Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mycobacterium Tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan
kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang
kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat
diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-
negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah
penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO
mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993
karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama
setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi.
Antara tahun 1979 & 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi
dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB
diperkirakan 175.000 per tahun.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-
1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau pengawasan langsung menelan
obat jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka
kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar
56% dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena
pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasa
lalu kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti
tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance (MDR).
(http://www.infeksi.com/)

B. Tujuan
1. Tujuan Umun
Mengetahui gambaran umum tentang TB paru yang terjadi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, serta
penatalaksanaan pada pasien penderita TB paru.
b. Mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan keluarga yang
seharusnya diberikan pada pasien penderita
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keluarga
1.Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua


atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

2.Jenis
Ada beberapa jenis keluarga, yakni : keluarga inti yang terdiri dari
suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari
pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat
interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain
itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di
atas keluarga aslinya.Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman,
bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

3.Peranan
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai


berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

4.Tugas
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

5.Fungsi
a. Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
b. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
c. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
d. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
e. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
f. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan
kehidupan lain setelah dunia.
g. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
h. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
i. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya.
j. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

B. Tb Paru
a. Definisi
Tuberculosis Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobakterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.(Depkes RI, 2002, hal. 9)
Menurut Smeltzer (2001, hal. 584), Tuberkulosis Paru (TB) adalah
penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberculosis Paru adalah contoh lain penyakit infeksi saluran nafas
bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium
Tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah
(droplet), orang ke orang, mengkolonisasi bronkiolus dan alveolus.
(Corwin, 2001,hal. 414)
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi menular pada paru- paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
b. Eiologi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa penyakit TB Paru disebabkan
oleh bakteri jenis Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini berbentuk
batang dan mempunyai sifat spesifik, yakni tahan terhadap asam pada
proses pewarnaan, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA).
Di dalam jaringan tubuh bakteri Mycobacterium Tuberculosis berada
dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam waktu
beberapa tahun. Mycobacterium Tuberculosis akan mati dengan cepat
jika terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama
beberapa jam bila berada di tempat yang gelap dan lembab. (Widiyanto,
S, 2009, hal. 114)
c. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah melalui
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberculosis terjadi melalui udara (air borne) yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman basil tuberkel yang berasal orang yang
terinfeksi.
Saat penderita TB Paru batuk, bersin atau berbicara maka secara
tidak sengaja keluarlah basil tuberkel dan jatuh ke tanah, lantai atau
terhirup oleh orang lain. Basil tuberkel yang tadi jatuh menguap Akibat
terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas. Menguapnya basil
tuberkel terbang ke udara apabila bakteri ini terhirup orang sehat maka
orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri Tuberculosis. Basil tuberkel
yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari
satu sampai tiga basil gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan disaluran hidung dan cabang dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.
Tuberculosis Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektorya makrofag sedangkan limfosit
(biasanya sel T) adalah sel imunosupresifnya. Tipe imunitas seperti ini
biasanya local melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon itu disebut respon hipersensitifitas
seluler. Karena basil Mycobacterium Tuberculosis sangat sulit dimatikan
apabila mengkolonisasi saluran pernafasan bawah, maka tujuan respon
imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk
mematikannya. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.
Kompleks makrofag, sel T basil dan jaringan parut disebut tuberkel.
Kerusakan paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta
reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema intertisium dan
pembentukan jaringan parut permanen di alveolus dan meningkatkan
jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas
menurun. Pembentukan jaringan parut dan tuberkel juga mengurangi luas
permukaan yang tersedia untuk difusi gas sehingga kapasitas difusi paru
menurun. Apabila penyakitnya luas, dapat menimbulkan vasokonstriksi
hipoksik arteriol paru dan hipertensi paru. Jaringan parut dapat
menyebabkan penurunan compliance paru. (Corwin, E.J, 2001,hal. 414;
Price & Wilson, 2006,hal. 852; Arif Muttaqin, 2008,hal. 72)

d. Manifestasi klinik
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi tiga
diantaranya:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
3) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.

2) Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual
dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
c. Gejala Tuberkulosis ekstra Paru
Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : limfedanitis
tuberkulosa. Meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.
e. Penatalaksanaan
a. Pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Sesuai program pemberantasan TB Paru, pengobatan penderita
harus dengan panduan beberapa Obat Anti Tuberculosis (OAT),
berkesinambungan dan dalam jangka waktu tertentu agar
mendapatkan hasil yang optimal. (Depkes RI, 2002,hal. 37)
1) Tujuan pengobatan
a) Menyembuhkan penderita
b) Mencegah kematian
c) Mencegah kekambuhan
d) Menurunkan tingkat penularan
2) Jenis-jenis Obat Anti Tuberculosis (OAT)
Jenis-jenis obat yang digunakan pada penderita TB Paru
menurut DepKes RI (2002,hal. 37), adalah sebagai berikut:
a) Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat
membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari
pertama pengobatan. Obat ini dan sangat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5mg/kg
BB, sedangkan untuk pengobatan intermitten tiga kali
seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kg BB.
b) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi
dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid
dosis 10mg/kgBB diberikan sama untuk pengobatan harian
maupun intermiten 3 kali seminggu.
c) Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang
dianjurkan 25mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB.
d) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan
15mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali
seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur
sampai 60 tahun atau lebih diberikan 0,50mg/kgBB tiap
hari.
3) Tahap Pemberian Obat
Menurut Depkes RI (2002,hal. 38) pengobatan TB Paru
diberikan dalam dua tahap, yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif (awal), penderita mendapatkan obat
setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin. Bila
pengobatan intensif tersebut diberikan secara tepat,
penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu dua minggu. Sebagian penderita TB BTA positif
menjadi BTA negative (konversi) pada akhir pengobatan
intensif.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat
lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan lebih penting untuk membunuh kuman
persister atau dormant sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
b. Terapi Diet TB Paru
Selain dari pengobatan, penderita TB juga membutuhkan diit
yang adekuat untuk menunjang pengobatannya. Tujuan diit pada
penderita TB Paru yaitu untuk memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang bertambah guna mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
Prinsip diit pada penderita TB Paru yaitu makanan mudah cerna,
Energi dan protein tinggi, dan vitamin dan mineral tinggi/cukup.
Syarat diit yaitu energi : tinggi (2500-3000 kal/hr) untuk
mencapai berat badan ideal. Protein : tinggi (75-100 g/hr) untuk
menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk meningkatkan kadar
serum. Mineral cukup, mineral Fe untuk mengganti Fe yang hilang
karena pendarahan. Mineral Ca untuk penyembuhan luka. Vitamin
tinggi (suplementasi) Vitamin C, Vitamin E, Vitamin B kompleks.
Cukup untuk vitamin lainnya. Bentuk makanan bisa cair bisa lunak
(sesuai kemampuan pasien) makanan mudah cerna dan tidak
merangsang. (www.scribd.com, 15 juli 2011)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. M
b Alamat dan telepon : Dusun Ciburuy Hilir
RT.04/RW.05 Desa Sukasukur
.
Kec. Cisayong Kab.
Tasikmalaya
c. Pekerjaan kepala keluarga : Pedagang
d Pendidikan kepala keluarga : SD
.
e. Komposisi keluarga : Ayah, ibu, anak

STATUS IMUNISASI KET

HUB PENDI
N
NAMA JK DGN UMUR DIKA C
O
KK N A
HEPA M
POLIO DPT
TITIS P
A
K
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. M L KK 39 th SD - - - - - - - - - - - Dulu
2 Ny. L P Istri 35 th SD - - - - - - - - - - - belum ada
3 An. E L Anak 9 th SD imunisasi
4 An. M P Anak 14 bl

f. Genogram

Keluarga Laki-laki Keluarga Perempuan


Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Laki-laki sasaran (Tn. M)
: Tinggal serumah
g. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. M termasuk tipe keluarga inti atau the nuclear
family. Keluarga Tn. M terdiri dari Tn. M sebagai kepala keluarga,
Ny. L istri, An. E dan An. M sebagai anak.
h. Suku Bangsa
Keluarga ini adalah sebuah keluarga dari Suku Sunda Bangsa
Indonesia.
i. Agama
Keluarga berasal dari kelompok etnis dan agama yang sama
yaitu Agama Islam.

j. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Tn. M adalah seorang buruh sedangkan Ny. L adalah seorang
pedagang jadi penghasilan keluarga mereka berasal dari penghasilan
Tn. M dan Ny. L yang penghasilannya tidak menentu.
k. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah
mendengarkan radio dirumah. Kadang-kadang berkumpul dengan
sanak saudara atau tetangga dekatnya
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan
anak usia sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn. M masih belum terpenuhi
karena Tn. M harus membiayai 2 orang anaknya. Anak Tn. M (An.
E) sekolah kelas 1 SD yang saat ini masih dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
c. Riwayat Keluarga Inti
Keluarga Tn. M saat ini dalam keadaan sehat, hanya Tn. M yang
menderita TB paru. Tn. M mengatakan sering batuk, sering
merasakan sesak nafas, dan nyeri dada. Tn. M juga mengatakan berat
badannya berangsur-angsur menurun, sedangkan Ny. L dan kedua
anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang parah. (sembuh
dengan obat yang dibeli di toko).
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn. M maupun keluarga Ny. L tidak ada riwayat
penyakit keturunan ataupun menular. Hubungan antara keluarga dari
pihak Tn. M dan Ny. L baik, tidak ada konflik.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Sebuah rumah permanen yang terdiri atas 1 ruang tamu, 2 kamar
tidur, 1 tempat penjualan, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Bangunan
rumah berbentuk segi empat. Lantai rumah terbuat dari tehel dengan
keadaan kurang bersih dan penataan alat/ perabot rumah tangga
kurang rapi. Penerangan dan ventilasi kurang. Sumber air
menggunakan air sumur. Dan saluran pembuangan air limbah
menggunakan selokan.
b. Denah Rumah

DAPUR
WC

KAMAR
TIDUR

KAMAR
TIDUR

RUANG
WARUNG
TAMU

c. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn. M hidup dilingkungan pedesaan. Sebagian besar
dari tetangga di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn. M adalah
penduduk asli yang berpencaharian sebagai petani dan wiraswasta.
Dan interaksi antar warga banyak dilakukan pada waktu sore hari,
dikarenakan pada pagi hari sampai siang hari pada umumnya warga
bekerja.
d. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. M menempati rumah yang ditempati sekarang dari
mulai punya anak pertama sampai sekarang, tempat tinggalnya
berdekatan dengan saudara lainnya.
e. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang suka berinteraksi
dengan baik dengan sesama tetangganya. Begitu pula Tn. M yang
menderita penyakit TB paru.
f. Struktur Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. M ada empat orang, yang terdiri dari kepala
keluarga dan istrinya. Ditambah dengan anak pertama dan keduanya
yaitu An. E dan An. M yang tinggal bersama menemani mereka
dirumahnya.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis.
Dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya selalu dilakukan
dengan cara musyawarah keluarga sebelum diputuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan cara sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. M berperan memberikan nafkah sedangkan Ny. E berperan
sebagai pencari nafkah tambahan serta mengatur pengeluaran dalam
rumah tangga.
c. Struktur Peran (Formal dan Informal)
1) Tn. M sebagai suami, dia sebagai pencari nafkah sekaligus
pemimpin dalam keluarga
2) Ny. L sebagai istri, bertindak sebagai pencari nafkah tambahan
sekaligus sebagai ibu rumah tangga yang melakukan aktivitas
sehari dalam rumah tangga seperti memasak, menyuci,
membersihkan rumah, berbelanja.
3) An. E sebagai anak pertama Sekolah Dasar kelas 1 yang masih
tinggal bersama kedua orangtuanya
4) An. M sebagai anak kedua yang masih berusia 14 bulan dan
masih tinggal bersama kedua orangtuanya.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga sangat
dipengaruhi oleh agama dan norma di sekitar lingkungan tempat
tinggal.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga.
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Keluarga cukup aktif bermasyarakat.
c. Fungsi Perawat Keluarga
Keluarga belum mampu mengenal masalah kesehatan tentang
penyakit TB paru, hal ini ditunjukan dengan keluarga belum bisa
menyadari dampak masalah kesehatan dari penyakit TB paru.
Terbukti dengan keluarga tidak melanjutkan pengobatan Tn. M ke
puskesmas atau balai pengobatan terdekat. Sehingga masalah
kesehatan belum dapat teratasi.
d. Fungsi Reproduksi Keluarga
Keluarga Tn. M termasuk kedalam keluarga produktif
dikarenakan masih tergolong pasang usia subur.
e. Fungsi Ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh dan Ny. L sebagai pedagang tapi
dikarenakan keluarga ini termasuk keluarga yang penghasilannya
pas-pasan, maka keluarga Tn. M belum bisa menyimpan uang untuk
menabung.

6. Stress Dan Koping Keluarga


a. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor yang dirasakan oleh keluarga Tn. M adalah penyakit TB
paru yang diderita oleh Tn. M.
b. Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga belum dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita
oleh Tn. M karena belum tuntas berobat ke puskesmas/ balai
pengobatan teredekat dan pasrah ke Tuhan terhadap sakitnya.
c. Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah.
d. Strategi adaptasi disfungsi
Tn. M sejak dinyatakan menderita penyakit hipertensi
merasakan penyakitnya sampai saat ini tidak sembuh-sembuh.
7. Pemeriksaan Fisik
No Variabel Nama Anggota Keluarga
Tn. M Ny. L An. E An. M
1 Riwayat TBC Paru - - -
penyakit saat
ini
2 Keluhan yang Sesak nafas - - -
dirasakan
3 Tanda dan Batuk lebih dari 3 - - -
gejala minggu
4 Riwayat - - - -
penyakit
sebelumnya
5 Tanda-tanda S : 100/70 S : 130/80
vital mmHg mmHg
P : 79x/m P : 68x/m
R : 24x/m R : 19x/m
T : 36,50C T : 36,80C
6 System Conjungtiva : an Normal Normal Normal
kardiovaskuler anemis,
N : 79x/mnt, TD :
100/70 mmHg,
Tidak ada
pembesaran
jantung
7 System Struktur normal, Normal Normal Normal
respirasi tidak ada cairan
yang keluar dari
hidung, fungsi
penciuman baik,
Bentuk dada
normal, irama
pernafasan teratur,
frekuensi 24
kali/menit. Tidak
ada nyeri tekan
pada dada, bunyi
nafas vesikuler,
tidak terdapat
ronchi atau
whezing.
8 System saluran Mukosa bibir Normal Normal Normal
pencernaan Lembab, mulut
terlihat bersih,
Nyeri telan tidak
ada

9 System Tingkat kesadaran Normal Normal Normal


persyarafan compos mentis,
refleks normal,
tidak ada kelainan
refleks
10 System Kemampuan Normal Normal Normal
muskuloskelet pergerakan sendi
al lengan dan tungkai
bebas tidak ada
fraktur, dislokasi,
kekuatan otot atas
5:5, bawah 5:5
11. System Jenis kelamin laki- Normal Normal Normal
genitalia laki, tidak ada
benjolan, nyeri
tidak ada

8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap penyakit TB paru Tn. M bisa sembuh.
9. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Kesehatan Keluarga
No Kriteria Pengkajian
.
1. Mengenal masalah kesehatan Tn. M mengatakan bahwa
dalam keluarganya jika ada
masalah mengenai kesehatan
akan berusaha diselesaikan
dengan berunding bersama
untuk mencari jalan yang
terbaik
2. Mengambil keputusan yang tepat Apabila masalah tersebut
belum dapat terselesaikan juga
maka keluarga akan minta
bantuan kepada anggota
keluarga yang lainnya dalam
membantu memecahkan
masalah dan merundingkan
secara bersama-sama
3. Merawat anggota keluarga yang sakit Sesuai dengan keluhan
anggota keluarga yang sakit
yaitu segera diperiksa ke
puskesmas terdekat dan
meminun obat dari puskesmas
4. Memodifikasi lingkungan Keluarga kurang mengetahui
pentingnya kebersihan
lingkungan. Pada saat
kunjungan rumah dalam
keadaan kurang bersih
5. Memanfaatkan sarana kesehatan Bila sakit periksa ke
puskesmas terdekat yaitu
puskesmas cisayong

10. Daftar Masalah


No Data Masalah Etiologi
.
1. Subjektif : Resiko penyebaran / Perilaku kurang
a. Tn. M mengatakan biasa
penularan infeksi hygienis
membuang ludah di
halaman, tidak ada
tempat khusus.
b. Tn. M mengatakan
belum tahu akibat bila
tidak melakukan
tindakan pencegahan
pada keluarga.
c. Ny. L mengatakan
kurang mengerti tentang
pencegahan TBC
d. Keluarga tidak tahu
bagaimana cara
penularan TB paru
kepada orang lain dan
bagaimana cara
pencegahan terhadap
anggota keluarga yang
lain.
e. Keluarga mengatakan
tidak mengerti
mengenai sanitasi yang
sehat yang dapat
mencegah penularan TB
paru.
Objektif :
a. Lantai rumah terbuat
dari semen, tampak
lembab dan kotor.
b. Tidak ada tempat khusus
untuk membuang dahak.
c. Tidak ada tempat
khusus untuk
pembuangan limbah
rumah.
d. Alat makan keluarga
tidak ada pemisahan
atau digunakan bersama
e. Pencahayaan rumah
(kamar tidur) kurang.
f. Tn. M tidur sekamar
dengan Ny. L
2. Subjektif : Kurang pengetahuan Kurang informasi
a. Keluarga mengatakan
dan keterbatasan
bahwa Tn. M sakit TB
kemampuan
paru, tapi tidak tahu
mencerap
penyebab, pencegahan,
informasi
perawatan dan
pengobatannya.
b. Tn. M mengatakan
belum tahu akibat yang
terjadi, bila penyakit
tidak diobati dengan
tuntas.
Objektif :
a. Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan
tentang pengertian
penyakit, penyebab
pencegahan, perawatan
dan pengobatannya.
b. Pendidikan Tn. M dan
Ny. L SD
c. Setelah dijelaskan
tentang pengertian
penyakit, cara
pencegahan dan
pengobatannya, Tn. M
dan Ny. L belum bisa
menjawab pertanyaan
sederhana perawat.
3. DS : Resiko kerusakan Pengobatan jangka
a. Keluarga mengatakan
penatalaksanaan panjang
Tn. M sudah menjalani
program terapi di
pengobatan namun tidak
rumah (pengobatan
tuntas
tidak tuntas)
b. Tn. M mengatakan
sering lupa minum obat,
tapi selalu diingatkan
oleh istrinya.
c. Tn. M mengatakan
sebenarnya malas minum
obat, tapi ia ingin
penyakitnya cepat
sembuh.
DO :
a. Pemeriksaan fisik :
bentuk dada normal,
batuk produktif. Nafas
agak sesak.
b. lantai ruang tamu dari
porselin, keadaannya
kotor dan lembab.
c. Ventilasi kurang karena
jendela / lubang angin
terlalu sempit.

11. Tipologi Masalah Kesehatan


No Daftar Masalah Kesehatan
.
1. Ancaman
Tn. M mengatakan
2. Kurang/tidak sehat

3. Defisit

12. Skoring Masalah


a. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang
hygienis
Kriteria Bobot Pembenaran
Sifat Masalah : Penularan belum terjadi tapi
Ancaman resiko terjadinya penularan
cukup besar.
Kemungkinan masalah Selama pasien berobat
dapat diubah : secara teratur, kuman
Mudah TBC kemungkinan besar
tidak akan aktif. Tapi
perlu didukung oeleh
perubahan perilaku yang
lebih higienis
Potensial masalah dapat Penyebaran kuman TB
dicegah: paru dapat dicegah asal
Tinggi
keluarga mau hidup sehat
dan hubungan dengan
petugas kesehatan cukup
baik.
Menonjolnya masalah: Keluarga tahu bahwa
Tak perlu segera ditangani
penyakit Paru yang
dialami Tn.M bisa
menular tapi merasa tidak
perlu segera ditangani

b. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, pencegahan,


perawatan dan pengobatannya s.d kurangnya informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerap informasi
Kriteria Bobot Pembenaran

c. Resiko kerusakan penatalaksanaan program terapi di rumah


(pengobatan tidak tuntas) s.d pengobatan jangka panjang.
Kriteria Bobot Pembenaran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penyebaran infeksi sehubungan dengan perilaku kurang hygienis.
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit s.d kurangnya informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerap informasi.
3. Resiko kerusakan penatalaksanaan program terapi di rumah (pengobatan
tidak tuntas) s.d pengobatan jangka panjang.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawata
n
1. Dx 1 terhindarnya Keluarga mampu a. Jelaskan penyebab
penularan dan mengenal TB paru adalah basil
penyebaran masalah resiko mycobacterium
kuman TBC ke terjadinya tuberculosa, dimana
orang-orang penularan. dapat menyerang
terdekat maupun semua orang baik
pada masyarakat kecil, tua, muda,
sekitar kaya, miskin.
b. Jelaskan dengan
bahasa sederhana
tentang cara
penularan TB paru
yaitu melalui percikan
ludah atau sputum
pada waktu klien TB
paru : bersin , batuk
dan menguap. Daya
tahan tubuh yang
dipengaruhi oleh
usia, nutrisi dan
faktor faali.
c. Jelaskan dan
demontrasikan cara
hidup sehat seperti :
pada saat batuk,
bersin dan menguap
sebaiknya mulut dan
hidung ditutup ; cara
membuang dahak
atau ludah yaitu di
kloset kemudian di
siram, apabila dahak
dibuang dihalaman
maka harus diuruk
dengan tanah ; alat
makan sebaiknya
tersendiri, setelah
dipakai sebaiknya
disiram dengan air
mendidih kemudian
dicuci bersih.
2. Dx 2 Keluarga a. Keluarga a. Kaji pengetahuan
mampu mampu keluarga tentang tata
melakukan mengenal cara cara perawatan klien
tindakan untuk perawatan TB paru.
b. Jelaskan dengan
mencegah pada TB paru
b. Keluarga bahasa yang mudah
terjadinya
mampu dimengerti tentang
penularan
mengenal cara perawatan klien TB
penyakit TB
pengobatan paru : makan yang
paru pada
TB paru banyak dan bergizi
anggota.
tinggi, istirahat yang
cukup , pikiran
diusahakan santai
hindari stres yang
berlarut larut,
berhenti merokok dan
hindari polusi udara.
Gerak badan
dianjurkan bila
penyakit tampak
sembuh.
c. Jelaskan pengobatan
TB paru dan cara
minum obat serta
berapa lama harus
minum obat.
3. Dx 3 Keluarga a. Menunjukkan a. Ajarkan mengenai
memahami niat untuk diagnosis dan
tentang kondisi, berbagi penatalaksanaan
tindakan masalah penyakit jangka
pencegahan dengan panjang untuk
infeksi, anggota menentukan tingkat
penatalaksanaan keluarga yang pembelajaran klien-
stress, faktor lain atau keluarga.
b. Ajarkan
pemberat, tanda teman yang
inkompatibilitas obat
dan gejala dapat
obatan
komplikasi, dan dipercaya.
c. Ajarkan pemberian
b. Menyebutkan
sumber-sumber
obat-obatan.
efek samping
di komunitas d. Jelaskan tanda dan
obat.
yang dapat gejala yang harus
c. Mengidentifik
digunakan. dilaporkan pada
asi tanda-tanda
profesional pelayanan
dan gejala
kesehatan :
yang harus
dilaporkan
pada tenaga
kesehatan.
d. Menggambark
an
penatalaksana
an jangka
panjang
penyakit.

D. Implementasi Keperawatan
No No Diagnosa Tanggal/ Tindakan Keperawatan Paraf
Pukul
. Keperawata
n
1. Dx 1 4/12/13 a. Menjelaskan penyebab TB paru
Pukul : b. Menjelaskan cara penularan TB paru
14.00 c. Menganjurkan memakai sapu tangan
WIB apabila bersin, batuk atau menguap
d. Menganjurkan meludah pada wc
kemudian di siram
2. Dx 2 4/12/13 a. Mengkaji pengetahuan keluarga
Pukul :
tentang resiko terjadinya penularan
14.10
TB Paru pada anggota keluarga
WIB
b. Menjelaskan tentang cara penlaran
TB paru
3. Dx 3 5/12/13 a. Menjelaskan kepada keluarga
Pukul :
tentang manfaat fasilitas kesehatan
09.00
yang ada di masyarakat.
WIB
b. Mengjkaji pengetahuan keluarga
tentang manfaat fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.

E. Evaluasi Keperawatan
No No Diagnosa Evaluasi Paraf
. Keperawata
n
1. Dx 1 S : Keluarga mengatakan sudah
mengenal cara penularan TB paru
O : Keluarga mampu menyebutkan
cara penularan TB paru
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi.
2. Dx 2 S : Keluarga mengatakan sudah
mengenal cara perawatan pada
TB paru
O : Keluarga mampu menyebutkan
cara perawatn pada TB paru
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. DX 3 S : Keluarga mengatakan telah tahu
manfaat yang di dapat dari
fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat
O : Keluarga mampu menjelaskan
manfaat dari fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.
A : masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi.

Vous aimerez peut-être aussi