Vous êtes sur la page 1sur 35

Askep Hipospadia

Kapevi Hatake | 10:37 PM | Asuhan Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipospadia terjadi pada 1 dalam 300 kelahiran anak laki-
laki dan merupakan anormali penis yang paling
sering.perkembangan uretra in uretro di mulai usia 8 minggu
dan selesai dalam 15 minggu.Uretra terbentuk dari penyatuan
lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula
uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang
tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan uretra
yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis
tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis. Ada berbagai derajat kelainan
letak ini seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada
glands), korona (pada sulkus korona), penis (di sepanjang
batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventra penis dan
skrotum), dan perineal (pada perineum). Prepusium tidak ada
pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal
glans. Pita jaringan fibrosa yang di kenal sebagai chordee,
pada sis ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral
dari penis.
Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan
hipospadia pada bayi baru lahir atau pada anak-anak remaja.
Namun pada orang dewasa, chordee akan menghalangi
hubungan seksual; infertilitas dapat terjadi pada hipospadia
penoskrotal atau perineal; dapat timbul stenosis meatus,
menyebabkan kesulitan dalam mengatur aliran urin; dan sering
terjadi kriptokridisme.
Penanganan hipospadia dengan chordee adalah dengan
pelepasan chordee dan resrtukturisasi lubang meatus melalui
pembedahan. Pembedahan harus di lakukan sebelum usia saat
belajar untuk menahan bdekemih, yaitu biasanya sekitar usia 2
tahun. Prepusium dipakai untuk proses rekonstruksi; oleh
karena itu bayi dengan hipospadia tidak boleh di sirkumsisi.
Chordee dapat juga terjadi tanpa hipospadia, dan diatasi
dengan melepaskan jaringan fibrosa untuk memperbaiki fungsi
dan penampilan penis.
Hipospadia terdapat pada kira-kira satu diantara 500 bayi
baru lahir. Pada kasus yang paling ringan, meatus uretra
bermuara pada bagian ventral glans penis, terdapat berbagai
derajat malformasi glans dan kulup zakar tidak sempurna pada
sisi ventral dengan penampilan suatu kerudung dosal. Dengan
bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok kearah
ventral (chordee) dan uretra pada penis lebih pendek secara
proggresif, tetapi jarak antara meatus dan glans tidak dapat
bertambah secara signifikan sampai chordee di koreksi.
Karenanya, hal ini menyesatkan, mengklasifikasi hipospadia
semata-mata atas dasar meatus. Pada beberapa kasus, meatus
terletak pada sambungan penoskrotal: pada kasus ekstrem,
uretra bermuara pada perineum, skrotum bifida dan kadang-
kadang meluas kebasis dorsal penis (transposisi skrotum), dan
chordee adalah ekstrem. Pada kasus demikian, biasanya
terdapat di vertikulum uretra yang bermuara pada setinggi
verumontanum, memperlihatkan suatu struktur sisa mollerian
(a vestige of mullerian structures). Pada kasus varian, kurva
tura ventral penis terjadi tanpa hipospadiak meatus uretra.
Pada kasus ini, kulup zakar berkerudung dan korpus
spongiosum mungkin kurang berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep Pos Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Hipospadia/Epispadia?
C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai konsep
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hipospadia/Epispadia.
D. METODE
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini
diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan
elektronik.
E. SISTEMATIKA
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian
diantaranya; BAB I tentang Pendahuluan, BAB II yang berisi
Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI
1. Organ reproduksi laki-laki
Genitalia pada laki-laki tidak terpisah dengan saluran
uretra, berjalan sejajar pada klamin luar laki-laki. Terdiri atas 3
bagian:
a. Kelenjar
Yang termasuk kelenjar ialah:
1) Testis
Kelenjar testis, bentuknya seperti telur, banyaknya dua
buah menghasilkan sel mani, dikirim melalui sluran yang
terdapat di belakan buah pelir dan melewati sebelah dalam. Di
sebelah belakang saluran ini terdapat duktus deferens.
Merupakan organ klamin laki-laki tempat spermatozoa dan
hormon laki-laki dibentuk. Terletak menggantung pada urat-
urat spermatik didalam skrotum. Sepasang kelenjar yang
masing-masing sebesar telur ayam tersimpan didalam skrotum
masing-masing di tunika albugenia testis. Di belakang testis,
selaput ini agak menebal sehingga membentuk suatu bagian
yang disebut mediastium testis. Testit terdiri dari belahan-
belahan yang disebut lobulus testis.
Fungsi dari testis adalah membentuk gamet-gamet baru
yaitu spermatozoa, dilakukan ditubulus seminiferus dan
menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel
interstisial.
2) Vesika seminalis
Kelenjar yang panjangnya 5-10 cm. Berupa kantong
seperti huruf S berbelok-belok, Vesika sminalis mempunyai
saluran yang dinamai duktus vesikula seminalis. Duktus
vesikula seminalis ini akan bergabung dengan duktus deferens,
Penggabungan dari kedua duktus ini membentuk duktus baru
yang bernama duktus ejakulatorius, yang bermuara pada 2
buah kelenjar tubulo alveolar yang terletak dikanan dan kiri di
belakang leher kandung kemih, sekretnya yang alkalis bersama
dengan cairan prostat merupakan bagian terbesar semen
merupakan komponen pokok dari air mani, yang mengandung
fruktosa yang merupakan sumber energi untuk spermatozoa.
Vesika sminalis bermuara pada duktus deferens pada bagian
yang hampir masuk prostat, dindingnya tipis mengandung
serabut otot dan mukosa terbagi menjadi ruang-ruang dan
lekuk-lekuk dimana penampangnya memperlihatkan gambaran
jembatan membran mukosa, fungsinya menghasilkan cairan
yang disebut semen untuk cairan pelindung spermatozoa.
3) Kelenjar prostat
Terletak dibawah vesika urinaria (Bledder/kandung kemih),
melekat pada dinding bawah vesika urinaria disekitar uretra
bagian bawah dan mengelilinginya. Ukurannya sebesar buah
kenari, terdiri dari kelenjar majemuk, saluran-saluran otot
polos. Memproduksi sekret cairan yang bercampur sekret dari
testis, terdiri dari 30-40 kelenjar yang terbagi 4 lobus, yaitu:
obus posterior, Lobus lateral, Lobus anterior dan Lobus medial.
Fungsinya menambah cairan alkalis pada cairan seminalis
berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang
terdapat pada uretra dan vagina.
4) Kelenjar bulbouretra
Terletak disebelah bawah kelenjar prostat, panjangnya 2-5
cm. Fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat.
b. Duktus duktuli
Yang termasuk duktus duktuli:
1) Epididimis
Merupakan saluran yang panjanynya kurang lebih 6 cm
terletak disepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Terdiri
dari kepala/kaput yang terletak diatas kutup testis, badan dan
ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral, lapisan
ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Epididimis di
kelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput epididimis. Semen,
terdiri dari sekret epididimis, vesika sminalis, dan prostat serta
mengandung spermatozoa bergerak dalam semen lingkungan
cairan alkalis melindungi dari keasaman. Fungsinya sebagai
saluran penghantar testis, mengatur sperma sebelum
diejakulasi, dan memproduksi semen.
2) Duktus seminalis/duktus deferens
Merupakan lanjutan dari epididimis kekanalis inguinalis,
kemudian duktus ini berjalan masuk kedalam rongga perut
terus kevesika urinaria di belakang vesika urinaria akhirnya
bergabung dengan saluran vesika seminalis dan membentuk
ejakulatorius, dan bermuara di prostat, panjangnya 50-60 cm
berjalan bersama pembuluh darah dan saraf dalam funikulus
spermatikus melalui kanalis inguinalis memanjang pada bagian
akhir berbentuk kumparan di sebut ampula duktus deferentis,
terletak dalam osteum vesika seminalis yang berlanjut sebagai
duktus ejakulatorius yang menembus prostat.
3) Uretra
Merupakan saluran kemih pada pria yang sekaligus
merupakan saluran ejakulasi ( mani ). Urine tidak keluar ketika
ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.
c. Bangun penyambung
1) Skrotum
Merupakan kantong yang menggantung didasar pelvis,
dimana sepasang testis berada dalam pembungkus yang di
sebut tunika vaginalis yang terbentuk dari peritonium, dibagian
depan terletak penis, dibagian belakang terletak anus. Terdiri
atas kulit tanpa lemak.
Subkutan berisi sedikit jaringan otot, mengandung banyak
pigmen, sebelah dalamnya terdapat kantung yang dipisahkan
satu sama lain oleh septum.
2) Fenikulus spermatika
Merupakan bangun penyambung yang berisi duktus
seminalis, pembuluh limfe dan serabut-serabut saraf.
3) Penis
Terletak menggantung didepan skrotum. Bagian ujungnya
di sebut glen penis. Bagian tengahnya disebut korpus penis dan
pangkalnya disebut radiks penis, glen penis tertutup oleh kulit
korpus penis, kulit penutup ini disebut preputium. Penis terdiri
atas jaringan seperti busa dan terletak memanjang, tempat
muara uretra dari glen penis adalah prenulum atau kulup.
Penis merupakan jaringan erektil yang satu sama lainnya
dilapisi jaringan fibrosa. Jaringan erektil ini terdiri dari rongga-
rongga seperti busa, dengan adanya rangsangan seksual, karet
busa ini akan dipenuhi darah sebagai vasopresi, hingga terjadi
ereksi pada penis. Ereksi ini dipengaruhi oleh otot.
Muskulus iskia kavernosus, muskulus erektor penis, otot-
otot ini menyebabkan erektil pada waktu koitus.
Muskulus bulbo kavernosus, untuk mengeluarkan urine.
Penis mempunyai 3 buah korpus kavernosa, yaitu; dua buah
korpus kavernosus uretra, terletak disebelah punggung atas
dari penis. Satu korpus kavernosus uretra, terletak di sebelah
bawah dari penis yang merupakan saluran kemih.
Korpus kavernosus penis terdiri dari jaringan yang
mengandung banyak sekali pembuluh darah. Pada waktu akan
mengadakan hubungan klamin ( koitus ), maka penis akan
menjadi besar dan keras oleh karena korpus tersebut. Korpus
tersebut banyak mengandung darah, dengan jalan demikian
maka spermatozoid dapat dihantarkan sampai pintu vagina.
d. Hormon pada pria
1) Hormon gonadotropin
Kelenjar hipofise anterior mengsekresikan dua hormon
gonadotropin. Follikle stimulating hormon (FSH), berfungsi
pengaturan spermatogenesis, perubahan spermatosid primer
menjadi spermatosid sekunder dari kelenjar hipofise anterior
agar spermatogenesis berlangsung sempurna. Dan Luteinizing
hormon (LH), berfungsi mengurangi sekresi testosteron kembali
ketingkat normal untuk melindungi terhadap pembentukan
testosteron yang selalu sedikit. Kedua hormon ini penting
dalam mengatur fungsi seksual pria.
2) Testosteron.
Hormon testosteron ini di sekresikan oleh sel interstitial,
yaitu sel-sel yang terletak di dalam ruang antara tubulus-
tubulus semi niferus pada testis, di bawah rangsangan hormon,
juga dinamakan ICSH (interstisial sel stimulating hormon) dari
hipofisis. sebagian besar berkaitan dengan protein plasma,
beredar dalam darah 15-30 menit, kemudian disekresi.
Testosteron dihasilkan pada anak usia 11-14 tahun.
Pembentukan ini meningkat dengan cepat pada permulaan
pubertas berlangsung hampir seluruh kehidupan. Berkurangnya
produksi setelah berumur 40 tahun. Pada umur 80 tahun
menghasilkan testosteron kurang lebih 1/5 dari nilai puncak.
Testosteron meningkat kecepatan sekresinya oleh beberapa
kelenjar terutama pada kelenjar sebasea. Pada wajah
menimbulkan jerawat gambaran yang paling sering pada
pubertas.
B. PENGERTIAN
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan di mana meatus
uretra eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih
keproksimal dari tempatnya yang normal (ujung glands penis).
(Arif Mansjoer. 2000. Hal. 374).
Hipospodia adalah penyatuan di garis tengah lipatan
uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral penis (Sylvia dan Lorraine. 2005 .Hal. 1317).
Hipospadia adalah defek uretral ketika lubang uretra tidak
terletak di ujung penis tetapi di bagian ventral penis dimana
meatus mungkin terletak di dekat glan, ditengah atau dibawah
penis (Adele Pillitteri. 2002. Hal. 420)
Hipospadia adalah kelainan dimana meatus uretra
bermuara pada bagian ventral glan penis dimana terdapat
malformasi glan dan ditandai dengan adanya chordee (penis
berbelok ke arah ventral) (Behrman dan Kliegman. 2000. Hal.
1886)
Hipospodia adalah suatu kondisi letak lubang uretra
berada dibawah glan penis atau dibagian mana saja sepanjang
permukaan ventral batang penis (Mary E Muscari. 2005. Hal
357)
Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa lubang uretra
yang terletak dibagian bawah dekat pangkal penis (Ngastiyah.
2005. Hal. 288)
Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital anormali
yang mana uretra bermuara pada sisi bawah penis
atauperineum (Suryadi dan Yuliani. 2001. Hal. 151).
C. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari
genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstisial
testis selain itu etiologi dari penyakit ini dapat dihubungkan
dengan faktor genetik, lingkungan, dan hormonal.
D. PATOFISIOLOGI
Perkembangan uretra in utero dimulai sekitar usia 8
minggu dan selesai dalam 15 minggu. Uretra terbentuk dari
penyatuan lipatan uretra sepanjang pemukaan ventral penis.
Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm
yang tumbuh melalui glens untuk menyatu dengan lipatan
uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan di garis
tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral penis.

E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinisnya adalah:
1. Kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung
kearah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi
2. Biasanya terdapat chordee
Adapun klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai
dengan letak meatus uretra yaitu tipe; glandural (letak meatus
yang salah pada glans), distal pinile (dipertemuan antara
batang penis dan glans penis) , penil (disepanjang batang
penis), penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan
skrotum), skrotal (pada skrotum) dan perineal (pada perineum).
Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan
yang diderita dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini,
90% terletak di distal dimana meatus terletak di ujung batang
penis atau di glans penis. Sisanya yang 10% terletak lebih
proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau
perineum.

F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan diagnostik tidak ada kecuali terdapat
ketidak jelasan jenis kelamin perlu ditegaskan atau pada kasus-
kasus ketika abnormalitas lain dicurigai. Namun dapat
dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui letak dari
meatus uretra secara normal yang mengalami kelainan atau
tidak mengalami kelainan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah
dengan cara operasi, dikenal banyak teknik operasi hipospadia,
yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun.
Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari muara
uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi chordee maka
penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih
terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi
dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikan
NaCl 0,9% ke dalam korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama.
Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara
longitudinal paralel di kedua sisi.
3. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, sudah mulai deterapkan
operasi yang dilakukan hanya satu tahap, akan tetapi operasi
hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan
ukuran penis yang cukup besar.
H. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi striktur uretra
(terutama pada sambungan meatus uretra yang sebenarnya
dengan uretra yang baru dibuat) atau fisula, infertilitas, serta
gangguan psikososial.
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan
alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu
beberapa ciri sexsual tertentu)
2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera
dioperasi saat dewasa
Komplikasi paska operasi yang terjadi:
1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan
besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya
hematom/kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya
dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska
operasi
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan
disebabkan oleh angulasi dari anastomosis
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi
saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat
pubertas
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan
digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan
operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang
dapat diterima adalah 5-10 %
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde
yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial
saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral
penis walaupun sangat jarang
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang
terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan
dilatasi yang lanjut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
1. Genitouria
Praoperasi
Yang terinspeksi pada Genitourinaria adalah:
1) pemeriksaan genitalia
2) tidak ada kulit katan (foreksin) ventral
3) palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau
pembesaran pada ginjal.
4) Kaji fungsi perkemihan
5) Adanya lekukan pada ujung penis
6) Glans penis berbentuk sekop
7) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
8) Terbukanya urethral pada ventral (hypospadias)
Pascaoperasi
Yang terinspeksi pada Genitourinaria adalah:
1) Pembengkakan penis
2) Perdarahan pada sisi pembedahan
3) Disuria
2. Neurologis
1) Iritabilitas
2) Gelisah
3. Kaji riwayat kelahiran (adanya anomali konginetal, kondisi
kesehatan)
4. Head to toe
1) Perhatikan adanya penis yang besar kemungkinan terjadi
pubertas yang terlalu dini
2) Pada anak yang obesitas penis dapat ditutupi oleh bantalan
lemak di atas simpisis pubis
3) Pada bayi, prepusium mengencang sampai usia 3 tahun dan
tidak boleh diretraksi
4) Palpasi abdomen atau melihat distensi bladder atau
pembesaran pada ginjal
5) Perhatikan lokasi pada permukaan dorsal atau ventral dari
penis kemungkinan tanda genetalia ganda
6) Kaji fungsi perkemihan
7) Kaji adanya lekukan pada ujung penis
8) Jika mungkin, perhatikan kekuatan dan arah aliran urin.
9) Perhatikan skrotum yang kecil dekat perineum dengan
adanya derajat pemisahan garis tengah
10) Rugae yang terbentuk baik menunjukkan turunya testis.
11) Kaji adanya nyeri urinasi, frekuensi, keraguan untuk kencing,
urgensi, urinaria, nokturia, poliuria, bau tidak enak pada urine,
kekuatan dan arah aliran, rabas, perubahan ukuran skrotum
5. Diskusikan pentingnya hygiene
6. Kaji faktor yang mempengaruhi respon orang tua pada
penyakit anak dan keseriusan ancaman pada anak mereka
1) Prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis dan tindakan
2) Ketersediaan sistem pendukung
3) Kekuatan ego pribadi
4) Kemampuan koping keluarga sebelumnya
5) Stress tambahan pada sistem keluarga
6) Keyakinan budaya dan agama
7. Kaji pola komunikasi antaranggota keluarga
1) Menurunnya komunikasi pada anak, ekspresi, dan kontrol
impuls dalam penyampaian penyaluran perasaan
2) Anak dapat merasa terisolasi, bosan, gelisah, adanya
perasaan malu terhadap teman sebaya
3) Dapat mengekspresikan marah dan agresi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan
diagnosa, prosedur pembedahn dan perawatan setelah operasi
2. Resiko infeksi (traktus urinarius) berhubungan dengan
pemasangan kateter menetap
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
4. resiko injuri berhubungan dengan pemesangan kateter atau
pengangkatan kateter
5. kecemasan orang tua berhubungan dengan penampilan
penis anak setelah pembedahan
C. INTERVENSI
DIAGNOSA 1
1. Kaji tingkat pemahaman orang tua
2. Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan
prosedur, pemasangan kateter menetap, mempertahan kan
kateter dan perewatan kateter, pengosongan kantong urin,
keamanan kateter, monitor urin; warna, kejernihan dan
perdarahan
3. Jelaskan tentang pengobatan yang di berikan: efek samping
dan dosis serta waktu pemberian
4. Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang
kelainan pada penis
5. Ajarkan orang tua untuk partisipasi dalam perawatan
sebelum dan sesudah operasi
DIAGNOSA 2
1. Pertahankan kantong drainase kateter di bawah garis
kandung kemih dan pastikan bahwa selang tidak terdapat
simpul dan kusut
2. Gunakan tekhnik aseptik ketika mengosongkan kantong
kateter.
3. Pantau urin anak untuk pendeteksian kekeruhan atau
sedimentasi.
4. Anjurkan anak untuk minum sekurang-kurangnya 60ml/jam
5. Beri obat antibiotik profilaktik sesuai program, untuk
membantu mencegah infeksi
DIAGNOSA 3
1. Berikan analgesik sesuai program
2. Perhatikan posisi kateter tepat atau tidak
3. Monitor adanya kink-kink (tekukan pada kateter) atau
kemacetan
4. Atur posisi tidur anak
DIAGNOSA 4
1. Fiksasi kateter pada penis anak dengan memakai balutan
dan plester
2. Gunakan restrain atau pengaman yang tepat pada saat
anak tidur atau gelisah
3. Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat
mengkontaminasi kateter dan penis
DIAGNOSA 5
1. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka tentang ketidak sempurnaan fisik anak
2. Bantu orang tua melalui proses berduka yang normal
3. Rujuk orang tua kepada kelompok pendukung yang tepat,
jika diperlukan
4. Apabila memungkinkan, jelaskan perlunya menjalani
pembedahan multiple, dan jawab setiap pertanyaan yang
muncul dari orang tua
D. IMPLEMENTASI
Iimplementasi disesuaikan dengan intervensi.

E. EVALUASI
1. Orang tua memahami tentang hipospadi dan alasan
pembedahn, serta orang tua akan aktif dalam perwatatn
setelah operasi
2. Anak tidak mengalami infeksi yang di tandai oleh hasil
urinalisis normal dan suhu tubuh kurang dari 37,8 c
3. Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang
di tandai dengan tidak ada tangisan, kegelisahan dan tidak ada
ekspresi nyeri
4. Anak tidak mengalami injuri yang di tandai oleh anak dapat
mempertahankan penempatan kateter urin yang benar sampai
di angkat oleh perawat atau dokter
5. Rasa cemas orang tua menurun yang di tandai dengan
pengungkapan perasaan mereka tentang adanya kecacatan
pada genitalia anak
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipospadia merupakan suatu kelainan kongenital yang
dapat di deteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, atau
instilah lainya yaitu adanya kelainan pada muara uretra pria.
Dan biasanya tampak disisi ventral batang penis. Kelainan
tersebut sering diasosiasikan sebagai suatu chordee yaitu penis
yang menekuk kebawah
Terapi untuk hipospadia adalah dengan pembedahan
untuk mengembalikan penampilan dan fungsi normal penis.
Pembedahan biasanya tidak di jadwalkan sampai bayi berusia
1-2th ketika ukuran penis dinyatakan sebagai ukuran yang
layak di operasi. Komplikasi potensial mliputi infeksi dan
obstruksi uretra
B. SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Hipospadia/Epispadia merupakan
salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh
tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat
mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme
dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian
dari tenaga medis yang memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan secara komprehensif

DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius: FKUI.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta: EGC.
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan keperawatan pediatrik dengan Clinical
Pathways. Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Perpustakaan Nasional RI:
Katalog dalam TerbitanKapevi Hatake 10:37 PM
Posted on Oktober 20, 2010 by ilmubedah

Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior


dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis
proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada
skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan
semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang disebut
chordee.

Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius, pertama-
tama yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan amputasi
dari bagian penis distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan
Paulus dari Agentia pada tahun 200 dan tahun 400.

Duplay memulai era modern pada bidang ini pada tahun 1874 dengan
memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200
teknik telah dibuat dan sebagian besar merupakan multi-stage reconstruction;
yang terdiri dari first emergency stage untuk mengoreksi stenotic meatus jika
diperlukan dan second stage untuk menghilangkan chordee dan recurvatum,
kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik multi-stage yaitu;


membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak mencapai
ujung glands penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika
dianggap kurang baik.

Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-stage repair untuk


mengurangi komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap
sebagai rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari
segi estetik dianggap lebih baik, komplikasi minimal, dan mengurangi social
cost.

Insidens

Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika Serikat.


Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin
selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang
hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang lainnya
juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun tidak
ditemukan ciri genetik yang spesifik.

ANATOMI

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan
mani.9

Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada


perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada
perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi menjadi
dua bagian yaitu:

1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan
meatus uretra eksterna.

2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian
uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars
membranasea.

Embriologi

Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan
endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm
yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm,
sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada
permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang
disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan
dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold.

Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans.
Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki, bila wanita
akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital
tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk.

Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur
dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari
sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia,
maka akan terjadi hipospadia.

ETIOLOGI

Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui secara pasti. Beberapa etiologi dari
hipospadia telah dikemukakan, termasuk faktor genetik, endokrin, dan faktor
lingkungan. Sekitar 28% penderita ditemukan adanya hubungan familial.
Pembesaran tuberkel genitalia dan perkembangan lanjut dari phallus dan uretra
tergantung dari kadar testosteron selama proses embriogenesis. Jika testis gagal
memproduksi sejumlah testosteron atau jika sel-sel struktur genital kekurangan
reseptor androgen atau tidak terbentuknya androgen converting enzyme (5
alpha-reductase) maka hal-hal inilah yang diduga menyebabkan terjadinya
hipospadia.

KLASIFIKASI

Klasifikasi hipospadia yang sering digunakan yaitu berdasarkan lokasi meatus


yaitu :

1. Glandular, muara penis terletak pada daerah proksimal glands penis

2. Coronal, muara penis terletak pada daerah sulkus coronalia

3. Penile shaft
4. Penoscrotal

5. Perineal.

DIAGNOSIS

Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang


hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak
teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir.

Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat mengeluhkan kesulitan


untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat menyebabkan batang penis
melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia
tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi
duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan


cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara
normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter.

DIAGNOSIS BANDING

1. Ambiguous Genitalia

2. Anomali Genitalia

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur


pembedahan pada hipospadia adalah:5,8

1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee


2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(Uretroplasti)

3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik)

Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan


malformasinya. Pada hipospadia glanular uretra distal
ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum,
bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap
lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI
[meatal advance and glanuloplasty], termasuk
preputium plasMy Blog
Sabtu, 04 Juli 2015

Laporan Pendahuluan Hipospadia

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOSPADIA

A. Pengertian

Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang


berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang
panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang
uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.
Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir.

Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra


terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan
kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum.
Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis
melengkung ke bawah pada saat ereksi.

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran


kencing tidak diujung penis, melainkan di
bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong
buah zakar. Oleh karena lubang kencing tidak berada di ujung
maka saat buang air kecil maka air kencing akan membasahi
celana. Menurut refrensi lain definisi hipospadia, yaitu:

1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital


dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral
penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal
(ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).
2. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan
penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke
14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu
tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis.
(A.H Markum, 1991 : 257).
3. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang
uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis.
(Ngastiyah, 2005 : 288).
4. Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada
suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau
bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus)
(Davis Hull, 1994 ).
5. Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-
anak yang sering ditemukan dan mudah untuk
mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh
mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang
memuaskan.
B. Klasifikasi

Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing


terletak dibawah batang kemaluan / penis.

Ada beberapa type hipospadia :

1. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara


anus dan buah zakar (skrotum).
2. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di
bagian depan buah zakar (skrotum).
3. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di
antara buah zakar (skrotum) dan batang penis.
4. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada
di bawah pangkal penis.
5. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah
bagian tengah dari batang penis.
6. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di
bawah bagian ujung batang penis.
7. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada
sulcus coronarius penis (cekungan kepala penis).
8. Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah berada
pada kepala penis hanya letaknya masih berada di bawah
kepala penisnya.

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/


meatus :
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis.
Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak
memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan
pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.
Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya
kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat
melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara
bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak
ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi
karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe
ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang
disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar
dan umumnya testis tidak turun

C. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai


sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia.
Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone

Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang


mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena
reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang
kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen
sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya
tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya


terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak
terjadi.

3. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah


polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi. Bahan teratogenik adalah bahan-bahan
yang dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pada janin
selama dalam kehamilan ibu. Misalnya alcohol, asap rokok,
polusi udara, dll.

D. Manifestasi Klinik
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis,
menumpuk di bagian punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi
meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih
keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar
dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis
menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke
kantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

E. Patofisoilogi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap
terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari
penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang
ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi
yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan
kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

F. Pemeriksaan Dignostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang


dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis
hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti
USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

G. Tindakan Pembedahan
Tujuan pembedahan :
1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta
2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-
Chaula, Teknik Horton dan Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus
dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis.
Dilakukan pada usia 1 -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi
meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka
operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi,
saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi
uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari
kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke
bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6
bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka
operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan
pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar
dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih
ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian
punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian
akan pindah kebawah mengingat pentingnya preputium untuk
bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan
penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan
operasi hipospadia.
H. Komplikasi
Komplikasi dari hypospadia yaitu :
1. Infertility
2. Resiko hernia inguinalis
3. Gangguan psikososial

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOSPADIA

A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. b.Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria
atau pembesaran pada ginjal.
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,
perdarahan, dysuria,
h. drinage.
2. Mental
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c. Tingkat kecemasan
d. Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak
bisa memancar
2. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
C. INTERVENSI
Dx.1 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin
yang tidak bisa memancar

Tujuan :

Gangguan citra tubuh klien teratasi dengan kriteria hasil :

a. Mendiskripsikan scra faktual perubahan fungsi tubuh


b. Mempertahankan interaksi sosial

Intervensi :

1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap


tubuhnya
2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
penyakitnya
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Dx.2 Kecemasan berhubungan dengan prosedur


pembedahan

Tujuan :

kecemasan klien teratasi dengan kriteria hasil :

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala


cemas
b. Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

Intervensi :

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan


2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi rasa takut
5. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Identifikasi tingkat kecemasan
9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan. Ketakutan

Dx.3 Nyeri berhubungan dengan pembedahan

Tujuan : klien mengatakan nyerinya berkurang

Intervensi :

1. Observasi TTV dan keadaan umum


2. Kaji skala nyeri
3. Kaji penyebab nyeri/faktor predisposisi
4. Memberikan posisi yang nyaman
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman, aman dan tenang
6. Berikan teknik relaksasi dan distraksi
7. Berikan pengetahuan tentang nyeri pada pasien dan
keluarga
8. Kolaborasi : berikan obat analgesik
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification

(NOC). Mosby

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak.

Jakarta : Fajar Interpratama

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta :

Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions

classification (NIC). Mosby

http://www.scribd.com/doc/87633572/askep-hipospadia

http://www.scribd.com/doc/40314166/20/ASKEP-HIPOSPADIA-ASKEP-

HIPOSPADIA

http://www.youtube.com/watch?v=LUm8SlA9Bhw

http://www.scribd.com/doc/93374883/woc-hipospadia
Nanda NIC NOC 2

Anatomi
Anatomi normal penis terdiri dari sepasang korpora cavernosa yangdibungkus
oleh tunika albugenia yang tebal dan fibrous dengan septum dibagian
tengahnya. Uretra melintasi penis di dalam korpus spongiosum yangterletak
dalam posisi ventral pada alur diantara kedua korpora kavernosa.Uretra muncul
pada ujung distal dari glans penis yang terbentuk konus.Fascia spermatika atau
tunika dartos, adalah suatu lapisan longgar penisyang terletak pada fascia
tersebut. Di bawah tunika dartos terdapat fasciaBucks yang mengelilingi
korpora cavernosa dan kemudian memisah untuk menutupi korpus spongiosum
secara terpisah. Berkas neurovaskuler dorsalterletak dalam fascia Bucks pada
diantara kedua korpora kavernosa.

Vous aimerez peut-être aussi