Vous êtes sur la page 1sur 15

A.

KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya.
Scabies ialah penyakit yang disebabkan zoonosis yang menyerang kulit.
Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi
oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae,
pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis.
Di Indonesia penyakit skabies sering disebut kudis, penyakit gudik wesi (jawa timur,
jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu (sulawesi selatan). Disebut juga
agogo atau disko, hal ini kemungkinan karena penderita menggaruk badanya yang
gatal menyerupai orang menari

2. ETIOLOGI
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian
Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabiei Var.
Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata.
Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo
Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var
Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
a. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu
dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
b. Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati
setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali
terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk betina yang
dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki
didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar
antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240
mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Kurang lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat
menularkan penyakitnya .
Tungau Sarcoptes scabiei

3. PENGKLASIFIKASIAN SKABIES
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara
lain:
a. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies Incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan
masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang
tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas.
c. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinali
dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau
scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan.
Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
Scabies Nodular
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela
jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang
sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan
lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini
bersifat sementara (48 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. Scabiei Var.
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia (Krustosa)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,
lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofiii kuku. Berbeda dengan
skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi
bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga
sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak
dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigoiii, ektimaiv sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi
di muka.
Scabies pada bayi dan anak
g. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

4. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi v, krusta, dan infeksi sekunder.
Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

5. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya
daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volarvi, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae
dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene,
lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan.
Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi vii, impetigo, dan
furunkulosis.

6. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan
furunkelviii. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus
menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis.
Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama
beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah
diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau:
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat
irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.

8. PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya
cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti skabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya
efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan
dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan
B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal
terutama pada malam hari.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami
yaitu kurap, kudis.

b. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di toko obat terdeat atauapabila tidak
terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2) Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas latihan selama sakit
3) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada
malam hari.
4) Pola Nutrisi Metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
5) Pola Eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan
BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
6) Pola Kognitif Perseptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan
penglihatan normal.
7) Pola Peran Hubungan
8) Pola Konep Diri
9) Pola Seksual Reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
10) Pola Koping
a) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal,
dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
b) Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien
malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c) Takut terhadap kekerasan : tidak
d) Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk sembuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, k pain control, komprehensif termasuk lokasi,
imia, fisik, psikologis), comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan keperawatan dan faktor presipitasi. R/ untuk
selama . Pasien tidak mengalami mngetahui lokasi dari nyeri
DS: nyeri, dengan kriteria hasil: O`bservasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan. R/ Untuk
DO: penyebab nyeri, mampu menggunakan mengetahui letak dari nyeri
- Posisi untuk menahan nyeri tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi ketidaknyamanan yang di rasakan
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mencari bantuan) pasien
- Gangguan tidur (mata sayu, Melaporkan bahwa nyeri berkurang Bantu pasien dan keluarga untuk
tampak capek, sulit atau dengan menggunakan manajemen nyeri mencari dan menemukan dukungan. R/
gerakan kacau, menyeringai) Mampu mengenali nyeri (skala, Dukungan empati dapat membantu
- Terfokus pada diri sendiri menghilangkan nyeri dan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Fokus menyempit meningkatkan relaksasi
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
(penurunan persepsi waktu, Kontrol lingkungan yang dapat
kerusakan proses berpikir, berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
penurunan interaksi dengan Tanda vital dalam rentang normal ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
orang dan lingkungan) Tidak mengalami gangguan tidur R/ Agar lingkungan pasien tetap
- Tingkah laku distraksi, contoh terjaga stabil
: jalan-jalan, menemui orang Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
lain dan/atau aktivitas, aktivitas menentukan intervensi. R/ Untuk
berulang-ulang) melakukan intervensi yang harus di
- Respon autonom (seperti lakukan pada pasien
diaphoresis, perubahan Ajarkan tentang teknik non
tekanan darah, perubahan farmakologi: napas dalam, relaksasi,
nafas, nadi dan dilatasi pupil) distraksi, kompres hangat/ dingin. R/
- Perubahan autonomic dalam Untuk mengurangi rasa nyeri yang di
tonus otot (mungkin dalam rasakan.
rentang dari lemah ke kaku) Berikan analgetik untuk mengurangi
- Tingkah laku ekspresif nyeri: R/ Pemberian analgatik untuk
(contoh : gelisah, merintih, membantu mengurangi rasa nyeri
menangis, waspada, iritabel, Tingkatkan istirahat R/ Membantu
nafas panjang/berkeluh kesah) proses penyembuhan dan
- Perubahan dalam nafsu meningkatkan istirahat klien
makan dan minum Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur. R/
Agar klien dan keluarga klien
mengetahui informasi tentang
penyakit yang diderita.
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali. R/ Untuk mengetahui tanda-
tanda vital klien

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and Anjurkan pasien untuk menggunakan
Eksternal Mucous Membranes pakaian yang longgar R/ Agar tidak tejadi
: Wound Healing : primer dan kembali iritasi pada luka atau pada kulit
- Hipertermia atau hipotermia sekunder Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
- Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan kering R/ Untuk menjaga kebersihan kulit
- Kelembaban keperawatan selama.. dan tidak terjadi infeksi
- Faktor mekanik (misalnya : kerusakan integritas kulit Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
alat yang dapat menimbulkan pasien teratasi dengan setiap dua jam sekali R/ Untuk
luka, tekanan, restraint) kriteria hasil: mempertahankan posisi klien agar tidak
- Immobilitas fisik Integritas kulit yang baik bisa terjadi iritasi pada kulit.
- Radiasi dipertahankan (sensasi, Monitor kulit akan adanya kemerahan R/
- Usia yang ekstrim elastisitas, temperatur, Untuk Mengetahui apakah ada iritasi
- Kelembaban kulit hidrasi, pigmentasi) kemerahan di kulit.
- Obat-obatan Tidak ada luka/lesi pada kulit Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien R/
Internal : Perfusi jaringan baik Untuk mengetahui tingkat aktivitas dari
- Perubahan status metabolik Menunjukkan pemahaman klien
- Tonjolan tulang dalam proses perbaikan kulit Monitor status nutrisi pasien R/ Untuk
- Defisit imunologi dan mencegah terjadinya mengetahui status nutrisi dari klien
- Berhubungan dengan sedera berulang Memandikan pasien dengan sabun dan air
dengan perkembangan Mampu melindungi kulit dan hangat R/ Untuk menjaga kulit agar tetap
- Perubahan sensasi mempertahankan bersih
- Perubahan status nutrisi kelembaban kulit dan Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
(obesitas, kekurusan) perawatan alami luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,
- Perubahan status cairan Menunjukkan terjadinya jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,
- Perubahan pigmentasi proses penyembuhan luka formasi traktus R/ Untuk mengetahui bentuk
- Perubahan sirkulasi dari kerakteristik luka yang di derita
- Perubahan turgor (elastisitas Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
kulit) perawatan luka R/ Agar klien, dan keluarga
bisa mengetahui tentang luka dan
DO: perawatan luka
- Gangguan pada bagian Lakukan tehnik perawatan luka dengan
tubuh steril R/ Agar luka pada klien dapat da
- Kerusakan lapisa kulit lakukan perawatan dengan baik.
(dermis) Berikan posisi yang mengurangi tekanan
- Gangguan permukaan kulit pada luka R/ Agar tidak terjadi tekanan
(epidermis) yang dapat menyebakan tambahan iritasi
pada luka
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, Comfort Level instruksikan tindakan relaksasi R/
kecemasan, agen biokimia, suhu Pain Level membantu menginduksi tidur
tubuh, pola aktivitas, depresi, Rest : Extent and Pattern Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
kelelahan, takut, kesendirian. Sleep : Extent ang Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
- Lingkungan : kelembaban, Pattern sebelum tidur (membaca) R/ tidur tanpa
kurangnya privacy/kontrol tidur, Setelah dilakukan gangguan lebih menimbulkan rasa segar,
pencahayaan, medikasi tindakan keperawatan dan pasien mungkin tidak mampu kembali
(depresan, stimulan),kebisingan. selama . gangguan tidur bila terbangun
Fisiologis : Demam, mual, posisi, pola tidur pasien teratasi Ciptakan lingkungan yang nyaman R/
urgensi urin. dengan kriteria hasil: perubahan posisi mengubah area tekanan
DS: Jumlah jam tidur dalam dan meningkatkan istirahat
Bangun lebih awal/lebih batas normal Kolaborasi pemberian obat tidur R/
lambat Pola tidur,kualitas dalam diberikan untuk membantu pasien
Secara verbal menyatakan batas normal tidur/istirahat selama periode transisi dari
tidak fresh sesudah tidur Perasaan fresh sesudah rumah ke lingkungan baru.
DO : tidur/istirahat
Penurunan kemempuan fungsi Mampu mengidentifikasi
Penurunan proporsi tidur REM hal-hal yang
Penurunan proporsi pada meningkatkan tidur
tahap 3 dan 4 tidur.
Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia
DAFTAR PUSTAKA

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.


Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;2000.
Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta : Djambatan
i

ii

iii

iv

vi

vii

viii

Vous aimerez peut-être aussi