Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan)
pada waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen
di umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis yang tterdiri
dari amnion dan peritonium.
Omphalocele merupakan defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada
dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen, organ-organ yang
berherniasi dibungkus oleh peritonium parietal, setelah 10 minggu gestasi, amnion
dan wharton jelly juga membungkus massa hernia.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian omfalokel?
2. Bagaimana etiologi omfalokel?
3. Bagaimana prognosis omfalokel?
4. Bagaimana patofisiologi omfalokel?
5. Bagaimana manifestasi klinis omfalokel?
6. Asuhan keperawatan anak dengan omfalokel?

C. Tujuan penulisan
Menjelaskan tentang omfalokel yang mencakup pengertian, insiden, etiologi,
prognosis, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, komplikasi dan
penatalaksanaan omfalokel

[Type text] Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Omphalocel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada
waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di
umbilikus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan
yang terdiri dari amnion dan peritoneum.
Omphalocel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar
yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omphalocel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu, lahir ditutup oleh
peritonium, selai Warton dan selaput amnion.
Omphalocel adalah kelainan yang disebabkan oleh kegagalan alat, dalam kembali
ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan
timbulnya omfalokel.

B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel,
kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan:
1. Masalah genetic atau abnormalitas kromosom
2. Factor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan obat
(antibiotic oxytetracycline), merokok, factor tersebut dikonstribusiakan dengan
insufisiensi plasenta dan kelahiaran dengan usia kehamilan rendah (small
gestation age) atau bayi premature.
3. Hernia diafragmatika kongenital
4. Kelainan jantung atau defek jantung
5. Defisiensi asam folat
6. Defisiensi salisilat, dan
7. Hypoxia (penurunan suplai oksigen ke jaringan)
8. Kandungan lemah

Bentuk kerusakan dinding abdomen pada bayi mengakibatkan terganggunya pada


pembentukan organ selama periode embrio. Berikut ini teori pada etiologi
omphalocel:

1. Keadaan sederhana yang mengikuti bentuk tubuh secara terus menerus


2. Kegagalan isi perut untuk kembali ke abdomen
3. Kegagalan lipatan tubuh bagian lateral yang sempurna untuk berpindah dan
dinding tubuh yang menutup
4. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal

C. Manifestasi Klinik
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar
melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalocel, yaitu:
1. Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
2. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh
yang sehat.
Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali pusat atau
kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari
kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada

[Type text] Page 2


bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diinsersi ke dalam kantong jika kantong rupture
pada uterus, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka
selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial. Kira kira 1 dari 3 bayi
dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital anomaly atau abnormal

D. Patofisiologi
Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel atau
omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang
berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus.
Angka kematian tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi
infeksi.
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 10
minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada
tali pusat karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 11 minggu, normalnya
usus akan berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk
bermigrasi secara normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya
ditutupi oleh membrane yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele
mempunyai insiden yang tinggi terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi,
agenesis colon dan defek diafragma atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).

E. Penatalaksanaan Medis

Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah harus diberi
merkurokrom dan diharapakan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong
tersebut, sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan
segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat
visera sekaligus kerongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru,
sehingga timbul gangguan pernafasan (DR. Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Menurut Ngastiah, 1997 penatalaksanaan pada penderita omphalocel anatara lain :
1. Medik
Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan memasukkan semua usus
dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak pada
paru, sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya dilakukan
penundaan sampai beberapa bulan
2. Keperawatan
Makalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infeksi, sebelum dilakukan operasi
bila kantong belum pecah dapat diolewskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah
infeksi. Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya penebalan selaput
yang menutupi kantongh tersebut. Setelah diolesi merkurokrom dapat ditutupi dengan kasa
steril kemudian diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dapat dipasangkan
gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun tidak selalu. Sebuah
kantong melindungi isi abdomen dan waktu yang tepat untuk masalah berat yang lain (seperti
gangguan hati) harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi omphalocel,
kantung tersebut dibalut dengan benda buatan spesial , dimana kemudian dijahit ditempat
tersebut. Secara perlahan, lama lama isi abdomen (Usus yang keluar) ditekan ke dalam
abdomen. Ketika omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen, maka benda buatan
tersebut dikeluarkan dan abdomen kemudian ditutup.

[Type text] Page 3


Menurut Sjamsuhidajat, tindakan pada penderita omphalocel :
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong
akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocel kecil dapat dilakukan operasi
satu tahap. Dinding kantong di buang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut,
kemudia lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omphalocel terlalu besar dan rongga perut terlalu besar, sehingga isi
kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jia dipaksakan maka karena regangan pada
dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga akan terjadi gangguan pernafasan.
Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah melindungi kantong omphalocel dengan cairan antiseptic, musalnya betadin
dan menutupnya dengan kain kasa atau dakron agar tidak tercemar.
Pemberian obat analgesic :
1. Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan sebelum prosedur :
Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 2 jam untuk hapir semua obat analgesik.
Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
2. Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan merasa lebih baik.
3. Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh obat:
Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 20 mg/kg per dosis
setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan BB < 50kg)
contohnya:
Morfin: oral 0,20,4 mg/kg tiap 3 4 jam. Parenteral 0,1 0,2 mg/kg. IM 3 4 jam 0,02
0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
Fentanil: oral 5 15 mg/kg. Parenteral 0,5 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap 0,5 jam.
Kodein: oral 1 mg/kg tiap 34 jam. Parenteral tidak dianjurkan.

F. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penderita Omphalocel, yaitu :


1. Infeksi usus

Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena
usus yang tidak dilindungi.
Pada omphalocel mempunyai resiko sebagai berikut :
Bereaksi dengan pengobatan atau obat anestesi
Masalah pernafasan atau gangguan pola nafas, karena dapat menyebabkan menurunnya
kerja organ pernafasan.
Pembedahan
Perdarahan

Resiko infeksi terhadap luka atau kurangnya perawatan (strerilisasi)


Luka pada organ
Kesulitan bernafas (mungkin terjadi akibat pertambahan tekanan pada abdomen, ketika
omphalocel ditutup).
Peritonitis (radang pada selaput lambung)

Kelumpuhan sementara pada usus halus

[Type text] Page 4


G. Asuhan Keperawatan

1. Data Fokus Pengkajian

Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):

1) Mengkaji Kondisi Abdomen

a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka


b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan oleh
inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

2) Mengukur temperatur tubuh

a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI, biasanya
berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak

3) Kaji Sirkulasi
a. Kaji adanya sianosis perifer

4) Kaji distress pernafasan

a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap


b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Op

[Type text] Page 5


1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-paru)
2) Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas
3) Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
5) Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit
serius
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.

3. Intervensi

Pre Op
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paru-paru).

NOC: Respiratory Status: Airway


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3 x 24 jam,
diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi skala 4

Kriteria Hasil:
a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan mudah,
tidak ada pursed (ips)
b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama napas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal seperti whezing/mengi).
c. TTV dalam batas normal
d. Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Airway Management


Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status oksigen
Keluarkan skret dengan batuk atau suction

Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

NOC: Thermoregulatoin: Neonate

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama 3 x 24 jam,


diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan efektif dengan status regulasi
skala 4.

Kriteria Hasil:

[Type text] Page 6


a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal
b. Tidak ada stress pernapasan
c. Tidak ada letargi
d. Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan
e. Pasien tidak menggigil
f. Status hidrasi adekuat
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Temperatur Regulation


Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam
Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor warna kulit dan suhu
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau hipertermi
Monitor warna kulit dan suhu
Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi

Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi

NOC: Keseimbangan cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24 jam,


diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala 4.

Kriteria hasil:
a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi ortostatik
e. Tekanan darah dalam batas normal
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Cairan


Pertahankan intake & output yang adekuat
Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
Monitor status hemodinamik
Monitor intake & output yang akurat
Monitor berat badan
DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

[Type text] Page 7


NOC: Knowledge: infection control
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24 jam,
diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Infection control


Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Tingkatkan intake nutrisi

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan.

NOC: Decision Making


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga selama 3 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga dengan skala pembuatan keputusan 4.

Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternative
c. Memilih berbagai alternative
Skala:
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Family Support


Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
Tawarkan informasi konsen
Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika
diperlikan
Berikan dukungan secara penuh

Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


penyakit serius (omphalokel).

[Type text] Page 8


NOC : Family Normalization
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Normalisasi selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien (keluarga) dapat mempersiapkan diri untuk prosedur diagnostik / operasi
dengan status perubahan proses keluarga skala 4.

Kriteria hasil :
a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan

Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten

NIC : Peningkatan Normalisasi


Jelaskan alasan setiap terapi
Jelakskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus dirawat dalam dalam
inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus, Oksigen, NGT, dll)
Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah pembedahan
Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi
Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter

Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak, proses penyakit yang
diderita anak.

NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses Penyakit selama 3 x 24


jam diharapkan Keluarga dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan
pengobatannya dengan status pengetahuan proses penyakit skala 4.

Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Skala :
1) Tidak mengetahui
2) Terbatas pengetahuannya
3) Sedikit mengetahui
4) Banyak pengetahuannya
5) Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengajaran Proses Penyakit


Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi pengobatan
anaknya.
Menjelaskan proses penyakit

[Type text] Page 9


Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit
Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu, keluarga
atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/
terapi anaknya.
Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.

Referensi :
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.
Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29 (Ahli bahasa ;
Huriawati Hartono, dkk). Jakarta : EGC
http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/omphalocel.html
http://nerscare.blogspot.com/2009/05/omfalokel.html

[Type text] Page 10

Vous aimerez peut-être aussi