Vous êtes sur la page 1sur 34

a. .

Let's Learn Together, Nurse


Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka
bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. ~
Ernest Newman

15 September 2011
f. Tidak terjadi ketidak efektifan pertukaran gas

Post op:
a. Tidak ada nyeri
b. Tidak terjadi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia.2006.Ilmu Penyakit


Dalam.Jakarta:FKUI
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta :
EGC, 2002.
Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982
http://www.layurveda.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=21%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20
&lang=en

copyaskep

Tempat Berbagi Askep

Beranda

Pos Komentar

ASKEP

BUKAN MATERI BIASA

GA-DAR

PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL ( PTIK )


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA SPINAL
About these ads

Terkait

CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)dalam "BUKAN MATERI BIASA"


PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL ( PTIK )dalam "BUKAN MATERI
BIASA"

Asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepaladalam "ASKEP"

Filed under ASKEP Tagged with defek, defek pada ventrikel, Kebocoran, kongesti
pulmonal, ventrikel, ventrikel kanan, Ventrikulare Septum Defek, VSD

Berikan Balasan

Pos-pos Terakhir

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA SPINAL

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN JANTUNG


BAWAAN VENTRIKEL SEPTAL DEFEK ( VSD )

PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL ( PTIK )

ASAM BASA

CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)

Arsip

Arsip

Kategori

Kategori

Awan Tag

acidosis alkalosis anafilaktik analisa data appendik asam asetilcolin askep Asuhan
keperawatan basa Cidera kepala combustio cvd definisi askep demam demam berdarah Dengue
haemorhagic fever DHF diagnosa keperawatan electrical burn evaluasi fraktur gangguan imunologi gigitan serangga globuler hot
infark infeksi usus inflamasi vena iritasi vena jaringan panas kelemahan keracunan luka bakar metoda askep miastenia gravis

miastenia krisis myastenia neuromuscular nyamuk aedes aegypty osserman otak panas patah
P3K

tulang PEMERIKSAAN PASIEN SAKIT KERAS pemfis penanganan kegawatan pengertian askep penurunan
kesadaran peradangan vena perdarahan pH Plebitis praktik keperawatan prostigmin sakit keras sarkoma Sepsis serangan
mendadak stroke synovial. trauma syok syok anafilaksis Syok septik Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) thermal
burn tia tindakan keperawatan transmisi trauma trauma pada otak traumatic usus buntu wanita 15 tahun

Pintu Belakang

Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Blog di WordPress.com.

The Enterprise Theme.


Ikuti

Follow copyaskep

Get every new post delivered to your Inbox.

Buat situs dengan WordPress.com

Home

RSS
Search this sit

Blog Nursing Putri Rahza UNAIR


Endokrin

Kardiovaskuler

Neurobehaviour

Pencernaan

Persepsi sensori

Respirasi

ASKEP PATENT DUCTUS ARTERIOUS (PDA)


Filed Under: Kardiovaskuler putri_rahza 3 Comments
August 29, 2010

2.1 Anatomi Ductus Arteriosus

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal
(arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus).
Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja
di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium
kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui
duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke paru.

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus
tersebut menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis
menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI,
2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk
lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal
dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah
eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya
pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.

2.2 Definisi Patent Ductus Arteriosus

Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 235)

Gambar 2. Patent Ductus arteriosus. (


www.web-books.com)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan
jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca
kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2
bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum
arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau disertai
kelainan jantung lain.

//

2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

6. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)

2. Faktor Genetik :

1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.


2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

2.3 Patofisiologi

Gambar 2. Perbedaan antara normal


circulation dengan Patent Ductus
Arteriosus.health.stateuniversity.com
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta ( tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini meneyebabkan
resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke
dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.Usaha tambahan dari ventrikel
kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi
atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena
dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru
yang progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan
ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain
yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup
bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi
karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri ke
kanan itu cenderung lebih besar.

Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap terbuka oleh
prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi lahir.
Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur dianggap sebagai
developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus arteriosus seperti
yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur dengan penyakit membran
hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan surfaktan), ductus arteriosus persisten
sering bermanifestasi setelah sindrom gawat nafasnya membaik.

Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-ketoprostaglandin F1) akan
meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis tumor yang dapat meningkatkan resiko
pembukaan duktus arteriosus.

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan
PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat

menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF), diantaranya :

Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung


Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar

di tepi sternum kiri atas)

Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,

Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)

Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik


Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
Apnea
Tachypnea
Nasal flaring
Retraksi dada
Hipoksemia
Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)

Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:

1. tidak mau menyusu

2. berat badannya tidak bertambah

3. berkeringat

4. kesulitan dalam bernafas

5. denyut jantung yang cepat.

Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur.

WOC

Beban ventrikel kiri

Tek kapiler
pulmoner

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. 1. Analisis gas darah arteri

Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation

Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari


CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar cairan / pulmonary
edema).

Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi


janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang
dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir.

1. Foto thorak. Atrium dan ventrikael kiri membesar secara signifikan


(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat

2. Ekhokardiografi. Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi lebih dari 1,0 pada bayi patern(disebabkan oleh peningkatan volume atriu
kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)

3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna untuk mengevaluasi aliran darah dan


arahnya.

4. EKG. sesuai yingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.

5. Kateterisasi jantung. Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan bila ada defek tambahan lain.

6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

1. 8. Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume


dan tekanan hubungan.

Volume = tekanan / perlawanan

Volume suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada


akhirnya menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh
darah.

Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif vaskular


(PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang mungkin
tidak dapat diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.
2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Medikamentosa

1. 1. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi pulmonal.

2. 2. Pada bayi prematur diberikan anti-prostaglandin misalnya indometasin


selama 5 hari.

3. 3. Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi cukup bulan
karena terbukanya duktus bukan disebabkan oleh prostaglandin.

4. 4. Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.

2.6.2 Invasif

Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan stainless coil


untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm dengan residual shunt rate
5 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage, emboli coil ke perifer, hemolisis,
stenosis LPA, oklusi femoralis

2.6.2 Bedah

1. 1. Tindakan bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.

2. 2. Angka mortalitas < 1 %

Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal jantung, maka segera
dilakukan pembedahan. Jika gejalanya hanya berupa murmur, maka pembedahan
biasanya dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun. Jika tidak ada gejala, pembedahan
ditunda sampai anak berumur 6 bulan 3 tahun.

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung kepada
berbagai faktor :

1. 1. PDA kecil dalam jangka penuh bayi mungkin secara spontan menutup
tanpa intervensi. PDA besar tidak mungkin untuk menutup.

2. 2. Pasien dengan CHF membutuhkan terapi medis untuk CHF diikuti


dengan prosedur definitif untuk menutup PDA baik oleh pembedahan atau
kateterisasi.
3. 3. Bedah perbaikan direkomendasikan untuk pasien dengan PDA kecil
sampai besar karena risiko endokarditis. Komplikasi ligasi bedah sebagian besar
terkait dengan torakotomi lateral kiri. Bedah angka kesakitan dan kematian dapat
diabaikan, dan awal komplikasi pascabedah yang berhubungan dengan
komplikasi lain lahir prematur.

4. 4. Profilaksis untuk infeksi endokarditis (subakut bakteri endokarditis


[SbE]) harus diikuti pada saat-saat diperkirakan risiko (bakteremia) sampai
pasien dapat mengalami perbaikan. (Khusus rekomendasi untuk antibiotik
profilaksis dapat ditemukan di setiap arus penyakit infeksi atau antibiotik
referensi.)

5. 5. Transfer ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi pasien dalam


presentasi di jerau extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan ventilasi
tekanan positif, seperti yang ditunjukkan.

2.7 Komplikasi

Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan komplikasi. Namun
cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat berakibat buruk, antara lain :

1. 1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila


terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui patent
ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary
hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi paru dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus arteriosus paten
yang besar dapat menyebabkan Eisenmengers syndrome, suatu jenis ireversibel
hipertensi paru.

2. 2. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat


menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa secara efektif.

3. 3. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung


struktural, seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi
endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis infeksi adalah suatu
peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

4. 4. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus


arteriosus paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan
risiko hanya dengan ductus arteriosus paten yang besar.

5. 5. Gagal ginjal
6. 6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal

7. 7. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)

8. 8. Enterokolitis nekrosis

9. 9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas


atau displasia bronkkopulmoner)

10. 10. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit

11. 11. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)

12. 12. CHF

13. 13. Gagal tumbuh

(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
PGE1 harus digunakan untuk mempertahankan patency dari ductus arteriosus setelah
ditetapkan bahwa lesi tergantung duktus ada.. Namun, PGE adalah vasodilator paru-paru
dan dapat menyebabkan eksaserbasi CHF dengan cara meningkatkan aliran darah paru.

2.8 Prognosis

Jika PDA relatif kecil, gejala yang ditimbulkan pada jantung kemungkinan dapat
berkembang. Pasien dengan PDA yang cukup besar, masalah yang ditimbulkan pada
jantung dapat diminimalisir dengan tindakan bedah.

Tindakan dengan mengunakan pengobatan dapat diandalkan dalam beberapa situasi,


dengan sedikit efek samping. Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin, akan
menunjukkan hasil yang lebih baik.

Pembedahan dapat membawa beberapa resiko yang signifikan pada jantung,


pembedahan dapat menghilangkan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh PDA, tapi
ini juga dapat mneimbulkan masalah baru. Keuntungangn dan resiko lebih baik dikaji
lebih mendalam sebelum dilakukan sebuah pembedahan.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).

3.1.1 Anamnesa

1. Identitas ( Data Biografi)

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu
pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x
lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15
%. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung
bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.

1. Keluhan Utama

Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas

1. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress,
dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia

1. Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.

1. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung
bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom

1. Riwayat Psikososial

Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.

3.1.2 Pengkajian fisik (ROS : Review of System)


1. 1. Pernafasan B1 (Breath)

Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu
nafas saat inspirasi, retraksi.

1. 2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)

Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema
tungkai, clubbing finger, sianosis.

1. 3. Persyarafan B3 ( Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

4. Perkemihan B4 (Bladder)

Produksi urin menurun (oliguria).

5. Pencernaan B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

1. 6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

3.2 Analisa data

Data Etilologi Masalah


Data Subjektif : Terbukanya ductus arteriosus Penurunan curah jantung

Pasien gelisah, rewel, dan Dialirkannya darah dari


menangis tekanan tinggi(aorta
descenden) ke tekanan yang
Data Objektif : lebih kecil (arteri pulmonalis)

- Denyut nadi naik (> 170 Resirkulasi darah beroksigen


x/menit) dari aorta ke arteri pulmonalis
Beban ventrikel kiri
- Tachyepne
Curah jantung turun
- Suara jantung
tambahan

(Machinery mur-mur
persisten)

Data Subjektif: Dialirkannya darah dari Gangguan pertukaran gas


tekanan tinggi(aorta
Pasien kesulitan bernafas, descenden) ke tekanan yang Perubahan pertumbuhan dan
sesak nafas lebih rendah (arteri perkembangan
pulmonalis)
Data Objektif :
Resirkulasi darah beroksigen
- RR ( > 30 40x/menit) dari aorta ke arteri pulmonalis
Beban ventrikel kiri
- BGA tidak normal
Pelebaran dan hipertensi
- Adanya napas cuping vertikel kiri
hidung
Tekanan vena dan kapiler
Data Subjektif: pulmonar naik

Pasien rewel tidak mau makan Edema paru


dan minum
Penurunan difusi oksigen
Data Objektif:
Gangguan pertukaran gas
- Berat badan turun
Curah jantung turun
- Status gizi buruk
Suplai oksigen ke jaringan
- berkurang
Pemecahan glukosa oleh O2
menjadi terganggu

Pembentukan energi
berkurang

Lemah, lesu

Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Gangguan pertumbuhan dan


perkembangan

Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen

Data Objektif : Hipoksia

- Antropometri: penurunan pemecahan glukosa oleh O2


berat badan untuk pembuatan energi

- Biokimia : Hb dan albumin lemah, gelisah


menurun

- Klinik : perubahan kulit


mukosa oral (bengkak dan anoreksia
kemerahan).
perubahan nutrisi kurang dari
- Diet : makan tidak habis, kebutuhan tubuh
nafsu makan menurun

Data Subjektif: Gagal jantung kongestif Resiko infeksi

Demam, rewel Pasien gelisah, stress

Data Objektif: Respon imun menurun

- Jumlah limfosit Resiko infeksi

meningkat

- hipertermi (> 36-370 C),


kulit memerah, frekwensi
nafas meningkat, kulit hangat
bila disentuh, takikardi
Data Subjektif : PDA (Patent Ductus Kecemasan orang tua
Arteriosus)
Orang tua cemas, tidak tenang,
dan emosinya labil Dampak hospitalisasi pada
anak
Data Objektif:
Anak menangis dan ketakutan
- Menarik diri
Kecemasan pada orang tua
- Tidak ikut bersedia
dalam melakukan proses
keperawatan

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal

3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak

adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori

5. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan

6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan

hospitalisasi.

3.3 Intervensi

1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.

Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat

Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung


Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri

1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut 1. Permulaan gangguan pada jantung akan
jantung, nadi perifer, warna dan ada perubahan tanda-tanda vital,
kehangatan kulit semuanya harus cepat dideteksi untuk
penanganan lebih lanjut.
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral,
membran mukosa, clubbing) 2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
perfusi sekunder terhadap ketidak
1. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, adekuatan curah jantung, vasokonstriksi
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, dan anemia.
periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali) 3. Deteksi dini untuk mengetahui

Kolaborasi adanya gagal jantung kongestif

1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan Kolaborasi


menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas. 1. Obat ini dapat mencegah semakin
memburuknya keadaan klien.
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan
afterload 2. 2. Obat anti afterload mencegah
terjadinya vasokonstriksi
3. Berikan diuretik sesuai indikasi.
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.

Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:


Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru

Intervensi Rasional

1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Untuk memudahkan pasien dalam


bernapas
denyut jantung, nadi perifer, warna dan 2. Agar anak tidak tertular infeksi yang
akan memperburuk keadaan
kehangatan kulit
2. Atur posisi anak dengan posisi fowler 3. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh
1. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
4. Membantu klien untuk memenuhi
1. Berikan istirahat yang cukup oksigenasinya.

kolaborasi

1. Berikan oksigen jika ada indikasi

1. Untuk deteksi dini terjadinya


gangguan pernapasan

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan

suplai oksigen ke sel.

Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :


Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat

Intervensi Rasional

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas 1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji
menggunakan parameter berikut : Nadi ulang untuk mendapatkan perawatan lebih
20 per menit diatas frekuensi istirahat, lanjut.
catat peningkatan TD, Nyeri dada,
kelelahan berat, berkeringat, pusing dan 1. Persiapkan dan dukung klien untuk
pingsan melakukan aktivitas jika sudah mampu.

2. Kaji kesiapan pasien untuk 2. Agar klien termotivasi untuk melakukan


meningkatkan aktivitas aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.

3. Dorong memajukan aktivitas 3. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi


tidak memanjakan.
4. Berikan bantuan sesuai dengan
kebutuhan dan anjurkan penggunaan 4. Klien termotivasi untuk sembuh.
kursi mandi
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam
memilih periode

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan

zat nutrisi ke jaringan.


Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang

Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi

badan

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak 7.

2. Berikan stimulasi tumbuh kembang,


kativitas bermain, game, nonton TV,
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain
sesuai kondisi dan usia anak.

3. Libatkan keluarga agar tetap


memberikan stimulasi selama dirawat

4. Memantau masa tumbuh kebang anak

5. Agar anak bisa tumbuh dan


berkembang sebagaimana mestinya

6. Anggota keluarga sangat besar


pengaruhnya terhadap proses
pertumbuhan dan juga perkembangan
anak-anak

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan

meningkatnya kebutuhan kalori.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status

nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Status nutrisi terpenuhi

- nafsu makan klien timbul kembali

- berat badan normal

- jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi Rasional

1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.


1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien
2. Mengetahui perkembangan
pemenuhan nutrisi klien.
1. Mencatat intake dan output
makanan klien.
1. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
ilmu gizi yang membantu klien
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memilih makanan sesuai dengan
membantu memilih makanan yang
keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
dapat memenuhi kebutuhan gizi
badannya.
selama sakit
1. Dengan sedikit tapi sering mengurangi
1. Manganjurkn makan sedikit- sedikit
penekanan yang berlebihan pada
tapi sering.
lambung.

6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.

Tujuan : Mencegah resiko infeksi

Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital 1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital


besar kemungkinan adanya gejala infeksi
2. Lakukan perawatan terhadap prosedur karena tubuh berusaha intuk melawan
inpasif seperti infus, kateter, drainase mikroorganisme asing yang masuk maka
luka, dll. terjadi peningkatan tanda vital

3. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi 2. Untuk mengurangi risiko infeksi


untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan nosokomial
leukosit
3. Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
1. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik leukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi

4. Antibiotik mencegah perkembangan


mikroorganisme patogen

7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.

Tujuan: kecemasan menurun

Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya

lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Pengetahuan orang tua akan

1. Beri penjelasan tentang keadaan mempengaruhi persepsi dan tingkah


bayinya.
lakunya pada anak
2. Libatkan keluarga dalam
perawatan bayinya. 2. Dengan mengetahui kondisi

3. Berikan support dan anaknya, akan mengurangi


reinforcement atas apa yang dapat
dicapai oleh orang tua. kecemasan orang tua.

4. Latih orang tua tentang cara-cara 3. Akan membuat orang tua nyaman
perawatan bayi dirumah sebelum
bayi pulang dan lebih tenang jika senantiasa
dekat dengan anaknya.

4. Dukungan dan kasih sayang orang

tua akan mempercepat kesembuhan

anak

5. Dengan menambah pengetahuan

orang tua dalam perawatan anaknya

akan mempermudah proses

perawatan dan penyembuhan anak.

ASKEP HIPERTENSI PADA IBU HAMIL PATOFISIOLOGI HISPRUNG DAN IBS


(Irritable Bowel Syndrome)
Comments RSS feed

3 Comments:

Onlinecasino

October 13th, 2010 11:02 am

I always inspired by you, your opinion and way of thinking, again, appreciate for
this nice post.

- Thomas

sell this domain at sedo

October 21st, 2010 1:58 pm

I agree with your Blog and I will be back to check it more in the future so please
keep up your work. I love your content

ari

April 4th, 2011 6:59 am

Informasi yg disampaikan sangat bermanfaat utk saya. Putri saya (4 tahun 4 bln)
penderita Penyakit Jantung Bawaan jenis Truncus Arteriosus Mixed Type. Saat
usianya 3 thn telah dilakukan operasi rastelli. Kondisinya saat ini alhamdulillah
jauh lebih baik, tumbuh kembangnya bisa dikatakan relatif normal. Menurut
dokter bedahnya saat itu, pada usia 11/12 th kelak, harus dilakukan operasi yg
sama utk mengganti contegra dengan ukuran yg lebih sesuai. Saya kesulitan
utk mendapatkan informasi/referensi mengenai penyakit tsb pasca operasi, baik
perawatan, kualitas hidup maupun kemungkinan kondisi kesehatannya ke depan.
Info juga bahwa penyakit tsb baru diketahui saat usianya 2 th 9 dan sempat
dinyatakan hanya mujizat yg bisa menyembuhkannya mengingat kondisi
hypertensi Pulmonal yg sudah sangat tinggi. Semoga ada info tentang hal tsb
yg bisa dibagi.
thanks

Calendar

August 2010
M T W T F S S
Feb Jul
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31

About

Recent Posts

o 78

o ASKEP KATARAK

o PATOFISIOLOGI HISPRUNG DAN IBS (Irritable Bowel Syndrome)

o ASKEP PATENT DUCTUS ARTERIOUS (PDA)

o ASKEP HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

Gallery

Categories
o Endokrin

o Kardiovaskuler

o Neurobehaviour

o Pencernaan

o Persepsi sensori

o Respirasi

Archives

o March 2013

o July 2011

o August 2010

o February 2010

o December 2009

o November 2009

Meta

o Register

o Log in

o Entries RSS

o Comments RSS

o Powered by Blog.com

Recent Comments

o ari on PATOFISIOLOGI HIPERTIROID


o ephy on PATOFISIOLOGI HIPERTIROID

o zahra on PATOFISIOLOGI KETOASIDOSIS (KAD)

o bintari sutomo on ASKEP HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

o johnybf on PATOFISIOLOGI KETOASIDOSIS (KAD)

Powered by Blog.com
[ Back to top ]

Login

Create Blog

Random Blog

Report Blog

Felix Nurse87
Non Scholae Sed Vitae Discimus
BLOG

About these ads

Terkait

ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATORY DISTRESS SYDROME (RDS)dalam


"Keperawatan"

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUMdalam "Keperawatan"

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ca Mamaedalam "Keperawatan Medikal


Bedah"
Navigasi pos
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUBERKULOSIS PARU
ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATORY DISTRESS SYDROME (RDS)

6 comments on ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

1.

ahmad on 6 April 2011 pukul 1:14 am said:

ada kemungkinan penyembuhan tanpa operasi gak ya?


kalo ada, gimana caranya?

thx

Balas

2.

adhieleven on 11 Juni 2011 pukul 10:47 am said:

Trmksih atas pengetahuannya. Adek sya mnglmi DPA. Sran dkter tunggu smpai
adek sya umur 1-2 th. Klo msh tdak mntup jga katubnya..bru operasi. Mohon
pncerhanny?

Balas

3.

junjun on 7 November 2011 pukul 6:10 am said:

pathwaynya mna brow ??


thx
Balas

4.

Lien Warlendi on 7 Januari 2012 pukul 1:37 pm said:

Pada saat anak saya ke- 2 (laki-laki) berusia 3 tahun dinyatakan PDA oleh dokter
sp. anak, dan dianjurkan untuk segera dioperasi (diikat), beliau juga mengatakan
PDA bisa terdeteksi melalui stetoskop juga beliau menjelaskan tanda2 yang akan
tampak pada si anak pengidap PDA. kami sebagai orang tuanya sangat prihatin
dengan kondisi anak saya, untuk membandingkan pendapat dokter spesialis anak
tadi, kami juga memeriksakan ke dokter spesialis jantung sekaligus ia sebagai
dokter spesialis anak setelah konsultasi dan melakukan berbagai test
laboratorium, beliau menyatakan memang ada PDA tapi bisa ditunggu sampai
usia anak 9 tahun, dengan terus di pantau perkembanganya. untuk
menghilangkan kepenasaran kami memeriksakan juga ke dokter spesialis
jantung, beliau memeriksa menggunakan USG, ternyata hasilnya anak saya
bukan PDA tapi ada kebocoran di jantungnya dengan menunjukan tampilan di
monitor USG dan hasil print-outnya, diketahui diameter kebocorannya 1 cm.
Ya Allah Maha Penyembuh, semakin berat kelainan jantung anak kami
tersayang, hanya pada MU lah ya Allah kami memohon pertolonganMU karena
hanya Engkaulah yang mampu menyembuhkan.sambil mengamati keadaan
anak saya yang nampak tidak menunjukan tanda2 pengidap PDA, seperti cepat
lelah, gangguan pernafasan, sering sakit dan membiru Alhamdulillah semua
tanda2 itu tidak ada pada anak saya, pada pemeriksaan ulang dengan USG
sampai dokternya heran karena tampilan kebocoran jantung anak saya
sebelumnya tidak diketemukan. seiring dengan bertambahnya usia anak saya
yang tumbuh kembang normal, saat di Sekolah Dasar kami ikutkan pada Sekolah
Sepak Bola di ITB (SSB Ganesha) konon jika anak pengidap PDA anak cepat
mengundurkan diri dari lapangan karena kelelahan, juga dokter menganjurkan
untuk disertakan pada kegiatan olah raga yang berkelompok untuk memantau
kondisinya dibandingkan dengan teman2nya. ternyata anak saya mengikuti
semua kegiatan itu bebarengan dengan teman2nya. Jika anak saya sakit dan saya
periksakan ke dokter, dokter akan mengatakan gejala flu atau radang
tenggorokan atau mau pilek dsb.tetapi jika saya ceritakan medical record anak
saya, maka dokterpun akan meminta anak saya kembali naik ke pemeriksaan dan
dokter kembali menggunakan stetoskopnya, umumnya dokter bilang iya ada
PDA. saya ingat dokter anak yang pertama menyatakan PDA bahwa dengan
stetoskop PDA bisa terdengar. tetapi setiap dokter yang memeriksa anak saya
tidak menyebutkan ada PDA sebelum saya menceritakanya. Dengan tidak lepas
dari memohon pertolongan Allah SWT, kami perhatikan perkembangan anak
kami tersayang Alhamdulillah anak saya sekarang sudah masuk perguruan
tinggi dan aktif berolah raga bola basket. Terima kasih ya Allah atas karuniaMU
bagi kami. mudah-mudahan anak saya selamanya sehat dan lancar dalam
mengejar cita-citanya, dibawah lindunganMUya Allah. Amiiin.
Sekedar berbagi tentang kisah PDA anak saya. Terima kasih.

Vous aimerez peut-être aussi