Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK 9 :
1.Korpindus
2.Liberta Oktaviani
3.Natalia Clear
4.Trivornia Wati
A. Defenisi
Suatu invaginasi atau intususepsi terjadi bila sebagian
saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga
sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya
hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam
suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal.
Intususepsi merupakan penyebab paling sering dari
obstruksi usus pada usia 2 bulan 6 tahun.(Nelson,
1999).
B. Klasifikasi
Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan
bagian yang menerima intussusceptum dinamakan
intussuscipiens, klasifikasinya adalah
1. Ileocaecal : ileum berinvaginasi ke dalam kolon
asenden pada katup ileocaecal.
2. Ileo-colic : ileum berinvaginasi ke dalam kolon.
3. colo-colic : kolon berinvaginasi ke dalam kolon.
4. ileo-ileo : usus kecil berinvaginasi ke dalam usus
kecil.
Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica
dan appendical-colica. Kasus yang paling banyak
ditemukan adalah ileo-colica (75%).
D.Etiologi
E. Patofisiologi
Kebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan
ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal.
Secara jarang, suatu intususepsi apendiks membentuk
puncak dari lesi tersebut. Bagian atas usus,
intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di
bawahnya, intususipiens sambil menarik mesentrium
bersamanya ke dalam ansa usus pembungkusnya.
Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium
sehingga menghalangi aliran darah balik.
Penyumbatan intususeptium terjadi akibat edema dan
perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja
berdarah, kadang kadang mengandung lendir.
Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon
tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus
pada kasus kasus yang terlantar. Setelah suatu
intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus
yang memebentuk puncaknya tampak edema dan
menebal, sering disertai suatu lekukan pada
permukaan serosa yang menggambarkan asal dari
kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak
menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama,
tetapi selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus
dan syok.
G.Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos abdomen memperlihatkan suatu
kepadatan sepertisuatu massa di tempat
intususepsi.
2. Foto setelah pemberian enema barium
memperlihatkan gangguan pengisisan atau
pembentukan cekungan pada ujung barium, ketika
bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi
tersebut.
3. Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir
area usus yang
masuk.
4. Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan
tampilan coiled spring pada usus.
H.Penatalaksanaan Medik
Pelepasan intususepsi merupakan suatu prosedur
gawat darurat yang harus segera dilakukan setelah
diagnosis ditegakkan dan persiapan cepat pembedahan
yang dilakukan dengan cairan dan darah untuk
mengatasi syok, selain sebagai pengganti air dan
elektrolit.
Pada kasus-kasus tertentu jika tidak terdapat tanda-
tanda kelemahan dan syok, maka kemungkinan untuk
melepaskan intususepsi tersebut dengan menggunakan
tekanan hidrostatis melalui bimbingan fluoroskopi dan
konsultasi serta petunjuk seorang ahli bedah.
Suatu kantung kateter foley yang dilumasi ditempatkan
di dalam rektum,
kemudian dipompa. Pantat dirapatkan dan direkatkan
dengan plester pelekat. Suatu larutan barium dibiarkan
mengalir dengan kekuatan grafitasi kedalam colon, dari
ketinggian tidak lebih dari 3 kaki diatas meja
fluoroskopi. Abdomen tidak disentuh selama
melaksanakan prosedur ini. kolom barium tersebut
akan bergerak maju secara lambat kearah proksimal
dengan pergerakan progresif gangguan pengisian
secara bersamaan pada arah yang sama. pelepasan
intususepsi terjadi dengan pengisisan usus halus
secara bebas, hilangnya massa, keluarnya gas atau
tinja serta perbaikan dan kemajuan keadaan bayi
tersebut.
jika terdapat keraguan tentang kesempurnaan
pelepasan tersebut, maka dilakukuan pembedahan
eksplorasi.
I. Komplikasi
Bila intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat
terjadi komplikasi seperti :
1. Perforasi usus.
2. Syok.
.
a. Diare.
b. Anoreksia.
B. Diagnosa keperawatan
a. preopersasi
1. Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan muntah,
perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit
dalam lumen.
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan
prosedur bedah, anastesi.
4. ansitas berhubungan dengan lingkungan tidak
dikenal, kurang pengetahuan.
b. post operasi
1. nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post
operasi.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
krisis situasi ( anak dihospitalisasi).
C. Rencana Keperawatan
1. Preoperasi
DP 1. Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus
Tujuan : - Nyeri berkurang sampai tingkat yang
dapat diterima anak.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
1. Periksa bahwa gelang identitas terpasang
dengan benar.
rasional : untuk melihat identitas yang jelas.
2. Periksa bahwa gelang identifikasi terpasang
dengan personel bedah
rasional : untuk menjamin identifikasi yang
benar.
3. Kencangkan pagar tempat tidur atau
keranjang anak
rasional : untuk mencegah pasien atau anak
jatuh.
4. Gunkan restrain ketika memindahkan
dengan brankar (atau alat-alat lain)
rasional : Untuk mencegah anak jatuh.
5. Jangan meninggalkan anak tanpa
pengawasan.
rasional : untuk mencegah terjadinya cedera
karena jatuh.
Intervensi :
2. post operasi
Intervensi :
1. Jangan menunggu sampai anak mengalami
nyeri hebat untuk mengintervensi.
rasional : untuk mencegah terjadinya nyeri.
2. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika
diperlukan
rasional : mempalpasi area operasi dapat
menimbulkan nyeri.
3. Dorong untuk berkemih
rasional : untuk mencegah distensi kandung
kemih.
4. Berikan posisi yang nyaman pada anak bila
tidak dikontraindikasikan.
rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi
nyeri.
5. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.
rasional : untuk mengatasi nyeri.
Intervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
rasional : mecegah terjadinya risiko
inosokomial.
2. Melakukan perawatan luka bekas operasi
menggunakan tehnik aseptik.
rasional : untuk menghindari infeksi
3. Tingkatkan intake nutrisi.
rasional : nutrisi yang adekuat menghindarkan
anak dari risiko infeksi.
4. Bersihkan alat alat yang digunakn.
rasional : alat yang bersih menghindarkan
anak dari infeksi.
Intervensi :
1. jelaskan semua prosedur.
rasional : untuk menurunkan kecemasan atau
ketakutan.
2. Dorong ekspresi perasaan.
rasional : untuk memudahkan koping.
3. Tekankan dan jelaskan penjelasan profesional
kesehatan tentang kondisi anak, prosedur, dan
terapi yang di anjurkan, serta prognosisnya.
rasional : agar keluarga memahami kondisi
anak.
4. Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan
informasi
rasional : untuk memudahkan memberikan
informasi.
5. Ulangi informasi sesering mungkin.
rasional : untuk memfasilitasi pemahaman.
Daftar Pustaka
Wong, Donna L. (2003) .Asuhan Keperawatan
Pedoman Klinis Keperaatan Pediatrik. Ed 4.
Jakarta:EGC.