Vous êtes sur la page 1sur 10

ANALISIS TENTANG HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN

DENGAN PENYEBAB TERJADINYA PENYAKIT KULIT DI KECAMATAN


ASEMROWO SURABAYA
E. Devi Dwi Rianti, Bagus Uda Palgunadi, Mas Mansyur
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak
Proventy menyebabkan banyak orang untuk hidup di bawah jembatan, di pinggir sungai dan pinggir
jalan menimbulkan pencemaran aktivitas orang-orang untuk lingkungan mereka, hal ini disebabkan
oleh kurangnya tanah atau wilayah untuk pembuangan limbah cair dan padat, belum lagi feses. Jadi,
mereka membuang limbah mereka ke sungai terdekat atau drainase kota di sekitar rumah mereka.
Polusi sungai adalah suatu realitas yang disebabkan oleh berbagai kegiatan orang di riversides dan
dilakukan secara sadar atau tidak. Penulis ingin melihat bagaimana kondisi wilayah padat penduduk di
sebelah barat Surabaya dengan melakukan suatu higienes dan sanitasi lingkungan di kabupaten
Asenrowo. Penulis ingin mengamati kemungkinan kerusakan lingkungan yang berbahaya dan penyakit
kulit yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan
kuesioner kepada orang-orang yang tinggal di Asemrowo ramdomly. Kuesioner yang menyebar ke
lima kecamatan dipilih oleh lotre, penulis memilih salah satu rukun tetangga (RT) untuk pengambilan
sampel. Selain kuesioner, penulis juga tak berguna mengambil sampel air yang diambil dari beberapa
daerah dengan karakteristik yang berbeda seperti pasar tradisional, perumahan padat penduduk, rumah
sehat, dan perumahan dekat kawasan industri. Dari hasil observasi dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner adalah ada hubungan yang signifikan antara orang yang tinggal di kabupaten Asemrowo,
Genting kabupaten, Kalianak kecamatan dengan penyakit kulit, dengan koefisien korelasi (r) adalah
0,7380
Kata kunci: Higienes, sanitasi lingkungan, penyakit kulit

ANALYSIS OF HYGIENE AND ENVIRONMENTAL SANITATION


MAY CAUSE SKIN DISEASES WITH SUB IN SURABAYA ASEMROWO
E. Devi Dwi Rianti, Bagus Uda Palgunadi, Mas Mansyur
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract
Proventy causes many people to live under bridges, on the riverside and roadsides those peoples
activities cause pollution to their surroundings, this is caused by lack of land or area for dumping liquid
and solid wastes, not to mention the feses. So they dump their wastes to the nearest river or the city
drainage around their houses. The river pollution is a reality that is caused by many activities of people
on the riversides and done consciously or not. The writer want to observe the condition of densely
populated area in the west of Surabaya by doing an higienes and environmental sanitation at Asenrowo
district. The writer want to observe possible harmful environmental damages and skin diseases caused
by human activities. The sampling is done by giving questionnaires to people who live in Asemrowo
ramdomly. The questionnaires are spread to five district chosen by lottery, the writer chose one
neighborhood association (RT) for sampling. Besides the questionnaires, the writer also dud water
sample taking taken from some areas with different characteristics such as the traditional market,
densely populated housing, healthy houses, and housing near industrial area. From the result
observation done by spreading questionnaires is there is a significant correlation between the people
who live in Asemrowo district, Genting district, kalianak district with the skins diseases, with
correlation coefficient (r) is 0,7380
Key words : Higienes, environmental sanitation, skins diseases

PENDAHULUAN berarti, tetapi tidak mengalami rasa makin


sempitnya ruang gerak bagi masyarakat .
Latar Belakang Masalah Yang banyak dirasakan di daerah daerah
perkotaan , misalnya kota Surabaya yang
Menurut Laporan Eksekutif padat penduduknya.
Lingkungan Hidup Hasil Pondes ( Batam Beberapa kawasan di wilayah kota
Pos, 2005) pertumbuhan penduduk yang Surabaya sering kali dijadikan
sangat cepat dan luas di suatu daerah pemukiman penduduk, walaupun
relatif tidak mengalami perubahan yang sebenarnya kurang layak untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal. Selain kurang sendiri menjadi tidak mampu lagi, karena
memenuhi syarat kesehatan sering kali banyaknya limbah yang telah terbuang ke
kawasan tersebut juga berbahaya bagi sungai. Pembuangan limbah ke sungai,
keselamatan jiwa seseorang. Karena itu mengakibatkan pencemaran sungai.
sudah selayaknya kawasan tersebut tidak
digunakan sebagai daerah pemukiman Pencemaran sungai adalah
penduduk. peristiwa nyata yang terjadi akibat
Kualitas sumberdaya alam juga banyaknya aktivitas masyarakat di
akan menjadi masalah yang sangat bantaran sungai, yang sadar maupun tidak
penting, tetapi akibat dari timbulnya telah membuang limbah ke dalam sungai.
kepadatan penduduk menyebabkan Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor
terciptanya kawasan kumuh. Arti kumuh 35 Tahun 1991 Tentang Sungai, dimana
menurut Sulistyawati (2007) adalah rumah pengertian sungai adalah tempat tempat
seadanya, dengan tata ruang bangunan dan wadah-wadah serta jaringan
semrawut dan penampilan jorok, populasi pengaliran air mulai dari mata air sampai
bangunan padat dengan hunian yang muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
tinggi, penggunaan bahan bangunan bekas. serta sepanjang pengalirannya oleh garis
Sehingga dengan adanya kawasan kumuh sempadan. Garis sempadan sungai adalah
tersebut terciptanya ketidak pedulian atas garis batas luar pengamanan sungai. Garis
kelestarian fungsi lingkungan hidup yang sempadan ini dalam bentuk bertanggul
dampak negatif terhadap lingkungan dengan ketentuan batas lebar sekurang-
berupa pencemaran. Hal ini disebabkan kurangnya 5 (lima) meter yang terletak
karena sebagian dari masyarakat disebelah luar sepanjang kaki tanggul.
beranggapan bahwa sumberdaya alam Telah tertulis dalam Peraturan Pemerintah
akan tersedia selamanya dalam jumlah dari pengertian dari sungai, bahwa sungai
yang tidak terbatas dan secara gratis, bukan tempat pembuangan limbah.
dimana sumber daya alam dianggap Dengan terbatasnya lahan yang
anugerah Tuhan Yang Maha Esa , tersedia di Surabaya yang tidak seimbang
anggapan tersebut akan menimbulkan dengan pertambahan penduduk maka
adanya masalah yang mendasar seperti terciptalah pemukiman kumuh, yang
kemiskinan. merupakan pemukiman yang tidak layak
Kemiskinan mengakibatkan huni bagi masyarakat di Surabaya. Dan
banyaknya masyarakat bertempat tinggal akan menimbulkan terciptanya perbedaan
di kolong-kolong jembatan, bantaran kali, corak, bentuk atau keadaan pemukiman
pinggir pinggir jalan (Sontak Manik antara satu masyarakat dengan
K.E, 2003). Dari aktivitas mereka maka masyarakat lainnya di Surabaya. Namun
akan menimbulkan pencemaran disekitar demikian, betapapun bervariasinya
tempat tinggalnya, yang merupakan akibat pemukiman itu, maka kesemuanya harus
tidak adanya lahan untuk menempatkan memenuhi syarat syarat kesehatan,
sarana pembuangan sampah cair dan sehingga para penghuninya tidak sampai
sampah padat (dari dapur) serta tinja, menderita suatu penyakit. Kondisi
maka dibuanglah ke sungai terdekat atau perumahan di wilayah pemukiman
di saluran-saluran kota yang ada disekitar Surabaya terdiri dari beberapa macam
tempat tinggalnya. Bahkan ada yang hanya keadaan yang berupa rumah sehat dan
dibuang ke sembarang tempat. Akibat dari sederhana bagi penghuninya.
buangan sampah dan limbah cair ke badan Menurut Wicaksono (2009)
sungai atau tanah, maka akan sangat bahwa rumah adalah sebuah tempat tujuan
mengganggu keberadaan sungai atau akhir dari manusia, dan menjadi tempat
tanah. Dimana air sungai yang seharusnya berlindung dari cuaca dan kondisi
dapat menjadi cadangan air bersih, lingkungan sekitar, menyatukan sebuah
terganggu kualitasnya akibat dari sampah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
sampah dan limbah cair masyarakat kehidupan setiap manusia, dan menjadi
yang bertempat tinggal disekitar sungai. bagian dari gaya hidup manusia. Dan
Jika dibiarkan demikian, air sungai yang kreteria rumah menurut Winslow dalam
memiliki kemampuan memperbaiki diri buku Menciptakan Rumah Sehat
(Wicaksono A, 2009) diantaranya: dapat penyakit dan merugikan manusia. Menurut
memenuhi kebutuhan fisiologis, dapat Chandra (2007), mengatakan bahwa
memenuhi psikologis, dapat terhindar dari proses perjalanan suatu penyakit terjadi
kecelakaan dan dapat terhindar dari dimulai sejak adanya gangguan
penularan penyakit. keseimbangan antara penyakit, manusia,
Sanitasi menurut Azwar (1996) dan lingkungan sehingga dapat terjadinya
adalah suatu usaha kesehatan masyarakat suatu kesakitan. Selain penyakit, adapula
yang menitik beratkan pada pengawasan yang disebut dengan wabah, istilah
berbagai faktor lingkungan yang tersebut adalah suatu kejadian tersebarnya
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. penyakit pada daerah yang luas dan pada
Dimana sanitasi lebih mengutamakan banyak orang. Dan istilah penyakit
usaha pencegahan terhadap berbagai endemik adalah penyakit yang pada
faktor lingkungan, sehingga munculnya umumnya terjadi pada laju yang konstan
penyakit dapat dihindari. Menurut namun cukup tinggi pada suatu populasi
Suriawiria (2008), sanitasi lingkungan (Wakipedia, 2008). Oleh karenanya
adalah tingginya jumlah penyakit yang penting kiranya memahami proses
berjangkit tiap tahun pada masyarakat terjadinya suatu penyakit, agar dapat
yang menandakan masih banyaknya melakukan pencegahan penyakit dan
pencemaran air yang dipergunakan sehari mencari alternatif terbaik dalam
hari. Higienis adalah usaha kesehatan pengendalian atau pemberantasan suatu
masyarakat yang mempelajari pengaruh penyakit.
kondisi lingkungan terhadap kesehatan Berdasarkan kondisi wilayah
kesehatan manusia (Azwar, 1996). kecamatan Asemrowo yang memiliki
karakteristik berbeda, karena memiliki
Kondisi lingkungan dapat daerah seperti : pasar, pemukiman
mempengaruhi kesehatan masyarakat. penduduk, jalan raya, kawasan industri,
Banyak aspek kesejahteraan manusia serta sungai. Sehingga akibat dari
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dan karakteristik lingkungan yang berbeda di
banyak penyakit dapat timbul karena kecamatan Asemrowo maka terciptanya
didukung, dan dirangsang oleh faktor kawasan kumuh, sanitasi dan higienis
faktor lingkungan. Dalam Undang yang tidak memenuhi syarat, akibat dari
Undang Republik Indonesia Nomer 23 higienis dan sanitasi lingkungan yang
Tahun 1992 Tentang Kesehatan Bab I tidak baik tersebut dapat menimbulkan
Pasal 1 sebagai berikut: Kesehatan diare dan penyakit kulit .
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, Kecamatan Asemrowo merupakan
dan sosial yang memungkinkan setiap salah satu wilayah kota Surabaya bagian
orang hidup produktif secara sosial barat. Dimana kecamatan Asemrowo
ekonomi. Jika dikaji lebih lanjut tentang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di
kesehatan, maka tidak banyak manusia wilayah Surabaya Barat (Data BPS, 2007).
yang benar benar sehat. Akan tetapi Wilayah kecamatan Asemrowo yang
bukan berarti semua manusia selalu memiliki lima kelurahan yaitu; kelurahan
menderita penyakit. Arti penyakit sendiri Tambak Langon, kelurahan Greges,
adalah; merupakan perubahan yang kelurahan Asemrowo, kelurahan Genting,
mengganggu kondisi tubuh sebagai respon kelurahan Kalianak. kecamatan Asemrowo
dari faktor lingkungan yang mungkin yang tinggi tingkat kemiskinan, karena
berupa nutrisi, kimia, biologi atau didukung dengan keadaan wilayah
psikologi ( Rick , 2005). Menurut kecamatan tersebut. Dengan luas wilayah
Chandra (2007), penyakit adalah riwayat seluruhnya kurang lebih 13,06 km2 dengan
alami perjalanan penyakit atau sering lima kelurahan. Batas wilayah dari
disebut natural history of disease yang kecamatan Asemrowo yaitu; sebelah utara
riwayat alami perjalanan penyakit pada : Selat Madura, sebelah Timur: kecamatan
manusia yang terdiri atas,terjadinya Sawahan, sebelah selatan : kecamatan
gangguan keseimbangan antara penyakit, Tandes dan kecamatan Benowo.
manusia, dan lingkungan. Kondisi kecamatan Asemrowo adalah salah satu
lingkungan lebih menguntungkan dari kecamatan yang merupakan pusat
perekonomian. Sehingga tidak heran jika Apakah higien dan sanitasi lingkungan
banyak pemukiman, mulai dari menyebabkan penyakit kulit di kecamatan
pemukiman yang padat penduduk atau Asemrowo Surabaya?
kumuh hingga pemukiman sehat .
Keadaan lingkungan inilah yang dapat Tujuan Penelitian
mempengaruhi lingkungan hidup a. Tujuan Umum
masyarakat di kecamatan Asemrowo. Mengetahui kondisi lingkungan
Keadaan lingkungan dengan karakteristik secara umum di kecamatan
berbeda. Dengan karakteristik berbeda, Asemrowo Surabaya.
yang telah membuang limbah domestik b. Tujuan khusus
maupun industri ke aliran sungai sehingga Mengetahui hubungan antara
menimbulkan berbagai jenis higiene dan sanitasi lingkungan
mikroorganisme tinggal disana, yang dapat dengan timbulnya penyakit kulit
menimbulkan penyakit (Suriawiria, 2008). di kecamatan Asemrowo
Adanya penyakit yang salah satunya Surabaya.
dipengaruhi oleh lingkungan, yang harus
diterima masyarakat Asemrowo. Diantara Hipotesis Penelitian
penyakit yang dipengaruh oleh Ho : Higiene dan sanitasi lingkungan
lingkungan, yang berada di kecamatan tidak berpengaruh terhadap penyakit
Asemrowo yaitu penyakit diare dan kulit di
penyakit kulit. kecamatan Asemrowo Surabaya.
Penyakit kulit dijadikan obyek penelitian H1 : Higiene dan sanitasi lingkungan
karena : berpengaruh terhadap penyakit kulit
1. penyakit infeksi kulit banyak di
ditemukan dikalangan kecamatan Asemrowo Surabaya.
penduduk didaerah beriklim METODE PENELITIAN
panas, lembab, keadaan Lokasi Penelitian
perorangan yang kurang Kecamatan Asenrowo Surabaya
higeine dan lingkungan yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu kelurahan
buruk, pekerja pekerja yang Tambak Langon, Greges, Asenrowo,
berhubungan dengan kotoran Genting dan Kalianak. Penelitian
(misalkan sampah dan dilakukan bulan April 2010 di kelurahan
selokan), pekerja pekerja Asemrowo, Genting dan Kalianak
yang berhubungan dengan Surabaya.
minyak minyak pelumas, Prosedur Penelitian
umumnya penderita banyak Penelitian diarahkan untuk
ditemukan pada anak anak memecahkan permasalahan dengan
dari pada orang dewasa. melakukan prosedur sebagai beriku;
(Soepadmo, 1986). 1. Menentukan pembagian
2. Masyrakat beranggapan sampel atau daerah
bahwa penyakit kulit bukan pengambilan sampel yang
penyakit yang membahayakan diambil secara random,
sehingga tidak perlu 2. Menyebarkan kuesioner,
penanganan dengan segera. 3. Mentabulasi hasil dari
3. Jika orang terkena penyakit kuesioner,.
kulit, penderita lebih memilih 4. Mengolah hasil kuesioner,
diobati sendiri dengan obat- 5. Menganalisis hasil kuesioner.
obat yang dijual bebas Populasi dan Sampel
dibandingkan dengan berobat
ke dokter. Populasi adalah keseluruhan atau
himpunan obyek dengan ciri yang sama,
Perumusan Masakah sedangkan sampel adalah himpunan
Dari latar belakang di atas maka bagian dari populasi. Dalam pengambilan
dapat dirumuskan permasalahannya : data digunakan teknik random sampling
dimana pengambilan unit sampel dapat
menggunakan pertolongan undian atau Teknik Analisis Data
angka random (Santoso.G, 2007). Dan Data mentah yang berupa
dalam pengambilan sampel dari wilayah kuesioner yang telah diisi di
yang memenuhi dengan kriteria penelitian kelompokkan menjadi variabel
dari lima kelurahan, dilakukan pengundian bebas (x) dan variabel terikat (y),
sehingga diperoleh tiga kelurahan . kemudian untuk menentukan
Populasi : Penduduk di kecamatan hubungan kedua variabel
Asemrowo Surabaya yang berada di tersebut dicari dengan menghitung
kelurahan koefisien korelasinya (r).
Tambak Langon, Greges,
Asenrowo, Genting dan Kalianak - Variabel bebas (x) :
Surabaya. pengetahuan tentang higiene dan
Sampel : 25 kepala keluarga RT 3 sanitasi lingkungan.
RW 7 kelurahan Asemrowo, 15 - Variabel terikat (y) :
kepala keluarga pengetahuan tentang penyebab
RT 13 RW 4 kelurahan timbulnya penyakit kulit.
Genting, 15 kepala keluarga RT3
RW 1 kelurahan
Kalianak Surabaya.

Koefisien korelasinya dapat ditentukan dengan rumus :


xy - xy
n
r = __________________________
[x2 (x)2 / n] [y2- (y)2 / n]
HASIL PENELITIAN
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan ke responden dapat ditabulasikan sebagai
berikut :
No. Res Pendidikan x y No. Res Pendidikan x y
1 SLTA 75 26 30 SLTA 77 28
2 SLTA 83 30 31 SLTA 71 25
3 SLTA 80 29 32 SLTA 76 27
4 SLTA 81 28 33 SLTA 84 30
5 SD 78 28 34 SD 67 22
6 SLTA 77 26 35 SD 71 25
7 SLTA 69 25 36 SLTA 66 20
8 SLTA 70 25 37 S1 79 29
9 SLTA 74 25 38 SLTA 83 29
10 SLTA 77 28 39 SLTA 79 29
11 SLTA 68 23 40 SD 69 23
12 SLTP 58 20 41 SD 71 24
13 SLTP 69 23 42 SD 68 20
14 SLTP 69 24 43 S1 70 25
15 SLTP 65 24 44 SLTA 79 28
16 SLTA 56 24 45 SLTA 74 26
17 SLTA 80 30 46 SD 73 23
18 SLTA 84 30 47 SLTP 68 21
19 SLTA 83 27 48 SLTA 73 24
20 SLTA 73 25 49 S1 78 26
21 SLTA 76 28 50 S1 78 28
22 SD 73 25 51 S1 83 29
23 SLTP 76 27 52 S1 76 26
24 SD 77 29 53 SD 81 28
25 SD 68 23 54 SD 73 24
26 SLTA 74 26 55 SLTA 76 25
27 SD 79 29
28 SD 74 26
29 SD 63 22
Berdasarkan pehitungan dari di setiap ruangan 34,5 %, dan pemahaman
tabulasi data yang telah kami peroleh, akan jumlah anggota keluarga yang dapat
kemudian dianalisis dengan menggunakan tinggal dalam satu kamar tidur diisi
program excel, diperoleh koefisien dengan 2 anggota keluarga sebesar 41,8
korelasi r = 0,7380, ini menunjukan %.
bahwa ada hubungan antara variabel bebas b..Penilaian masyarakat akan fasilitas
dan variabel terikat. air bersih yang digunakan
Fasilitas air bersih yang
PEMBAHASAN digunakan oleh responden untuk masak,
minum, mandi dan cuci adalah berasal dari
Dari hasil penyebaran kuesioner air PDAM sebesar 100 %. Ini berarti
yang telah kami lakukan, responden bahwa masyrakat kecamatan
memiliki latar belakang pendidikan yang Asemrowo telah mampu membeli air
bervariasi , yaitu SLTA (Sekolah bersih yang berasal dari PDAM.
Lanjutan Tingkat Atas) 50,9 %, SLTP c. Penilaian masyarakat tentang higiene
(Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) 10,9 dan sanitasi lingkungan
%, SD (Sekolah Dasar) 27,5 % dan S1 Dari kuesioner yang telah kami
(Strata Satu) ada 10,9 %. sebarkan, responden didalam menjawab
a..Penilaian masyarakat terhadap pertanyaan atas proses penyimpanan alat
rumah sehat dapur setelah digunakan lalu disimpan
Responden menilai rumah dalam rak piring sebesar 60 %. Dan
adalah salah satu kebutuhan pokok didalam penyajian makan sebelum
manusia di samping sandang dan pangan. dimakan yang diletakkan di lemari makan
Dimana rumah juga merupakan tempat sebesar 30, 9 %, diletakkan di meja makan
tinggal, tempat bermukim, yang 52,7 %, diletakkan di dapur tanpa tutup
dilengkapi dengan segala apa yang saji 3,6 %, dan diletakkan di panci sebesar
diperlukan untuk kebutuhan hidup, sebagai 12,7 %.
tempat berlindung yang aman. Dari hasil Higiene yang harus dilakukan
kuesioner yang telah kami sebarkan maka oleh perseorangan maupun masyarakat
responden yang memahami fungsi dengan tujuan mencegah timbulnya
ventilasi dengan memperhatikan ventilasi
penyakit diare dan kulit, responden yang rumah 96,4 %, dan di luar
telah menjawab pertanyaan meliputi: rumah 3,6 %.
1. Dalam masyarakat kebiasaan d..Penilaian Masyarakat Terhadap
untuk melakukan cuci tangan Penyebab Timbulnya Penyakit
terlebih dahulu, dilakukan jika Penilaian masyarakat terhadap
sesudah dan sebelum makan keadaan lingkungan yang dapat
sebanyak 74,5 %. menimbulkan penyakit. Dari hasil
2. Dalam satu hari mandi berkali responden diperoleh bahwa:
kali jika berkeringat 3,6 %, 1. Responden jika mengalami
3 kali dalam satu hari sebesar sakit, maka akan berobat ke
41,8 %, 2 kali dalam satu hari puskesmas sebesar 60 %.
54,2 %. 2. Penyakit yang sering diderita
3. Kebiasaan yang dilakukan masyarakat adalah; diare 76,4
masyarakat untuk berganti %, penyakit infeksi kullit
pakaian dalam satu, dilakukan sebesar 23,6 %.
setiap berkeringat sebesar 7,3 3. Penyakit kulit yang sering
%, 3 kali sekali sebesar 18,2 dialami responden adalah,
%, 2 kali sekali sebesar 58,2 koreng sebesar 65,5 %, bisul
%. 25,5 %.
Penilaian hasil masyarakat 4. Faktor kebersihan dan
terhadap sanitasi, diperoleh lingkungan merupan faktor
dari hasil responden dengan penyebab terjadinya penyakit
menjawab pertanyaan: kulit, responden yang setuju
1. Proses yang dilakukan sebesar 54,5 %.
masyarakat, dalam mencuci 5. Faktor penyakit kulit yang
alat dapur dengan timbul saat ini akibat dari
menggunakan sabun cuci dan penyakit kulit yang
dibilas dengan air sebesar 49,1 sebelumnya, responden
%. menjawab tidak berpendapat
2. Di daerah masyarakat tinggal sebesar 56,4 %. Ini berarti
pernah adanya genangan air masyarakat tidak mengerti
dan kotoran. Keadaan tersebut terhadap proses terjadinya
sering terjadi sebesar 14,5 %, penyebarab penyakit kulit.
kadang kadang terjadi Dari analisis data diperoleh
genangan sebesar 50,9 % . koefisien korelasi r = 0,7380, Ini berarti
3. Wilayah tempat tinggal yang bahwa ada hubungan yang signifikan
saat ini di tempati oleh antara higiene dan sanitasi lingkungan
responden dominan dengan dengan penyebab timbulnya penyakit kulit
pusat kegiatan, yang meliputi di kecamatan Asemrowo Surabaya.
pabrik 1,8 %, pasar 16,4 %, Koefisien korelasi bernilai positif, ini
jalan raya atau jalan dekat rel berarti bahwa variabel bebas sebanding
kereta api sebesar 40 %, dan dengan variabel terikat. Ini berarti bahwa
pemukiman atau perumahan jika kondisi lingkungan sesuai dengan
padat sebesar 41,8 %. prinsip-prinsip rumah sehat maka
4. Sarana pembuangan sampah kemungkinan terjadinya kulit sangat kecil.
yang ada di daerah tempat
tinggal responden, berupa bak KESIMPULAN DAN SARAN
sampah 81,8 %, di buang pada a..Kesimpulan
saluran air sebesar 18,2 %. Dari hasil penelitian yang kami
5. Sarana sanitasi yang lakukan dapat disimpulkan bahwa :
digunakan masyarakat berupa 1. Ada hubungan yang signifikan
WC sebesar 96,4 %. antara higien dan sanitasi
6. Letak WC dan kamar mandi lingkungan dengan penyebab
yang digunakan oleh timbulnya penyakit kulit di
masyarakat berada di dalam kecamatan Asemrowo Surabaya.
2. Bila higien dan sanitasi
lingkungan sesuai dengan prinsip- Anonim, http://
prinsip kesehatan lingkungan id:wikipedia.org/wiki/wabah- dikunjungi
maka kemungkinan terjadinya 11 Maret 2009, 12:16 PM
penyakit kulit relatif kecil .
b..S a r a n Anies, 2006. Manajemen Berbasis
Saran yang berupa konsep untuk Lingkungan, Penerbit Elex Media
penataan lingkungan di kecamatan Komputindo, Jakarta.
Asemrowo agar lebih baik dan
mengurangi timbulnya penyakit kulit di Azwar, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan
kecamatan Asemrowo Surabaya, Lingkungan, Penerbit Mutiara
yaitu : Sumber Widya, Jakarta.
1..Perlunya penyuluhan atau
pendidikan secara periodik tentang Asdak, 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan
perilaku hidup Daerah Aliran Sungai, Gajah
sehat kepada masyarakat kecamatan Mada University Press,
Asemrowo agar terhindar dari berbagai Yogyakarta.
macam
penyakit khususnya penyakit kulit. Budiono, 2006. Metodologi Penelitian
2..Mencegah secara persuasive Kesehatan, Penerbit Buku
masyarakat yang mendirikan rumah Kedokteran,Jakarta.
dibantaran sungai
sesuai dengan peraturan pemerintah Brooks, Geo.F, 2005. Mikrobiologi
RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang fungsi Kedokteran, Penerbit Salemba
sungai. Medika, Jakarta.

Chandara, Budiman, 2007. Pengantar


3..Hendaknya pemerintah Kesehatan Lingkungan, Penerbit
menempatkan mereka di rumah susun Buku Kedoteran, Jakarta.
yang dibangun oleh
pemerintah, bagi mereka telanjur Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan
membangun rumah disekitar bantaran Pencemaran, Penerbit Universitas
suangai Indonesia, Jakarta.
khususnya rumah kumuh.
Fardiaz, Srikandi, 1992. Populasi Air dan
DAFTAR PUSTAKA Udara, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Anonim, http:// kmpk.forum-
pustakamas.or.id- dikunjungi 26 Juni 2009 Ginting, Perdana, 2007. Sistim
,11: 57 AM Pengelolaan Lingkungan dan
Limbah Industri, Penerbit Yrama
Anonim, http:// air.bappenas.go.id- Widya, Bandung.
dikunjungi 27 Juni 2009 ,12:50 PM
Hadi, Anwar, 2007. Prinsip Pengelolaan
Anonim, http:// Pengambilan Sampel Lingkungan,
www.jasatirta1.go.id/berita- dikunjungi 16 Penerbit PT Gramedia Pustaka
Juni 2009,1:47 PM Utama, Jakarta

Anonim, http:// Harahap, Marwali, 1990. Penyakit Kulit,


piogama.ugm.ac.id/2009/02- dikunjungi Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
20 Juli 2009, 9:35 AM
Juli S.S, 2007. Kesehatan Lingkungan,
Anonim, http:// Penerbit Gadjah Mada University
inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/05- Press, Yogyakarta.
dikunjungi 21 Juli 2009, 3:16 PM
Julia S.S, 1999. Epidemiologi Lingkungan, Suriawiria, Unus, 2008. Air Dalam
Penerbit Gadjah Mada University kehidupan Dan Lingkungan Yang
Press, Yogyakarta. Sehat, Penerbit P.T. Alumni,
Bandung
Kodoatie, Robert J, 2005. Pengantar
Manajemen Infrastruktur, Penerbit Wesli, 2008. Drainase Perkotaan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Katalog BPS : 1403.3578, 2006/2007. Wheler, 1989. Mikrobiologi Dasar,


Surabaya Dalam Angka. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nazir, Moh, 1983. Metode Penelitian,


Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Oswari. E, 2003. Penyakit dan


Penanggulangannya, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Ricky. M, 2005. Kesehatan Lingkungan,


Penerbit Graha Ilmu, Jakarta.

Sontak, Manik, K .E, 2003. Pengelolaan


Lingkungan Hidup, Penerbit
Djambatan, Jakarta.

Soepadmo.G, 1986. Simposium Penyakit


Infeksi Kulit, Penyelenggara
Perkumpulan Ahli Dermato-
Venereologi Indonesia, Jakarta

Sarudji, Didik, 2006. Wawasan


Lingkungan, Penerbit Media Ilmu,
Sidoarjo Jawa Timur.

Sarudji, Didik, 2006. Kesehatan


Lingkungan, Penerbit Media Ilmu,
Sidoarjo Jawa Timur.

Santoso, Gempur, 2007. Metodologi


Penelitian, Penerbit Prestasi
Pustaka, Jakarta.

Sumitrat, 2005. Epidomiologi Lingkungan,


Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Saleh,2009. Kuliah Rekayasa Lingkungan,


Banjarmasin Press, Kalimantan
Selatan

Suriawiria, Unus, 2008. Mikrobiologi Air,


Penerbit P.T. Alumni, Bandung

Vous aimerez peut-être aussi