Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ali Shodikin
aliandr4@gmail.com
Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa
menggunakan strategi abduktif-deduktif. Penelitian yang dilakukan merupakan
eksperimental dengan desain pretes-postes dan kelompok kontrol tidak acak
(nonrandomized control group, pretest-posttest design) pada siswa kelas XI di salah satu
SMA di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Analisis data penelitian dilakukan secara kuantitatif-
kualitatif berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (KAM) maupun keseluruhan.
Selain peningkatan kemampuan, dianalisis pula interaksi antara pembelajaran dan KAM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif lebih baik daripada
siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori.Secara lebih rinci dari kategori KAM,
hanya pada kategori sedang yang menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Sedangkan
pada kategori KAM tinggi dan rendah memiliki peningkatan kemampuan penalaran
yang sama. Interaksi antara pembelajaran dan KAM untuk meningkatkan kemampuan
penalaran juga menunjukkan hubungan yang signifikan. Guru diharapkan mendorong
siswa untuk melakukan abduksi dan deduksi dalam pembelajaran matematika.
ABSTRACT
The experimental study aims at improving mathematical reasoning ability by adopting
abductive-deductive strategy, and applies a pretest-posttest design and nonrandomized
control group in the eleventh grade of a senior high school in Pati, Central Java. Data
were analyzed on a quantitative-qualitative basis on the categories of early mathematical
ability (KAM) and overall. The findings show that mathematical reasoning ability
improved among the students with abductive-deductive strategy better than those who
received the expository learning. Middle category indicated better improvement, while
other categories achieved the same level of improvement. KAM and reasenong ability
have a significant relation. This study recommends teachers to introduce abductive and
deductive learning to their students in mathematics class.
103
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
104
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
Proses Kunci
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
Mengorganisasi Menggeneralisasi
Proses Abduktif
temuan-temuan
Proses Deduktif
untuk belajar
Pembahasan strategi
Orientasi terhadap
masalah yang lebih
masalah banyak
Gambar 1
Skema Pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif
105
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
Tabel 1
Sintak Pembelajaran Matematika dengan Strategi Abduktif-Deduktif
Untuk aktif di dalam diskusi transaktif, lebih detail pengaruh pembelajaran dalam
kemampuan awal matematika (KAM) siswa tiap kategori kemampuan awal matematis.
memegang peranan yang sangat penting, Berdasarkan latar belakang dan rumusan
ketika suatu gagasan yang muncul dapat masalah yang dijabarkan di atas, penelitian
berkembang secara bertahap sehingga ini bertujuan untuk: (1) menelaah perbedaan
membangun suatu konsep matematika yang peningkatan kemampuan penalaran mate
komprehensif dari informasi yang diperoleh. matis siswa yang mendapatkan pembelajaran
Adapun KAM siswa dikategorikan ke dalam dengan strategi abduktif-deduktif terhadap
tiga kategori yakni tinggi, sedang dan rendah. pembelajaran ekspositori ditinjau secara
Pengelompokan ini digunakan untuk melihat keseluruhan maupun berdasar kategori KAM
pengaruh bersama antara pembelajaran (tinggi, sedang, rendah); dan (2) menelaah
yang dilakukan dengan kemampuan awal pengaruh interaksi antara pembelajaran
matematis siswa terhadap kemampuan (dengan strategi abduktif-deduktif dan
penalaran. Selain itu pula, dapat diperoleh ekspositori) dan KAM terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematis.
106
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
Gambar 2
Desain Penelitian
Gambar 3
Tahapan-Tahapan Penelitian
107
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
penelitian ini dipilih dua kelas yang memiliki sedang dan rendah. Data kemampuan awal
kemampuan awal sama dari delapan kelas XI matematis diambil dari rata-rata nilai dua
secara purposive sampling. Masing-masing ulangan sebelumnya, UTS dan UAS siswa
berjumlah 34 siswa. Alasan pemilihan sampel tersebut. Bobot masing-masing nilai tersebut
di kelas XI karena materi yang diperkirakan berturut-turut 20%, 30% dan 50%. Setelah
cocok dengan model pembelajaran terutama terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
materi suku banyak. Pemilihan materi suku uji homogenitas, diperoleh bahwa kedua
banyak karena banyaknya aturan-aturan kelas sampel tersebut berdistribusi normal
dalam materi tersebut yang sangat diperlukan dan homogen sehingga untuk pengujian
pada model pembelajaran yang diterapkan. hipotesis digunakan uji t. Berdasarkan hasil
Penelitian dilaksanakan sebanyak tujuh uji t, menunjukkan bahwa tidak terdapat
kali pertemuan. Lima pertemuan digunakan perbedaan rata-rata yang signifikan antara
untuk menyampaikan materi, pertemuan kedua kelas. Hal ini yang digunakan sebagai
pertama dan terakhir digunakan untuk dasar asumsi bahwa kelas eksperimen dan
pretes-postes. Adapun tahapan-tahapan yang kelas kontrol memiliki kemampuan awal
dilakukan pada penelitian ini disajikan pada matematis yang sama.
Gambar 3. Selanjutnya pengelompokan siswa
Metode penelitian yang dilakukan berdasarkan kategori KAM sebagaimana
untuk memperoleh data meliputi metode disampaikan menurut Saragih (2011) yang
tes, dokumentasi, angket dan wawancara. didasarkan pada rataan () dan simpangan
Sedangkan instrumen yang dikembangkan baku (s), yakni:
dalam penelitian ini terdiri dari lima macam KAM + s : siswa level KAM tinggi
instrumen, yakni bahan ajar, instrumen tes
- s KAM < + s: siswa level KAM sedang
kemampuan penalaran matematis, lembar
pengamatan kinerja guru, lembar penilaian KAM - s : siswa level KAM rendah.
aktivitas siswa, dan instrumen wawancara Penentuan rataan () dan simpangan baku
yang telah divalidasi oleh ahli. (s) yang digunakan diperoleh dari gabungan
data semua sampel penelitian, bukan rataan ()
dan simpangan baku (s) tiap masing-masing
Hasil dan Pembahasan
kelas. Hal ini dilakukan supaya diperoleh
Analisis data yang dilakukan pertama
patokan yang sama dalam penentuan kriteria.
adalah kemampuan awal matematis.
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh
Kemampuan awal matematis digunakan
komposisi pengelompokan KAM baik pada
untuk mengetahui keadaan awal kelas sampel
kelas eksperimen maupun kelas kontrol
yang memiliki kemampuan sama, sekaligus
dengan = 47.96 dan s = 13.64 yang dapat
untuk mengelompokkan siswa dalam
dilihat pada Tabel 2 berikut.
analisis data berdasarkan kategoritinggi,
Tabel 2
Komposisi Anggota Sampel
Kelas
KAM
Eksperimen Kontrol Jumlah
Tinggi 7 4 11
Sedang 21 24 45
Rendah 6 6 12
Total 34 34 68
108
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
Tabel 3
Deskripsi Statistik Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa
Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis
Jenis Kelas Penelitian
KAM Data Stat. Eksperimen Kontrol
Kemampuan pretes postes <g> pretes postes <g>
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tinggi 2.86 30.00 0.73 6.25 30.00 0.71
s 2.67 5.63 0.16 6.29 5.48 0.13
n 7 7 7 4 4 4
Kemampuan Penalaran
Pemilihan sampel penelitian berdasarkan analogi, dan generalisasi; (4) serta menyusun
kemampuan awal matematisnya dan kategori pembuktian langsung.
KAM. Analisis kemampuan awal penalaran Berdasarkan hasil perhitungan yang
matematis antara kelas yang memperoleh dilakukan terhadap peningkatan kemampuan
pembelajaran dengan strategi abduktif- penalaran matematis diperoleh nilai rata-rata
deduktif dan kelas yang memperoleh berdasarkan kelas penelitian (eksperimen dan
pembelajaran ekspositori tidak memiliki kontrol) dan KAM (tinggi, sedang, rendah).
perbedaan kemampuan awal penalaran Untuk lebih jelasnya disajikan pada diagram
matematis, baik ditinjau dari keseluruhan batang berikut.
maupun berdasarkan kategori KAM (tinggi, Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bah
sedang, rendah). Lebih jauh dicermati, rata- wa siswa yang memperoleh pembelajaran
rata skor pretes kedua kelas sampel penelitian dengan strategi abduktif-deduktif (kelas
sebagai indikator kemampuan awal penalaran eksperimen) menunjukkan rata-rata pe
terlihat masih sangat jauh dari skor ideal 40, ningkatan kemampuan penalaran matematis
yakni 1.74 dan 2.65. Berdasarkan temuan yang lebih besar daripada siswa yang
penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua memperoleh pembelajaran ekspositori
kelas sampel penelitian memang belum (kelas kontrol).Ditinjau dari kategori
mendapatkan materi suku banyak sebagai KAM (tinggi, sedang, rendah), semakin
materi yang diajarkan dalam penelitian ini tinggi tingkat KAM siswa semakin besar
dan perlu ditingkatkan kemampuannya. pula rata-rata peningkatan kemampuan
Dalam penelitian ini secara spesifik penalaran matematisnya.Selain itu, siswa
indikator kemampuan penalaran matematis yang memperoleh pembelajaran dengan
difokuskan pada empat keterampilan yakni strategi abduktif-deduktif menunjukkan
(1) menarik simpulan secara logis; (2) peningkatannya lebih besar dari siswa yang
memperkirakan jawaban dan proses solusi; memperoleh pembelajaran ekspositori, baik
(3) menggunakan pola dan hubungan untuk pada kategori KAM tinggi, sedang maupun
menganalisis situasi matematik, menarik rendah.
109
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
0.8
0.73 0.71
0.7
0.63
0.6
0.6
0.5
0.37 0.39
0.4
0.31 0.29
0.3
0.2
0.1
0
Eksperimen Kontrol
Tinggi Sedang Rendah Keseluruhan
Gambar
Gambar 4 4
Diagram BatangSkor
Diagram Batang Skor NGain
NGain Kemampuan
Kemampuan Penalaran
Penalaran
Tabel 4
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis (KAM)
KAM Perbandingan t Mann-Whitney U Sig. Sig. Ho
Rata-rata (E:K) (2 tailed) (1 tailed)
Tinggi 0.73 : 0.71 - 13 0.850 0.425 Terima
Sedang 0.63 : 0.37 5.366 - 0.000 0.000 Tolak
Rendah 0.31 : 0.29 0.162 - 0.874 0.437 Terima
Keseluruhan 0.60 : 0.39 - 283,5 0.000 0.000 Tolak
Ho: Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama
dengan pada kelas kontrol.
110
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
tinggi dan rendah, rata-rata peningkatan kategori KAM tinggi, kesamaan hasil yang
kemampuan penalaran matematis siswa yang diperoleh dalam peningkatan kemampuan
mendapatkan pembelajaran dengan strategi penalarannya karena pada siswa dengan KAM
abduktif-deduktif (kelas eksperimen) sama baik cenderung memiliki motivasi besar
dengan siswa yang mendapat pembelajaran dan kemampuan menerima pelajaran yang
ekspositori (kelas kontrol). sudah baik pula, sehingga meskipun dengan
Temuan tes tersebut didukung pula oleh pembelajaran yang kurang mendukung
hasil pengamatan aktivitas siswa.Rata-rata sekalipun tetap bisa memperoleh hasil yang
persentase aktivitas siswa yang memperoleh baik. Sedangkan pada siswa dengan kategori
pembelajaran dengan strategi abduktif- KAM rendah, kesamaan hasil yang diperoleh
deduktif lebih unggul meskipun selisihnya dalam peningkatan kemampuan penalaran
juga relatif kecil (0,2%). Hasil pengamatan pada pembelajaran dengan strategi abduktif-
tersebut memperlihatkan kecenderungan deduktif dan pembelajaran ekspositori
bahwa kemampuan maupun peningkatan dimungkinkan karena pada siswa dengan
kemampuan penalaran matematis siswa yang KAM rendah cenderung memiliki motivasi
memperoleh pembelajaran dengan strategi dan kemampuan menerima pelajaran
abduktif-deduktif lebih baik dibandingkan yang kurang, sehingga meskipun dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran pembelajaran yang mendukung sekalipun
ekspositori, tidak muncul secara tiba-tiba tetap memperoleh hasil yang kurang. Dengan
pada saat dilakukan tes. kata lain pada KAM tinggi dan rendah, tinggi
Analisis yang lebih rinci dilihat dan rendahnya peningkatan kemampuan
berdasarkan kriteria KAM, hanya pada penalaran tidak dikarenakan pembelajaran
kriteria KAM sedang yang menunjukkan yang dilakukan.
bahwa kedua pendekatan pembelajaran Peningkatan kemampuan penalaran
ini memiliki kemampuan penalaran yang matematis siswa dipengaruhi oleh
berbeda signifikan, sedangkan pada kriteria pembelajaran dan KAM. Oleh karena itu,
KAM tinggi dan rendah tidak terdapat perlu dilakukan analisis lanjutan untuk
perbedaan yang signifikan. Demikian pula mengetahui interaksi pembelajaran dan
diperoleh hasil yang sama dari analisis KAM tersebut berkontribusi signifikan
peningkatan kemampuan penalaran pada terhadap peningkatan kemampuan penalaran
kategori KAM sedang, peningkatan matematis. Pengujian hipotesis tersebut
kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan uji anava dua jalur (two way
mendapatkan pembelajaran dengan strategi anova).Ringkasan hasil uji interaksi tersebut
abduktif-deduktif lebih baik daripada siswa disajikan pada Tabel 5 berikut.
yang mendapat pembelajaran ekspositori. Berdasarkan tabel hasil uji interaksi
Sedangkan pada kategori KAM tinggi dan di atas, diperoleh nilai sig. > 0,05 untuk
rendah, peningkatan kemampuan penalaran faktor pembelajaran (kelas), sehingga Ho
matematis siswa yang mendapatkan diterima. Sedangkan pada faktor KAM
pembelajaran dengan strategi abduktif- diperoleh nilai sig. < 0,05 sehingga Ho
deduktif sama dengan siswa yang mendapat ditolak. Kesimpulannya adalah terdapat
pembelajaran ekspositori. perbedaan peningkatan kemampuan
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajar penalaran matematis didukung oleh faktor
an dengan strategi abduktif-deduktif telah KAM. Selanjutnya diperoleh pula nilai sig.
memfasilitasi dengan baik siswa dengan < 0,05 untuk Kelas * KAM, sehingga Ho
kategori KAM sedang sehingga mampu ditolak. Kesimpulannya terdapat perbedaan
meningkatkan kemampuan penalaran mate yang signifikan faktor interaksi pembelajaran
matisnya. Sedangkan pada siswa dengan dengan KAM terhadap peningkatan
111
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
Tabel 5
Hasil Uji Interaksi antara Pembelajaran dan KAM
terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Type III Sum of Mean Ho
Source Squares df Square F Sig.
Kelas .118 1 .118 3.932 .052 Terima
KAM .950 2 .475 15.797 .000 Tolak
Kelas * KAM .222 2 0.111 3.686 .031 Tolak
R Squared = .492 (Adjust-
ed R Squared = .451)
Gambar 5
Grafik Interaksi antara Pembelajaran dan KAM
terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan gambar 5 terlihat grafik pe tinggi dan rendah terlihat bahwa kedua grafik
ningkatan kemampuan penalaran matematis terkesan saling mendekati dan menuju titik
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan yang sama, sehingga dapat diartikan pada
strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen) kategori KAM tinggi dan rendah peningkatan
selalu berada di atas grafik peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
kemampuan penalaran matematis siswa mendapatkan pembelajaran dengan strategi
yang memperoleh pembelajaran ekspositori abduktif-deduktif (kelas eksperimen) sama
(kelas kontrol). Namun pada kategori KAM dengan siswa yang mendapat pembelajaran
112
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
113
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
114
Ali Shodikin, Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran Matematika
dan SMP. Perluasan kajian dan penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
untuk peningkatan kemampuan matematis John, G.A., & Thornton, C.A. (1993).
lain dengan menggunakan pembelajaran Vygotsky Revisited: Nurturing Young
dengan strategi abduktif-deduktif juga Childrens Undersanding of Number. Focus
bisa dilakukan. Sebagai pembanding on Learning Problems in Mathematics,
perlu dilakukan penelitian pula tentang 15, 18-28.
perbandingan dengan strategi induktif, Kusnandi (2008a). Pembelajaran Matematika
deduktif, induktif-deduktif atau perluasan dengan Strategi Abduktif-Deduktif untuk
lainnya. Menumbuhkembangkan Kemampuan
Membuktikan pada Mahasiswa.Disertasi.
Daftar rujukan Bandung: Universitas Pendidikan
Aliseda, A. (2007). Abductive Reasoning: Indonesia.
Challenges Ahead. Theoria, 60, 261-270. Kusnandi (2008b). Kerangka Kerja Teoritis
Ansjar, M. & Sembiring.(2000). Hakikat Pembuktian Matematika untuk Mahasiswa
Pembelajaran MIPA dan Kiat S1. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif
Pembelajaran Matematika di Perguruan Internal UPI.
Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Mullis, I., Martin, M.O., Ruddock, G.J.,
Pendidikan Nasional. OSullivan, C.Y., & Preuschoff, C. (2000).
Baig, S. & Halai, A. (2006).Learning TIMMS 1999: International Mathematics
Mathematical Rules with Reasoning. Report. Boston: The International Study
Eurasia Journal of Mathematics, Science Boston College.
and Technology Education, 2, 15-39. Murni, A. (2013). Peningkatan Kemampuan
Balitbang.(2011). Laporan Hasil TIMMS Pemecahan Masalah dan Representasi
2011. Jakarta: Kemendikbud. Matematis Siswa SMP Melalui
Chiston, C. & Papageorgiau, E. (2006).A Pembelajaran Metakognitif Berbasis
Framework of Mathematics Inductive Softskill.Disertasi.Bandung: Universitas
Reasoning.Journal Learning and Pendidikan Indonesia.
Instruction. Cyprus, Elsevier, 17. National Council of Teacher of Mathematics
Csapo, B. (1997). The Development of (NCTM).(2000). Principles and Standards
Inductive Reasoning: Cross-Sectional for School Mathematics. USA: NCTM.
Assessment in an Educational Contect. Nizar, A. (2007). Kontribusi Matematika
International Journal of Behavioral dalam Membangun Daya Nalar dan
Development. 20 (4), 609-626. Komunikasi Siswa.Jurnal Pendidikan
Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Inovatif. 2 (2), 74-80.
Matematika Kontekstual terhadap Rahayu, S.H. (2013). Kemampuan
Hasil Belajar Matematika Sekolah Pemahaman dan Penalaran Matematis
Dasar.Disertasi. Bandung: Universitas dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pendidikan Indonesia. dengan Penguatan E-Learning Berbasis
Henningsen, M., & Stein, M.K. (1997). Aplikasi Moodle.Tesis.Bandung:
Mathematical Tasks and Student Universitas Pendidikan.
Cognition: Classroom-Based Factors Saragih, S. (2011).Penerapan Pembelajaran
That Support and Inhibit High-Level Matematika Realistik dan Kelompok
Mathematical Thinking and Reasoning. Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan
Journal for Research in Mathematics Keruangan, Berpikir Logis dan Sikap
Education, 28, 524-549. Positif terhadap Matematika Kelas
Hudojo, H. (1990). Matematika dan VIII.Disertasi.Bandung: Universitas
Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta: Pendidikan Indonesia
115
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014
Shafer, M.C. & Foster, S. (1997). The Sun, Z., Finnie, G. & Weber, K. (2005).
Changing Face of Assessment.Principled Abductive Case Based Reasoning.
Practice in Mathematics and Sciene, 1(2), International Journal of Intelligent
1-7. Systems.20(9), 957-983.
Shodikin, A. (2013). Abductive-Deductive Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan
Strategy: How To Apply It In Improving Pembelajaran Tidak Langsung serta
Student Mathematics Literacy In Junior Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak
High School?.International Seminar on Langsung dalam Rangka Meningkatkan
Mathematics, Science, and Computer Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat
Science Education.Bandung. 19 Oktober Tinggi Siswa SLTP.Disertasi. Bandung:
2013. Universitas Pendidikan Indonesia.
Shodikin, A. (2014). Penerapan TIMMS.(2011). Overview TIMSS and PIRLS
Pembelajaran Matematika dengan 2011 Achievement.Lynch School of
Strategi Abduktif-Deduktif terhadap Education, Boston College: TIMSS and
Peningkatan Kemampuan Penalaran, PIRLS.
Problem Solving dan Disposisi Matematis Wahyudin.(1999). Kemampuan Guru
Siswa SMA.Tesis. Bandung: Universitas Matematika, Calon Guru Matematika, dan
Pendidikan Indonesia. Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika.
Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah: Disertasi. Bandung: IKIP Bandung.
Berpikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
116