pada pemeriksaan IVU perlu dipersiapkan alat untuk memasukkan media kontras, terdiri alat
bantu steril dan non steril. Alat steril yang diperlukan antara lain : spuit 20cc, kassa, kapas
alkohol, anti histamine, dan infuse set. Sedangkan alat bantu non steril antara lain : bengkok,
plester dan sarung tangan

Untuk media kontras yang dipakai adalah media kontras iodium water souluble.

Teknik Pemeriksaan

1. Foto Polos Abdomen

Tujuan pemotretan adalah untuk melihat persiapan dari penderita, apakah usus sudah bebas dari
udara dan fekal. Kelainan-kelaian anatomi pada organ saluran kemih dan untuk menentukan
faktor eksposi pada pengambilan radiograf selanjutnya. Teknik pemotretan untuk pemeriksaan
foto polos abomen sebagai berikut :

Posisi penderita : berbaring telentang di atas meja pemeriksaan, kedua lengan ditempatkan
disamping tubuh. Posisi objek, pasien diatur sehingga Mid Sagital Plane
berada di tengah meja pemeriksaan.

Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang sejajar tubuh dengan batas atas kaset
pada proccecus xypoideus dan batas bawah pada sympisis pubis. Arah sinar
vertikal tegak lurus terhadap kaset. Titik bidik pada MSP tubuh setinggi garis
yang menghubungkan krista iliaka kanan dan kiri. Jarak fokus dan film 100 cm,
eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : dapat menampakkan organ abdomen secara keseluruhan, tidak tampak pergerakan
tubuh, kedua krista iliaka simetris kanan dan kiri, gambaran vertebra tampak di
pertengahan radiograf.
2. Foto 5 menit setelah pemasukan media kontras

Tujuan pemotretan ini adalah untuk melihat fungsi ginjal dan untuk melihat pengisian media
kontras pada pelviocalises.

Posisi penderita : berbaring telentang diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping tubuh.
batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah pada krista iliaka.

Kaset : ukuran 24 cm x 30 cm diatur melintang tubuh, arah sumbu sinar vertikal tegak
lurus terhadap kaset. Titik bidik ditujukan pada MSP tubuh setinggi 10 cm di
atas krista iliaka. Jarak fokus dengan film 100 cm Eksposi dilakukan pada
saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : dapat menampakkan kedua kontur ginjal yang terisi media kontras.

3. Pemotretan 15 menit setelah pemasukan media kontras

Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian media kontras pada ureter. Teknik pemeriksaannya
adalah sebagai berikut :

Posisi penderita : berbaring telentang di atas meja pemeriksaan, kedua tangan di samping tubuh.
Posisi objek atur pasien sehingga MSP berada di tengah meja pemeriksaan

Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang sejajar tubuh dengan batas atas kaset
pada proccecus xypoideus dan batas bawah pada sympisis pubis. Titik bidik ditujukan
pada MSP tubuh setinggi garis yang menghubungkan krista iliaka kanan dan kiri. Arah
sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Jarak focus dengan film 100 cm. Eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : dapat menampakkan media kontras mengisi kedua ureter.

4. Foto 30 menit setelah pemasukan media kontras

Tujuan pemotretan untuk melihat pengisian ureter dan kandung kencing. Teknik
pemeriksaannya sebagai berikut :

Posisi penderita : telentang di atas meja pemeriksaan. Posisi objek atur pasien diatur sehingga
MSP berada di tengah meja pemeriksaan

Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang sejajar tubuh dengan batas atas kaset
pada proccecus xypoideus dan batas bawah pada sympisis pubis. Titik bidik ditujukan
pada MSP tubuh setinggi garis yang menghubungkan krista iliaka kanan dan kiri. Arah
sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Jarak focus dengan film 100 cm. Eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : tampak batas atas vertebra thorakal XII, batas bawah sympisis pubis terlihat jelas
dalam foto harus simetris.

Apabila pada pengambilan radiograf tujuan pengambilan radiograf belum terpenuhi maka dibuat
radiograf 60 menit, 90 menit, 120 menit. Apabila diperlukan maka dibuat proyeksi oblik
terutama untuk kasus prostat hipertrofi.

5. Pemotretan Post Miksi


Apabila pada foto 30 menit kandung kemih sudah terisi penuh media kontras, dan sesudah
diberikan proyeksi tambahan tertentu, pasien dipersilahkan buang air terlebih dahulu, dilanjutkan
foto post miksi, namun apabila pada foto 30 menit kandung kemih belum terisi penuh dengan
media kontras maka perlu ditunggu untuk foto 1 jam, 2 jam dan seterusnya. Teknik
pemeriksaannya sebagai berikut :

Posisi penderita : berdiri tegak atau supine dengan kedua tangan di samping tubuh. Posisi objek,
atur pasien sehingga MSP berada di tengah meja pemeriksaan

Kaset : ukuran 35 cm x 43 cm diatur memanjang sejajar tubuh dengan batas atas kaset
pada proccecus xypoideus dan batas bawah pada sympisis pubis. Titik bidik
ditujukan pada MSP tubuh setinggi garis yang menghubungkan krista iliaka kanan
dan kiri. Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Jarak fokus dengan film 100
cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakal XII, batas bawah sympisis pubis terlihat jelas
dalam foto harus simetris
.

Kontras media merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi


(visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik.
berikut adalah jenis kontras media beserta penggunaannya dalam bidang radiologi
1. Saluran Pencernaan
a. Oesofagografi
Kontras media(+) : barium sulfat dengan viskositas 1:1 atau 1:2
Kontras media(-) : Kristal-kristal carbon dioksida, missal Ez Gas
b. Maag- Duodenum(MD)
Kontras mesia(+): barium sulfat dengan viskositas 1:4
Kontras media(-) : natrium bicarbonate+asam sitrun, missal Ez Gas
c. Follow trough
Kontras media(+): barium sulfat dengan viskositas 1:6
d. Colon Inloop
Kontras media(+): barium sulfat dengan viskositas 1:8
Kontras media(-) : udara
e. Appendicografi
Kontras media(+):barium sulfat dengan viskositas 1:2
f. Loopografi
Kontras media(+):barium sulfat (1000ml untuk kontras tunggal dan 400ml untuk kontras ganda)
Kontras media(-) :udara
g. Sialografi

Kontras media(+):
Lipiodol(bersifat minyak)
Kurang baik karena penyerapab maupun sekresi lambat,sehingga untuk pemeriksaan ulang pada
kelenjar yang sama atau berbeda memerlukan waktu yang lama
Hypaque 85%(bersifat air)
Lebih disukai karena lebih cepat menyatu dengan air liur dan cepat disekresikan kembali
Volume kontras media 1-2ml

2. Saluran perkencingan
a. BNO-IVP
Kontras media(+):
Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan
dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan. (contoh : iopamiro, ultravist,omnipaque)
Urografin 20cc/lopamiro
b. Hydroneprosis, hydroureter
Kontras media(+) dengan volume bahan kontas (saxton 1969)
Dewasa sekitar 70kg: 20ml urografin 76%(atau sejenisnya), 40ml hypaque untuk dosis
rendah
c. Nephrotomografi
Kontras media(+)
decholin 20%, 20ml hypaque 45& dan 50ml hypaque 85% secara cepat
d. Retrograde Pyelo-Ureterografi
Kontras media(+)
Biasanya hypaque 25% atau yang setara kira-kira dengan 10cc.
untuk klinis hydronephrosis memerlukan lebih banyak volume bahan kontras
Urografin 10cc atau lebih
e. Retrograde cystografi
Kontras media(+)
Kontras media berbahan iodium dengan perbandingan 1:3 atau 1:4 omnipaque
Kontras media yang water soluble
30-50ml hypaque 50%+200ml aquadestilata
Kadang kadang digunakan udara(gas)untuk double kontras
f. Urethra-cystografi
Kontras media(+)
Golongan garam sodium atau meglumin 30-40cc
Untuk klinis dengan suspek rupture urethra menggunakan kontras media bersifar larut dalam
air(water soluble) missal urografin 60%
g. Cysto-Urethrografi
Kontras media
berbahan iodine 15%-20%
urografin dan aquabidestilata150-200cc
h. Cystografi kontras ganda
Bahan kontras:
Kontras media(+): steripaque 120ml
Kontras media(-) : CO2 60-80ml
3. Radiologi Anak
a. Appendigografi
Dengan menggunakan kontras media + dengan viskositas 1:2.
b. BNO-IVP
Dengan kontras media + yaitu, 2ml per kg berat badan anak <8kg dan 20ml pada berat anak
antara 8-30kg (contoh : iopamiro, ultravist,omnipaque)
4. CT-Scan
1.Head Polos
2. Head Kontras
3. Abdomen / Thorax Polos
4. Abdomen / Thorax Kontras
5.Sinus Paranasal
6. Orbita
7. Maxilla
8. Extrimitas
9. Columna Vertebra :
- Cervical
- Thoracal
- Lumbal
10. Pelvis

Kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan ct-scan yang membutuhkan kontras
media adalah kontras media yang berbahan senyawa iodium(contoh:omnipaque)
Media kontras Iodium yang larut dalam air dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Monomer ionic
Biasa digunakan dalam oral cholegrafi (Iopodote, Iocetamic acid, dll), dan Uro/angiografi
(Iothalamate, diatrizoat, Ioxithalamat, ioglicic Acid, Iodamic acid).

2. Monomer nonionic
Biasa digunakan dalam uro/angiografi (seperti iopamidol, Iohexol, Iopramide, Ioversol,
Iopentol).

3. Dimer ionic
Biasa digunakan dalam i.v cholegrafi (Iodipamic Acid, iodoxamid acid, Iotroxic acid) dan
Angiografi ( Ioglaxic Acid).

4. Dimer nonionic
Biasa digunakan untuk pemeriksaan myelografi (seperti Iotrolan).

5. Kardiologi/Pencitraan Pembuluh darah


a. Angiografi
Dengan menggunakan kontras media berbahan dasar iodine organic antera lain: conray,
angiografin,urografin,hypaque
b. Ct-scan kardiak
Kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan ct-scan yang membutuhkan kontras media
adalah kontras media yang berbahan senyawa iodium(contoh:omnipaque)
c. MRI jantung
Terdiri dari:
Jenis Pemeriksaan MRI Jantung
MRA coronary
Perfusion study
Viability study
Dobutamine stres MRI
ARVD study
MRA
Function study
Congenital Heart study
Kontras media yang digunakan:
Paramagnetic > Gadolinium (Gd)
Superparamagnetic> Besi oksida (Fe3O4)

Vous aimerez peut-être aussi