Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
I.Pembahasan
A. TIMBULNYA PENGERTIAN SUBSITUSI IMPOR
1. Subsitusi impor yang dimasudkan supaya banyak barang-barang baru yang di hasilkan
didalam negeri yang semula di impor.
2. Diversifikasi ekspor yang dimaksudkan akan memperbanyak macam barang yang
diekspor. Negara-negara berkembang dalam menyelenggarakan pembangunan
ekonomi terutama industrilisasi ini, Negara berkembang membutuhkan valuta asing
atau devisa yang banyak untuk mengimpor barng-barang capital dari ngara yang telah
maju industrinya. Sumber-sumber devisa antara lain:
Sektor ekspor.
Pinjaman dari luar negeri.
Bantuan luar negeri.
Dengan memusatkan perhatian pada produksi primer untuk ekspor, Negara berkembang
selalu menghadapi masalah yang sulit dalam pembangunan ekonomi, karena ketidak
setabilan pendapatan dari sector ekspor tersebut.
Dengan diversifikasi ekspor suatu Negara tidak hanya tergantung pada beberapa macam
barng ekpor saja, sehingga apabila terjadi kerugian pada salah satu macam barang dapat
diimbangi oleh keuntungan dari barang lain.
Sebab-sebab rendahnya elastisitas pendapatan terhadap impor produksi inpor dinegara maju
antara lain:
1. Semakin besarnya jumlah penduduk dan dan berlakunya efek pamer di Negara-negara
tersebut.
2. Kebutuhan akan barang industri untuk pelaksanaan pembangunan ekonomi seamakin
besar jumlahnya.
3. Usaha dalam meningkatkan hasil produksi primer itu sendiri guna meningkatkan
pendapatan devisa, maka Negara tersebut juga memerlukan barang-barang industri
yang lebih banyak.
4. Adanya dorongan untuk mendirikan industri subsitusi impor dan ekspor justru akan
meningkatkan kebutuhan akan barang-barang industri.
Industrilisasi pada mulanya didasarkan pada pasar dalam negeri dalam bentuk
barang-barang subsitusi impor. Sehingga industri subsitusi impor itu akan berkembang lebih
cepat apabila di Bantu dengan proteksi, sehingga perkembangan industri subsitusi impor akan
menghemat penggunaan devisa. Devisa yang hemat dapat di gunakan untuk mengimpor
barang capital dan barang lain yang berguna yang belum dapat segera dihasilkan sendiri.
Selanjutnya apabila industri subsitusi sudah berkembang dengan baik dan pasar dalam negeri
sudah tidak lagi menampung hasi produksinya, maka kelebihan hasil produksi dapat diekspor
guna memperoleh tambahan devisa.
Setelah disinggung mengenai beberapa motif subtitusi impor, yang bagi negara
berkembang umumnya lebih condong pada motif penghematan devisa. Dengan adanya
industry subtitusi impor itu dapat memperoleh keuntungan. Akan tetapi walaupun dalam teori
mendapatkan keuntungan, namun kenyataannya hasil yang dicapai sangat sedikit, tidak
seperti yang diharapkan. Keadaan seperti ini disebabkan oleh adanya masalah-masalah yang
cukup rumit yang dihadapi negara yang sedang berkembang didalam menghasilkan barang-
barang subtitusi impor guna menghadapi persaingan barang-barang itu sendiri.
Kualitas barang-barang yang dihasilkan didalam negeri sebagai barang subtitusi impor sering
jauh rendah daripada hasil produksi luar negeri yang diimpor, yaitu pada saat permulaan
industry subtitusi impor itu didirikan. Jika kualitas barang yang rendah ini diekspor karena
pasar dalam neegeri sudah jenuh, akan mengurangi kepercayaan par konsumen luar negeri.
Jika demikian industry subtitusi impor itu bukannya menghemat penggunaan devisa
melainkan justru mengakibatkan penerimaan ekspor akan berkurang.
2. Biaya Produksi
Dalam tahap awal industrialisasi biasanya dibutuhkan biaya yang sangat besar, baik untuk
mendidik tenaga kerja, membeli mesin-mesin, maupun membayar bahan-bahan dasar yang
dibutuhkan. Oleh karenanya ongkos produksi pada permulaan industrialisasi sangat tinggi,
lebih-lebih jika kapital yang dipinjam oleh luar negeri disertai dengan tingkat bunga yang
tinggi. Maka dari itu untuk menghadapi persaingan dari barang-barang impor yang
kualitasnya lebih baik dan biaya produksinya (harganya) lebih murah, pemerintah dapat
memberikan suatu proteksi tarif ataupun pengendalian impor. Pemerintah juga dapat
memberikan subsidi pada industry tersebut, sehingga biaya produksinya dapat lebih murah
untuk menendingi harga barang-barang impor dan diharapkan industry subtitusi impor dapat
berhasil.
Untuk adanya suatu perkembangan ekonomi diperlukan berbagai macam faktor, diantaranya
faktor kapital, faktor tenaga kerja, faktor sumber alam serta faktor wiraswasta dan teknologi.
Faktor kapital merupakan faktor yang langka dinegara yang sedang berkembang. Penggunaan
kapital pada tingkat permulaan industrialisasi sering kurang efisien, padahal tujuan negara
tersebut adalah mengadakan atau mengusahakan berdirinya industry subtitusi impor. Dengan
alasan tersebut proteksi dapat dilaksanakan, sehingga dapat menaikkan penghasilan dari
kapital tersebut.
4. Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja yang tersedia di negara berkembang cukup banyak dan ini dapat
digunakan untuk melaksanakan industrialisasi. Kebanyakan dari tenaga kerja yang ada itu
adalah tenaga kerja kurang terdidik. Dalam mengadakan industrialisasi, disamping
dibutuhkan tenaga kerja kurang terdidik dan semiterdidik juga dibutuhkan tenaga kerja yang
cukup terdidik dibidangnya masing-masing. Untuk mendatangkan atau mendidik tenaga ahli
diperlukan sejumlah besar kapital. Oleh karenanya didalam melaksanakan industrialisasi,
sumber tenaga kerja ini harus dialokasikan sabaik mungkin sehingga efisiensi kerjanya dapat
meningkat dan dapat mendorong perkembangan industry-industri subtitusi impor lebih jauh
lagi.
5. Sumber Daya Alam
Untuk dapat mengolah sumber-sumber alam yang potensial menjadi sumber alam yang riil
dibutuhkan berbagai faktor produksi lain yang berwujud kapital, tingkat teknologi dan
wiraswasta yang cukup. Dalam usahanya mengolah sumber-sumber alam yang potensial
menjadi sumber alam riil. Negara-negara berkembang kerapkali mendatangkan bantuan dari
bantuan dari negara-negara yang sudah maju dalam bentuk kapital maupun tanaga-tanaga
ahli. Jelaslah bahwa pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia dinegara sedang
berkembang kurang efektif. Oleh karenanya didalam melaksanakan industrialisasi dengan
jalan subtitusi impor hendaknya sungguh-sungguh dipilih sumber-sumber alam yang dapat
segera dimanfaatkan guna mendorong perkembangan industry subtitusi impor itu sendiri.
Faktor perkembangan ekonomi yang lain, yaitu wiraswasta dan teknologi, juga masih sedikit
jumlahnya di negara-negara sedang berkembang dan relatif masih dalam tingkatan yang
rendah. Tugas wiraswasta di negara sedang berkembang lebih ringan daripada di negara-
negara maju. Mereka tidak perlu mengadakan penemuan-penemuan baru, melainkan dengan
hanya meniru penemuan-penemuan baru yang telah ditemukan dahulu di negara-negra maju.
Hal inilah yang menghalangi timbulnya para wiraswasta dan perkembangan teknologi di
negara yang sedang berkembang. Hal lain yang merintangi tumbuhnya wiraswasta di negara
sedang berkembang adalah keadaan sosial dan kebudayaan yang terdapat di negara tersebut,
system politik maupun adat istiadatnya. Jelas bahwa wiraswasta yang terdapat di negara yang
sedang berkembang masih sedikit sekali.Maka dari itu penggunaan wiraswasta harus
seefisien mungkin. Jangan sampai wiraswasta yang sedikit jumlahnya itu dialokasikan di
sektor-sektor yang kurang efisien dan kurang produktif.
Ekspor dan pinjaman luar negeri saling mengisi, dan pembangunan ekonomi negara
berkembang selalu membutuhkan kapital dari luar negeri. Bila pertambahan impor tidak
dapat ditutup dengan hadiah dan pinjaman luar negeri maka negara tersebut harus meaikkan
volume ekspornya. Bagi negara sedang berkembang disamping mengekspor produks primer
yang semakin besar jumlahnya, juga harus mengembangkn ekspor dalam bentuk barang yang
telah diproses. Tetapi kesulitannya, selalu ada proteksi tarif dari negara yang lebih maju
dalam mengimpor barang dari negara yang sedang berkembang.
1. Segi positif
Merupakan sumber yang tidak sedikit peranannya dalam pembangunan ekonomi negara
termasuk pembangunan industri substitusi impor.
2. Segi negatif
Negara menjadi terikat akan suatu kewajiban, yaitu kewajiban membayar kembali pinjaman
yang berupa pinjaman pokok dan bunganya. Kemampuan untuk mengimpor barang-barang
yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri menjadi berkuang. Jadi, devisa
yang diperoleh dari hasil ekspr tidak dapat digunakan untuk mengimpor barang yang penting
melainkan harus digunakan untuk membayar kembali pinjaman luar negeri. Dengan demikian
akan terjadi purchasing power atau penurunan daya beli barang di dalam negeri.
Pinjaman luar negeri dapat pula berwujud barang-barang yang disediakan untuk diimpor
dengan pinjaman yang diberikan kepada negara debitor. Hal ini kurang menguntungkan bagi
negara peminjam (debitor) karena penggunannya sangat terikat pada daftar barang yang
disediakan, dan sering terjadi ketidaksesuaian antara barang yang disediakan dengan negara
peminjam. Jadi, negara peminjam terpaksa harus mengimpor barang yang kurang sesuai
dengan kebutuhannya. Barang yang dapat diimpor itu sendiri merupakan barang-barang yang
berlebihan di negara-negara pemberi pinjaman (kreditor).
Dalam menarik pinjaman luar negeri negara harus mampu mengukur kapasitasnya di dalam
membayar kembali pinjamannya. Dalam jangka pendek kapasitas tersebut dipengaruhi oleh
fluktuasi dalam bidang ekspor dan impor. Dalam jangka panjang, kapasitas negara tersebut
sulit ditentukan karena adanya kesulitan di dalam menentukan hasil perkembangan ekonomi
yang sebagaian dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
Pinjaman luar negeri harus digunakan secara self liquiditing atau self finance (membiayai
sendiri), sehingga dalam waktu tetentu dapat menghasilkan barang-barang yang kemudian
dapat menarik pendapatan devisa dengan mengekspor hasil tersebut ataupun menghemat
devisa yang digunakan yang nantinya dapat dignakan utuk membayar kembali pinjaman luar
negeri. Kesulitan yang dihadapi oleh self finance itu apabila pinjaman yang berwujud barang,
terlebih lagi kalau barang itu kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh negara
peminjam. Self finance ini penggunaanya kurang berhasil. Dalam hubungannya dengan self
finance credit negara sedang berkembang memusatkan investasinya dalam bidang industri
ekspor, substitusi impor atau barang yang sama sekali baru untuk dijual pada pasar dalam
negeri.
Terdapat hubungan yang erat dari sektor yang merupakan sumber devisa yaitu sektor ekspor,
sektor substitusi impor dan sektor pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri dapat
digunakan untuk mendorong timbulnya industri substitusi impor yang selanjutnya dapat
mendorng timbulnya industri ekspor dan menikkan jumlah ekspor. Dengan industri substitusi
impor berarti ada penghematan devisa. Timbulnya industri ekspor dan naikknya jumlah
ekspor maka pendapatan devisa akan meningkat. Dapat pula terjadi yaitu saat pengembalian
pinjaman telah tiba dan harus segera dibayar, maka industri substitusi impor dan industri
ekspor dapat digunakan untuk membiayai pembayaran kembali pokok pinjaman beserta
bunganya.
Inflasi mempunyai pengaruh positif dan negative.Pengaruh positif adalah pengaruh yang
membawa perbaikan baik dibidang ekonomi maupun non ekonomi. Bagi negara berkembang
inflasi dapat membawa dampak positif. Namun bagi negara berkembang belum tentu
membawa dampak positif karena:
1. Kekurangan wiraswasta,
2. Sedikit sekali mempunyai kapasitas lebih dan pabrik-pabriknya dan juga tidak
tersediabahan baku serta suku sadang,
3. Biasanya iflasi tidak dibarengi oleh investasi yang spekulatif dan komersial,
4. Pendapatan negara berkembang umumna rendah.
Subsitusi impor dianggap ada apabila bagi suatu barang tertentu produksinya meningkat lebih
cepat daripada impornya, sehingga impor barang-barang tersebut merupakan bagian yang
makin sedikit dari jumlah total penawaranya.
d. Tingkat teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang-barang kapital lebih tinggi
daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang-baranga konsumsi.
c. Tersedianya alat-alat bagi petani di tempat tinggal atau tempat mereka bekerja,
3. Industri Jasa
Yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional lebih berorientasi ke
pasar internasiona dalam usaha pengembangan industri. Ekspor komoditi primer secara
langsung berangs angsur diganti dengan ekpor komoditi yang sudah diolah di dalam negeri.
Strategi pendorong ekspor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk produk yang dibuat didalam negeri dijual
dipasae X .
Pada dasarnya teknologi juga mempunyai dampak negatif bagi manusia,. karena makin
berkembangnya IPTEK menyebabkan manusia berfikir praktis, sealalu mengerjakan tugas
dengan cara meng copy tugas orang lain sehingga manusia tidak mempunyai skill yang
dibutuhkan perusahaan atau tempat berkerja lainnya. Hal itu menyebabkanterjadinya
pengangguran. Perkembangan IPTEK membuahkan revolusi industri yang menindas kelas
pekerja dan melahirkan komunisme, selain itu juga menyebabkan kerusakan ekosistem alam
akibat dari kemajuan IPTEK.
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemapuan produktivitas dunia industri baik dari
aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi. Investasi dan reinvastasi yang
berlangsung secara besar besaran yang akan semakin meninngkatkan produktivitas dunia
ekomoni, di masa depak perkembangan teknologi di dunia industri akan semakin penting.
Tanda tanda telah menunjukkan bahwa akan segara muncul teknologi bisnis yang
memungkinkan konsumen secara langsung dan selera individu dapat dipenuhi dan yang lebih
penting konsumen tidak perlu pergi ke toko.
Dampak positif
*. Penciptakan peluang usahan dan pekerjaan
Dampak Negatif
*. Pencemaran lingkungan
*. Potensi Komflik
Faktor-faktor yang dapat mendorong produsen atau pelaku usaha melakukan kegiatan ekspor
antara lain:
1. Komoditas Tradisional
Biasanya sebuah perusahaan memproduksi suatu komoditas sebagai lanjutan atau sisa-sisa
peninggalan
ekonomi jaman kolonial seperti karet, kopi, teh, lada, tengkawang, timah, tembaga dan hasil
tambang sejenis
lainnya. Hal ini kemungkinan berlanjut menjadi kegiatan ekspor sekarang ini
2. Optimalisasi Laba
Selain menjual suatu produk dalam negeri, dengan ekspor, sebuah perusahaan mampu
memperluas daerah
penjualan sampai ke luar negeri, selain itu jenis barang yang ditawarkan menjadi tidak
terbatas untuk konsumen
dalam negeri saja
3. Penelusuran Pasar
Bagi perusahaan yang mempunyai pasar domestik yang kuat, ekspor merupakan peluang
untuk melakukan
diversifikasi pasar yang dapat memperkuat kedudukan komoditas yang diperdagangkan
4. Pemanfaatan kelebihan kapasitas (Excess Capacity)
Jika kapasitas produksi suatu industri masih belum melebih kapasitas mesin maka sisa
kapasitasnya (idle
capacity) dapat digunakan untuk memenuhi pasar ekspor
5. Export Oriented Products
Terdapat industri-industri padat karya yang sengaja dipindahkan dari Negara-negara industri
seperti Jepang,
Korea, Taiwan atau Singapura ke Indonesia dengan tujuan relokasi industri pabrik sepatu,
garment, dan
sejenisnya
6. Wisma Dagang atau Trading House
Saat ini Pemerintah mengembangkan konsep trading house, seperti yang dikembangkan
Jepang, sehingga akan
memudahkan eksportir dalam melakukan penetrasi pasar Internasional. Trading House ini
akan membantu
eksportir menganalisis pasar atau mengidentifikasi Pembeli dan memberikan informasi
lainnya yang bermanfaat
terkait dengan kondisi pasar di Negara di mana wisma tersebut berada
7. Komoditas Berdaya Saing Tinggi
Produk-produk yang berbahan asli Indonesia dan mempunyai keunggulan tersendiri (absolute
advantage) atau
produk lain yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) memiliki
peluang untuk pasar ekspor.
Misalnya bahan-bahan seperti karet alam, kayu hutan tropis, agrobisnis, kerajinan dan
lainnya, semua memiliki
daya saing yang cukup tinggi di pasar ekspor.
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/20/industri-subsitusi-impor-makalah-
ekonomi-pembangunan/ : Diakses 28-10-2016